Perawatan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kota Binjai

(1)

PERAWATAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN

UMUM KOTA BINJAI

KERTAS KARYA

OLEH

TRI SUCI WULANDARI

102201021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat meneyesaikankan kertas karya ini yang berjudul “Perawatan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kota Binjai” Sholawat dan salam kepada junjunangan kita Nabi besar Muhammad SAW, semoga kita mendapat pertolongannya dihari kemudian Amin.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Parmadi dan Ibunda tercinta Jamilah yang telah begitu banyak memberikan dukungan moril, materil dan yang paling utama doa yang tiada tara diucapkan disetiap sujudnya.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaan kertas karya ini. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis juga telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Program Studi D3 Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Sekaligus dosen pembimbing pada kertas karya ini yang telah meluangkan waktu dan tenaga kepada penulis.

3. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.pd selaku dosen pembaca yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

4. Mukramah, S.Pd selaku Kepala Perpustakaan Umum Kota Binjai beserta staf pegawai yang telah mangizinkan melakukan observasi dan mengumpulkan data sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

5. Seluruh Dosen Program Studi D3 Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mendidik penulis selama perkuliahan.


(3)

6. Buat seluruh keluarga besar penulis yang telah banyak memberikan dukungan sehingga kertas karya ini dapat terselaikan.

7. Buat Ahmad Afif Tanjung (Gobang) yang selalu mendukung penulis dalam pembuatan kertas karya ini.

8. Sahabat- sahabat penulis : Meutia Ulfa (Omeh), Fauziah Haqiqi (Kipo), Ryando Quares Purba (cuN), Suci Ramadhani (Jamban), Irfan Hendhika, Jati Wirawan (Benjo), Rachmad Iqbal (Bokir), Heru Gunawan (Balonteli), Hermansah Tanjung (Idung). Terimakasih kawan atas hari-hari indah bersama kalian, doa, dukungan, canda tawa, kemarahan, kesediahan yang kita jalani selama perkuliahan ini takkan terlupakan bagi penulis.

9. Sahabat-sahabat yang selalu setia menemani di kos: Rizky (Kidok), Annisa Fatiah (Nisut), Tria Anindi Lubis (Inem)

10.Buat Chebond : Kidok, Shinbun, Ayu, Vitapeto, Citut, Irayut, Irma, Ketel, Tari, Kimel. I Miss u so much guys

11.Seluruh teman-teman stambuk 2010 yang tidak bisa diseput satu persatu, penulis ucapkan terimakasih untuk kebersamaan selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga kertas karya ini bermanfaat bagi kita semua.Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila selama pembuatan kertas karya ini ada tingkah laku penulis yang kurang berkenann. Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis ucapkan banyak terimakasih dan mendapat Ridho dan Rahmat dari Allah SWT, Amin

 

 

Medan, Juli 2013 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTARISI...iii

TABEL Tabel 1...27

Tabel 2 ...27

Tabel 3 ...29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Ruang Lingkup ... 3

1.4 Metode Pengumpulan Data ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum ... 4

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum ... 4

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum ... 5

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum ... 7

2.1.4 Tugas Perpustakaan Umum... 8

2.15 Misi Perpustakaan Umum ... 9

2.2 Pengertian Perawatan Bahan Pustaka ... 10

2.3 Tujuan Perawatan Bahan Pustaka ... 11

2.4 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ... 12

2.4.1 Faktor Biologi ... 13

2.4.2 Faktor Fisika ... 15

2.4.3 Faktor Kimia ... 17


(5)

2.5.1 Pencegahan ... 19

2.5.2 Perawatan Bahan Pustaka ... 22

2.6 Penyiangan (Wedding) ... 23

BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN UMUM KOTA BINJAI 3.1 Sejarah Perpustakaam Umum Kota Binjai ... 25

3.2 Visi dan Misi Perpustakaan Umum Kota Binjai ... 25

3.2.1 Tujuan Perpustakaan Umum Kota Binjai ... 26

3.2.2 Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Kota Binjai ... 26

3.2.3 Waktu Pelayanan Perpustakaan Umum kota Binjai ... 27

3.2.4 Tenaga Perpustakaan ... 27

3.2.5 Koleksi Perpustakaan ... 28

3.2.6 Sistem Pelayanan ... 30

3.3 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ... 31

3.3.1Faktor Fisika ... 31

3.3.2 Faktor Biologi ... 31

3.3.3 Faktor Kimia ... 32

3.3.4 Faktor Lain ... 33

3.4 Kegiatan Pencegahan dan Perawatan Bahan Pustaka ... 32

3.4.1 Pencegahan Kerusakan ... 32

3.4.2 Perawatan Bahan Pustaka ... 33

3.4.3 Perbaikan ... 33

3.5 Penyiangan Bahan Pustaka ... 34

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 35

4.2 Saran ... 35


(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perpustakaan merupakan suatu sarana yang menyediakan berbagai informasi yang selalu diperoleh dari masa ke masa setiap orang dapat mempergunakan perpustakaan tanpa memandang status sosial, umur dan pekerjaan. Perpustakaan bukan sembarang gedung tempat penjajaran buku melainkan gedung yang penuh ilmu pengetahuan. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan perlu adanya sarana yang menyediakan sumber-sumber informasi, salah satu yang menyediakannya adalah perpustakaan. Perpustakaan menyediakan informasi melalui bahan tercetak maupun tidak tercetak, yang akan disalurkan kepada pengguna. Supaya bahan pustaka dapat terus digunakan oleh yang membutuhkan, maka pihak perpustakaan harus memelihara keutuhan bahan pustaka tersebut hal ini dilakukan agar informasi dan ilmu pengetahuan yang berada di dalamnya tidak hilang dan menjadi rusak.

Pemeliharaan bahan pustaka bukanlah hal yang mudah, hal ini sudah menjadi masalah sejak lama karena banyaknya penyebab kerusakan bahan pustaka, baik yang dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu para pustakawan diharapkan dapat meningkatkan usaha agar bahan pustaka tersebut dapat digunakan dan tidak menjadi sia-sia.

Perpustakaan Umum Kota Binjai banyak melakukan kegiatan, dimulai dari kegiatan pengadaan, sirkulasi serta kegiatan perawatan. Kegiatan perawatan dilakukan oleh pustakawan untuk memudahkan pengguna dalam menggunakan koleksi perpustakaan. Bahan pustaka merupakan hal yang penting di dalam perpustakaan. Menyadari akan pentingnya informasi yang berada di dalamnya maka pihak Perpustakaan Umum Kota Binjai juga melakukan pemeliharaan bahan pustaka. Hal ini dilakukan guna melindungi informasi yang terkandung di dalamnya, agar dapat berdaya guna lebih lama bagi generasi mendatang setidaknya bagi aktifitas akademinya.

Selama ini Perpustakaan Umum Kota Binjai telah melakukan perawatan dengan cara bahan pustaka yang baru dibeli disampul terlebih dahulu, serta diberi label. Bahan pustaka yang rusak akan diperbaiki oleh pihak perpustakaan. Namun


(7)

jika pengguna yang merusak bahan pustaka tersebut maka pengguna akan menerima sanksi dari pihak Perpustakaan Umum Kota Binjai.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kegiatan perawatan bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Binjai masih belum berjalan ssecara maksimal Faktor ini disebabkan karena kurangnya pengawasan terhadap pengguna perpustakaan, kurangnya dana dan peralatan yang memadai untuk kegiatan perawatan bahan pustaka. Meskipun Perpustakaan Umum Kota Binjai telah melakukan perawatan bahan pustaka, namun kegiatan perawatan yang dilakukan belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat masih banyak buku yang tidak terawat, seperti koyak dan dimakan rayap, yang sudah barang tentu menjadi masalah bagi pustakawan di perpustakaan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan para pengguna perpustakaan sangat kecewa karena adanya lembaran buku yang diperlukan tidak ada atau hilang. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus tanpa adanya perhatian dari pihak perpustakaan untuk melakukan perawatan kemungkinan yang terjadi bahan pustaka tersebut tidak dapat dipergunakan lagi.

Sesuai dengan uraian di atas, maka pokok permasalahan dalam penulisan kertas karya ini adalah kegiatan apa saja yang dilakukan Perpustakaan Umum Kota Binjai dalam melakukan pemeliharaan bahan pustaka beserta kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pemeliharaan.

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis berminat menulis kertas karya ini dengan judul “Perawatan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kota Binjai”

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana proses perawatan bahan pustaka yang dilakukan oleh Perpustakaan Umum Kota Binjai.

2. Untuk mengetahui penyebab kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Binjai.

3. Untuk mengetahui cara mengatasi kerusakan bahan pustaka yang dilakukan oleh Perpustakaan Umum Kota Binjai.


(8)

1.3 Ruang Lingkup

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan ruang lingkup kertas karya ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan bahan pustaka yang mencakup faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, cara mencegah dan perbaikan bahan pustaka, khususnya bahan pustaka tercetak.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data sebagai bahan analisa dalam penulisan kertas karya ini penulis mengadakan metode sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan, yaitu :

Sebelum penulis melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu penulis membaca buku-buku, atau bahan pustaka lainnya yang relevan dengan masalah yang akan dibahas, baik yang ada di perpustakaan maupun yang ada pada penulis sendiri.

