Sistem Perawatan Bahan Pustaka Monograf Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi.

(1)

SISTEM PERAWATAN BAHAN PUSTAKA MONOGRAF

PADA KANTOR PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN

DOKUMENTASI KOTA TEBING TINGGI

KERTAS KARYA

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

NELLI KRISTAINA NABABAN

082201005

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI D-3 PERPUSTAKAAN

MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Sistem Perawatan Bahan Pustaka Monograf Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi. Oleh : Nelli Kristaiana Nababan

NIM : 082201005

Pembimbing : Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd. NIP : 19570407 198603 2 001

Tanda Tangan : Tanggal :

Pembaca : Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom. NIP : 19780331 200501 2 003

Tanda Tangan :


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Sistem Perawatan Bahan Pustaka Monograf Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi.

Oleh : Nelli Kristaiana Nababan NIM : 082201005

PROGRAM STUDI D-III

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd. NIP : 19570407 198603 2 001

Tanda Tangan :


(4)

PERNYATAAN ORISIONALIAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antar pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan , 29 Mei 2011 Penulis,

Nelli Kristaiana Nababan

NIM : 082201005


(5)

KATA PENGANTAR

Syalom, puji dan syukur penulis ucapkan atas segala berkat dan kesehatan yang telah diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelasaikan kertas karya ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, penulis menyelesaikan kertas karya dengan judul “ Sistem Perawatan Bahan Pustaka Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi ”

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Tujuan ini merupakan suatu studi untuk menambah wawasan penulis tentang perawatan bahan pustaka. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi memperbaiki kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik material maupun moril yang sangat berharga bagi penulis, untuk itu, sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini, antara lain :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd. Selaku ketua Program Studi Perpustakaan dan Informasi sekaligus dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, saran dan pengetahuan kepada penulis hingga selesainya kertas karya ini.

3. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembaca yang telah setia membaca dan membimbing penulis sampai selesainya kertas karya ini.

4. Hj.Nina Zahara Mz, SH, M.AP. Selaku Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi serta bagian perawatan dan tata


(6)

5. usaha yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membantu penulis memberikan data yang dibutuhkan untuk penyelesaian penulisan kertas karya ini.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

7. Semua teman-teman stambuk 2008 yang menjadi teman seperjuangan menghadapi studi, praktik kerja lapangan dan kertas karya, aku akan merindukan kalian semua.

8. Tante Nenci batubara, Amk dan suami udak Bangun siregar SH, tante Helen Batubara, Amf dan suami udak pakpahan, Amd, B’ Anto Tambunan SH, yang senantiasa memberi semangat dan nasihat kepada penulis sampai selesainya kertas karya ini.

9. Sahabat 1 kamar Helpina Purba buat kebersamaan, canda tawa, air mata dan motivasi, terimakasih hari-hari yang kita lewati slama ini.

10. Sahabat tersayang sekaligus 1 kelompok kecil UKM KMK USU (K’ Mayda, K’Sridani, K’Anita kartika, K’Veronika) Elisyanni, Nur’aini, Maulidaini dan Sri ulina, terima kasih ya dimana semangat dan kerja keras yang kita lalui sama-sama.

11. Sahabat satu kost di Percetakan Worship Jln. Jamin Ginting No.145 Padang Bulan Medan lantai 3 yaitu: Loisa, B’ube, B’Heri, Afriany, Herawati, Rena, Yanti, Friska, K’Nita, Kiki, Hardiknas, Glora, Hilda, Dayu, Winda dan Herta buat canda tawa yang menjadikan kita satu keluarga.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih banyak dan semoga kertas karya ini bermanfaat bagi yang membacanya

Medan, Juni 2011

Penulis

Nelli Kristaiana Nababan NIM : 082201005


(7)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penulisan ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 2

1.3. Ruang Lingkup Penulisan ... 3

1.4. Metode Pengumpulan Data ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perpustakaan Umum ... 4

2.2. Tujuan Perpustakaan Umum ... 5

2.3. Fungsi Perpustakaan Umum ... 5

2.4. Tugas Perpustakaan Umum ... 7

2.4.1. Layanan Perpustakaan Umum ... 8

2.4.2. Misi Perpustakaan Umum ... 9

2.4.3. Perkembangan Perpustakaan Umum ... 10

2.5. Perawatan Bahan Pustaka Monograf ... 12

2.6. Tujuan Perawatan Bahan Pustaka Monograf ... 14

2.7. Bahan Pustaka Monograf ... 15

2.8. Sistem Perawatan Bahan Pustaka Monograf ... 16

2.8.1. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ... 17

2.8.1.1. Kerusakan Oleh Faktor Fisika ... 18

2.8.1.2.Kerusakan Oleh Faktor Biotis ... 22

2.8.1.3. Kerusakan Oleh Faktor Manusia ... 26

2.8.1.4. Kerusakan Oleh Faktor Bencana... 27

2.8.2. Kegiatan Perawatan Bahan Pustaka Monograf ... 28

2.8.2.1. Pencegah Kerusakan ... 29

2.8.2.2. Memutihkan Kertas ... .. 30

2.8.3. Perbaikan ... 32

2.8.3.1. Menambal Kertas ... 32

2.8.3.2. Menyambung ... 33

2.8.3.3. Enkapsulasi ... 34

2.8.3.4. Laminating ... 34

2.8.3.5. Mengganti Halaman Yang Robek ... 36

2.8.3.6. Mengencangkan Benang Jilidan yang kendur.... 37

2.8.3.7. Backup (Alih Bentuk) ... 37

2.8.3.8. Fumigasi ... 38


(8)

BAB III. SISTEM PERAWATAN BAHAN PUSTAKA MONOGRAF PADA KANTOR PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI KOTA TEBING TINGGI

3.1. Gambaran Umum Kantor Perpustakaan Arsip dan

Dokumentasi Kota Tebing Tinggi ... 40

3.2. Visi dan Misi Perpustakaan ... 42

3.3. Peraturan dan Sanksi Perpustakaan... ... 42

3.4. Profil Perpustakaan... 44

3.5. Bagan Struktur Perpustakaan... 44

3.6. Koleksi Perpustakaan ... 53

3.6.1. Koleksi Monograf ... 53

3.6.2. Koleksi Terbitan Berseri ... 54

3.6.3. Koleksi Perpustakaan Referensi ... 54

3.6.4. Koleksi Terekam ... 54

3.7. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ... 55

3.7.1. Faktor Yang Disebabkan Oleh Lingkungan ... 56

3.7.1.1. Cahaya ... 57

3.7.1.2. Pencemaran Udara. ... 57

3.7.1.3. Faktor Biotik ... 57

3.7.1.4. Rak dan Lemari Yang Tidak Memenuhi Syarat ... 58

3.7.1.5. Bencana Alam ... 58

3.7.2. Kerusakan Secara Langsung dan Tidak Langsung... 59

3.8. Sistem Perawatan Bahan Pustaka Monograf... 59

3.8.1. Pembersihan Noda ... 60

3.8.2. Perbaikan (Restorasi) ... 61

3.8.2.1. Penjilidan ... 61

3.8.2.2. Penyampuan ... 62

3.8.3. Menambal Kertas ... 63

3.8.4. Menyambung... 63

3.8.5. Enkapsulasi... 64

3.8.6. Laminasi ... 64

3.8.7. Backup ... 65

3.8.8. Mengganti Halaman Yang Robek... 66

3.9. Fumigasi... 66

BAB IV . PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 67

4.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA...


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Perpustakaan merupakan suatu lembaga ataupun organisasi yang bertugas untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyebarluaskan dan melestarikan informasi. Ataupun sekumpulan koleksi buku, atau bahan pustaka lainnya yang diorganisasikan dan dipelihara untuk penggunaan/keperluan (membaca, konsultasi, belajar, meneliti) yang dikelola oleh pustakawan dan staf terlatih lainnya dalam rangka menyediakan layanan untuk kebutuhan pengguna.

Informasi yang diolah di dalam perpustakaan pada umumnya adalah bahan pustaka monograf berupa informasi dalam bentuk buku, jurnal, majalah, piringan hitam dan bentuk lainnya. Seluruh bentuk penyajian informasi tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu informasi dalam bentuk tercetak dan informasi non tercetak yang secara keseluruhan disebut dengan koleksi perpustakaan.

Pengguna perpustakaan berasal dari berbagai kalangan pengguna yang berbeda, begitu juga dengan perpustakaan umum penggunanya adalah kalangan umum dalam arti siapa saja dapat mengunjungi perpustakaan umum tersebut. karena perpustakaan umum menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumberdaya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga masyarakat di daerah ataupun wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebahagian dari dana masyarakat. Menyimak penjelasan di atas perpustakaan umum memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat luas dalam hal menyediakan akses informasi kepada masyarakat pengguna.

Perpustakaan pada umumnya bertujuan memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan, serta untuk membantu warga dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.


(10)

Sedangkan fungsinya adalah menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka yang membutuhkannya dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat. Maka agar fungsi dan tujuan tercapai, sistem perawatan bahan pustaka monograf adalah hal terpenting yang harus dilakukan dalam sistem kerumahtanggaan perpustakaan. Karena tanpa perawatan bahan pustaka, maka bahan pustaka akan cepat hancur, rusak, kotor, kusut dan tidak tersusun/tertata dengan rapi sama sekali. Apabila koleksi tidak terawat, maka pengguna tidak akan berminat untuk datang berkunjung dan tidak berminat membacanya sehingga bahan pustaka yang dikelola tidak akan berdaya guna dengan baik sesuai dengan fungsi perpustakaan.

Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi adalah perpustakaan umum yang melayani dan membantu masyarakat dalam semua kalangan. Sehingga semua orang yang membutuhkan informasi dapat berkunjung ke perpustakaan tersebut. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi sudah melakukan perawatan yang dapat melestarikan koleksi.

Berdasarkan pengamatan awal penulis dan wawancara langsung dengan pustakawan bagian perawatan bahan pustaka yang dilakukan Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi sudah memenuhi standar. Hal ini dapat diketahui dari kualitas dan tata penyusunan bahan pustaka, namun dalam pelaksanaan perawatan belum dilakukan sepenuhnya.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis kertas karya ini dengan judul: Sistem Perawatan Bahan Pustaka Monograf Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk mengetahui sistem perawatan bahan pustaka pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi.


(11)

proses perawatan bahan pustaka pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi.

1.3 Manfaat Penulisan Kertas Karya

Manfaat penulisan kertas karya ini : a. Bagi Institusi yang di observasi

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk melakukan perbaikan dan kebijakan selanjutnya tentang perawatan bahan pustaka

b. Bagi Penulis

Untuk memperdalam kemampuan penulis dalam bidang penelusuran khususnya pada sistem temu balik informasi.

c. Bagi Program Studi

Sebagai bahan rujukan/bacaan bagi para mahasiswa sehingga dapat memperdalam pengetahuan khususnya pada mata kuliah sistem temu balik informasi.

