Desain Lantai Iringan Bentuk Penyajian Tari

gerak harus bisa masuk ke faktor anatomis dan fisikologis, kerangka- kerangka yang bertemu dalam menentukan lingkup dan jenis pengungkapanya Sedyawati, 1986: 65-66. Suprapto 2002: 161–164 menyatakan bahwa interaksi simbolik merupakan konstruksi dari beberapa pengertian tentang diri sendiri, tindakan, interaksi, dan objek. Saat individu berinteraksi dengan dirinya sendiri, individu itu menjadi objek bagi dirinya. Mead dalam Jaeni, 2012 menegaskan bahwa konsepsi diri dalam hubunganya dengan interaksi simbolik merupakan proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan yang lain. Dalam sebuah interaksi, Mead membedakan antara interaksi nonsimbolik dan interaksi simbolik. Interaksi nonsimbolik berlangsung pada saat manusia merespon secara langsung tindakan dan isyarat dari orang lain, seperti gerak, ekspresi, dan nada suara Suprapto, 2002: 143.

b. Desain Lantai

Dipandang dari garis-garis lantai, tari rakyat bukan merupakan komposisi yang rumit karena dalam seni pertunjukan tari rakyat, tari rakyat berkembang di kalangan rakyat. Tari rakyat disusun untuk kepentingan rakyat setempat dengan komposisi, iringan tata rias dan busana yang sederhana. Termasuk dalam unsur komposisi adalah desain lantai dan desain atas Soedarsono, 1992. Desain lantai dimaksudkan garis-garis di lantai yang dilalui oleh penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi-formasi penari kelompok. Garis-garis pola lantai dapat dibuat dalam wujud garis lengkung dan garis lurus. Garis lurus dapat dibuat kedepan, balakang, samping, atau serong diagonal atau menyudut. Sedangkan garis lengkung dapat membuat bentuk melingkar atau setengah lingkaran. http:www.mikirbae.com201411pola-lantai-tarian-daerah.html. Diunduh pada tanggal 21 Oktober 2014

c. Iringan

Dalam pertunjukan tari khususnya, tari dan musik merupakan perkawinan yang harmonis. Jangan sekali-sekali beranggapan bahwa musik sebagai abdi tari, tetapi sebaliknya musik jangan sampai mendominir tari. Dalam pertunjukan tari, musik harus betul-betul sebagai pengiring, yaitu “mengiringi” tari. Ketika sebuah koreografi belum diiringi dengan musik, belum dapat dirasakan sepenuhnya, tetapi ketika hadir bersama-sama dengan iringan musik yang cocok, pertunjukan itu menjadi lengkap, dan tercapai sentuhan-sentuhan emosionalnya Sumandiyo, 2003:56-57. La Meri dalam Sumandiyo, 2003 mengatakan bahwa seorang koreografer harus menyatukan atau memadukan desain waktu dalam musik pengiringnya. Musik sebagai pengiring tari dapat dipahami, pertama, sebagai iringan ritmis gerak tarinya. Kedua sebagai ilustrasi pendukung suasana tarinya. Ketiga dapat terjadi kombinasi keduanya secara harmonis. Ketiga cara itu dapat disejajarkan seperti musik barat yang biasanya disusun atas tiga elemen dasar yaitu ritme, melodi dan harmoni. Musik sebagai iringan ritmis geraknya atau dipandang dari sudut tarinya, gerak memang hanya membutuhkan tekanan yang ritmis dengan musiknya tanpa pretense yang lain. Setiap tekanan atau hitungan gerak bersama-sama atau ritmis dengan beat atau ketentuan musiknya, sehingga seoran penari atau penata tari harus peka terhadap pengetahuan tanda-tanda waktu dalam menghitung beat itu, misalnya pengambilan tempo 44, ¾, dan sebagainya Sumandiyo, 2003 : 52. Tari dan iringan adalah dua bentuk seni yang dapat dikatakan ‘bersaudara’ dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain, karena keduanya mengandung elemen-elemen umum yang sama, yaitu ritme, melodi, dinamika, tempo, warna nada, dan bentuk. Iringan adalah suatu kelengkapan dalam tari Senen, 1983 : 18. Secara garis besar iringan memiliki fungsi dalam tarian yang terurai menjadi empat, yaitu: 1 memberi irama membantu mengatur waktu; 2 memberi ilustrasi dan gambaran suasana; 3 membantu mempertegas ekspresi gerak; 4 perangsang bagi penari dalam pengertian mengilhami. Iringan di dalam suatu tarian penting, sebab iringan adalah rohnya tari itu Mulyono via Marwanto 2009: 23.

d. Tata Rias