2. Studi Lapangan, yaitu :

Dalam usaha untuk memperoleh data dalam penulisan kertas karya ini, penulis mengadakan peninjauan dan pengamatan langsung pada bagian konservasi dan preservasi bahan pustaka pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara.

3. Wawancara (Interview), yaitu :

Penulis mengadakan wawancara langsung dengan petugas perpustakaan, dalam hal ini terutama petugas yang bertanggung jawab pada bagian perawatan bahan pustaka di perpustakaan tersebut.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum (public Library) menurut Reitz yang dikutip oleh Hasugian (2009: 77) menyatakan bahwa:

“A library or library system that provides unrestricted access to library resources and services free of charge to all the resident of a given community, district, or geographic region, supported wholly or in part by publics funds.”

Dalam pengertian yang sederhana defenisi di atas menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumber daya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebagian dari dana masyarakat.

Menurut Sulistyo-Basuki (1992: 4) perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk layanan. Sedangkan menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000: 3) menyatakan bahwa:

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menghimpun buku, bahan cetakan serta bahan rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat setiap warga dapat mempergunakan perpustakaan tanpa membedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama.

Selanjutnya menurut Unesco Public Library Manifesto yang dikutip oleh Hasugian (2009: 77) menyatakan bahwa:

Perpustakaan umum dinyatakan sebagai berikut: The Public library is the local center of information, making all kinds of knowledge and information readily available to its users. The public library, the local gateway to knowlage, provides a basic condition for lifelong learning, independent of the individual and social groups.


(10)

Disamping pendapat di atas menurut Perpustakaan Nasional RI yang dikutip oleh Hasugian (2009) perpustakaan umum adalah:

“Perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota/desa) diperuntukkan untuk semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi dan bacaan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan dengan dana umum yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi secara menyeluruh tanpa membedakan tingkat usia, tingkat sosial, tingkat pendidikan dan lain lain.”

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

UNESCO dalam Sudarsono (2006: 158) mengeluarkan manifesto perpustakaan umum. Manifesto tersebut menyatakan bahwa ada 4 pokok penting tujuan perpustakaan umum, yaitu:

1. Kemerdekaan, kesejahteraan dan pembangunan masyarakat maupun perorangan adalah nilai dasar kemanusiaan. Ini hanya akan terwujud melalui tingkat kemampuan warga yang sadar informasi untuk melakukan hak demokratis dan dan memainkan peran aktifnya dalam masyarakat. Partisipasi konstruktif dan upaya pembangunan demokrasi sangat tergantung pada cukupnya pendidikan dan juga pada kemerdekaan akses yang tak terbatas pada pengetahuan, pemikiran dan budaya informasi.

2. Perpustakaan umum merupakan gerbang menuju pengetahuan, menyediakan kondisi awal bagi perorangan maupun kelompok sosial untuk melakukan kegiatan belajar seumur hidup, pengambilan keputusan mandiri dan pembangunan budaya.

3. Manifesto ini menyatakan keyakinan Unesco pada perpustakaan umum sebagai kekuatan yang menghidupkan budaya pendidikan dan informasi serta sebagai lembaga untuk membina kedamaian dan kesejahteraan spiritual melalui pemikiran manusia.

4. Oleh karena itu Unesco mendorong pemerintahan baik daerah maupun pusat agar mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan umum.


(11)

Selain pendapat di atas dalam buku Panduan Penyelengaraan Perpustakaan Umum (1992: 6) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat yang berada dalam jangkauan layanannya, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang perkembangan nasional.

2. Tujuan fungsional perpustakaan umum adalah:

a. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya, serta mendayagunakan budaya tulisan segala sektor kehidupan.

b. Mengembangkan kemampuan mencari, mengnolah serta memanfaatkan informasi.

c. Menggigih masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna. d. Meletakkan dasar - dasar ke arah belajar mandiri.

e. Memupuk minat dan bakat masyarakat.

f. Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.

g. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tangguna jawab dan usaha sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat.

h. Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional dengan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.

2. Tujuan operasional perpustakaan umum merupakan pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta cara mencapainya, 3. sehingga tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi


(12)

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan perpustakaan umum adalah sebagai gerbang menuju pengetahuan dengan menyediakan kondisi untuk melakukan kegiatan belajar seumur hidup untuk menciptakan budaya pendidikan dan informasi. Oleh sebab itu pemerintah harus mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum

Menurut Samosir (2004: 8) Perpustakaan umum sebagai perangkat dan bagian yang tidak lepas dari sistem pembelajaran sepanjang hayat berfungsi sebagai :

1. Pusat informasi, menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat pemakai.

2. Preservasi kebudayaan, menyimpan dan menyediakan tulisan - tulisan tentang kebudayaan masa lampau, kini dan sebagai pengembangan kebudayaan di masa yang akan datang.

3. Pendidikan, mengembangkan dan menunjang pendidikan non formulir diluar sekolah dan universitas dan sebagai pusat kebutuhan penelitian; dan 4. Rekreasi, dengan bahan - bahan bacaan yang bersifat hiburan perpustakaan umum dapat digunakan oleh masyarakat pemakai untuk mengisi waktu luang

Dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 6) dinyatakan bahwa fungsi perpustakaan umum adalah:

1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. 2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan melalui

pembelian, langganan, tukar menukar, dan lain - lain. 3. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka. 4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.

5. Pendayagunaan koleksi.

6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang langsung ke perpustakaan maupun yang menggunakan telepon, faximili, dan lain - lain.


(13)

7. Pemasyarakatan perpustakaan.

8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan.

9. Pelaksanaan koordinasi dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan koleksi mitra kerja lainnya.

10.Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan koleksi bersama dan sarana atau prasarana, dan

11.Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.

Sehubungan dengan fungsi tersebut di atas Siregar (2004 : 76) menjelaskan peran utama perpustakaan umum yang ditugaskan pemerintahan negara kepada suatu perpustakaan umum yaitu :

1. Membantu masyarakat terutama remaja dan anak - anak menjadi melek informasi termasuk di dalamnya mengajarkan bagaimana cara menelusur informasi dan mengembangkan kebiasaan membaca;

2. Membantu orang dewasa untuk “belajar sepanjang hayat” dan belajar kembali untuk perubahan atau peningkatan karier; dan

3. Memelihara dan mempromosikan kebudayaan. Peran tersebut termasuk unik karena tidak dapat dipenuhi oleh lembaga jenis lainnya.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa fungsi perpustakaan umum yaitu membantu masyarakat umum untuk belajar sepanjang hayat.

2.1.4 Tugas Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum melakukan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh perpustakaan umum. Menurut Yusup (1995: 24) menyatakan bahwa tugas perpustakaan umum adalah:

1. Mengumpulkan segala macam media cetak dan karya lainnya yang dihasilkan oleh daerah yang tercakup dalam wilayah koordinasinya.

2. Menghimpun semua jenis informasi kemudian mengolahnya untuk kepentingan pemanfaatan bagi masyarakat banyak, yaitu anggota masyarakat yang secara administratif terjangkau dalam pelayanannya.


(14)

3. Mengelola sumber-sumber informasi yang beragam pula sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bervariasi.

2.1.5 Misi Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum sebagai sebuah lembaga yang menjadi pusat untuk memperoleh informasi memiliki misi yang terkait dengan informasi, melek huruf, pendidikan dan budaya yang menjadi inti layanan perpustakaan umum. Adapun misi dari perpustakaan umum menurut Santoso (2006: 160) adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan dan menguatkan kebiasaan membaca sejak usia dini.

2. Mendukung pelaksanaan bagi pendidikan formal maupun bagi perorangan yang belajar mandiri.

3. Memberikan peluang bagi pengembangan kreativitas perorangan 4. Merangsang imajinasi serta kreativitas anak dan kaum muda.

5. Mempromosikan warisan budaya, penghargaan atas seni penemuan ilmiah dan inovasi.

6. Menyediakan akses pada ekspresi budaya dan semua pertunjukan seni. 7. Membina dialog antar budaya dan mendukung keanekaragaman budaya. 8. Membantu budaya lisan.

9. Menjamin akses atas semua jenis informasi kemasyarakatan bagi semua warga.

10.Menyediakan cukup informasi bagi perusahaan, asosiasi dan kelompok pemerhati setempat.

11.Memberi kemudahan dalam pengembangan keterampilan akan ketidakbutaan informasi dan komputer.

12.Membantu dan aktif dalam kegiatan pemberantasan buta huruf pada semua tingkatan umur, dan bahkan memulainya apabila diperlukan.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum mempunyai beberapa misi yaitu menciptakan kebiasaan membaca, memberikan peluang pengembangan kreativitas, merangsang kreativitas, mempromosikan warisan budaya, menyediakan berbagai informasi sesuai kebutuhan, memberikan


(15)

keterampilan mengakses informasi melalui komputer dan membantu dan aktif dalam pembrantasan buta huruf pada semua tingkatan umur.