1.4 Ruang Lingkup

Sesuai dengan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan dan judul yang telah ditetapkan, maka penulis membatasi penulisan kertas karya ini untuk dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan. Adapun ruang lingkup penulisan kertas karya ini mencakup beberapa aspek yang berhubungan dengan perawatan yang meliputi perawatan, penjilidan, laminating, dan enkapsulasi.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi kepustakawanan, yaitu sebelum melakukan observasi di lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen, baik buku maupun jurnal perpustakaan yang berhubungan dengan perawatan bahan pustaka.

2. Observasi, yaitu pengamatan langsung pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi.


(12)

3. Wawancara, yaitu menanyakan langsung kepada pustakawan tentang aspek yang berhubungan dengan perawatan bahan pustaka monograf.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum (public Library) menurut Reitz yang dikutip oleh Hasugian (2009:77) menyatakan bahwa:

“A library or library system that provides unrestricted access to library resources and services free of charge to all the resident of a given community, district, or geographic region, supported wholly or in part by publics funds”.

Dalam pengertian yang sederhana defenisi di atas menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumber daya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebagian dari dana masyarakat.

Menurut Sulistyo-Basuki (1992 : 4) perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk layanan.

Sedangkan menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000:3) menyatakan bahwa: Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menghimpun buku, bahan cetakan serta bahan rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat setiap warga dapat mempergunakan perpustakaan tanpa membedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama.

Selanjutnya menurut Unesco Public Library Manifesto yang dikutip oleh Hasugian (2009 : 77) menyatakan bahwa:

Perpustakaan umum dinyatakan sebagai berikut: The Public library is the local center of information, making all kinds of knowledge and information readily available to its users. The public library, the local gateway to knowlage, provides a basic condition for lifelong learning, independent of the individual and social groups.

Disamping pendapat di atas menurut Perpustakaan Nasional RI yang dikutip oleh Hasugian (2009) perpustakaan umum adalah:


(14)

Perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota/desa) diperuntukkan untuk semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk

pemukiman tersebut untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi dan bacaan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan dengan dana umum yanng bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi secara menyeluruh tanpa membedakan tingkat usia, tingkat sosial, tingkat pendidikan dan lain lain.

2.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Penyelengaraan/pembentukan setiap organisasi mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dalam buku pengantar ilmu perpustakaan oleh Sulistyo–Basuki (1991 : 46) dinyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama, yaitu:

a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah yang lebih baik.

b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

c. Bertindak selaku agent cultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya, perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran buku, ceramah, pemutaran film, dan penyediaa informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran, apresiasi masyarakat terhadap seni budaya.

d. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini sering disebut sebagai fungsi pendidikan perpustakaan umum, dimana lebih tepatnya lagi disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan seumur hidup. Pendidikan sejenis ini hanya dilakukan oleh perpustakaan umum, karena perpustakaan umum merupakan satu-satunya pranata kepustakawanan yang terbuka bagi umum, Perpustakaan Nasional juga terbuka langsung bagi perorangan, ada kalanya harus melalui perpustakaan lain.

2.3 Fungsi Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum mempunyai peran atau fungsi yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat


(15)

menjadi tempat bertemunya para warga kota dan melalui perpustakaan umum ini mereka mengetahui banyak hal tentang kebijakan yang diambil oleh para pemimpin mereka. Dan hal–hal yang diperjuangkan oleh para wakil mereka di parlementer.

Fungsi perpustakaan umum sebagaimana tertuang dalam undang-undang perpustakaan Nomor: 43 Tahun 2007, perpustakaan umum mempunyai beberapa fungsi strategis dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu:

1. Fungsi perpustakaan umum sebagai tempat pembelajaran seumur hidup (life-long learning). Perpustakaan umum tempat dimana semua lapisan masyarakat dari segala umur, dari balita sampai usia lanjut bisa terus belajar tanpa dibatasi usia dan ruang-ruang kelas. Banyak program pemerintah, seperti pemberantasan buta huruf dan wajib belajar, akan jauh lebih berhasil seandainya terintegrasi dengan perpustakaan umum. Bila di sekolah orang diajar agar tidak buta huruf dan memahami apa yang dibaca. Maka di perpustakaan umum, orang diajak untuk terbuka wawasannya, mampu berpikir kritis, mampu mencermati berbagai masalah bersama dan kemudian bersama-sama dengan anggota komunitas yang lain mencarikan solusinya. Tugas perpustakaan umum membangun lingkungan pembelajaran (learning environment) dimana anggota komunitas pemakainya termotivasi untuk terus belajar dan terdorong untuk berbagi pengetahuan. Dalam konsep manajemen modern, hal ini disebut dengan Knowledge Management.

2. Fungsi perpustakaan umum sebagai katalisator perubahan budaya. Perubahan perilaku masyarakat pada hakikatnya adalah perubahan budaya masyarakat, perpustakaan umum merupakan tempat strategis untuk mempromosikan segala perilaku yang meningkatkan produktifitas masyarakat. Individu komunitas yang berpengetahuan akan membentuk kelompok komunitas berpengatahuan. Perubahan pada tingkat individu akan membawa perubahan pada tingkat masyarakat. Komunitas yang berbudaya adalah komunitas yang berpengetahuan dan produktif. Komunitas yang produktif mampu melakukan perubahan dan meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik.

3. Fungsi perpustakaan umum sebagai agen perubahan sosial. Idealnya, perpustakaan umum adalah tempat dimana segala lapisan masyarakat bisa bertemu dan berdiskusi tanpa dibatasi prasangka agama, ras, kepangkatan, strata, kesukuan, golongan, dan lain-lain. Perpustakaan umum sangat strategis dijadikan tempat anggota komunitas berkumpul dan mendiskusikan beragam masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, perpustakaan tidak hanya menyediakan ruang baca, tetapi juga menyediakan ruang publik bagi komunitasnya untuk melepas unek-uneknya dan kemudian berdiskusi bersama-sama mencari solusi yang terbaik. Tugas pustakawanlah untuk mendokumentasikan semua pengetahuan publik yang dihasilkan dan menyebarluaskan keanggota komunitas yang lain. seorang pustakawan dituntut tidak hanya


(16)

mampu mengolah informasi, tetapi juga harus punya kepekaan sosial yang tinggi dan skill berkomunikasi yang baik.

4. Fungsi perpustakaan umum sebagai jembatan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah. Dari semua pengetahuan komunitas yang didokumentasikan di perpustakaan umum, fungsi perpustakaan berikutnya adalah melakukan kemas ulang informasi, kemudian memberikan kepada para pengambil keputusan sebagai masukan dari masyarakat. Dengan begini masyarakat akan punya posisi tawar yang lebih baik dalam memberikan masukan-masukan dalam pengambilan kebijakan publik. Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsi di atas perpustakaan umum tidak dapat berjalan sendiri tanpa ada dukungan dari berbagai pihak, baik masyarakat umum maupun pemerintah daerah setempat, hal ini sesuai dengan amanat undang-undang Perpustakaan Nomor : 43 Tahun 2007 Pasal 8 huruf a s/d f yang berbunyi sebagai berikut :

Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban :

a) Menjamin penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan di daerah

b) Menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata di wilayah masing-masing

c) Menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar masyarakat

d) Menggalakkan promosi gemar membaca dengan memanfaatkan perpustakaan

e) Memfasilitasi penyelenggaraan perpustakaan di daerah dan

f) Menyelenggarakan dan mengembangkan perpustakaan umum daerah berdasar kekhasan daerah sebagai pusat penelitian dan rujukan tentang kekayaan budaya daerah di wilayahnya.

Dari uraian di atas kita ketahui bahwa peran pemerintah daerah sangat besar terhadap perkembangan perpustakaan umum di daerahnya, selain adanya dukungan yang kuat dari masyarakatnya. Hal inilah kiranya yang dapat mendorong perlunya pemikiran oleh masyarakat dan Pemerintah kota untuk dikembangkan, agar perpustakaan umum berkembang sesuai dengan standar Perpustakaan Nasional, yang akhirnya perpustakaan umum dapat berkiprah sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat yang mampu mengembangkan potensi masyarakat serta mampu sebagai pusat pelestarian kekayaan budaya bangsa.


(17)

Perpustakaan umum berada di tiga tingkatan pemerintahan yakni (1) perpustakaan umum kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, (2) perpustakaan umum kecamatan baru sebagian kecil, sekitar 33 unit, (3) perpustakaan umum desa/kelurahan. Perpustakaan tersebut milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Sumber dana pembiayaan dari dana umum, yang berasal dari masyarakat, (4) Taman bacaan, rumah baca, pondok baca dan sebagainya, baik yang diselengarakan oleh masyarakat mampu perorangan.

Adapun tugas dari perpustakaan umum adalah:

1. Memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan tingkatan pendidikan dan latar belakang suku, agama dan kebudayaan

2. Memberikan pelayanan berupa informasi

3. Memberikan bimbingan belajar melalui koleksi yang dimiliki oleh

perpustakaan

4. Memberikan pelayanan berupa rekreasi, yaitu sebagai tempat rekreasi bacaan.

5. Melestarikan koleksi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan tersebut. 6. Menyediakan berbagai macam informasi yang dapat digunakan sebagai

tempat penelitian.

2.4.1 Layanan Perpustakaan Umum

Menurut Zen (2006 : 32) jenis layanan yang diberikan perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

a) Layanan Pendidikan

Perpustakaan umum menyediakan koleksi dan informasi diperlukan oleh masyarakat dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan, sehingga keterampilan itu dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kesejahteran sosialnya. Perpustakaan umum berfungsi sebagai sarana pendidikan informal yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Di samping itu layanan perpustakaan umum juga harus mendukung perpustakaan sekolah, karena banyak sekolah yang memiliki perpustakaan yang baik. Pengguna perpustakaan umum selain masyarakat umum, juga para siswa dan mahasiswa.

b) Layanan Informasi

Perpustakaan umum merupakan pusat informasi bagi masyarakat. Melalui perpustakaan umum masyarakat akan mendapat layanan


(18)

informasi dengan mudah, murah dan cepat, terutama hal-hal yang terkait erat dengan aktifitas masyarakat. Salah satu informasi yang harus disediakan oleh perpustakaan umum, misalnya jadwal perjalanan bus, kereta api dan lain sebagainya yang dikemas oleh bentuk brosur sehingga mudah dibaca oleh masyarakat pengguna. Dalam era teknologi informasi sekarang ini sudah saatnya perpustakaan umum dilengkapi dengan prasarana yang bersifat smart technology, yaitu media informasi yang menggunakan komputer sebagai teknologi intinya. Ketidak mampuan masyarakat mengakses informasi, karena keterbatasan memiliki sarana teknologi informasi dapat difasilitasi oleh perpustakaan umum.

c) Layanan Rekreatif

Perpustakaan umum memberikan layanan yang memungkinkan pengguna perpustakaan menggunakan waktu luangnya untuk berekreasi, baik melalui bahan pustaka tertulis, terekam atau bahan pustaka multimedia. Perpustakaan umum harus dapat dijadikan sebagai sarana yang dapat menyejukkan hati warga masyarakat. Perpustakaan umum berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat melalui berbagai kegiatan, misalnya acara pemutaran film, jumpa penulis, lomba berpidato, lomba karya tulis bidang perpustakaan, lomba melukis antar sekolah yang diadakan oleh perpustakaan umum dan mengikuti perlombaan lainnya.

