18
Bertolak dari kondisi demikianlah maka jika dulu Karl Marx memperjuangkan kesamaan kelas, kini kaum feminis menggemakan perjuangannya, untuk memperoleh
kesetaraan gender. Untuk memperoleh kedudukan dan hak yang sama dengan laki-laki.
2.4.2 Teori pembagian peran dalam perspektif jender
Secara khusus tidak ditemukan suatu teori yang membicarakan peran dalam jender. Namun untuk menjelaskan pembagian kerja berbasis jender penulis melihat
bahwa teori nature dan nurture dapat mengemukakan peran dalam perspektif jender.
2.4.2.1. Teori nature dan nurture
Teori nature atau kodrat alami yang berdampak pada perangai psikologis antara laki – laki dan perempuan. Antropolog yang juga dikenal sebagai sosiolog Zimbalist
mengungkapkan bahwa hampir merupakan gejala umum perempuan selalu ditempatkan pada posisi seorang ibu yang erat kaitannya dengan reproduksi.
26
Sehingga, berkaitan dengan peran tersebut perempuan dibatasi terutama untuk urusan domestik, yakni yang
berkaitan dengan rumah tangga. Sementara untuk laki – laki dengan kodrat biologis yang dimilikinya dipandang memiliki kekuatan, kekuasaan, bahkan kekerasan. Dengan
kodrat tersebut laki – laki dikonstruksi berperan dalam dunia publik yang kompleks. Dengan kedudukan lebih tinggi dari pada perempuan serta untuk melindungi
perempuan. Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini
memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki peran
26
Zimbalist dalam Disertasi Dien Sumiyatiningsih, Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Jender Studi Kasus tentang Kepemimpinan Pendidikan di Kota Salatiga. Semarang: Progdi Manajemen Pendidikan
Program Pasca Sarjana, UNNES 2010, 11-12.
19
dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Selanjutnya, teori nurture atau kebudayaan yang merupakan “bantahan” teori nature. Teori ini tidak setuju bila pemilahan posisi dan peran laki – laki dan perempuan
merupakan kodrat alam. Pemilahan sektor domestik dan publik, sekaligus pengunggulan terhadap laki – laki sebetulnya merupakan upaya elaborasi terhadap
faktor biologis masing – masing seks dengan lingkungan. Kedudukan peran perempuan disatu sisi merupakan usaha buatan yang direncanakan, hasil kombinasi antara tekanan
dan paksaan juga dengan rangsangan yang tidak wajar, yang juga dilain sisi upaya tersebut menyesatkan bagi perempuan khususnya.
27
Menurut teori ini perbedaan laki- laki dan perempuan pada hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga
menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Konstruksi sosial budaya selama ini menempatkan perempuan dan laki-laki dalam kelas yang berbeda. Laki-laki selalu lebih
superior dibandingkan perempuan. Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga
menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena itu, aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proporsional dalam
segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajer, menteri, militer, DPR, partai politik, dan bidang lainnya. Oleh karena jender merupakan suatu istilah yang
dikonstruksi secara sosial dan kultural untuk jangka waktu yang lama, yang disosialisasikan secara turun temurun maka pengertian yang baku tentang konsep
jender ini pun belum ada sampai saat ini, sebab pembedaan laki-laki dan perempuan
27
Arief Budiman. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: PT. Gramedia. 1985, 13
20
berlandaskan hubungan jender dimaknai secara berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dari satu budaya ke budaya lain dan dari waktu ke waktu. Sebagai contoh dari
perwujudan konsep jender sebagai sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan budaya, misalnya jika dikatakan bahwa
seorang laki-laki itu lebih kuat, gagah, keras, disiplin, lebih pintar, lebih cocok untuk bekerja di luar rumah dan bahwa seorang perempuan itu lemah lembut, keibuan, halus,
cantik, lebih cocok untuk bekerja di dalam rumah mengurus anak, memasak dan membersihkan rumah maka itulah jender dan itu bukanlah kodrat karena itu dibentuk
oleh manusia. Jender bisa dipertukarkan satu sama lain, jender bisa berubah dan berbeda dari
waktu ke waktu, di suatu daerah dan daerah yang lainnya. Oleh karena itulah, identifikasi seseorang dengan menggunakan perspektif jender tidaklah bersifat
universal. Seseorang dengan jenis kelamin laki-laki mungkin saja bersifat keibuan dan lemah lembut sehingga dimungkinkan pula bagi dia untuk mengerjakan pekerjaan
rumah dan pekerjaan-pekerjaan lain yang selama ini dianggap sebagai pekerjaan kaum perempuan. Demikian juga sebaliknya seseorang dengan jenis kelamin perempuan bisa
saja bertubuh kuat, besar pintar dan bisa mengerjakan perkerjaan-pekerjaan yang selama ini dianggap maskulin dan dianggap sebagai wilayah kekuasaan kaum laki-laki.
2.5 Pendekatan feminis dalam studi jender