2.2Pengertian Perawatan Bahan Pustaka

Perawatan bahan pustaka bukanlah hal yang baru bagi pustakawan. Berdirinya suatu perpustakaan karena adanya koleksi buku, maka jika ada koleksi buku berarti perlu dirawat dan dilestarikan.

Di dalam buku pedoman pembinaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi menyatakan bahwa pemeliharaan lingkungan adalah pemeliharaan, perawatan, penjagaan bahan pustaka yang tidaak langsung, dengan tempat pemeliharaan lingkungan adalah gedung, penyimpanan, pengaturan rak, penggunaan sistem pendingin, udara dan penggunaan bahan pustaka, mengatasi bahan-bahan yang terbakar, terendam, basah dan sebagainya.

Menurut Soeatminah (1992: 126), pengertian pemeliharaan dan perawatan bahan pustaka adalah “Kegiatan menjaga atau mengusahakan agar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan awet dan terawat dengan baik.”

Sedangkan menurut Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994: 46), “Pelestarian adalah upaya untuk menyimpan kandungan informasi sebuah pustaka dalam bentuk pustaka aslinya atau dengan alih media.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan bahan pustaka adalah semua kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang atau pustakawan dalam melindungi bahan pustaka dari faktor-faktor yang dapat merusak bahan pustaka, baik faktor dari dalam maupun dari luar.

Menurut Lindley R. Keith Mobley (2002), pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya.

Pendapat Dureau dan Clement (1990: 1), mengandung pengertian bahwa perawatan bahan pustaka ini menyangkut usaha yang bersifat preventif, kuratif dan juga mempermasalahkan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan bahan pustaka tersebut.


(16)

Perawatan bahan pustaka adalah upaya untuk menjaga keselamatan buku-buku dan bahan lain dari kerusakan sehingga koleksi perpustakaan tersebut dapat berumur panjang dan dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama.

Rahim (1986), mendefenisikan pemeliharaan bahan pustaka merupakan kegiatan yang mencakup segala usaha pencegahan terhadap hal-hal yang menimbulkan kerusakan buku atau dengan kata lain menyelamatkan buku dari unsur-unsur yang merusak.

Perawatan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan harus dilaksanakan oleh setiap jenis perpustakaan. Sehubungan dengan itu perlu perawatan terhadap bahan pustaka agar koleksi yang dimiliki perpustakaan selalu siap digunakan oleh pemakainya. Apabila fisik bahan pustaka tersebut rusak dan kumal akan mengurangi minat baca penggunanya. Sebaliknya, jika bahan pustaka tersebut bersih dan rapi maka pengguna tertarik untuk membacanya.

2.3 Tujuan Perawatan Bahan Pustaka

Tujuan dan fungsi perawatan bahan pustaka adalah untuk menjaga bahan pustaka agar tidak rusak dan informasi yang terkandung didalamnya tidak hilang

Menurut Perpustakaan Nasional RI (1995: 20) tujuan dan fungsi perawatan dan pelestarian bahan pustaka yaitu:

“Mengusahakan agar koleksi selalu tersedia dan siap pakai. Hal ini dapat dilakukan dengan melestarikan bentuk fisik bahan pustaka, melestarikan informasi yang terkandung dengan alih media atau melestarikan kedua-duanya (bentuk fisik maupun kandungan informasinya)”

Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (1991: 271) tujuan dan fungsi perawatan bahan pustaka yaitu melestarikan kandungan informasi bahan pustaka dengan alih bentuk menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin untuk dapat digunakan secara optimal.


(17)

Menurut Martoadmodjo (1993: 5) sebagai berikut 1. Menyelamatkan nilai informasi bahan pustaka 2. Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka 3. Mengatasi kendala kekurangan ruang (space)

4. Mempercepat perolehan informasi: bahan pustaka yang tersimpan dalam CD (Compact Disc) sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh, sehingga pemakaian bahan pustaka menjadi lebih optimal.

2.4 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Perawatan bahan pustaka bukanlah hal baru bagi pustakawan. Para pustakawan terutama di negara tropis seperti Indonesia ini dihadapkan pada berbagai musuh dalam menjaga bahan pustaka. Musuh bahan pustaka antara lain manusia, tikus, serangga serta berbagai bencana alam.

Bahan pustaka yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah rusak karena pengguna, mudah timbul noda dan sebagainya. Kekuatan kertas semakin lama semakin menurun, akibatnya kertas akan berubah warna menjadi kuning kecoklatan dan akhirnya menjadi rapuh dan hancur. Walaupun demikian cepat atau lambat proses kerusakan pada kertas tergantung juga dari mutu kertas dan iklim daerah dimana kertas itu berada serta cara perawatannya.

Jenis perusak bahan pustaka di daerah yang beriklim sedang atau tropis berbeda dengan perusak bahan pustaka dari daerah beriklim dingin begitu pula cara penanggulangannya. Di daerah yang beriklim tropis memiliki perusak bahan pustaka yang lebih banyak dan ganas dari daerah yang beriklim dingin.

Menurut Martoatmodjo ( 1993: 36-74 ) kerusakan bahan pustaka itu secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor biologi, misalnya serangga ( rayap, kecoa, kutu buku ), binatang pengerat, jamur.

2. Faktor fisika, misalnya cahaya, udara/debu, suhu dan kelembaban 3. Faktor kimia, misalnya zat-zat kimia, keasaman kertas, oksidasi


(18)

2.4.1 Faktor Biologi

Bahan pustaka terdiri dari selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup seperti jamur, serangga, binatang pengerat dan lain-lain. Makhluk tersebut dapat hidup dengan kondisi lingkungan yang kelembaban dan suhunya tinggi. Bila ruangan tempat penyimpanan bahan pustaka lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka banyak bahan pustaka yang rusak berat.

1. Binatang Pengerat

Menurut Razak (1992: 24) Tikus merupakan perusak bahan pustaka yang agak sukar diberantas. Jenis-jenis tikus dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Tikus hitam

b. Tikus cokelat atau tikus rumah c. Tikus kelabu atau tikus sawah d. Tikus kesturi

e. Tikus putih

Kertas dan buku sering menjadi sasaran untuk dijadikan sarang. Air kencing tikus rumah dapat membahayakan kesehatan manusia. Air kencing dapat menyebabkan penyakit Leptospiral, sejenis penyakit kuning. Isolasi listrik yang terdapat di dalam rumah/gedung juga menjadi sasaran serangan tikus rumah. Hal ini dapat menimbulkan kebakaran. Tikus parit membuat sarangnya dibawah fondasi bangunan.

2. Serangga

Jenis serangga cukup banyak. Serangga sangat berbahaya bagi buku dan merupakan ancaman paling potensial, terutama dinegara-negara beriklim tropis seperti Indonesia. Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Rayap

Rayap merupakan perusak yang paling berbahaya karena dapat menghabiskan buku dalam waktu singkat. Binatang ini hidup didaerah tropis dan subtropis seperti Indonesia, Malaysia, India dan lainnya. Binatang ini berbadan lunak dan warnanya putih pucat. Karena bentuknya seperti semut, maka binatang ini disebut juga semut putih. Ada dua jenis rayap yaitu rayap kering yang hidupm


(19)

didalam kayu dan rayap basah yang hidup didalam tanah, mereka hidup berkelompok dalam koloni yang terorganisasi dengan rapi. Rayap biasanya membuat sarang dalam tanah untuk mencari makan melalui jalan yang mereka buat, kadang-kadang dapat menembus dinding tembok dan lantai bangunan.

b. Kecoa

Binatang ini ada dimana-mana. Kecoa adalah jenis serangga yang bersayap dan mempunyai tanduk yang panjang. Kotoran-kotoran kecoa yang berupa cairan dapat merusak keutuhan bahan pustaka dan dapat meninggalkan noda yang sukar dihilangkan. Kecoa biasanya bermukim ditempat-tempat yang gelap dan memakan bahan pustaka, terutama sampul dan perekat.

c. Ikan Perak

Serangga ini berbadan ramping, tidak bersayap, dan berwarna abu-abu. Serangga ini lebih aktif di malam hari dan larinya sangat cepat. Serangga ini selalu meletakkan telurnya di tempat yang gelap. Setelah dua minggu apabila kondisi lingkungan mendukung maka telur akan menetas. Jenis serangga ini hidup di tempat-tempat yang gelap sepertu dibelakang buku-buku, rak-rak dan lemari. Serangga ini merusak buku karena memakan permukaan kertas dan perekat yang tebuat dari tepung kanji sehingga merusak jilid dan sampul buku.

d. Kutu Buku

Binatang ini sangat kecil, berwarna abu-abu atau putih badannya lunak dan kepalanya relatif besar. Bgian buku yang diserang adalah punggung dan pinggiran buku. Serangga ini memang sangat rakus terhadap kertas. Permukaan kertas selalu dikikisnya sehingga huruf-huruf pada buku hilang. Jenis serangga ini paling sukar diberantas.

e. Bubuk Buku

Binatang ini sangat merusak buku karena memakan hampir ssemua material yang ada pada buku. Mereka bertelur pada permukaan kertas dan disela-sela kertas dekat jilid buku dan menghasilakn larva yang sangat berbahaya bagi buku. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva adalah buku menjadi


(20)

berlubang-lubang karena larva memakan pada waktu mereka mencari jalan keluar, sehingga jalan yang dibuatnya menyerupai terowongan.