2.4.2 Misi perpustakaan Umum

Pembicaraan tentang masa depan perpustakaan biasanya dihubungkan dengan Teknologi Informasi (TI). Banyak pihak pembicara peka terhadap perpustakaan Electronic (e-library), perpustakaan digital (digital library), perpustakaan maya (virtual library), perpustakaan terpasang (online library). Demikian juga dengan pengesahan salah satu fungsi perpustakaan dan pengelolaan koleksi (collection management), kepengelolaan data (data managemant) menuju pengelolaan informasi. Sampai pada konsep terkini pengelolaan pengetahuan memang tidak disangkal bahwa TI telah banyak merubah wajah dan praktik perpustakaan.

Perpustakaan tidak lagi hanya ditangani oleh pustakawan namun juga profesional TI, oleh karena itu perpustakaan umum memiliki misi utama yang terkait dengan informasi, melek huruf, pendidikan dan budaya yang menjadi inti layanan misi perpustakaan umum menurut Zed (2004 : 76) adalah:


(19)

3. Memberikan peluang bagi pengembangan kreativitas perorangan 4. Merangsang imajinasi serta kreativitas anak dan kaum muda

5. Mempromosikan warisan budaya, penghargaan atas seni, penemuan ilmiah dan inovasi

6. Menyediakan akses pada ekspresi budaya dan semua pertunjukan seni 7. Membina dialog antar budaya dan memdukung keaneka ragaman budaya 8. Membantu budaya lisan

9. Menjamin akses atas semua jenis informasi kemasyarakatan bagi semua warga

10. Menyediakan cukup informasi bagi perusahaan, asosiasi, dan kelompok pemerhati setempat

11. Memberi kemudahan dalam pengembangan keterampilan akan ketidak butaan informasi dan komputer

12. Membantu dan aktif dalam kegiatan pemberantasan buta huruf pada semua tingkat umur dan bahkan memulainya apabila diperlukan.

2.4.3 Perkembangan Perpustakaan Umum

Perkembangan perpustakaan umum di negara maju dapat dikatakan sejalan dengan prinsip manifesto 1994. Salah satu konsep yang muncul lalu ramai di diskusikan pakar berbagai disiplin ilmu adalah tentang belajar seumur hidup (lifelong learning) parlemen di Eropa menyatakan bahwa Tahun 1966 adalah year of lifelong learning.

Di Amerika sebenarnya kosep belajar seumur hidup (catatan: konsep ini berbeda dengan pendidikan seumur hidup) lahir dan dikembangkan pada dasawarsa 1970–an. Belajar seumur hidup adalah peyerapan pengetahuan sepanjang hidup dari berbagai sumber daya dan kesempatan (peluang) belajar. Nilai utamanya berada pada pengakuan atas dampak kumulatif dari proses seseorang belajar sepanjang hidupnya.

Hal yang sangat mendasar dalam proses belajar seumur hidup adalah melek informasi (information literate). Melek information adalah kemampuan seseorang untuk mengakses, menemukan kembali, mengertikan dan menerapkan informasi dalam kaitan melek informasi perpustakaan umum menjadi sangat berpotensi untuk memainkan perannya.

Perpustakaan umum merupakan tempat belajar bagi beragam individu maupun masyarakat luas. Apabila sekarang semakin banyak informasi disimpan dan disebarkan secara elektronik, maka pada saatnya nanti juga melek informasi


(20)

akan memasyarakatkan melek teknologi informasi (TI). Sehubungan dengan hal ini perkembangan perpustakaan umum menuju digitalisasi, menyebabkan koleksi jarang di pakai.

Tiga hal utama yang dihadapi perpustakaan umum yaitu bagaimana melaksanakan perannya dalam proses belajar seumur hidup, bagaimana menerapkan teknologi informasi yang berkembang sangat cepat, dan bagaimana harus mempertahankan kelangsungan perpustakaan umum.

Masalah di atas ternyata tidak hanya menjadi permasalahan perpustakaan pada negara berkembang. Negara maju pun merasakan keterbatasan sumber daya. Berbagai upaya telah dikerjakan Amerika Serikat, utamanya melalui American Library Association (ALA) bersama global learning. Untuk melaksanakan program dua puluh tahun yang disebut libraries build sustainable communities (ALA 2000).

Tujuan program ini adalah untuk membidik pustakawan dan masyarakat pemakai perpustakaan tentang keterkaitan antara isu kesinambungan pada masyarakat global, serta berbagai pilihan untuk menghadapinya.

Di Inggris Library Association (LA), sejak 1 April 2002 telah bergabung dengan institude of information professionals. Langkah ini luar biasa karena menggabungkan dua kekuatan yang memiliki kebiasaan berbeda, tetapi akhirnya dapat menyatukan visi. Maka tidak mengherankan jika semua perpustakaan umum di Inggris telah dihubungkan satu sama lain melalui internet.

Direncanakan semua perpustakaan umum di Indonesia kelak semuanya terhubung dengan jaringan nasionl pendidikan, pada akhir Tahun 2002 di Norwegia perpustakaan umum Oslo merancang pengembangan perpustakaan umum masa depan berdasarkan konsep, bertemu, berkerja dan belajar.

Peran perpustakaan adalah membimbing perorangan, kelompok, atau organisasi melalui proses mencari dan mengelola informasi sehingga mereka dapat mecapai tujuannya. Untuk itu perpustakaan masa depan selayaknya memenuhi kriteria berikut:

1. Memberikan cukup kemungkinan bagi pengumpulan dan pengelolaan informasi dan pengetahuaan.


(21)

2. Menyediakan fasilitas, sumber daya dan informasi yang dapat diakses oleh kelompok maupun perorangan, dan bertindak sebagai gerbang menuju jasa dan sumber daya pihak lain.

3. Menyediakan sarana untuk bertemu, bekerja dan belajar (suatu laboratorium bagi tim kreatif untuk berdialog).

4. Berfungsi sebagai tempat bertemu bagi interaksi dari keanekaragaman pribadi, dan merupakan pusat bagi kota besar.

5. Merupakan sampul salah satu jaringan budaya dan pengetahuan dari kehidupan kota.

Pembangunan perpustakaan umum di Indonesia menurut pengamatan penulis pada dasarnya masih sangat lemah. Kelemahan utama perpustakaan umum adalah dari segi filosofi layanan perpustakaan umum itu sendiri. Perpustakaan umum oleh banyak kalangan masih dianggap sebagai aksessori dalam kehidupan masyarakat, bahwa selayaknya setiap daerah perlu mempunyai perpustakaan, namun masih banyak lagi penguasa daerah yang tidak memberikan dukungan secara memadai.

Situasi seperti ini seharusnya mulai digarap oleh perpustakaan nasional RI, disamping usaha lain yang lebih menekankan pembangunan fisik perpustakaan. Hal ini jika dilihat secara sepintas nampak tidak mendesak, namun dampaknya dapat dirasakan secara luas. Manifesto perpustakaan umum 1994 perlu dipelajari dan dipahami oleh pustakawan maupun para pemimpin pemerintahan. Kesamaan persepsi ini menerbitkan harapan mereka akan memberikan lingkungan hidup yang lebih baik bagi perpustakaan umum.

2.5 Perawatan Bahan Pustaka Monograf

Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, selain ruang atau gedung, peralatan atau perabot, tenaga dan anggaran unsur-unsur tersebut satu sama lain saling berkaitan dan saling mendukung untuk terselenggaranya layanan perpustakaan dengan baik. Sehingga bahan pustaka harus dilestarikan dan dilakukan perawatan mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka disini berupa terbitan buku, terbitan berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide dan sebagainya harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal.


(22)

Di Indonesia usaha perawatan bahan pustaka terkadang masih kurang mendapat perhatian, padahal usaha ini seharusnya dilaksanakan lebih cermat mengingat iklim tropis yang tidak menguntungkan pada pelestarian koleksi karena bahan pustaka disebut juga sebagai arsip penting yang berisikan informasi dalam bentuk ilmu pegetahuan.

Dalam usaha perawatan bahan pustaka ada istilah baku yang biasanya digunakan pada lingkungan perpustakaan, yaitu pelestarian, pengawetan dan perbaikan. Perawatan bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi.

Perawatan dan pelestarian bahan pustaka dilakukan dengan tujuan melestarikan kandungan informasi bahan pustaka. Pada dasarnya perawatan dan pelestarian itu bisa dilakukan dengan alih bentuk menggunakan media lain, atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin.

Perawatan dan pelestarian bahan pustaka meliputi kegiatan: reproduksi bahan pustaka, penjilidan, laminasi, pencegahan faktor-faktor perusak koleksi dan lain-lain. Setiap kegiatan perawatan dan pelestarian bahan pustaka itu diberlakukan pada suatu kondisi tertentu, tergantung pada keadaan bahan pustaka itu sendiri dan keadaan perpustakaan.

Pada umumnya media yang banyak digunakan pada bahan pustaka adalah kertas, baik dalam bentuk buku, surat kabar, peta, naskah dan bahan tercetak lainnya. Semua koleksi atau bahan pustaka tersebut pasti akan mengalami kerusakan, baik kerusakan sederhana maupun kerusakan secara fatal, maka dari itu perawatan dan pelestarian bahan pustaka sangat diperlukan untuk menunjang fungsi perpustakaan dalam melaksanakan jasa perpustakaan dengan mengusahakan agar kondisi bahan pustaka terpelihara sebaik mungkin dan siap pakai.

Perawatan bahan pustaka adalah upaya untuk menjaga agar kondisi fisik bahan pustaka dapat bertahan dengan lama, sejalan dengan perkembangan perpustakaan umum. Perawatan bahan pustaka dilakukan melalui pelestarian dan pengawetan.


(23)

Menurut Soetminah (1992) yang dimaksud dengan pemeliharaan dan pelestarian bahan pustaka adalah kegiatan menjaga agar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan awet dan terawat dengan baik.

Sudarsonao (2006) menerangkan bahwa pengawetan (conservation) dibatasi pada kebijakan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut.

