mengemukakan bahwa pragmatik ialah mengkaji maksud penutur ketika melakukan komunikasi.
Berkaitan dengan definisi pragmatik, Chaer 2004: 220 dan Mulyana 2005: 78 mengungkapkan bahwa menurut mereka, pragmatik adalah
keterampilan menggunakan bahasa menurut partisipan, topik pembicaraan, situasi dan tempat berlangsungnya pembicaraan. Wijana 1996: 2 menjelaskan bahwa
pragmatik merupakan kajian tentang cara bagaimana para penutur dapat memahami tuturan sesuai dengan konteks situasi yang tepat. Tarigan 1986: 37
menyimpulkan bahwa pragmatik adalah telaah makna dalam situasi ujar. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik
merupakan kajian yang menghubungkan antara ujaran dengan konteksnya. Dengan kata lain, pragmatik ialah menelaah makna eksternal. Apabila seorang
penutur dan mitra tutur saling berkomunikasi, maka terjadilah proses saling memahami makna dalam ujaran yang disampaikan oleh peserta tutur. Untuk
memahami makna tuturan, peserta tutur hendaknya memperhatikan konteks yang melingkupi ujaran tersebut. Jadi, dalam berkomunikasi hendaknya memperhatikan
kepada siapa tuturan tersebut dialamatkan, dimaksudkan, dan dalam situasi yang seperti apa tuturan itu berlangsung. Ilmu yang mengkaji hubungan antara ujaran
dengan konteks ujaran adalah pragmatik.
B. Situasi Tutur
Hubungan antara tindak tutur dan pragmatik pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang erat. Karena keeratan itu sebenarnya tindak tutur salah satu
fenomena dalam masalah yang lebih luas, yang lebih dikenal dengan istilah pragmatik. Pragmatik sendiri didefinisikan sebagai “telaah mengenai hubungan
antara lambang dan penafsiran” Purwo via Chaer, 2004: 56. Yang dimaksudkan dengan lambang di sini adalah satuan ujaran yang mengandung makna tertentu
yang dalam pragmatik ditentukan atas hasil penafsiran si pendengar. Menurut Tarigan 1986: 34 teori tindak ujar adalah bagian dari pragmatik.
Pragmatik mencakup bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpretasikan ucapan-ucapan. Komunikasi harus ada pihak
pembicara dan pendengar. Komunikasi yang dilakukan dengan konteks yang jelas maka akan terjalin komunikasi yang baik dan lancar. Komunikasi yang lancar
mempunyai tujuan yang jelas. Dalam kajian pragmatik, situasi tutur yang terdapat dalam suatu tuturan
amat diperhitungkan. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Sehubungan dengan situasi tutur ini,
Leech via Rohmadi, 2004: 23-26 mengemukakan sejumlah aspek yang harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek tersebut secara
ringkas dijelaskan sebagai berikut. a.
Penutur dan lawan tutur Aspek-aspek yang terkait dengan penutur dan lawan tutur adalah usia, latar
belakang sosial ekonomi, tingkat pendidikan, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan lain-lain. Konsep ini juga mencakup penulis dan pembaca
bila keduanya berkomunikasi melalui media tulis.
b. Konteks tuturan
Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau setting sosial yang relevan dalam suatu tuturan. Konteks
pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam. Pertama, konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya bahasa dalam komunikasi.
Kedua, konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama- sama diketahui oleh penutur dan mitra tutur. Ketiga, konteks linguistik