3. Jamur

Jamur adalah tumbuhan yang tidak berklorofil. Untuk memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain (parasit) ataupun dari benda mati (sapropit). Jamur berkembang biak dengan spora, dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembang biak. Kertas merupakan tempat yang ideal bagi berkembangnya spora, terutama di lingkungan yang mempunyai kelembaban yang tinggi. Jamur yang bisa merusak bahan pustaka ini adalah jamur yang beracun dan lazim kita lihat pada pakaian, kertas atau benda-benda lain. Jamur jenis ini akan bisa berkembang biak dengan leluasa jika benda tersebut kena kotoran, debu, serta tingkat kelembaban yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur di atas 21ºC. Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan organik seperti : asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam, lembut, dan rapuh. Jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehingga merusak daya rekatnya, dan merusak tinta yang menyebabkan tulisan tidak terbaca. Jamur yang menempel bisa membuat bahan pustaka tersebut lengket satu sama lain sehingga kertas sobek jika dibuka.

Noda merah kecoklatan pada kertas yang disebut “foxing” adalah oksida besi atau besi hidroksida yang terbentuk dari reaksi kimia antara partikel yang ada pada kertas dengan asam organik yang dihasilkan oleh jamur.

2.4.2 Faktor Fisika 1. Debu

Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruangan perpustakaan melalui pintu, jendela atau lubang-lubang angin yang ada di perpustakaan. Apabila debu merekat pada kertas, maka akan menjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya, kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Di


(21)

samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air yang lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku.

Debu dari jalanan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan mempunyai daya rusak yang paling tinggi. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu, maka ruangan perpustakaan harus selalu dibersihkam. Alat pembersih yang paling bagus untuk bahan pustaka ialah Vacum cleaner.

2. Suhu dan Kelembaban

Kerusakan kertas yang disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perekat pada jilidan buku menjadi kering sedangkan jilidnya sendiri menjadi longgar. Di samping itu, suhu yang tinggi itu dapat menyebabkan kertas menjadi rapuh dan warna kertas menjadi kuning. Sebaliknya, jika udara terlalu lembab maka kandungan air dalam kertas akan bertambah. Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak air inilah yang menyebabkan struktur kertas menjadi lemah.

Sebenarnya kekuatan kertas tidak akan berkurang oleh perubahan suhu yang tidak begitu ekstrim seperti terjadi di Indonesia, asalkan kandungan air dalam kertas tersebut rendah. Tetapi masalah baru timbul karena Indonesia merupakan negara tropis, yang kelembaban udaranya relatif tinggi pasa musim hujan. Hubungan antara suhu dan kelembaban udara ini sangat erat. Sebab jika suhu udara berubah, maka kelembaban udara pun turut berubah.

Ruangan dengan kelembaban tinggi bisa menimbulkan kerusakan pada bahan pustaka. Jamur bisa tumbuh dengan subur dalam kondisi yang lembab ini. Di samping itu pada kertas yang lembab akan terjadi reaksi kimia antara zat yang tersisa dalam pembuatan kertas dengan air. Jika ini terjadi, kertas akan menjadi rapuh, mudah robek. Apabila kelembaban tersebut disebabkan oleh air hujan atau banjir, keringkanlah tempat-tempat tersebut. Kertas yang basah atau lembab tidak boleh dijemur, tetapi harus dianginkan pelan-pelan menurut tingkat kebasahannya.


(22)

3.Cahaya

Cahaya adalah suatu bentuk elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Ada beberapa sinar yang terdapat dalam cahaya salah satunya adalah sinar ultraviolet (sinar matahari). Hindarilah sinar ultraviolet yang masuk langsung ke perpustakaan. Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar ultraviolet adalah memudarnya tulisan, sampul buku dan bahan cetak. Selain itu kertas juga akan menjadi rapuh. Proses perusakan akan dipercepat dengan adanya uap air dan oksigen dalam udara, sehingga menimbulkan perubahan warna. Buku menjadi kuning kecoklatan dan kadar kekuatan serat pada kertas menurun.

Untuk menghindarinya hendaknya diusahakan jendela dipasang kain gorden sehingga panas atau sinar yang masuk ke perpustakaan dapat diatur. Sinar alami cukup bagus, tetapi tidak bisa di kontrol dengan mudah. Karena itu di negara maju, penerangan perpustakaaan menggantungkan pada sinar listrik karena mudah di kontrol. Lampu pada ruang rak buku hanya dinyalakan pada saat diperlukan, Hal ini juga bisa menghemat listrik. Tetapi AC selalu dihidupkan, sehingga kebersihan, kelembaban dan temperatur bisaterkontrol terus. (Perpustakaan Nasional RI, 1992: 8)

2.4.3 Faktor Kimia

Dalam buku Pedoman Perwatan dan Pemeliharaan Fasilitas Perpustakaan (1992: 9) Kertas akan dapat bersifat asam karena pengaruh asam yang berasal dari berbagai sumber, antara lain :

1. Asam yang telah ada sejak kertas diproduksi. Pada proses pembuatan bubur kertas (pulp) biasanya menggunakan bahan kimia untuk menghancurkan kayu dan memutihkan bubuk kertas.

2. Asam yang dihasilkan selama kertas itu digunakan. Asam ini dihasilkan oleh reaksi fotokimia pada serat selulosa oleh pengaruh sinar ultra violet.

3. Asam yang diserap oleh kertas dari lingkungannya, seperti : gas-gas pencemar udara, dari perekat dan asam yang terdapat dalam karton atau kertas yang digunakan untuk sampul.


(23)

Salah satu penyebab timbulnya asam yang berbahaya pada kertas ialah gas-gas pencemar udara. Gas-gas ini berasal dari pembakaran bahan bakar minyak dan batubara pada kendaraan bermotor dan mesin-mesin pabrik.

Oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya, kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dengan mencampurkan asam tanat dan garam besi serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik.

2.4.4 Faktor Lain 1. Manusia

Manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku, tetapi juga bisa menjadi perusak buku yang hebat. Berdasarkan kenyataan yang ada, kerusakan buku terjadi karena ulah manusia. Misalnya, pembaca di perpustakaan secara sengaja merobek bagian-bagian tertentu dari sebuah buku, misalnya diambil gambarnya, tabel-tabel statistiknya. Kadang-kadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak sengaja, membuat lipatan sebagai tanda batas baca atau melipat buku ke belakang. Sebagai akibatnya, perekat yang mengelem punggung buku untuk memperkokoh penjilidan dapat terlepas sehingga lembaran-lembaran buku akan terpisah dari jilidnya. Kecerobohan manusia lain misalnya, habis makan tidak membersihkan tangan dahulu sehingga menyebabkan buku menjadi kotor. Apabila buku dipegang dengan tangan kotor atau berminyak, buku akan bernoda. Kotoran yang melekat pada tangan akan berpindah ke buku. Penempatan buku yang terlalu padat di rak akan menyebabkan punggung dan kulitnya rusak. Hal itu harus diperhatikan oleh pustakawan.


(24)

minuman ke dalam perpustakaan. Kotoran makanan yang jatuh di lantai perpustakaan bisa mengundang tikus atau binatang lain untuk datang ke perpustakaan dan merusak buku. Diberikan kesadaran untuk tidak mencuri atau merobek buku. Perpustakaan memberikan fasilitas ruang baca atau fotocopy yang cukup untuk para pembaca. Jika mereka meminjam buku hendaknya disertai dengan tanggung jawab yang tinggi, tidak merusak, mengotori ataupun tidak menghilangkan buku tersebut. Jika terpaksa hilang mereka harus bertanggung-jawab untuk menggantinya dengan buku yang sama atau sejenis.

2. Bencana Alam

Bencana alam seperti kebakaran atau banjir, dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan kehujanan akan menimbulkan noda oleh pertumbuhan jamur dan kotoran yang terdapat dalam air. Noda yang ditimbulkan oleh jamur ini sangat sukar dihilangkan karena jamur berakar disela-sela serat kertas. Kebakaran dapat memusnahkan kertas dalam waktu yang sangat singkat, oleh sebab itu kita harus menjaga agar kebakaran jangan sampai terjadi.

2.5 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka dan perawatan 2.5.1 Pencegahan

Dalam mencegah kerusakan bahan pustaka hendaklah disesuaikan dengan faktor-faktor kerusakan yang terjadi padda bahan pustaka, antara lain :

1. Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Cahaya

Untuk mencegah kerusakan oleh pengaruh cahaya adalah dengan memperkecil intensitas cahaya yang digunakan dalam ruang baca, mengurangi waktu pencahayaan. Sedangkan untuk mencegah radiasi ultra violet, dapat di atasi dengan filter bahan pustaka atau penyaringan radiasi pada kaca jendela.

Menurut Darmo ( 2001: 81 ) untuk pencegahan karena pengaruh cahaya perlu dilakukan :


(25)

2. Memperpendek waktu pencahayaan.

3. Menghilangkan radiasi ultra violet yang dapat menimbulkan reaksi foto kimia pada kertas dari sumber cahaya.

4. Kandungan ultra violet yang diizinkan untuk kertas adalah 75 m.watt/lumen.

Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk menerangi ruangan, yaitu : Cahaya alam (sinar matahari) yang masuk lewat jendela atau atap dan cahaya buatan (lampu listrik).