Perbaikan (restorasi) menunjuk pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk merawat atau memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang sudah rusak. Pada mulanya pustakawan merasa perlu melakukan pelestarian bahan pustaka karena banyak bahan pustaka yang semakin lama semakin tua dan semakin rusak. Pemakaian yang tinggi, penyimpanan yang kurang sempurna dan banyaknya faktor perusak bahan pustaka memaksa pustakawan untuk berfikir bagaimana mengatasi segala masalah tersebut. Mengingat ruangan penyimpanan dan kemajuan teknologi, maka pelestarian tidak ditujukan kepada bahan pustaka yang sudah rusak dan tua saja, tetapi juga terhadap bahan pustaka yang baru diterima oleh perpustakaan.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa sistem perawatan bahan pustaka adalah suatu proses dan upaya dalam mengetahui betapa pentingnya perawatan pada bahan pustaka, memahami akan perbedaan berbagai jenis bahan pustaka sehingga dapat diketahui perbedaan yang ada dari berbagai jenis bahan pustaka tersebut.

2.6 . Tujuan Perawatan Bahan Pustaka Monograf

Tujuan perawatan adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak mengalami kerusakan, mempertahankan nilai informasinya, serta melestarikan hasil budaya cipta manusia, baik berupa informasi fisik dari bahan pustaka tersebut. Karena buku merupakan sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang, oleh karena itu bahan pustaka yang mahal diusahakan terawat dengan baik agar informasi yang terdapat didalamnya tidak musnah dan tetap dapat dipakai lebih lama.

Dengan demikian dapat menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan dan dapat menimbulkan daya tarik, biasanya pembaca segan membaca atau


(24)

enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin dan sangat berminat untuk menggunakan buku perpustakaan.

Tujuan perawatan bahan pustaka dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menyelamatkan nilai informasi yang terdapat pada bahan pustaka 2. Menyelamatkan fisik dokumen

3. Mengatasi kendala kekurangan ruang 4. Memperindah bentuk fisik buku 5. Memperepat perolehan informasi

Dokumen yang tersimpan dalam CD (compact Disc) sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal. Dengan pelestarian yang baik diharapkan bahan pustaka dapat berumur lebih panjang, sehingga perpustakaan tidak perlu membeli bahan yang sama, yang dapat membebani pemesanan, pengolahan kembali, penempelan kartu, dan penyampulan yang dimana kesemuanya itu memerlukan uang, dengan bahan pustaka yang lestari dan terawat, pustakawan dapat memperoleh kebanggaan dan peningkatan kinerja.

Bukan berarti karena tidak harus membeli bahan pustaka secara terus menerus, informasi yang terdapat didalamnya menjadi informasi yang tidak berguna, melainkan dengan melakukan perawatan bahan pustaka berarti telah menyelamatkan nilai informasi yang terkandung didalam bahan pustaka tersebut. Lingkungan yang sehat, ruang kerja yang baik, rapi dan menarik juga membuat kehidupan pustakawan menjadi lebih berarti dan sangat menyenangkan.

Dari tujuan di atas dapat dilihat bahwa tujuan perawatan bahan pustaka adalah untuk merawat dan melindungi bahan pustaka menjadi awet dan terawatt serta dapat digunakan lebih lama. Dengan demikian pengguna perpustakaan dianjurkan agar dapat menjaga bahan pustaka.

2.7. Bahan Pustaka Monograf

Bahan pustaka monograf adalah bahan pustaka/karya tercetak yang berbentuk buku. Monograf merupakan suatu kesatuan yang paling utuh dan paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standart UNESCO tebal


(25)

buku/bahan pustaka monograf/tercetak paling sedikit 49 halaman tidak termaksud sampul, diantaranya buku fiksi, buku teks dan buku rujukan.

Bahan Pustaka Tercetak / Monograf.

Buku/monograf adalah terbitan yang mempunyai satu kesatuan yang utuh, dapat terdiri dari satu jilid atau lebih. Contoh: buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

Bahan Bukan Buku

1). Terbitan berseri adalah terbitan yang diterbitkan terus-menerus dalam jangka waktu terbit tertentu, dapat berupa harian, mingguan, bulanan, dsb 2). Peta

3). Gambar

4). Brosur, pamflet, dan booklet

5). Makalah, merupakan karya yang mempunyai nilai sementara, tidak diolah sebagaimana bahan pustaka lainnya

6). DVD.

2.8 Sistem Perawatan Bahan Pustaka Monograf

Perawatan bahan pustaka menjadi salah satu tujuan penyelenggaraan perpustakaan, karena salah satu tugas pokok perpustakaan adalah mengumpulkan dokumen tertulis dari masa lalu hingga sekarang, serta penyimpanan untuk keperluan pemakai kini dan masa yang akan datang. Sangat sukar untuk memperkirakan kebutuhan pemakai pada masa yang akan datang, sehingga akan sukar pula menyusun kebijakan yang diperlukan untuk melestarikan bahan–bahan pustaka tersebut. Memang setiap perpustakaan dengan sifat kekhususannya masing-masing akan berbeda tanggapan dan kebutuhannya, namun bagi perpustakaan perawatan merupakan salah satu tugas utama untuk melestarikan informasi yang terdapat didalamnya.

Di Indonesia usaha perawatan bahan pustaka terkadang masih kurang mendapat perhatian, seharusnya usaha ini dilaksanakan lebih cermat mengingat iklim tropis yang tidak menguntungkan pada kelestarian koleksi bahan monograf dan betapa pentingnya bahan pustaka sebagai sumber informasi. Lembaga


(26)

kearsipan dan museum dengan segala upaya dan keterbatasannya, telah memulai melaksanakan hal ini.

Secara garis besar perawatan bahan pustaka monograf adalah meliputi: 1. Faktor – faktor penyebab kerusakan bahan pustaka Monograf 2. Kegiatan perawatan bahan pustaka monograf

3. Perbaikan

4. Peproduksi bahan pustaka.

2.8.1 Faktor – Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Monograf

Perawatan bahan pustaka bukanlah hal yang mudah dan bukan hal yang baru bagi pustakawan, namun tugas bagian perawatan adalah tugas yang sulit. Terutama di negara tropis seperti. Musuh bahan pustaka antara lain manusia, tikus, serangga, mikroorganisme, serat berbagai bencana alam lainnya.

Bahan pustaka yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah terkena noda, hancur terkena air dan sebagainya. Cepat atau lambatnya proses kerusakan kertas tergantung pada mutu kertas dan iklim daerah, serta perawatannya. Sebagai pustakawan yang profesional hendaknya kita juga bisa memperbaiki bahan pustaka yang mengalami kerusakan baik kerusakan besar maupun kerusakan yang kecil. Ini sangat penting sekali bagi kelancaran dan keberhasilan dalam mengupayakan pelestarian informasi yang terdapat didalam bahan pustaka tersebut dan keberhasilan dalam memberikan layanan perpustakaan.

Pustakawan juga diharapkan mampu mengerjakan restorasi bahan pustaka terutama dalam hal menghilangkan noda pada bahan pustaka, penggantian halaman buku yang sobek karena serangga, memperbaiki bagian buku yang basah atau terkena jamur dan menggantikan sampul buku yang sudah rusak fatal.

Demikian halnya faktor penyebab kerusakan bahan pustaka dapat disebabkan oleh berbagai hal dan penyebab, kerusakan bahan pustaka juga dapat ditangani oleh pustakawan yang memiliki ahli atau kemampuan dalam bidang


(27)

perawatan koleksi. Akan diuraikan secara garis besar faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka.

Menurut Martoatmodjo (1993 : 36-47) kerusakan bahan pustaka itu secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

2.8.1.1 Kerusakan Oleh Faktor Fisika

Pada dasarnya setiap bahan pustaka terdiri atas zat organik yang suatu saat pasti akan hancur. Namun dengan demikian perlu dihindari dari faktor-faktor yang akan cepat merusak bahan pustaka, karena secara umum kertas terbuat dari serat tumbuhan atau sintesis yang dipakai untuk menulis, melukis serta menyebarkan berbagai informasi dan pengetahuaan.

Berdasarkan asal serat yang digunakan, kertas dapat diklasifikasikan seperti: a. Kayu – kayuan mengandung 40-60% selulosa

b. Bambu mengandung 60% selulosa c. Kertas bekas

d. Kapas mengandug 98% serat selulosa.

e. Sisa hasil pertanian seperti jerami, ampas tahu, merang yang mengandung 40-60%selulosa.

Bahan baku kertas terus menjadi pusat perhatian para ahli, sehingga di adakan penelitian dan penggolongan untuk bahan–bahan yang dapat menghasilkan kertas yang bagus dan tidak bagus. Karena kebanyakan koleksi bahan pustaka terbuat dari kertas sebagai media penyimpanan informasi, kertas terbuat dari serat selulosa yang berasal dari tumbuhan tersebut diatas, komposisi dasar dari selulosa ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu (C6H10O5)n. Pada rumus molekul tersebut, (n) merupakan jumlah polimer dari selulosa yang dapat mencapai 1.000 pada serat kayu dan 1.500 pada serat kapas.

Dari hal tersebut di atas tampak dengan jelas bahwa bahan kertas yang terbuat dari sisa hasil pertanian, kapas, kayu dan bambu akan cepat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor fisika, adapun kerusakan yang disebabkan oleh faktor fisika adalah:

1. Cahaya

Cahaya adalah suatu bentuk energi elektro magnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Sinar-sinar yang terdapat dalam


(28)

cahaya dapat dibagi kedalam tiga kelompok menurut panjang gelombangnya yaitu:

Sinar ultra violet dengan panjang gelombang antara 300-400 milimikron 1. Sinar inframerah dengan panjang gelombang 17 lebih besar dari 760

milimikron

2. dan sinar dalam cahaya dengan panjang gelombang antara 400-760 milikron.

Lebih kecil panjang gelombang suatu sinar, lebih tinggi sinergi yang dihasilkannya. Sinar yang panjang gelombangnya kecil seperti sinar violet dan sinar inilah yang merusak kertas.

Bahan yang terbuat dari selulosa seperti kertas dan tekstil dapat rusak oleh pengaruh cahaya ini. Kerusakan yang terjadi berupa perubahan warna dari cemerlang menjadi pudar dan menurunnya kekuatan serat. Kerusakan ini disebabkan karena reaksi dari energi cahaya, adanya bahan additive dan residu dari bahan pemutih pada saat pembuatan kertas, serta adanya uap air dan oksigen disekitar kertas. Proses kerusakan oleh cahaya ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Proses fotolisis: yaitu efek yang disebabkan karena besarnya energi yang dipancarkan oleh sinar ultra violet, sehingga dapat memutuskan rantai ikatan kimia polomer selulosa.

b. Proses foto sentisasi: efek ini disebabkan karena proses oktidasi dari bahan bahan additive dan partikel logam yang ada dalam kertas oleh pengaruh cahaya normal. Proses ini dipercepat oleh adanya uap air dan 18 oksigen yang terdapat dalam udara, sehingga menimbulkan perubahan warna menjadi kuning dan kecoklatan dan struktur kertas menjadi lemah.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

Ada dua macam cara yang digunakan untuk menerangi perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam cahaya terdapat bermacam macam sinar, akan tetapi yang merusak bahan pustaka/kertas adalah sinar ultra violet.


