21
feminisme. Gerakan ini kemudian oleh para akademisi dibagi atau dikelompokkan menjadi 4 golongan, diantaranya ialah feminisme liberal, feminime radikal, feminisme sosialis dan
feminisme teologi. Gerakan Feminisme dimulai dengan adanya kesadaran kolektif perempuan bahwa mereka adalah kelompok yang terpinggirkan oleh sistem atau budaya
patriakhi.
28
Dalam pembahasan ini, penulis mengarahkan atau lebih melihat kepada gerakan feminisme radikal dimana dalam gerakan radikal ini penulis mendapati adanya keterkaitan
antara lesbian dan jender.
2.5.1 Gerakan feminisme radikal
Feminisme Radikal telah ada sejak tahun 1970-an di mana aliran ini menawarkan ideologi perjuangan separatisme perempuan. Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai
reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960an, utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi.
29
Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang
sekarang ada. Gerakan ini sesuai dengan namanya yang radikal dimana feminisme radikal memfokuskan kepada kehidupan pribadi perempuan, sebuah area dimana kesadaran dapat
terbangun dan secara langsung menjadi titik perhatian. Aliran feminisme ini menganggap penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki merupakan bentuk penindasan terhadap
perempuan. Dimana patriarki adalah sumber ideologi penindasan yang merupakan sistem hirarki seksual.
Sistem patriarki menurut feminisme radikal adalah kekuasaan atas kaum perempuan oleh kaum laki-laki, yang didasarkan pada pemilikan dan kontrol laki-laki atas kapasitas
reproduktif perempuan. Dalam melakukan analisisnya terhadap penindasan perempuan, aliran
28
Rosemarie Putnam Tong. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra 2004, 71
29
Gadis Arivia.Filsafat Berperspektif Feminis Jakarta: YJP 2003, 100-101
22
feminisme ini memandang akar permasalahan dari penindasan kaum perempuan oleh laki- laki adalah kaum laki-laki itu sendiri beserta idologi patriarkinya.
Jika melihat perkembangannya aliran feminisme radikal ini mempunyai 2 gelombang yakni feminisme radikal lebertarian dan kultural. Kedua gelombang feminisme radikal ini
mempunyai pandangannya masing-masing melalui beberapa ahli yang penulis coba paparkan. a.
Pemikiran-pemikiran feminisme radikal libertarian. Dalam buku Feminist Thought, Alison jaggar dan Paula Rothenberg, berpendapat
bahwa penyebab fundamental dari opresi terhadap perempuan adalah sistem sexgender.
30
Kemudian, Alice Echols, juga berpendapat bahwa seorang feminis radikal harus menguatkan “keperempuanan“ esensial perempuan, menurut Echols
lebih baik menjadi perempuanfeminin dari pada menjadi laki-lakimaskulin. Perbedaan seksjender mengalir bukan semata-mata dari biologi, melainkan juga
dari sosialisasi atau dari sejarah keseluruhan menjadi perempuan di dalam masyarakat yang patriakal.
31
Menurut Millet seks adalah politis, terutama karena hubungan laki-laki dan perempuan merupakan paradigma dari semua hubungan kekuasaan.
32
Ideologi patriakal, membesar-besarkan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan,
dimana laki-laki selalu mempunyai peran yang dominan dari pada perempuan.
33
Selanjutnya, Firestone dalam dalam tulisan Tong, mengklaim bahwa dasar material ideologi seksualpolitik dari submisi perempuan dan dominasi laki-laki
berakar pada peran reproduksi laki-laki dan perempuan. Dibutuhkan lebih dari revolusi biologis dan sosial, untuk menghasilkan jenis pembebasan manusia yaitu
30
Tong, Feminist Thought, 69
31
Tong, Feminist Thought, 70-71
32
Tong, Feminist Thought, 73-76
33
Tong, Feminist Thought, 73-76
23
reproduksi buatan akan harus menggantikan reproduksi alami.
34
Tidak adanya perubahan fundamental bagi perempuan selama reproduksi alamiah tetap menjadi
keharusan. Reproduksi alamiah adalah akar dari kejahatan, terutama kejahatan yang muncul dari rasa memiliki, yang menghasilkan rasa kebencian dan
kecemburuan di antara manusia.
35
Beberapa pandangan Feminisme radikal libertarian menolak asumsi bahwa ada hubungan yang pasti antara jenis kelamin seseorang dengan jender seseorang.