Cahaya matahari yang masuk lewat jendela baik yang langsung atau yang dipantulkan oleh benda lain mengndung radiasi ultra violet. Oleh sebab itu cahaya yang masuk lewat jendela harus disaring dan dipantulkan terebih dahulu dengan bahan yang dapat menyerap ultra violet agar koleksi kertas terhindar dari kerusakan.

Cahaya yang berasal dari lampu neon sangat baik untuk menerangi ruangan, karena cahaya merata, tetapi di bawah lampu harus dipasang filter untuk menyerap sinar ultra violet. Alternatif lain untuk mengurangi sinar ultra violet dari cahaya matahari dan lampu listrik adalah memantulkan cahaya tersebut pada permukaan yang telah dilapisi dengan bahan yang menyerap ultra violet. Cahaya yang digunakan untuk menerangi ruangan baik berasal dari cahaya matahari maupun cahaya listrik harus diukur intensitas dan kandungan ultra violetnya.

1. Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara Pengaturan suhu di ruangan harus sesuai dengan kelembaban udara. Hal ini dapat diatasi dengan memasang AC (air condition) diruang koleksi perpustakaan. Setidaknya memasang kipas angin, agar suhu dan kelembapan udara dapat seimbang dan sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh bahan pustaka. Karena kelembapan udara berubah-ubah dapat mempercepat kerusakan bahan pustaka.Untuk itu pihak perpustakaan memperhitungkan secara matang biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian perpustakaan.


(26)

2. Mencegah Kerusakan Karena Debu

Bahan-bahan pencemar udara seperti gas-gas pencemar, debu dan partikel logam dalam udara yang dapat merusak kertas dapat dikurangi dengan langkah-langkah berikut ini :

a. Ruangan menggunakan AC, karena dalam AC terdapat filter untuk menyaring udara dan biasanya ruangan yang ber-AC selalu tertutup rapat.

b. Di dalam ruangan dipasang alat pembersih udara (air cleaner). Di dalam alat ini terdapat juga bahan karbon aktif untuk menyerap gas-gas pencemar udara dari partikel debu

c. Membersihkan ruangan dari debu dengan vacum cleaner secara berkala.

3. Mencegah Kerusakan Karena Air

Air dapat merusak bahan pustaka seperti halnya api. Air dapat berasal dari reservoir pemadam kebakaran, pipa yang bocor, atap yang bocor, kebanjiran dan lain-lain. Untuk menghindari kerusakan karena air, maka sebelum memasukkan bahan pustaka ke dalam suatu ruangan, harus dilakukan penyempurnaan sebagai berikut :

a. Memperbaiki atap yang bocor

b. Tidak boleh ada sambungan pipa air pada tembok bangunan karena pada sambungan pipa tersebut ada kemungkinan terjadinya kebocoran.

4. Mencegah Kerusakan Karena Manusia

Pengguna yang egois merupakan perusak yang hebat karena selain merusak, dapat juga menyebabkan hilangnya bahan pustaka, misalnya pencurian.Hal ini dapat diatasi dengan pengawasan yang ketat serta membuat sanksi yang tegas.Untuk itu terlebih dahulu diadakan pengarahan dan bimbingan kepada pengguna dalam menjaga kebersihan dan keselamatan bahan pustaka.


(27)

5. Mencegah Kerusakan Karena Faktor Biota

Untuk mencegah tumbuhnya jamur dan berkembang biaknya serangga adalah memerikas kertas dan buku secara berkala, membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan buku-buku tidak boleh disusun terlalu rapat pada rak-rak, karena menghalangi sirkulasi udara untuk mencegah menularnya jamur atau serangga yang datang dari luar.

Sebaiknya bahan pustaka yang baru dibeli atrau diterima dari pihak lain difumigasi terlebih dahulu sebelum disimpan bersama-sama dengan buku-buku yang lain.

Untuk mencegah tumbuhnya jamur, pada sela-sela kertas diselipkan kertas tissue yang sebelumnya dicelupkan dalam larutan fungisida. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebaiknya pada musim hujan, karena kelembaban udaranya relatif tinggi.

2.5.2 Perawatan Bahan Pustaka

1. Perbaikan kerusakan bahan pustaka

Defenisi perbaikan ( restoration ) dinyatakan Dureau (1990: 25) sebagai berikut: “Merupakan teknik-teknik dan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh petugas teknis yang bertugas memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak akibat waktu, pemakaian dan faktor lainnya.”

Ada beberapa cara atau teknik dalam memperbaiki bahan pustaka, tergantung pada kondisi bahan pustaka yang akan diperbaiki, antara lain :

1. Menambal

Menambal atau menutup bagian yang berlubang dapat dilakukan dengan kertas Jepang, kertas “hand made” dan perekat kanji atau CMC. Menambal juga dapat dilakukan dengan bubur kertas (pulp), atau menggunakan kertas tissue yang berperekat dan dibantu dengan alat “tacking iron”.

Larva kutu buku sering membuat lubang pada buku, dari halaman depan sampai belakang. Kecoa atau ikan perak juga sering memakan kertas, sehingga kertas tersebut menjadi berlubang atau robek. Kerusakan dapat pula terjadi pada bahan pustaka yang sering dipakai. Karena sering dipakai, bahan pustaka menjadi


(28)

tipis pada bagian lipatan. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki dengan menambalnya.

2. Laminasi

Laminasi dilakukan bagi bahan pustaka yang tidak dapat diperbaiki dengan menjilid, menambal dan menyambung. Biasanya bahan pustaka yang dilaminasi karena sudah berwarna kuning, coklat, kotor dan berbau apek. Laminasi maksudnya adalah menutupi satu lembar kertas diantara dua lembar bahan penguat. Laminasi ini dapat dilaksanakan secara manual yakni laminasi dengan tangan dan laminasi modern dengan menggunakan mesin dimana bahan laminasi sudah didesain dalam bentuk siap pakai.

3. Penjilidan

Penjilidan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam perpustakaan karena penjilidan merupakan proses akhir dari perbaikan. Berbagai hal yang dapat membuat buku rusak, antara lain karena usia, kondisi ruang penyimpanan yang tidak memenuhi syarat, cara pemakaian yang relatif sering dan salah, dimakan serangga atau jamur dan lain-lain. Ragam kerusakan yang terjadi misalnya bahan pustaka menjadi rapuh, berlubang, sobek, jahitan dan cover terlepas dan berbagai bentuk kerusakan lain.

Penjilidan dilakukan terhadap bahan pustaka yang sampulnya rusak, benang jahitannya lepas ataupun halaman yang tidak berturut lagi sehingga perlu dibongkar dan dijild kembali. Penjilidan dilakukan juga pada majalah yang sudah lengkap satu volume dalam satu tahun agar tidak berserakan atau hilang. Apabila jilidan majalah satu volume terlalu tebal dapat dijadikan dua atau tiga jilidan.

Perlu dipikirkan bahan-bahan penjilidan, biaya penjilidan, jika biaya penjilidan sama dengan biaya pembelian baru, dengan judul yang sama maka lebih baik membeli bahan pustaka.

2.6 Penyiangan (Wedding)

Penyiangan (weeding) adalah kegiatan pemilahan terhadap koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Kegiatan penyiangan ini di lakukan agar bahan pustaka yang tidak sesuai lagi diganti dengan bahan pustaka yang baru. Bahan pustaka yang perlu disiangi biasanya bahan pustaka yang isinya tidak relevan


(29)

lagi, sudah usang, isinya tidak lengkap, bahan pustaka yang sudah ada edisi terbarunya dan bahan pustaka yang fisiknya sudah sangat rusak.

Menurut Thompson (1943: 148) Penyiangan adalah suatu praktek yang dilakukan untuk menarik koleksi atau mengirim koleksi yang kelebihan copy serta jarang digunakan dimana tingkat pemakaiannya sangat rendah.

Sedangkan menurut M. P. Douglas dalam Siregar (1999: 17-18) adalah suatu proses untuk mengeluarkan bahan pustaka dari koleksi perpustakaan, dimana koleksi tersebut sudah usang isinya atau rusak yang tidak mungkin diperbaiki lagi.

Menurut Sulistyo-Basuki dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan (1991: 271-274) disebutkan bahwa preservation atau pelestarian mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, sumber daya manusia, metode, dan teknik penyimpannnya. Conservation atau pengawetan terbatas pada kebijakan serta cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut.

Penyiangan bahan pustaka atau weeding yaitu upaya mengeluarkan koleksi dari susunan rak karena tidak diminati terlalu banyak eksemplarnya, telah ada edisi terbaru maupun koleksi itu tidak relevan. Koleksi yang dikeluarkan ini dapat diberikan ke perpustakaan lain, atau dihancurkan untuk dibuat kertas lagi. Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar bahan pustaka yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan bahan pustaka yang baru .