(29)

mengurangi radiasi ultra violet. Buku-buku tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan jendela.

Untuk mencegah kerusakan karena cahaya lampu listrik adalah dengan memperkecil intensitas cahaya, memperpendek waktu pencahayaan dan menghilangkan radiasi ultra violet dari lampu tersebut dengan memasang filter pada lampu TL.

2. Suhu (Temperatur) dan Kelembapan Udara

Sebenarnya kekuatan kertas tidak berkurang oleh perubahan suhu yang tidak begitu ekstrim seperti yang terjadi di Indonesia, asalkan kandungan air dalam kertas itu rendah. Suhu udara di Indonesia berkisar antara 20-30 derajat celcius, perbedan suhu udara antara siang dan malam hari tidak terlalu besar. Masalahnya timbul karena Indonesia merupakan negara tropis, yang kelembapan udaranya relative tinggi pada musim panas hujan.

Jika udara lembap, maka kandungan air dalam kertas akan bertambah karena kertas bersifat higroskopis. Perubahan suhu saat kertas mengandug banyak air inilah yang menyebabkan struktur kertas menjadi lemah. Apabila terjadi perubahan suhu, apalagi fluktuasinya cukup tinggi, akan menyebabkan perubahan volume dan terjadi ketegangan. Jika kejadian ini berlangsung berulang kali, menyebabkan struktur kertas menjadi lemah karena putusnya rantai ikatan kimia pada polomer selulosa. Hubungan antara suhu dan kelambapan udara ini sangat serat sekali.

Sebab bila suhu udara berubah maka kelambapan udara pun turut berubah. Jika suhu udara naik, kelembapan udara akan turun, dan air yang ada di dalam kertas dilepas. Sehingga kertas menjadi kering dan volumenya menyusut, pada saat inilah terjadi keterangan karena molekul–molekul selulosa saling tarik menarik pada proses penyusutan ini.

Sebaliknya jika suhu udara menurun, maka kelembapan udara akan naik. Pada saat inilah kertas menyerap uap air yang ada dalam udara, menyebabkan kandungan air dalam kertas bertambah, akibatnya volume kertas memuai dan serat kertas menjadi kendor.

Efek lain dari pengaruh lembab adalah kertas menjadi busuk, berbau apek dan memberi peluang pada jamur untuk tumbuh dan berkembang dalam berbagai


(30)

tingkat kelembaban udara diatas 70%. Pada musim hujan biasanya kelembapan udara lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim panas, terutama dalam ruangan yang ventilasinya kurang baik.

Yang dibarengi dengan suhu udara yang tinggi menyebabkan asam yang ada pada kertas terhidrolisa, sehingga dapat memutus rantai ikatan kimia pada polimer selulosa. Partikel besi yang ada pada kertas dapat bereaksi dengan asam atau teroksidasi menimbulkan warna coklat pada kertas.

Untuk museum, perpustakaan dan arsip, kelembapan udara yang baik adalah antara 45-60%, sedangkan suhu udara antara 20-24 derajat selcius. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

Temperature dan kelembaban udara yang ideal bagi bahan pustaka adalah 200-240C dan 45-60% RH. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kondisi seperti ini adalah memasang AC 24 jam sehari selama 7 hari dalam seminggu. Masalahnya timbul karena tidak semua perpustakaan mampu memasang AC karena biaya operasionalny besar.

Jika AC dipasang hanya setengah hari saja, maka kelembaban akan berubah-rubah, kondisi seperti ini akan mempercepat kerusakan kertas. Jika dalam suatu perpustakaan sudah terlanjur memasang AC dan dioperasikan hanya setengah hari saja karena pertimbangan biaya, maka sebaiknya AC diatur untuk mendapatkan temperature 260-280C.

Hal ini untuk mencegah terjadi fluktuasi temperature yang tinggi pada siang hari dan malam hari, dan temperature tersebut cukup sejuk bagi manusia dan aman bagi bahan pustaka. Namun demikian jika terjadi temperature dan kelembaban udara yang tinggi maka untuk mencegah kerusakan bahan pustaka harus dibuat ventilasi yang sempurna. Jika terjadi kelembapan udara yang tinggi, dapat diturunkan dengan dehumidifier atau silica gel. Dehumidifier digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dalam ruangan yang tertutup, sedangkan gel digunakan untuk menurunkan kelembapan udara dalam lemari. Alat yang dipakai untuk mengukur temperature dan kelembaban udara adalah thermohygrometer, thermohygrograph dan psychrometer.


(31)

Debu dapat dengan mudah masuk ke dalam ruangan perpustakaan melalui jendela, pintu dan pentilasi udara atau lubang-lubang udara yang terdapat pada perpustakaan tersebut, apabila debu melekat pada kertas maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas dan hal ini dapat menyebabkan kertas mudah lapuk dan rapuh.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

Usahakan ruangan perpustakaan selalu dibersihkan setiap hari, dengan demikian bahan pustaka/kertas terlindungi dari debu, dan diruangan harus dipasang alat pembersih abu dengan demikian udara-udara yang dapat menimbulkan debu dapat dibersihkan.

2.8.1.2 Kerusakan Oleh Faktor Biotis

Bahan pustaka terdiri atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi mahluk hidup seperti jamur, serangga, binatang pengerat. Walau serangga termasud jenis hewan, namun disini agak dibedakan. Pengertian insekta juga bukan seperti yang di defenisikan dalam biologi. Namun lebih diartikan sebagai binatang kecil yang umumnya dapat merusak bahan pustaka dan arsip .

Sedangkan yang dimaksud dengan hewan adalah binatang perusak selain sarangga, seperti tikus, kucing, kelelawar, burung dan sebagainya. Lebih dari 70 jenis insekta dikenal sebagai musuh bahan pustaka dan arsip. Diantaranya yang sangat terkenal adalah lipas, kutu buku, dan rayap. Lipas terutama akan memakan lem dalam buku dan meninggalkan kotoran. Demikian pula dengan kutu buku, selain itu juga membuat lubang pada kertas. Kita sudah begitu mengenal kerusakan yang disebabkan oleh rayap.

Hewan selain insekta merusak buku dan arsip terutama karena kotoran yang ditinggalkan. Tikus selain meninggalkan kotoran tetapi mengerat bahan tersebut, dibandingkan hewan lain, berbagai jenis jamur dan mikroorganisme lain tumbuh subur dalam kondisi gelap dan kelembaban udara yang tinggi. Karena memiliki butir hijau daun, jamur dan mikroorganisme lain mengambil karbohidrat untuk pertumbuhan dari zat organik lain pada kertas.


(32)

Tikus merupakan binatang perusak bahan pustaka yang agak sukar untuk diberantas jenis-jenis tikus dapat digolongkan sebagai berikut: tikus hitam, tikus coklat, tikus putih, tikus rumah, tikus kelabu. Kertas dan buku yang menjadi sasaran untuk dijadikan sarang, air kencing tikus rumah dapat membahayakan kesehatan manusia. Dan air kencing tikus dapat membahayakan kesehatan dan mengundang penyakit leptospiral, sejenis penyakit kuning. isolasi listrik yang terdapat didalam ruangan juga menjadi sasaran tikus dan hal ini dapat menyebabkan kebakaran. Tikus parit membuat sarangnya dibawah foundasi bangunan. Untuk mengatasi serangan tikus itu perlu diadakan pencegahan, tindakan pencegahan untuk melindungi serangan tikus adalah tempat penyimpanan harus bersih dan kering.

Lubang-lubang yang memungkinkan tikus masuk harus ditutup rapat. Jika gedung sudah diserang tikus, pembasmian tikus dapat diakukan dengan bahan kimiawi atau racun. Dewasa ini berbagai jenis bahan kimiawi pembasmi tikus banyak diproduksi orang.

b. Serangga (Insek)

Serangga sangat berbahaya bagi buku dan merupakan ancaman yang paling potensial, terutama dinegara-negara yang beriklim tropis seperti Indonesia, insek seperti solverfish, kecoa, rayap, kutu buku dan bubuk buku (cacing buku) merupakan serangga pemusnah buku yang sudah umum dikenal orang.

Kerusakan yang paling terbesar terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Lingkungan yang lembab, sirkulasi udara kurang, ini merupakan tempat yang paling ideal bagi serangga, dan biasanya kondisi yang hangat dengan temperatur antara 300- 350 dan kelembaban diatas 70% RH, serangga / jamur akan meninggalkan noda permanen pada kertas tersebut.

1. Rayap

Sebutan lain untuk rayap adalah semut putih, walaupun sebetulnya rayap itu bukan semut dan warnanya pun tidak putih. makanan utama rayap adalah kayu, kertas, foto, gambar, rumput dan lain-lain. Rayap mampu memusnahkan setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat. Rayap sangat terorganisir dengan


(33)

kawannya yang mati. Berdasarkan tempat tinggalnya rayap dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: rayap bambu dan rayap kayu.

Rayap dikatakan perusak bahan pustaka yang paling berbahaya karena dapat menghabiskan buku dalam waktu yang singkat. Binatang ini hidup didaerah tropis dan subtropik seperti indonesia, malaysia dan india. Binatang ini berbadan lunak dan berwarna putih pucat karena bentuknya seperti semut, maka dari itu binatang ini disebut sebagai semut putih.

2. Kecoa

Kecoa adalah jenis serangga bersayap dan mempunyai tanduk yang panjang jenisnya bermacam-macam.

Jenis-jenis kecoa yang dikenal adalah sebagai berikut: a) Kecoa timur (blatta orientalis)

b) Kecoa amerika (periplaneta amerikana) c) Kecoa jerman (blatta jermania)

d) Kecoa Australia (periplaneta astralia)

Kecoa merupakan salah satu penyebab penyakit pers, lepra, kolera, tifus, dan lumpuh anak-anak. Kotoran kecoa yang berupa cairan dapat merusak keutuhan bahan pustaka. Kecoa senang bermusim ditempat tempat yang gelap, disudut-sudut ruangan, dan lain-lain. Makanan kegemarannya adalah sisa-sisa makanan, makanan yang busuk, serangga-serangga yang sudah mati, kanji, perekat sampul buku serta kain pada punggung buku. Binatang ini ada dimana-mana berwarna coklat kehitaman dan berberbau.

