sebelum mengadakan interpretasi dan analisis seni pertunjukan lama, orang harus merekomendasi lebih dahulu seni pertunjukannya
Sedyawati, 1987: 143. Menurut Websteris dalam Soedarsono, 2002: 34 Untuk seni
pertunjukan di Indonesia dari masa lampau sampai masa kini, diperlukan penelusuran sejarah, sejak masa prasejarah sampai masa
sekarang ini. Perkembangan seni pertunjukan di Indonesia memiliki sejarah dari masa ke masa. Proses percampuran dua kebudayaan atau
lebih dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain disebut akulturasi acculturation yang bermakna masuknya pengaruh
kebudayaan lain atau asing terhadap kebudayaan suatu masyarakat.
a. Masa Prasejarah
Pada masa prasejarah yang berlangsung dari ratusan tahun sebelum tarih Masehi sampai pada abad pertama Masehi, diperkirakan
seni pertunjukan Indonesia telah mengalami perkembangan yang baik. Peningalan-peningalan dari masa itu jelas bisa diamati, berupa benda-
benda peningalan arkeologi yang terkait dengan upacara penyembahan roh nenek moyang, kepercayaan animisme, serta kepercayaan kepada
binatang totem Soedarsono, 2002: 8-9. Masa prasejarah yaitu masa sebelum munculnya kerajaan,
sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Zaman primitif ini berkisar antara 20.000 SM – 400 M. Pada masyarakat primitif ada
2 zaman, yaitu zaman batu dan zaman logam. Pada zaman batu diperkirakan tari–tarian hanya diiringi dengan sorak–sorai serta
tepukan tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah terdapat peninggalan instrumen musik yang ada sangkut-pautnya dengan tari,
yaitu gendang perunggu berbentuk seperti dandang berpinggang pada bagian tengahnya dengan selaput suara berupa logam atau kendang
yang dibuat dari perunggu. Di antara lukisan–lukisan yang menghias nekara itu ada lukisan
yang menggambarkan penari yang kepalanya dihias bulu – bulu burung.
Gerakan-gerakan itulah yang kemudian mengkristal dan disusun dalam bentuk tarian. Dari berbagai peristiwa sehari-hari
kemudian terlahir bentuk-bentuk rangkaian gerak yang diwujudkan dalam bentuk upacara ritual masyarakat purba.
Dengan diiringi pukulan-pukulan genderang dan sejenisnya, kelompok masyarakat purba bergerak-gerak mengelilingi api unggun
yang menyala sambil melantunkan mantera-mantera dan nyanyian- nyanyian persembahan bagi nenek moyang mereka. Inilah cikal-bakal
tumbuhnya tari. Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang
menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tari itu lebih menekankan tari yang memuja roh para leluhur dan estetika seni. Tari
primitif biasanya merupakan wujud kehendak berupa pernyataan maksud dilaksanakan dan permohonan tarian tersebut dilaksanakan.
Ciri tari pada zaman primitif adalah kesederhanaan kostum, gerak, dan iringan dalam tarian primitif semua unsur pendukung tari
menjadi dominan yang bertujuan untuk kehendak tertentu, sehingga ungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan dengan permintaan
yang diinginkan.
http:macam-macam-tarian-daerah.blogspot.com201307sejarah-dan- perkembangan-tari.html. Diunduh pada tanggal 19 Oktober 2014.
Tari binatang atau animal dance yang berasal dari warisan zaman masyarakat primitif, dilakukan dengan gerakan-gerakan meniru binatang
yang akan diburu termasuk dalam jenis magi imitatif. Kekuatan magi ini mengharapkan hasil yang sama terhadap obyeknya, yaitu dengan maksud
agar binatang yang ditirukan dengan gerakan tarian itu dapat ditangkap dengan mudah. Tarian ini sebagai sarana dalam jenis upacara ritual
perburuan atau hunting, dengan maksud menyiasati binatang yang akan diburu demi keselamatan dan kesejahteraan Sumandiyo, 2007 : 102.
b. Masa Pengaruh Hindu