(30)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN UMUM KOTA BINJAI 3.1 Sejarah Perpustakaan Umum Kota Binjai

Perustakaan Umum Kota Binjai berdiri sejak tahun 2007. Setelah adanya PERDA No.19 tahun 2007 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Pemerintahan Kota Binjai. Perpustakaan Umum Kota Binjai ini sudah beberapa kali berpindah lokasi. Pada Bulan Juli tahun 2007 Perpustakaan Umum Kota Binjai beralamat di jalan Sudirman Sky Cross lantai V namun karena lokasi tersebut kurang strategis dan jarang dikunjungi maka pada bulan Desember tahun 2008 berpindah lokasi di Kantor Walikota Binjai. Dan pada bulan Febuari tahun 2012 Perpustakaan Umum Kota Binjai telah mempunyai kantor sendiri yang berada di Jalan.Veteran No.15, Binjai.

3.2Visi dan Misi Perpustakaan Umum Kota Binjai 1. Visi

Budaya baca meningkat, arsip aman menuju sumber daya manusia siap pakai

2. Misi

a. Menyediakan informasi dan literatur yang tepat dan akurat kepada pengunjung.

b. Mengembangkan promosi dan pengembangan perpustakaan dengan mitra kerja.

c. Mengembangkan kegiatan pembinaan dan pelayanan yang profesional. d. Membina, mengembangkan dan mendayagunakan semua jenis

perpustakaan yang ada di lingkungan kota.

e. Meningkatkan kemampuan pengelolaan dan arsip daerah secara modern dan sesuai dengan tuntunan masyarakat.

f. Mengembangkan layanan informasi berbasis pustaka melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

g. Mengembangkan infrastruktur melalui peningkatan sarana dan prasarana serta mutu dan kompetensi sumber daya manusia.


(31)

3.2.1 Tujuan Perpustakaan Umum Kota Binjai

Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran misi dan merupakan sesuatu apa yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu yakni 1 (satu) sampai 5 (lima) tahu.

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dibidang Perpustakaan dan Arsip.

2. Meningatkan sarana dan prasarana bidang kepustakawanan dan kearsipan dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. 3. Meningkatkan budaya baca masyarakat Kota Binjai.

3.2.2 Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Kota Binjai

Struktur organisasi sangat diperlukan dalam organisasi untuk membantu proses kegiatan kerja. Dengan adanya struktur organisasi dapat diketahui tentang kedudukan, tugas serta tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam suatu organisasi atau Instansi.

Bagan Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Kota Binjai

Kepala Perpustakaan Umum Kota Binjai

Sub Bagian Tata Usaha

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Pengolahan dan Pembinaan

Perpustakaan

Seksi Pelayanan dan Refrensi

Seksi Pembinaan dan Pelayanan Kearsipan


(32)

3.2.3 Waktu Pelayanan Perpustakaan Umum Kota Binjai

Waktu pelayanan atau jam buka pada Perpustakaan Umum Kota Binjai adalah sebagai berikut:

Senin – kamis : Pukul 08.00 s/d 16.00 Wib Jum’at : Pukul 08.00 s/d 15.30 Wib

Pada jam-jam inilah pengguna dapat menikmati layanan-layanan yang ada di Perpustakaan Umum Kota Binjai.

3.2.4 Tenaga Perpustakaan

Salah satu penunjang perpustakaan menjadi lebih baik ialah dengan adanya tenaga pustakawan yang menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. Pustakawan merupakan orang yang berperan secara langsung dalam melaksanankan seluruh kegiatan yang ada di perpustakaan untuk itu tenaga pustakawan sangat penting bagi kelangsungan perpustakaan. Perpustakaan Umum Kota Binjai memiliki kurang lebih 19 (sembilan belas) pegawai baik yang berlatar belakang pustakawan maupun tidak. Kepala Perpustakaan Umum Kota Binjai ini adalah Mukramah, S.Pd

Tabel 1

Pegawai berdasarkan tugas

No Tugas Jumlah Pegawai

1 Tenaga Teknis Perpustakaan 13 orang 2 Tenaga Administrasi 6 orang

Tabel 2

Pegawai berdasarkan pekerjaan/jabatan

No Nama Pegawai Jabatan

1. Mukramah, S.Pd Kepala perpustakaan 2. Triyanti Saputri, S.Sos Kasubbag tata usaha

3. Sri Anggraini Kasi pengolahan dan pembinaan perpustakaan


(33)

4. Ernawati Kasi pembinaan kearsipan 5. Nismah Br P, S.Sos Kasi pelayanan dan referensi

6. M. Affan, SE Staf

7. Verawaty P, Amd Staf

8. Obet Mesah Staf

9. Ulfa Husnah Untari Staf

10. Rustiana Staf

11. Nurdiayani Ismail Staf 12. Dewi Chairunnisa, Spdi Staf 13. Heni Tirtayani, SH Staf

14. Ihdar Mirza Staf

15. Lusi Afrida yanti Staf 16. T. Amelda Natasa Staf 17. Ricky Indrawan, SE Staf 18. Jery Aqtarians, SE Staf 19. Wuri Tesa Malinda Staf

Sumber : Perpustakaan Umum Kota Binjai

3.2.5 Koleksi Perpustakaan

Jenis koleksi yang terdapat pada Perpustakaan Umum Kota Binjai terdiri dari semua bidang ilmu. Perpustakaan Umum Kota Binjai berkapasitas 20 rak buku dan 8 lemari untuk koleksi refrensi dengan jumlah koleksi 7.191 judul, 14.598 eksmplar.

1. Buku

ketersediaan buku di perpustakaan lebih banyak dibandingkan dengan bahan koleksi lainnya. Sampai saat ini jumlah buku yang terdapat di perpustakaan adalah 6.902 judul dengan 1.0214 eksemplar, 295 judul untuk koleksi Referensi, dan 397 judul untuk koleksi anak.


(34)

Tabel-3

Koleksi Buku yang terdapat di Perpustakaan Umum Pemerintah Kota Binjai

No Nomor Klasifikasi Jumlah Koleksi

1. 000- General/karya umum 430

2. 100- Philosophy and psichology/filsafat dan psikologi

83

3. 200- Religion/agama 1.166

4. 300- Social science/ilmu social 1.055

5. 400- Language/bahasa 998

6. 500- Natural science/ilmu murni 202 7. 600- Technology/applied science/teknologi/ilmu

terapan

1.337

8. 700- The art/sport/seni/olahraga 420 9. 800- Literature/kesusastraan 457 10. 900- Geography and history/geografi dan sejarah 754

2. Surat kabar

Perpustakaan berlangganan secara rutin beberapa surat kabar terbitan daerah dan kota. Adapun jenis surat kabar yang terdapat di Perpustakaan Umum Kota Binjai ialah :

a. Tribun Medan b. KPK Pos c. Perjuangan

3. Peta

Peta yang terdapat di Perpustakaan Umum Pemerintah Kota Binjai adalah Peta Dunia dan Peta Indonesia yang bejumlah 2 (dua) eksemplar.

4. Foto

Foto yang terdapat di perpustakaan sebanyak 20 (dua puluh ) buah. Adapun jenis- jenis foto yang dikoleksi adalah foto-foto walikota Binjai sejak tahun 1947


(35)

sampai dengan sekarang yaitu sebanyak 14 buah. Selain itu juga terdapat foto-foto kunjungan studi banding pustakawan ke Perpustakaan daerah-daerah.

5. Kaset Video

Kaset video terdapat di perpustakaan sebanyak 50 (lima puluh) buah. Adapun jenis-jenis kaset vidio yang terdapat pada Perpustakaan Umum Kota Binjai adalah kaset video anak-anak belajar.

6. Koleksi Referensi

Perpustakaan Umum Kota Binjai juga memiliki beberapa koleksi referensi yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Berikut ini adalah koleksi referensi yang dimiliki oleh Perpustakaan Umum Kota Binjai

a. Kamus

b. Peraturan perundang-undangan c. Ensiklopedi

d. Atlas

7. Koleksi Anak

Perpustakaan Umum Pemerintah Kota Binjai memiliki ruang baca yang nyaman untuk anak dan koleksi untuk anak. Dan beberapa kaset video belajar untuk anak.

Dari keseluruhan koleksi yang ada di perpustakaan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh para pengguna.

3.2.6 Sistem Pelayanan

Sistem pelayanan Perpustakaan Umum Pemerintah Kota Binjai adalah terbuka. Sistem layanan terbuka disini maksudnya pengguna bisa langsung memilih atau mencari buku yang diinginkan. Dengan begitu, pengguna lebih bebas memilih dan melihat isi buku sebelum buku tersebut di pinjam.


(36)

3.3 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Sebagian besar bahan pustaka di perpustakaan umummnya terbuat dari kertas. Karena penggunaannya terus menerus maka bahan pustaka tersebut akan mengalami kerusakan dalam penyimpanan meskipun relatif lebih lama.

