5.2.2. Perangakat pembingkai digunakan sebagai exemplaar
Berupa penekanan perbandingan untuk kemampuan yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan dalam mengatasi atau menyelesaikan berbagai permasalahan, dalam hidup
sehari-hari. Lihat kutipan dialog dan gambar di bawah ini:
Menit: 00 : 27: 21 Narasi : Dokter Kartini duduk di ruang kerjanya membolak balik jam tangan yang
saat itu dipakainya, sambil memikirkan berbagai kasus yang dialami pasien- pasiennya. Dokter Kartini sangat terkejut saat dokter Anton menyapanya, ternyata
dokter Anton sudah lama berada di ruangan kerja dokter Kartini, karena dokter Karitni sedang malamun sehingga tidak terlalu memperhatikan dokter Anton yang sudah
berada di ruangan kerjanya. Dokter Anton terlihat tenang, dan mereka berdua saling bercakap-cakap seputar permasalahan pasien-pasien mereka masing-masing.
Kemudian dokter Kartini memulai percakapan dengan dokter Anton, seperti kutipan di bawah ini:
Dokter Kartini : Bagaimana pasien kamu yang tadi siang?
Dokter Anton : Oh, itu kamu masih pikirin? Masalah ayahnya aja.
Dokter Kartini : Terus bisa kamu atasi? Kamu selalu berhasil ya mengurusi
pasien-pasien kamu daripada aku.
Dalam kutipan dialog di atas, sutradara mau menggambarkan betapa besarnya konstruksi gender terhadap laki-laki dan perempuan yang telah dibentuk oleh budaya
patriarki di masyarakat, sehingga secara tidak sadar seorang perempuan langsung menempatkan atau memposisikan dirinya sebagai orang yang tidak mampu
menyelesaikan setiap permasalahan atau kasus yang dia alami dalam kehidupannya. Secara tidak langsung dialog ini mau menggambarkan bahwa sosok perempuan itu
selalu gagal, dan tidak bisa seperti seorang laki-laki yang selalu mampu dan bisa menyelesaikan setiap masalah dalam hidupnya.
Arti penting yang mau ditekankan adalah, ideologi hasil konstruksi masyarakat yang dituangkan dalam budaya patriarki susah sekali untuk diubah, karena
ideologi tersebut sudah tertanam sejak manusia itu lahir. Hal ini sudah menjadi bagian budaya di masyarakat, dan budaya tersebut sudah diakui dan diterima secara
universal. Walaupun tidak ada aturan tertulis tentang hal tersebut, namun dalam pergaulan di masyarakat, budaya patriarki sudah sangat dominan. Untuk mengubah
pandangan dan budaya patriarki tersebut, membutuhkan perjuangan dan kerja keras bagi semua pihak, supaya kedudukan perempuan setara dengan laki-laki pada
umumnya.
5.2.3. Perangkat pembingkai juga digunakan sebagai depictions