Beberapa pandangan dari para feminisme radikal libertarian mengklaim bahwa jender terpisah dari jenis kelamin dan masyarakat patriakal menggunakan peran
jender yang kaku, untuk memastikan bahwa perempuan tetap pasif. Karena itu, cara bagi perempuan untuk menghancurkan kekuasaan laki-laki yang tidak layak
atas perempuan adalah dengan pertama-tama menyadari bahwa perempuan tidak ditakdirkan utnuk menjadi pasif, seperti juga laki-laki tidak ditakdirkan untuk
menjadi aktif.
36
Dengan demikian dari beberapa pandangn Feminisme radikal libertarian yakin bahwa semakin sedikit perempuan terlibat di dalam proses reproduksi, semakin
banyak waktu dan tenaga yang dapat digunakan untuk terlibat di dalam proses produktif masyarakat.
b. Pemikiran-pemikiran feminisme radikal kultural
Marilyn French mengatribusikan perbedaan laki-laki dan perempuan lebih kepada biologi dari pada kepada sosialisasi. Dalam tulisan Tong, French mengisyaratkan
bahwa sifat tradisional perempuan lebih baik dari pada sifat tradisional laki-laki. Stratifikasi laki-laki yang di atas perempuan pada gilirannya mengarahkan kepada
stratifikasi kelas. Menurut French, nilai-nilai feminim harus direintegrasikan ke
34
Tong, Feminist Thought, 73-76
35
Tong, Feminist Thought, 73-76
36
Tong, Feminist Thought, 79
24
dalam masyarakat laki-laki yang telah diciptakan oleh ideologi patriakal. Karena menurutnya masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang androgin.
Selanjutnya, Mary Daly, merendahkan nilai-nilai maskulin tradisional. Daly menolak istilah maskulin dan feminin secara keseluruhan, sebagai produk
kebingungan patriarki.
37
Daly menyimpulkan bahwa perempuan harus menolak apa yang tampaknya merupakan aspek “baik” dari feminitas, dan juga menolak
aspek yang sudah jelas-jelas “buruk” karena kesemua itu merupakan “konstruksi yang dibuat laki-laki”, yang dibentuk untuk kepentingan menjebak perempuan di
dalam penjara patriarki yang dalam.
38
Laki-laki ingin menjadi androgin agar dapat menyerap atau bahkan memakan segala sesuatu tentang perempuan dan menyedot
energi perempuan ke dalam tubuh dan pikiran mereka.
39
Oleh karena itu Perempuan harus menenun pemahaman diri yang baru, tetap terpisah secara
radikal dari laki-laki, dan dengan demikian dapat menyimpan energinya untuk kepentingan sendiri.
Pandangan Feminis radikal kultural meyakini bahwa sumber utama kekuatan perempuan ada pada kekuatan mereka untuk menghadirkan kehidupan baru. Bagi
feminis radikal kultural, kunci pembebasan perempuan adalah dengan menghapuskan semua institusi patriakal. Cara pemikiran feminis radikal dalam
menghadapi laki-laki adalah dengan menghancurkan kekuasaan laki-laki yang tidak layak atas perempuan, dengan pertama-pertama menyadari bahwa
perrempuan tidak ditakdirkan untuk menjadi pasif, seperti juga laki-laki tidak ditakdirkan untuk menjadi aktif, dan kemudian mengembangkan kombinasi
37
Tong, Feminist Thought, 79
38
Tong, Feminist Thought, 79
39
Tong, Feminist Thought, 79
25
apapun dari sifat-sifat feminin dan maskulin yang paling baik merefleksikan kepribadian unik mereka masing-masing.
40
Dalam feminisme atau perspektif feminis dikatakan bahwa perempuan adalah the second sex, ia adalah seks yang kedua atau tidak utama dari laki-laki dalam masyarakat
yang patriarkhis. Dalam “seks kedua ini” masih terlalu banyak perdebatan yang belum terjawab.
41
Lesbian diyakini merupakan etika resistensi dan “self creation” pembentukan diri sendiri.
42
Etika resistensi merupakan konsep perjalanan kebebasan yang datang dari pengalaman merasakan penindasan. Etika lesbian dapat eksis berkat pergerakan pembebasan
perempuan, mempertanyakan konstruksi perempuan yang telah didefinisikan oleh masyarakat patriarkis. Apa yang hendak diperjuangkan adalah nilai-nilai pembebasan dimana tidak
terjadi duplikasi dominasi yang dilakukan oleh masyarakat patriarchal. Kelompok-kelompok minoritas ini, termasuk didalamnya lesbian, pada akhirnya berusaha untuk menyuarakan
haknya, agar mendapat pengakuan atas keberadaan mereka. Kajian feminisme merupakan jalan keluar bagi mereka yang ingin menyuarakan aspirasinya. Namun, para lesbian dan gay
lebih memilih untuk menyalurkan aspirasinya melalui perspektif jender dengan menggunakan Queer Theory.