Dari hasil wawancara penulis dengan pihak perpustakaan, bahan pustaka mudah rusak apabila pengguna tidak bisa memanfaatkannya dengan baik. Buku yang sering di baca juga memungkinkan menjadi penyebab kerusakan. Pengguna Perpustakaan Umum Kota Binjai juga sering melakukan kecerobohan seperti: meletakkan buku yang selsesai dibaca dengan seenaknya, melipat bagian buku sebagai pembatas dalam membaca bahan pustaka tersebut, buku yang telah selesai dibaca tidak dikembalikan ke dalam rak. Maka faktor penyebab kerusakan bahan pustaka pada Perpustakaan Umum Kota Binjai yang paling utama adalah manusia atau pengguna perpustakaan tersebut.

3.3.1 Faktor Fisika 1. Cahaya

Kerusakan bahan pustaka akibat sinar ultraviolet ini menyebabkan tulisan menjadi pudar, warna kertas menguning, dan kertas menjadi rapuh sehingga kakuatan kertas hilang.

Hasil wawancara penulis, kerusakan bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Binjai ini terjadi karena sinar ultraviolet yang langsung masuk melalui jendela. Sinar alami cukup bagus untuk bahan pustaka, namun tidak bisa dikontrol dengan mudah. Untuk menghindarinya hendaknya diusakan jendela dipasang kain gorden sehingga panas atau sinar matahari yang masuk ke Perpustakaan Umum Kota Binjai dapat diatur.

2. Suhu dan Kelembaban

Cuaca ruangan yang lembab yang menyebabkan kerusakan bahan pustaka pada Perpustakaan Umum Kota Binjai. Suhu dan kelembaban di perpustakaan tersebut tidak diatur sebagaimana mestinya. Hubungan antara suhu dan kelembaban udara ini sangat erat. Sebab jika suhu udara berubah maka kelembaban pun berubah. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kertas


(37)

udara yang tinggi bisa menimbulkan kerusakan pada bahan pustaka. Maka sebaiknya suhu dan kelembaban di Perpustakaan Umum Kota Binjai ini Harus diatur secara seimbang untuk mencegah kerusakan yang fatal.

3.3.2 Faktor Biologi 1. Rayap

Binatang pemakan kertas ini seringkali membuat bahan pustaka koyak. Pada Perpustakaan Umum Kota Binjai sangat banyak bahan pustaka yang dimakan oleh rayap. Kurangnya penyemprotan pada ruangan yang membuat rayap berkembangbiak merusak bahan pustaka.

Hasil Pengamatan Penulis, Perpustakaan Umum Kota Binjai sudah melakukan pemeriksaan dan penyemprotan bahan pustaka secara rutin agar rayap tidak berkembang biak merusak bahan pustaka.

3.3.3 Faktor Lain 1. Manusia

Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan pihak perpustakaan, kerusakan bahan pustaka pada umumnya disebabkan oleh faktor manusia.

Pengguna sering melakukan kecerobohan dalam menggunakan bahan pustaka, seperti :

1. Meletakkan buku yang sudah selesai dibaca dengan seenaknya.

2. Melipat bagian halaman sebagai pembatas dalam membaca bahan pustaka. 3. Menimpakan buku yang satu dengan yang lain setelah selesai dibaca. 4. Merobek bagian halaman buku yang dianggapnya penting dengan rasa

tidak bersalah.

Seharusnya pihak perpustakaan membuat peraturan tertulis untuk menghindari terjadinya hal-hal seperti tertulis diatas.


(38)

3.4Kegiatan Pencegahan dan Perawatan Bahan Pustaka 3.4.1 Pencegahan Kerusakan

1. Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Cahaya

Dalam mengatasi kerusakan karena faktor cahaya, Perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan pengaturan rak-rak buku agar terhindar secara langsung dari cahaya matahari.

Sejak pengamatan penulis, tindakan ini sudah cukup baik karena rak-rak disusun sebisa mungkin tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Cahaya matahari hanya masuk dari ventilasi-ventilasi jendela.

2. Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara Untuk mencegah kerusakan karena pengaruh suhu dan kelembaban udara, Perpustakaan Umum Kota Binjai ini mengupayakan pengaturan suhu dan kelembaban udara secara maksimal. Agar ruangan tidak lembab dan udara yang masuk tetap dikontrol.

Hasil pengamatan penulis, tindakan yang dilakukan oleh pihak Perpustakaan Umum Kota Binjai sudah sangat baik yaitu dengan memasang kipas angin, agar suhu dan kelembaban udara tetap seimbang dan sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh bahan pustaka.

3. Mencegah Kerusakan Karena Manusia

Perpustakaan Umum Kota Binjai mengatasi kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh pengguna adalah dengan cara memberi sanksi (denda dengan uang atau mengganti koleksi yang hilang ) apabila bahan pustaka yang dipinjam telah hilang ataupun rusak. Tindakan ini sudah cukup bagus, namun seharusnya pihak Perpustakaan Umum Kota Binjai juga harus memberi sanksi terhadap pengguna yang merusak bahan pustaka tersebut jika masih berada dalam ruangan perpustakaan.

4. Mencegah Kerusakan Karena Faktor Biologi

Untuk mencegah berkembangbiaknya rayap atau serangga, Perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan pemeriksaan bahan pustaka dan penyemprotan


(39)

serangga. Perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan penyemprotan 6 bulan sekali atau paling tidak setahun sekali.

Dari hasil pengamatan penulis, tindakan tersebut sudah cukup naik. Namun lebih baik lagi jika Peprustakaan Umum kota Binjai membersihkan tempat penyimpanan dan menurunkan kelembaban udara untuk mencegah berkembang biaknya rayap pada bahan pustaka.

3.4.2 Perawatan Bahan Pustaka 1. Laminasi

Perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan laminasi bagi bahan pustaka yang menguning dan tidak bisa diperbaiki dengan cara menambal dan menyambung. Hal ini dilakukan agar bahan pustaka dapat bertahan selama mungkin.

2. Pembersihan Noda

Noda yang terjadi pada kertas selain memberi kesan kotor, menimbulkan karat dan asam juga dapat menyebabkan tumbuh jamur. Perpustakaan Umum Kota Binjai biasanya melakukan pembersihan noda dengan kuas dan penghapus karet. Penghapus digunakan untuk menggosok permukaan bahan pustaka yang kotor dan kemudian bersihkan dengan kuas.

3.4.3 Perbaikan

Perbaikan memerlukan alat dan bahan yang khusus. Kerusakan halaman lepas dan tidak berurut lagi maka perlu dibongkar dan dijilid kembali, ada juga bahan pustaka yang berlobang-lobang akibat gigitan serangga. Untuk memperbaiki kerusakan seperti ini perlu dilakukan penjilidan ulang yaitu dengan cara melaminasi dan menambal.

Sementara Perpustakaan Umum Kota Binjai tidak pernah melakukan perbaikan dengan alat-alat yang seharusnya. Sebab Perpustakaan Umum Kota Binjai akan mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk membeli alat-alat yang diperlukan dalam melakukan perbaikan tersebut.


(40)

3.5 Penyiangan bahan Pustaka

Kemampuan ruang atau gedung utnuk menampung koleksi selalu terbatas, sedangkan bahan pustaka selalu bertambah akibat kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk mengurangi bahan pustaka diadakan penyiangan. Penyiangan koleksi diadakan pada suatu perpustakaan tergantung dengan kebijakan perpustakaan itu sendiri, bagaimana karakteristik pemakainya, keobjektifan koleksinya, usia koleksi serta fisiknya.

Hasil wawancara penulis, proses penyiangan pada Perpustakaan Umum Kota Binjai dilakukan setahun sekali. Kriteria buku yang akan disiangi pada Perpustakaan Umum Kota Binjai ini adalah buku yang sudah tidak relevan lagi untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan tersebut, buku yang isinya sudah usang, buku yang isinya tidak lengkap dan tidak dapat dilengkapi atau diganti lagi.

Dalam melakukan penyiangan ini, bahan pustaka yang di ambil dari rak tidak langsung dimusnahkan melainkan disimpan. Hal ini dilakukan untuk menjaga apabila suatu saat ada pengguna yang membutuhkan bahan pustaka tersebut maka pustakawan akan mudah menemukan bahan pustaka tersebut


(41)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perawatan bahan pustaka adalah kegiatan menjaga keselamatan buku-buku dan bahan koleksi lain dari kerusakan agar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan tetap awet dan terawat dengan baik.

2. Pihak perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan usaha-usaha untuk mencegah kerusakan bahan pustaka seperti membersihkan debu-debu yang menempel dengan menggunakan vacum cleaner dan menempatkan rak buku pada posisi yang terhindar dari sinar matahari secara langsung.

3. Untuk tetap menjaga bahan pustaka agar informasi yang terkandung didalamnya tidak hilang, maka pihak perpustakaan melakukan perawatan dengan cara melaminasi dan membersihkan noda.

4. Usaha-usaha yang dilakukan pihak perpustakaan dalam merawat bahan pustaka agar tidak cepat rusak adalah membersihkan noda dan laminasi.

5. Untuk menjaga informassi yang teradapat di dalam koleks yang dimiliki oleh Perpustakaan Umum kota Binjai tetap up to date atau tetap sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka perpustakaan melakukan penyiangan terhadap koleksi perpustakaan


(42)

5.2Saran

1. Sebaiknya ruangan Perpustakaan Umum Kota Binjai menggunakan AC untuk memaksimalkan atau mengatur kelembaban udara yang masuk ke ruangan. 2. Untuk mencegah kerusakan bahan pustaka sebaiknya perpustakaan membuat

peraturan-peraturan tertulis kepada pengguna perpustakaan dalam menggunakan bahan pustaka.

3. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam kegiatan perawatan, sebaiknya pustakawan dalam seksi perawatan bahan pustaka diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dalam bidang perawataln bahan pustaka.

4. Dalam perawatan bahan pustaka agar lebih maksimal sebaiknya pihak perpustakaan mengalokasikan dana anggaran untuk membeli alat-alat yang diperlukan pada saat perbaikan.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Dureau, J.M & Clements, D.W.G. 1990. Dasar-Dasar Pelestarian dan Pengawetan BahanPustaka. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Junaedi, J.M. 2006. Pemeliharaan dan Pelestarian Bahan Pustaka.

http://www.jplh.or.id   

Martoadmodjo, Karmidi. 1993. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka.

Nurhadi, Muljani A. 1983. Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia.Yogyakarta : Andi Offset.

Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi. 1994.

Jakarta : Perpustakaan Nasional.

Rajak, Muhammadin. 1992. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta : Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip.

Soeatminah. 1992. Perpustakaan, kepustakwanan dan Pustakawan. Yogyakarta : Kanisius.

Soebradjan S. 1983 “ Pemeliharaan Bahan Pustaka” Berita Perpustakaan Sekolah. (Thn.XI). No. 451, Augustus : Hal: 25-28.

Sulistiyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Yulia,Yuyu.1993. Perawatan Bahan koleksi .Jakarta: Universitas Terbuka. Universitas


(1)

3.4Kegiatan Pencegahan dan Perawatan Bahan Pustaka 3.4.1 Pencegahan Kerusakan

1. Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Cahaya

Dalam mengatasi kerusakan karena faktor cahaya, Perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan pengaturan rak-rak buku agar terhindar secara langsung dari cahaya matahari.

Sejak pengamatan penulis, tindakan ini sudah cukup baik karena rak-rak disusun sebisa mungkin tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Cahaya matahari hanya masuk dari ventilasi-ventilasi jendela.

2. Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara Untuk mencegah kerusakan karena pengaruh suhu dan kelembaban udara, Perpustakaan Umum Kota Binjai ini mengupayakan pengaturan suhu dan kelembaban udara secara maksimal. Agar ruangan tidak lembab dan udara yang masuk tetap dikontrol.

Hasil pengamatan penulis, tindakan yang dilakukan oleh pihak Perpustakaan Umum Kota Binjai sudah sangat baik yaitu dengan memasang kipas angin, agar suhu dan kelembaban udara tetap seimbang dan sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh bahan pustaka.

3. Mencegah Kerusakan Karena Manusia

Perpustakaan Umum Kota Binjai mengatasi kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh pengguna adalah dengan cara memberi sanksi (denda dengan uang atau mengganti koleksi yang hilang ) apabila bahan pustaka yang dipinjam telah hilang ataupun rusak. Tindakan ini sudah cukup bagus, namun seharusnya pihak Perpustakaan Umum Kota Binjai juga harus memberi sanksi terhadap pengguna yang merusak bahan pustaka tersebut jika masih berada dalam ruangan perpustakaan.


(2)

serangga. Perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan penyemprotan 6 bulan sekali atau paling tidak setahun sekali.

Dari hasil pengamatan penulis, tindakan tersebut sudah cukup naik. Namun lebih baik lagi jika Peprustakaan Umum kota Binjai membersihkan tempat penyimpanan dan menurunkan kelembaban udara untuk mencegah berkembang biaknya rayap pada bahan pustaka.

3.4.2 Perawatan Bahan Pustaka 1. Laminasi

Perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan laminasi bagi bahan pustaka yang menguning dan tidak bisa diperbaiki dengan cara menambal dan menyambung. Hal ini dilakukan agar bahan pustaka dapat bertahan selama mungkin.

2. Pembersihan Noda

Noda yang terjadi pada kertas selain memberi kesan kotor, menimbulkan karat dan asam juga dapat menyebabkan tumbuh jamur. Perpustakaan Umum Kota Binjai biasanya melakukan pembersihan noda dengan kuas dan penghapus karet. Penghapus digunakan untuk menggosok permukaan bahan pustaka yang kotor dan kemudian bersihkan dengan kuas.

3.4.3 Perbaikan

Perbaikan memerlukan alat dan bahan yang khusus. Kerusakan halaman lepas dan tidak berurut lagi maka perlu dibongkar dan dijilid kembali, ada juga bahan pustaka yang berlobang-lobang akibat gigitan serangga. Untuk memperbaiki kerusakan seperti ini perlu dilakukan penjilidan ulang yaitu dengan cara melaminasi dan menambal.

Sementara Perpustakaan Umum Kota Binjai tidak pernah melakukan perbaikan dengan alat-alat yang seharusnya. Sebab Perpustakaan Umum Kota Binjai akan mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk membeli alat-alat yang diperlukan dalam melakukan perbaikan tersebut.


(3)

3.5 Penyiangan bahan Pustaka

Kemampuan ruang atau gedung utnuk menampung koleksi selalu terbatas, sedangkan bahan pustaka selalu bertambah akibat kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk mengurangi bahan pustaka diadakan penyiangan. Penyiangan koleksi diadakan pada suatu perpustakaan tergantung dengan kebijakan perpustakaan itu sendiri, bagaimana karakteristik pemakainya, keobjektifan koleksinya, usia koleksi serta fisiknya.

Hasil wawancara penulis, proses penyiangan pada Perpustakaan Umum Kota Binjai dilakukan setahun sekali. Kriteria buku yang akan disiangi pada Perpustakaan Umum Kota Binjai ini adalah buku yang sudah tidak relevan lagi untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan tersebut, buku yang isinya sudah usang, buku yang isinya tidak lengkap dan tidak dapat dilengkapi atau diganti lagi.

Dalam melakukan penyiangan ini, bahan pustaka yang di ambil dari rak tidak langsung dimusnahkan melainkan disimpan. Hal ini dilakukan untuk menjaga apabila suatu saat ada pengguna yang membutuhkan bahan pustaka tersebut maka pustakawan akan mudah menemukan bahan pustaka tersebut


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perawatan bahan pustaka adalah kegiatan menjaga keselamatan buku-buku

dan bahan koleksi lain dari kerusakan agar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan tetap awet dan terawat dengan baik.

2. Pihak perpustakaan Umum Kota Binjai melakukan usaha-usaha untuk

mencegah kerusakan bahan pustaka seperti membersihkan debu-debu yang

menempel dengan menggunakan vacum cleaner dan menempatkan rak

buku pada posisi yang terhindar dari sinar matahari secara langsung.

3. Untuk tetap menjaga bahan pustaka agar informasi yang terkandung

didalamnya tidak hilang, maka pihak perpustakaan melakukan perawatan dengan cara melaminasi dan membersihkan noda.

4. Usaha-usaha yang dilakukan pihak perpustakaan dalam merawat bahan

pustaka agar tidak cepat rusak adalah membersihkan noda dan laminasi.

5. Untuk menjaga informassi yang teradapat di dalam koleks yang dimiliki

oleh Perpustakaan Umum kota Binjai tetap up to date atau tetap sesuai

dengan kebutuhan pemakai, maka perpustakaan melakukan penyiangan terhadap koleksi perpustakaan


(5)

5.2Saran

1. Sebaiknya ruangan Perpustakaan Umum Kota Binjai menggunakan AC untuk

memaksimalkan atau mengatur kelembaban udara yang masuk ke ruangan.

2. Untuk mencegah kerusakan bahan pustaka sebaiknya perpustakaan membuat

peraturan-peraturan tertulis kepada pengguna perpustakaan dalam menggunakan bahan pustaka.

3. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam kegiatan

perawatan, sebaiknya pustakawan dalam seksi perawatan bahan pustaka diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dalam bidang perawataln bahan pustaka.

4. Dalam perawatan bahan pustaka agar lebih maksimal sebaiknya pihak

perpustakaan mengalokasikan dana anggaran untuk membeli alat-alat yang diperlukan pada saat perbaikan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dureau, J.M & Clements, D.W.G. 1990. Dasar-Dasar Pelestarian dan

Pengawetan BahanPustaka. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Junaedi, J.M. 2006. Pemeliharaan dan Pelestarian Bahan Pustaka.

http://www.jplh.or.id 

 

Martoadmodjo, Karmidi. 1993. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Nurhadi, Muljani A. 1983. Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di

Indonesia.Yogyakarta : Andi Offset.

Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi. 1994.

Jakarta : Perpustakaan Nasional.

Rajak, Muhammadin. 1992. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta :

Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip.

Soeatminah. 1992. Perpustakaan, kepustakwanan dan Pustakawan. Yogyakarta :

Kanisius.

Soebradjan S. 1983 “ Pemeliharaan Bahan Pustaka” Berita Perpustakaan Sekolah.

(Thn.XI). No. 451, Augustus : Hal: 25-28.

Sulistiyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Yulia,Yuyu.1993. Perawatan Bahan koleksi .Jakarta: Universitas Terbuka.