yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.
2
P: participant pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa
pembicara dan pendengar peserta tutur, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan.
3
E: ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur
yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara, namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu
mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa si terdakwa tidak
bersalah, sedangkan hakim berusaha memberi keputusan yang adil. 4
A: act squence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran
ini berkenaan
dengan kata-kata
yang digunakan,
bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang digunakan dengan topik
pembicaraan. 5
K: key mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan
disampaikan. Dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga
ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat. 6
I: instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti
jalur lisan, tulisan, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam,
atau register.
7
N: norm of interaction and interpretation mengacu pada norma atau
aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran
terhadap ujaran dari lawan bicara. 8
G: genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
pepatah, doa, dan sebagainya. Keseluruhan komponen-komponen tutur yang dikemukakan Hymes dalam
sebuah peristiwa berbahasa itulah yang disebut dengan peristiwa tutur. Pada dasarnya, peristiwa tutur merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang
terorganisasikan untuk mencapai satu tujuan.
C. Prinsip Kerjasama
Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya.
Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan
interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Setiap peserta tindak tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan
terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu Allan via Wijana, 1996: 45.
Grice via Tarigan, 2009: 36 mengemukakan bahwa di dalam suatu percakapan biasanya membutuhkan kerjasama antara penutur dan mitra tutur
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Prinsip yang mengatur kerjasama
antar penutur dan mitra tutur dalam tindak tutur dinamakan prinsip kerjasama cooperative principle. Dalam rangka melaksanakan prinsip kerjasama, setiap
penutur harus mentaati empat maksim percakapan conversational maxim, yaitu maksim kuantitas maxim of quantity, maksim kualitas maxim of quality,
maksim relevansi maxim of relevance, dan maksim pelaksanaan cara maxim of manner. Aturan empat maksim yang dikemukakan oleh Grice via Tarigan, 2009:
36 sebagai berikut. 1.
Maksim kuantitas maxim of quantity: berilah informasi yang tepat, yakni; a.
Buatlah sumbangan informasi anda seinformatif mungkin. b.
Jangan membuat sumbangan informasi anda berlebihan dari apa yang dibutuhkan
2. Maksim kualitas maxim of quality: cobalah membuat kontribusi anda
merupakan sesuatu yang benar, seperti; a.
Jangan katakan apa yang anda yakini salah. b.
Jangan katakan apa yang anda tidak tahu persis. 3.
Maksim relevansi maxim of relevance: jagalah kerelevansian. 4.
Maksim cara pelaksanaan maxim of manner: tajamkanlah pikiran, yakni; a.
Hindarilah ketidakjelasan ekspresi. b.
Hindarilah ketaksaan ambiguitas c.
Berilah informasi kontribusi singkat hindari informai yang bertele-tele d.
Tertib dan rapilah selalu. Dalam rangka melakukan percakapan, perlu adanya prinsip kerja sama.
Grice via Wijana, 1996: 46-53 mengemukakan bahwa penutur harus memenuhi empat maksim percakapan conversational maxim dalam rangka melaksanakan
prinsip kerja sama. Keempat maksim tersebut adalah sebagai berikut.
1. Maksim Kuantitas The maxim of quantity
Kuantitas dalam hal ini menyangkut jumlah kontribusi terhadap koherensi percakapan. Maksim ini menghendaki kontribusi yang dibuat oleh peserta tutur