Mereka mencari makan pada malam hari dan memakan bahan-bahan yang ada pada buku, terutama sampul dan perekat. kotorannya dapat meninggalkan noda yang sukar dihilangkan.

3. Ikan Perak (Silver Fish)

Ikan perak mempunyai banyak nama antara lain: silver month, sugar fish slicker dan sugar louse. Serangga ini berbadan ramping, tidak bersayap, berwarna abu-abu. Serangga ini lebih aktif dimalam hari telurnya diletakkan ditempat-tempat yang gelap.

Setelah dua minggu apabila kondisi lingkungan mendukung maka telur akan menetas. Binatang ini berbentuk kerucut, hidup pada malam hari dan larinya sangat cepat, species yang umum terdapat di museum, diperpustakaan dan arsip


(34)

adalah lapisma saccaharna L dan thermobia aegyptiaca L. Terdapat dimana-mana terutama dalam gedung, pada sudut sudut yang gelap dan lembab. Insek ini merusak buku karena memakan permukaan kertas dan perekat sehingga merusak jilid dan sampul buku.

4. Kutu Buku (book lice)

Bentuk jenis serangga ini sangat kecil sehingga sering disebut kutu buku, binatang ini berwarna abu-abu atau putih, badannya lunak dan kepalanya realatif besar dan giginya sangat kuat, binatang ini jarang terdapat pada buku yang sering digunakan dan baru akan kelihatan kalau populasinya sudah banyak, mereka memakan permukaan kertas dan perekat, species yang paling umum adalah lipocellis divinations. Jenis serangga ini memang sangat rakus terhadap kertas, permukaan kertas selalu dikikisnya sehingga huruf-hurufnya hilang, disamping itu, kutu buku menghancurkan selulosa. Perusak kertas dilakukan oleh larvanya, jenis serangga ini sangat sukar untuk diberantas. Jenis-jenis kutu buku yang dikenal adalah:

a) Lipocelisdivinatorium b) Trogiumpulsatorum c) pesocceptropusmacrops d) pesyllopsocus

e) dorypetrix f) lachessilla g) lepinotus h) Ectopsocus i) Archipsocus.

5. Bubuk buku (cacing buku, cacing worm)

Binatang ini sangat merusak buku karena memakan hampir semua material yang ada pada buku, cacing ini bertelur pada buku. Mereka bertelur pada permukaan kertas atau disela-sela kertas dekat pada buku dan menghasilkan larva yang sangat berbahaya pada buku. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva adalah buku menjadi berlubang-lubang karena larva memakan kertas pada waktu mereka


(35)

Jamur (fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berkrorofil. Untuk memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain (parasit) ataupun dari benda mati (saprofit). Jamur berkembang biak dengan spora, dapat menyebar diudara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembang biak, kertas merupakan tempat yang ideal bagi perkembangan spora, terutama lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi.

Jamur yang dapat merusak bahan pustaka ini bukanlah jenis jamur yang biasa dibuat soup dan bisa kita makan, tetapi jenis jamur yang lazim bisa kita lihat pada pakaian, kertas, atau benda-benda yang lain. Jamur jenis ini akan membiak dengan luluasa jika benda tersebut terkena kotoran, debu, serta tingkat kelembaban tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperature diatas 210C.

Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan organik seperti asam iksalat, asam forminat, dan asam sirat yang menyebabkan kertas menjadi asam, lembut dan rapuh. jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehinga mengurangi daya rekatnya dan merusak tintanya dan menyebabkan tulisannya tidak bisa dibaca lagi. Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat bahan pustaka lengket satu sama lain, sehingga kertas sobek jika dibuka, kita bisa lihat misalnya: mula mula kertas berwarna putih, kemudian berubah menjadi biru, dan akhirnya warna biru itu menjadi hitam. Pada tingkat demikian, kertas sukar diperbaiki, jamur sukar dihilangkan.

Jamur mempunyai akar (dporangiophores) yang mengeluarkan enzim yang dapat larut dalam substansi seperti tepung dan selulosa, Jika punggung buku kena air atau lembab, tumbuh jamur dengan warna putih jamur ini bisa dibersihkan dengan alkohol, dan tidak akan tumbuh lagi.

2.8.1.3 Kerusakan Oleh Faktor Manusia

Manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku tetapi bisa juga menjadi perusak buku yang hebat. Berdasarkan kenyataan yang ada kerusakan buku terjadi Karena ulah manusia misalnya pembaca buku diperpustakaan sengaja merobek bagian bagian tertentu dari sebuah buku, misalnya diambil gambarnya, tabelnya dan tabel-tabel statistiknya. Kadang-kadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak sengaja membuat lipatan sebagai tanda batas baca, melipat untuk batas foto


(36)

copyan, mencoret-coret dengan menggunakan tinta permanen yang dapat merusak tulisan pada buku tersebut. Sebagai akibatnya perekat yang mengelem punggung buku untuk memper kokoh penjidan terlepas sehingga lembaran-lembaran buku akan terpisah dari jilidannya, kecerobohan lain, misalnya sehabis makan tidak membersihkan tangan dahulu langsung memegang buku dan menyebabkan buku menjadi kotor, apabila buku dipegang dengan tangan kotor atau berminyak buku akan bernoda. Kotoran yang melekat pada tangan akan berpindah pada buku, penempatan buku yang terlalu padat dirak akan menyebabkan punggung dan sampulnya menjadi rusak. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan oleh pustakawan.

Kerusakan justru sering disebabkan oleh pustakawan sendiri yang sehari- hari bergelimang dengan buku. Petugas perpustakaan yang tidak memiliki rasa sayang terhadap buku, tidak pernah belajar bagaimana melestarikan dan merawat buku bisa membuat kesalahan yang sangat fatal. Seperti contoh di atas kita harus tahu bagaimana menempatkan buku di rak. Mengambil buku dari rak atau menempatkan buku kembali ke dalam rak, rak hendaknya jangan di isi terlalu penuh cukup hanya 80% saja. Kemudian pada rak pengangkut, buku juga tidak boleh ditimpa terlalu banyak.

2.8.1.4 Kerusakan Oleh Faktor Bencana Alam

Bencana alam seperti banjir dan kebakaran seperti kebakaran dan banjir, dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat fatal terhadap bahan pustaka dalam jumlah yang sangat besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh Karena pustakawan diharapkan mampu menekan sekecil mungkin akibat dari bencana alam tersebut.

Untuk menanggulangi bahaya api maka faktor yang perlu diperhatikan adalah antara lain adalah:

1. Alat-alat dalam gedung digunakan yang tahan api 2. Perlu dipersiapkan alat pemadam kebakaran 3. Dilarang merokok didalam ruangan perpustakan 4. Pemakaian listrik harus hati hati.


(37)

Bahaya banjir merupakan musibah yang sering melanda beberapa tempat di Indonesia. Bahan pustaka yang rusak oleh air harus diperbaiki dengan cara di keringkan dan dianginkan. Dan kebakaran jangan sampai terjadi, meletakan buku dengan posisi yang kurang baik atau mengambil buku dengan cara yang salah dapat menimbulkan kerusakan seperti buku sobek dan terlipat-lipat, sedangkan kesalahan dalam pelaksanaan konservasi dan restorasi dapat menyebabkan perubahan warna, kertas menjadi rapuh dan timbul noda. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan konservasi dan restorasi harus di dahului dengan penelitian eksperiment untuk meyakinkan bahwa cara–cara yang akan kita tempuh dapat di pertanggung jawabkan tidak akan merusak kertas.

2.8.2 Kegiatan Perawatan Bahan Pustaka Monograf

Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan yang berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini.

Menambal buku berlubang karena larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan.

Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Bahan-bahan yang diperlukan, serta cara mengerjakan perbaikan ini akan dijelaskan.

DAFTAR PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PERAWATAN KOLEKSI :

 Penggaris baja yang panjang

 Cutter

 Persegi panjang

 Pemotong karton

 Pencil


(38)

 Pad pembersih dokumen

 Timbangan

 Sikat halus debu

 Penyedot debu

 Penyimpanan Map

 Tissue pembersih Lensa

 PVA bahan perekat

 Pasta selulosa metil

 Penjepit datar

 Penjepit catatan

 Box ringan

 Pengering tinta

 Polyetar film

 Pembersih debu

 Minyak kayu putih

 Air

 Cotton wall

 Kaca pembesar

 Botol penyemprot

 Gunting

2.8.2.1 Pencegah Kerusakan

1. Pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan agar ; a. Koleksi dalam keadaan baik dan dapat terhindar dari penyakit

maupun kerusakan lainnya

b. Kelestarian fisik bahan pustaka terjaga

c. Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut dapat terjaga

d. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur dapat diobati, yang terkena kerusakan kecil dapat diperbaiki

e. Kerusakan yang lebih hebat dapat dihindarkan. Koleksi yang dimakan oleh serangga atau dirusak binatang mengerat dapat diselamatkan.

f. Pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan sadar bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan

g. Para pemakai terdidik untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya

h. Semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan selalu menjaga kebersihan lingkungan


(39)

melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Pencegahan itu dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :

a. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia b. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh tikus

c. Kerusakan yang disebabkan oleh serangga

d. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur e. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh banjir

f. Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran

g. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu h. Mencegah kerusakan sampul buku

i. Mencegah kerusakan pada punggung buku j. Mencegah kerusakan pada engsel buku k. Mencegah kerusakan pada jilidan

l. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena lembaran yang terlepas m. mencegah kerusakan bahan pustaka karena penyobekan halaman

atau pengambilan gambar.

2.8.2.2. Memutihkan Kertas

Noda yang terdapat pada kertas selain terkesan kotor, juga menimbulkan karat dan karat dapat menyebabkan jamur tumbuh dan berkembang biak. Pembersihan dilakukan untuk meghilangkan noda yang terjadi dan sedapat mungkin mengembangkan pada kondisi semula. Pembersihan yang akan dilakukan bergantung pada jenis kotoran dan keadaan bahannya. Kertas yang terkena debu atau lumpur akan berwarna kecoklatan. Ini dapat diputihkan dengan menggunakan berbagai zat kimia, karena memutihkan juga dikatakan sebagai menghilangkan noda, seperti :

1. Chloromine T

Chloromine T 2,5% dilarutkan ke dalam air, kertas yang akan diputihkan diletakkan di atas kertas penyerap, kemudian diolesi dengan larutan di atas. Cara ini dapat diulang sampai noda atau warna putih yang dikehendaki tercapai. Keuntungan penggunaan zat ini adalah tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada kertas.

2. Gas Chlorodioksida

Penggunaan gas untuk memutihkan bahan cetakan cukup baik. Seperti pada Chloromine T, gas ini dilarutkan di dalam air dengan cara mengalirkannya. Kertas yang akan diputihkan dicelupkan ke dalam larutan selama 5 menit kemudian diangkat. Agar kertas tidak robek, dapat dibantu penyangga kaca.


