Penggolongan tunagrahita secara sosial-psikologis terdapat dua kriteria yaitu
psikometrik dan perilaku adaptif.
a. Ada empat taraf tunagrahita berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala Intelegensi Wechsler Kirk dan Gallagher yaitu :
1 Retardasi mental ringan mild mental retardation dengan IQ 55-69. 2 Retardasi mental ringan moderate mental retardation dengan IQ 40-
54. 3 Retardasi mental berat severe mental retardation dengan IQ 20-39.
4 Retardasi mental sangan berat profound mental retardation dengan IQ
dibawah 20. b. Penggolongan tunagrahita menurut kriteria perilaku adaptif tidk
berdasarkan intelegensi, tetpi berdasarkan kematngan sosial. Mempunyai empat taraf yaitu, ringan, sedang, berat dan sangat berat.
2. Teori Cerebral Palsy
Cerebral Palsy menurut asal katanya berasal dari dua kata, cerebral atau cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan. Menurut arti kata,
cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan oleh adanya kerusakan yang terletak di dalam otak. Dapat disimpulkan bahwasannya cerebral palsy merupakan bagian dari
tunadaksa, dimana adanya kelainan gerak, sikap, ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi dan kadang-kadang disertai gangguan psikologis dan sensoris, yang
disebabkan oleh adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak. Penyandang tunadaksa yang tergolong anak cerebral palsy mengalami
kerusakan pada pyramidal tract dan extrapyramidal. Kedua system tersebut berfungsi mengatur system motorik manusia. Oleh karena itu anak mengalami gangguan fungsi
motoriknya. Gangguan tersebut berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis, dan gangguan keseimbangan. Selain
gangguan motorik, anak tunadaksa juga mengalami gangguan pada fungsi sensoris.
9
Gangguan itu berupa penglihatan, pendengaran, perabaan, dan kemampuan kesan gerak dan raba tactilekinesthetic. Tingkat kecerdasan anak cerebral palsy pun
berentang, mulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu idiocy sampai gifted. Pengungkapan kemampuan tingkat kecerdasan anak cerebral palsy mengalami
kesukaran dan hambatan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penyesuaian social anak-anak cerebral palsy tidak menyenangkan.Penyesuaian social seseorang berkaitan
erat dengan konsep diri. Konsep diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri bukanlah bawaan, tetapi diperoleh anak melalui interaksi antara keluarga
dan lingkungan. Penggolongan anak Cerebral Palsy dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian diantaranya :
a.
Menurut derajat kecacatan
Golongan ringan Mild Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka yang dapat berjalan
tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun cacat, tapi tidak akan mengganggu
kehidupannya sehingga dapat beraktifitas dengan anak-anak normal lainnya.
Golongan sedang Moderate Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah mereka yang memerlukan
latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri. Golongan ini memerlukan alat-alat khusus seperti brace, crutches untuk memperbaiki
cacatnya.
Golongan berat Severe Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah anak-anak yang tetap
membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya
10
sendiri. Prognosis hasil usaha peningkatan jelek, sehingga mereka tidak dapat hidup sendiri di tengah-tengah masyarakat.
b.
Menurut topografi
Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh. Misalnya kaki kiri, kaki kanan dan kedua tangan normal.
Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama. Misalnya tangan kanan dan kaki kanan, tangan kiri dan kaki kiri.
Paraplegia, lumpuh pada kedua buah tungkai atau kakinya.
Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri lumpuh. Lumpuh kedua kaki kiri dan kanan yang disebut juga paraplegia.
Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan. Misalnya, tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
Quadriplegia, menderita kelumpuhan pada seluruh anggota geraknya, yang disebut juga dengan tetraplegia.
c.
Menurut fisiologi Berdasarkan fungsi letaknya motorik
Spastik Anak yang mengalami sistem ini menunjukkan kekejangan pada otot-
ototnya, yang disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam keadaan diam tidur. Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak
dalam keadaan marah atau dalam keadaan tenang.
Athetoid Anak yang mengalami athetoid, tidak mengalami kekejangan atau
kekakuan. Otot-ototnya dapat bergerak dengan mudah, malah sering terjadi
11
gerakan-gerakan yang tidak terkendali yang timbul diluar kemampuannya. Gerakan ini terdapat pada tangan, kaki, lidah, bibir, dan mata.
Tremor Anak yang mengalami tremor sering melakukan gerakan-gerakan kecil
yang berulang-ulang. Sering dijumpai anak yang salah satu anggota tubuhnya selalu bergerak.
1.
Hiperaktif, anak tertarik oleh setiap rangsangan yang ia terima dan perhatiannya sangat mudah beralih dari satu objek ke objek yang lain.
2.
Hipoaktif, gerakan lamban dan sangat kurang, tidak dapat menanggapi rangsanga yang di terima.
3.
Gangguan koordinasi motorik Selain itu, juga terdapatnya kesulitan sensoris yang dapat dibagi menjadi:
Gangguan persepsi yang menyebabkan sulit mengolah rangsangan visual, auditorium dan sulit dalam konsep bentuk ruang, warna, dan bunyi.
Gungguan emosi, dimana adanya rasa rendah diri, pemalu, mudah tersinggung, pemarah, keras kepala dan acuh tak acuh.
4.
Gangguan bahasa dan bicara, disebabkan karena anak cerebral palsy tidak mendapatkan pengalaman untuk mendapatkan konsep bahasa yang menyebabkan
timbulnya keterlambatan perkembangan bicara. Ada dua hal yang menyebabkan keadaan anak cerebral palsy memiliki
keterbatasan, yaitu sempitnya ruang lingkup gerak dan respon dari masyarakat. Hasil penelitian Helman menunjukkan bahwa 45 dari anak cerebral palsy
memiliki keterbelakangan mental, 35 memiliki kemampuan kecerdasan rata- rata, 20 memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Michael C. Hardman, 1999.
3. Teori Behaviour