(40)

Kemudian dimasukkan ke air bersih untuk membilas larutan gas Chlorodioksida yang masih menempel di kertas. Tes dahulu apakah tintanya luntur atau tidak. Kalau kertasnya luntur, hanya pada titik noda saja yang diputihkan dengan kuas.

3. Natrium Chlorida

Cara membuatnya ialah dengan mengambil 20 gram NaCl dan dimasukkan ke dalam 3 liter air pada suatu bejana. Kemudian tambahkan 75 ml formaldehida 40%. Rendam kertas yang akan diputihkan sampai noda hilang atau tingkat keputihan yang dikehendaki tercapai. Dengan bantuan kaca, ambil lembaran kertas tadi dan bilas dalam air bersih, agar residu zat pemutihnya hilang.

4. Potasium Permanganate

Bahan yang dipergunakan adalah KMnO4 0,5-5% dilarutkan ke dalam air. Lembaran yang akan diputihkan direndam di dalamnya selama 5 menit. Kemudian dimasukkan pada bak kedua yang telah diisi air dengan larutan natrium tiosulfat 5% untuk menghilangkan warna coklat larutan KMnO4. Selanjutnya kertas dimasukkan ke dalam air bersih untuk menghilangkan residunya.

5. Natrium Hipochlorite

Bahan ini bereaksi sangat lambat, karena itu baik untuk kertas. Tetapi kita harus selalu memperhatikan pH yaitu 11. Untuk mendapatkan pH yang dikehendaki perlu dipakai larutan penyangga. Tanpa larutan penyangga, pH akan menurun (kadarnya naik). Pakailah larutan penyangga sehingga pH tidak turun melampaui angka 7.

6. Hidrogen Peroksida

Bahan ini bereaksi cepat, biasanya disimpan dalam konsentrasi 30 % di dalam botol atau dalam kaleng tertutup. Bahan ini tidak tahan terhadap sinar matahari, kadarnya akan turun jika terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan di tempat yang gelap. Sebaiknya kertas yang akan diputihkan sudah diturunkan kadar keasamannya. Hidrogen peroksida 30% dibuat H2O2 5-10% dengan ditambah amoniak sampai pH-nya antara 9,5-10,5. Masukkan kertas yang akan diputihkan ke dalam larutan tersebut sampai tingkat keputihan yang dikehendaki tercapai. Setelah cukup, angkat kertas tersebut dan bersihkan dengan air bersih dengan merendamnya selama 30 menit.


(41)

Kemudian dianginkan sampai kering, Pemutihan kertas ini lebih bersifat sekedar menghilangkan noda pada kertas daripada memutihkan lembaran buku yang sudah ditulisi, baik tulisan cetak, maupun tulisan tangan. Tetapi kalau memang dianggap sangat perlu, dapat juga seluruh halaman dari suatu buku diputihkan.

2.8.3 Perbaikan (Restorasi)

Perbaikan untuk koleksi yang bernilai tinggi umumnya hanya dikerjakan oleh petugas yang ahli. Kerusakan yang kecil dapat diperbaiki dengan menggunakan cara yang aman dan benar, tidak semua bahan pustaka yang rusak diperbaiki dengan tingkat perhatian yang sama, faktor ekonomi jiga berbicara dalam hal ini.

Karena bahan pustaka baik berupa buku, naskah maupun dokumen mempunyai warisan seni, pendidikan, sejarah dan kebudayaan, selain itu bahan pustaka merupakan sumber informasi bagi kebutuhan riset, sekolah dan lain lain.

Perbaikan buku menurut Carolyn Marrow

Perawatan buku yang aktif dan terorganisasi dengan baik merupakan aktivasi perawatan penting dalam perpustakaan karena ada penurunan tajam pada kualitas pembuatan buku khususnya kualitas kertas dan penjidan. Peralatan yang digunakan untuk perbaikan adalah:

A. Peralatan sederhana dan tidak terlalu mahal: 1. Tempat penyimpanan map

2. Pemotong kertas atau karton 3. Gunting

4. Sikat

B. peralatan yang mahal dan memakan tempat: standing-pres atau board shears.

2.8.3.1. Menambal Kertas

Menambal adalah menutup bagian bahan pustaka yang berlubang dengan kertas jepang, kertas ”hand made”, bubur kertas (plup) atau kertas tissue berperekat. Bahan perekat yang digunakan adalah campuran perekat kanji dengan CMC atau MC atau bisa juga dibantu dengan menggunakan alat ”tacking iron”.


(42)

b. Menambal dengan menggunakan bubur kertas c. Menambal dengan menggunkan mesin leaf caster d. Menambal dengan menggunakan tissue berperekat.

2.8.3.2 . Menyambung

Menyambung dilakukan untuk merekatkan bagian yang sobek patah, atau lemah karena lipatan biasanya diperkuat dengan potongan kertas dari jenis tertentu, agar bagian yang sobek tidak terlalu lebar.

Menyambung juga dapat digunakan dengan mengunakan kertas jepang, kertas “hand made”, bubur kertas dengan perekat kanji dan CMC. Proses menyambung dilakukan dengan hampir sama dengan proses menambal.

a. Menyambung dengan menggunakan potongan kertas

1. Siapkan kertas yang akan dipakai untuk memperkuat sambungan 2. Letakkan penggaris logam di atas kertas penyambung searah serat

kertas

3. Tarik garis sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan treckpen yang telah dicelupkan dengan air

4. Kertas dilipat menggunakan tulang pelipat

5. Kertas ditarik dengan hati-hati menurut garis yang basah

6. Rapatkan kertas dengan hati hati, oleskan kertas penyambung kemudian letakkan diatas bagian yang sobek dan tekan dengan hati hati

7. Usahakan untuk meletaskkan kertas diantara dua lembar kertas diatas kertas penyerap dan letakkan dibawah pemberat. Seteah kering potong bagian yang berlebih.

b. Menyambung dengan menggunakan kertas tissue

1. Siapkan kertas dan kertas tissue yang akan digunakan untuk menyambung

2. Letakkan penggaris logam, tarik garis penggaris sepanjang tepi penggaris dengan menggunakan treckpen yang telah dicelupkan dengan air


(43)

5. Rapatkan kertas dengan hati-hati, oleskan kertas penyambung kemudian letakkan diatas bagian yang sobek dan tekan dengan hati-hati

6. Letakkan bagian yang disambung dengan diantara dua lembar kertas penyerap dan diatasnya diberi pemberat

7. Setelah kering potong bagian kertas yang berlebih.

2.8.3.3 Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari salah kerusakan yang bersifat fisik, misalnya: rapuh karena umur, pengaruh asam, keren dimakan serangga, kesalahan penyimpanan dan sebagainya. Pada umumnya kertas yang akan di enkapsulasi adalah berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster, dan sebagainya yang umumnya adalah rapuh dan harus dilindungi.

Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap dapat dibaca dari luar, pinggiran plastik tersebut, ditempeli lem atau double slided tipe tadi, sehingga bahan pustaka tersebut tidak terlepas. Enkapsulasi mirip dengan menempatkan bahan pustaka pada amplop yang terbut dari plastik. Tetapi dalam enkapsulasi tidak ada udara didalamnya seperti pada amplop.

2.8.3.4. Laminasi

Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasamaan yang terjadi pada kertas atau bahan pustaka dapat dihentikan oleh pelapis bahan pustaka yang terdiri dari film oplas, kertas cromton atau kertas pelapis lainnya. Pelapis bahan pustaka ini menahan polusi atau debu yang menempel dibahas pustaka sehingga tidak beroksidasi dengan pollutant.

Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara lain misalnya seperti menambal, menjilid, menyambung dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang dilaminasi adalah yang sudah tua dan berwarna kuning kecoklatan.


(44)

Setelah kita tetapkan bahwa sebuah bahan pustaka perlu kita awetkan karena memiliki nilai sejarah atau nilai budaya yang sangat penting, disamping itu sistem perawatan bahan pustaka laminasi ini dapat dikatakan sebagai kegiatan arsip dokumen, maka bahan pustaka tersebut kita laminasi.

Dokumen yang telah dihilangkan atau dikurangi tingkat keasamannya diatas kita awetkan dengan cara laminasi. Ada dua cara laminasi yaitu dengan cara mesin dan cara manual.

1. Laminasi mesin

Laminasi dengan cara mesin juga dibagi menjadi dua yaitu: a. Laminasi mesin dengan cara dingin

Laminasi mesin dengan cara dingin adalah melapisi kedua sisi kertas dengan bahan yang disebut: film oplas, film ini di impor dari jerman film oplas ini mengandung lem, dapat membukanya kembali dengan cara membasahinya dengan air.

Dua buah rol film oplas kita pasang pada sebuah mesin penggerak, diatas dan dibawah bahan pustaka. Petugas laminasi memasukkan kertas yang akan dilaminasi diantara kedua film oplas tersebut seperti kalau kita memasukkan kertas yang akan dikirim melalui faximile, atau mesin pembuat transparansi film untuk OHP. Dua rol film oplas itu bertemu dengan permukan kertas yang akan dilaminasi. Seolah kedua film tersebut menelan bahan pustaka penting tadi dan memuntahkannya dibagian belakang mesin yang bergantung dengan antara satu bahan pustaka dengan yang lainnya. Kemudian dipotong satu persatu dan dijilid atau disusun menurut nomor berurutan sesuai dengan urutan aslinya. Teknik memasukkan bahan pustaka diantara dua film oplas harus diperhatikan agar tidak terjadi adanya gelembung udara antara bahan pustaka dan pelapis.

Mengingat harganya yang mahal, harus dipertimbangkan dengan benar apakah bahan pustaka layak untuk dilaminasi kalau tidak memiliki sendiri alat laminasi itu, perpustakaan dapat melakukan kerja sama. Atau diserahkan pada perusahaan komersial, diIndonesia yang memiliki peralatan ini adalah arsip nasional republik indonesia.

b. Laminasi mesin dengan cara panas


(45)

celcius, agar kertas cromtom tersebut dapat menempel pada bahan pustaka. Cara kerjanya juga seperti pada cara dingin, hanya kalau pelapisannya mau dilepaskan dari bahan pustaka, kita bisa mengggunakan aceton, dan bahan pustaka aslinya bisa kita dapatkan lagi.

Dalam melaminasi bahan pustaka kita tidak boleh sembarangan. Harus dipikirkan bagaimana caranya agar bahan pustaka tidak menjadi rusak oleh bahan pelapis. Pada laminasi ”paten” kertas pelapis tidak bisa dibuang tanpa meninggalkan bekas-bekas kerusakan pada bahan pustaka.

2. Laminasi dengan manual

Cara ini dikerjakan dengan menggunakan kertas laminasi yang kita import khusus dari luar negri. Bahan ini belum diproduksi di Indonesia. Cara penggunaannya, kita letakkan kertas laminasi dimeja yang diberikan alas, kemudian bahan pustaka diletakkan diatasnya.

Sesudah itu diletakkan kertas laminasi lagi kemudian oleskan aceton dengan menggunakan kuas. Usahakan jangan sampai ada gelembung udara ada diantara kertas pelapis dan bahan pustaka. Jangan terlalu menekan keras, Sebab bisa merobek kertas pelapis bahan pustakanya. Kemudian dikeringkan, setelah kering maka pinggang nya digunting dengan rapi. Dokumen akan menjadi rapi dan lebih awet, udara tidak akan mengganggu zat kimia yang terdapat pada kertas sehingga proses keasamaannya terhenti.

Biaya untuk laminasi cukup mahal, Satu halaman folio bisa mencapai Rp.1000,-karena itu kalau memang tidak sangat penting tidak perlu diadakan laminasi, tetapi cukup dengan cara enkapsulasi yang cukup hanya menggunakan plastik biasa dan double slide tipe, tatapi bahan yang baik adalah plastik estralon.

2.8.3.5. Mengganti Halaman Yang Robek

Halaman yang robek dan robekannya tidak dapat diperbaiki dengan menambal, atau sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto copynya. Foto copy tersebut dipotong sesuai dengan luas halaman buku. Kemudian disisipkan dan ditempelkan dengan lem secara hati-hati pada bagian yang hilang. Karena penyisipan di lakukan pada buku yang terjilid, ada kemungkinan terjadi kelebihan lebar halaman tambahan tersebut. Untuk itu kelebihan perlu dipotong,


(1)

Dalam hal ini sebenarnya laminasi dan enkapsulasi hampir sama tetapi yang menjadi perbedaannya adalah, laminasi adalah bahan pustakanya menempel dengan pembungkusnya dan umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin, yang menjadi kelemahannya adalah apabila bahan pustaka telah di laminasi tidak dapat lagi dibuka, dan kelebihannya adalah sangat terjamin perlindungannya, namun enkapsulasi bahan pustakanya hanya dikait dengan plastik pembungkus dengan menggunakan lem doble slotip dan kelebihannya bahan pustakanya dapat dibuka.

3.8.7. Alih Bentuk

Alih bentuk ke media lain misalnya dengan mikrofilm/mikrofis merupakan usaha lain dalam melestarikan koleksi. Bahan pustaka yang terbuat dari jenis yang kurang baik dapat segera di filmkan untuk melestarikan informasinya serta mempermudah pemakaian dan penyebarannya. Pemakai cukup menggunakan copy filmnya sehingga bahan aslinya dapat dilestarikan yang bernilai historis tinggi, sebaiknya dapat pula segera dikeluarkan dari koleksi bila bernilai historis tinggi, dalam hal ini informasi lebih bernilai tinggi dibanding nilai historis fisik dokumen tersebut.

Pemakaian teknologi baru terutama dalam image processing akan lebih banyak menolong pelestarian koleksi. Namun yang pasti dengan mulai dipakainya media baru hasil teknologi, berarti pula media tersebut perlu penanganan secara tepat seperti kertas. Agar kelestariaannya dapat dipertahankan, dalam hal ini kembali pustakawan dan petugas arsip dituntut agar dapat memahami dan menangani teknologi baru dengan benar.

Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi dalam mengalih bentukkan bahan pustaka dari bentuk kertas menjadi bentuk elektronik

belum secara keseluruhan dilakukan, seperti perpustakaan umum lainnya, Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan pengalih bentukannya

hanya dilakukan pada karya ilmiah dan bahan pustaka yang mahal, seperti bidang kedokteran dimana pada saat pembelian buku telah terdapat backupnya dalam


(2)

dianggap penting oleh pustakawan pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi mereka hanya mengalih bentukkan kedalam DVD dan backup data di komputer, seperti hasil laporan rapat dan pertemuan– pertemuan, profil perpustakaan, inventarisasi, dan data data pelatihan perpustakaan yang dianggap sebagai dokumentasi, karena dalam hal ini dokumentasi juga merupakan bahan pustaka yang dianggap sebagai sumber informasi.

3.8.8 Mengganti Halaman Robek

Mengganti halaman yang rusak berarti sama dengan melakukan revisi ulang terhadap isi fisik dari bahan pustakanya, pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi melakukan kegiatan mengganti halaman yang robek hanya dilakukan pada sampul buku yang mengalami kerusakan saja, yaitu dengan menge print judul ataupun isi yang robek dan menempelkannya persis seperti lembaran yang robek.

3.9 Fumigasi

Proses fumigasi adalah suatu proses dimana bahan pustaka dilakukan pengasapan dengan uap gas yang beracun untuk membasmi serangga ataupun jamur yang akan menyerang bahan pustaka. Kegiatan fumigasi pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi dilakukan oleh pustakawan perpustakaan itu sendiri yaitu dengan menyemprotkan gas beracun tersebut, kegiatan fumigasi ini dilakukan setiap setahun sekali dan pustakawan mengambil waktu libur untuk fumigasi agar tidak mengganggu kegiatan pelayanan pada perpustakaan. Selain fumigasi untuk menghindari jamur dan serangga pustakawan, juga menggunakan bagus kapur ajaib sebagai anti serangga di setiap sela rak buku dengan menggariskannya disela-sela rak buku dan sudut-sudut dinding.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor penyebab kerusakan bahan pustaka monograf pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi adalah sebagai berikut:

a. Adapun yang menjadi faktor penyebab kerusakan bahan pustaka pada Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi adalah pada umumnya sebagain besar disebabkan oleh faktor manusia .

b. Faktor Secara sengaja dan tidak sengaja, pengguan bahan pustaka tidak dapat menjaga dan merawat bahan pusaka yang telah dipinjam dengan baik, kualitas kertas dan frekuensi penggunaan bahan pustaka yang tinggi dan kesalahan dalam penyimpanan.

c. Pencemaran Udara yaitu asap/gas kendaraan yang masuk dari sela dan ventilasi udara, dimana hal ini disebabkan karena gedung perpustakaan di pinggir jalan raya.

2. Sistem perawatan bahan pustaka yang dilakukan pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi adalah pembersihan noda dengan menggunakan alat dan bahan tertentu yaitu menggunakan kuas, kemonceng dan bubuk penghapus.

a. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi melakukan perawatan dengan pembersihan noda pada bahan pustaka agar bahan pustaka tetap bersih dan terawat dengan menggunakan kuas, kemonceng dan bubuk penghapus kemonceng, dan menggunakan penghapus karet yang lembut dan bubuk penghapus. b. Pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing


(4)

diganti, sampul yang rusak atau koyak maka diganti dengan menggunakan sampul yang baru, dan merekatkan kembali punggung-punggung buku yang rusak dan melakukan penjilidan. c. Pustakawan melakukan penjilidan terhadap bahan pustaka yang

punggung bahan pustaka tersebut mengalami kepatahan dan kerusakan, bahan pustaka terbitan berseri seperti majalah yang terbit setiap minggu dan bulanan yang sudah tidak termaksud edisi lagi disimpan dan diurutkan berdasarkn edisi terbit, lalu pustakawan nya melakukan penjilidan.

d. Kantor Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi melakukan perawatan dalam hal menambal bahan pustaka yang berlubang, yaitu menggunakan cara yang sangat mudah yaitu hanya dengan menutup lubang/menambal kertas dengan menggunakan canpuran kertas dan lem, dan kertas harus disesuaikan warnanya dengan bahan pustaka yang berlubang kegiatan seperti ini dapat dikatakan perlindungan terhadap arsip.

e. Enkapsulasi pada sertifikat penting dan bahan pustaka lainnya, namum seperti yang kita ketahui secara umum plastik enkapsulasi yang digunakan adalah sebagian besar plastik untuk menjilid buku. f. Laminating yaitu dengan menggunakan mesin panas yaitu

menggunakan kertas cromton untuk melapisi kedua bahan pustaka, adapun bahan pustaka yang dilaminasi adalah sertivikat penting, peta dan bahan pustaka penting lainnya.

g. Fumigasi menyemprotkan gas beracun, kegiatan fumigant ini dilakukan setiap setahun sekali dan pustakawan mengambil waktu libur untuk fumigasi tersebut agar tidak mengganggu kegiatan pelayanan pada perpustakaan tersebut. Selain fumigasi untuk menghindari jamur dan serangga pustakawan juga menggunakan bagus kapur ajaib sebagai anti serangga disetiap sela rak buku degan menggariskannya.


(5)

4.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

a. Dalam menjaga kelestarian bahan pustaka yang terdapat pada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi sebaiknya perpustakaan mengalokasikan anggaran dana dalam membeli sampul plastik untuk menyampul semua koleksi/bahan pustaka yang terdapat pada perpustakaan tersebut.

b. Dalam menghindari kerusakan yang fatal terhadap koleksi bahan pustaka pada Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Tebing Tinggi perlu dibuat CC TV pemantau.

c. Sebaiknya Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi kota Tebing Tinggi menyediakan jasa layanan foto copy, sehingga pengguna perpustakaan tersebut jikalau hendak memfoto copy bahan pustaka tidak harus keluar.

d. Dalam mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka sebaiknya dibuat peraturan tertulis kecil pada setiap lembaran dibalik sampul yang menyentuh hati pengguna agar mendapat kesadaran untuk tidak merusak bahan pustaka.

e. Dalam mencegah terjadinya kerusakan pada tiap lembaran bahan pustaka, pustakawan hendaknya lebih memantau secara giat agar tidak banyak bahan pustaka yang lembarannya koyak dan dicoret coret oleh pengguna.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Blasius, Sudarso. 2006 Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Medan : USU Press USU Press, 2008. Pustaha Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. Medan : USU Press

Martoadmodjo, Karmidi. 1993 Pelestarian Bahan Pustaka: Jakarta. Perpustakaan terbuka

Perpustakaan Nasional RI, 1992 Pedoman Perawatan dan Pemeliharaan Fasilitas

Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Perpustakaan Nasional RI, 1995 Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Siregar, Ridwan .2004. Perpustakaan Energi Membangun Bangsa. Medan : USU Press

Sudarsono, Blasius. 2006 Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

Yusup, Pahit M. 2009. Ilmu Informasi Komunikas dan Kepustakaan. Jakarta : Bumi Aksara

Zed, Mestika. 2004 Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Zen, Zulfikar. 2006 Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto Zen, Zulkarnaen. 2006 Etika Kepustakawanan. Jakarta: Sagung Seto http:// kelembagaanfiles.pnri.go.id  

http://perpustakaanilmu.blogspot.com/2009/mengenal jenis-jenis bahan