digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
keterampilan dalam mengolah hasil panen menjadi produk yang bernilai jual lebih tinggi.
Pengetahuan dan kesadaran petani sebagai produsen dan pelaku pasar masih kurang, pada umumnya mereka masih memperlakukan hasil
produksinya secara apa adanya. Kelembagaan dalam pengertian perilaku, aturan dan organisasi yang menangani panen dan pasca panen ditingkat petani
belum berkembang. Begitu pula masalah kelembagaan dalam pengolahan pasca panen hasil pertanian yang dapat diinventarisasi yaitu masalah sistem
panen yang sering mengedepankan kecepatan panen tanpa memperhatikan mutu hasil panen. Mutu hasil panen sangatlah dibutuhkan agar pengolahan
pascapanen juga memeroleh hasil yang maksimal.
C. Belum Ada Kelompok Usaha Dalam Menangani Pengolahan Pascapanen
Petani di Desa Dompyong tidak hanya kaum lelaki tetapi juga para perempuan atau isteri petani, mereka ikut membantu dalam kegiatan pertanian.
Dalam pekerjaannya para petani laki-laki bertugas dalam mempersiapkan lahan dan perempuan yang membantu nandur
100
. Kegiatan inilah menggambarkan kerjasama dalam satu keluarga yang sudah biasa dilakukan
oleh masyarakat Dompyong dalam kesehariannya saat bertani. Kegiatan harian keluarga petani di Desa Dompyong dapat dilihat dari kelender harian dibawah
ini:
100
Menanam tanaman di lahan pertanian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tabel 5.7 Kalender Harian Petani Desa Dompyong
No Jam
Bapak Ibu
Anak 1
04.00 04.30 Bangun Tidur
dan sholat Bangun Tidur
dan sholat Bangun Tidur
dan sholat
2 05.00
– 07.00 - Memberikan
makan dan sentrat ternak
- Memandikan dan memerah
sapi - Memberikan
makan dan sentrat ternak
- Memandikan dan memerah
sapi - Memasak dan
bersih rumah - Persiapan
sekolah - sarapan
3 07.00
– 08.00 Sarapan istirahat
Sarapan istirahat
Sekolah 4
08.00 – 12.00 Bertani dan
Mencari rumput Mencari rumput
Sekolah 5
12.00 – 13.00 - Istirahat,
makan, sholat - Istirahat,
makan, sholat - Istirahat,
makan, sholat 6
13.00 – 14.30 Tani, mencari
rumput Mencari rumput
-
7 14.30
– 17.00 - Memberikan
makan dan sentrat ternak
- Memandikan dan memerah
sapi - Memberikan
makan dan sentrat ternak
- Memandikan dan memerah
sapi Mengaji,
istirahat
8 17.00
– 18.00 Mandi, sholat Mandi, sholat,
masak, makan Mandi, sholat
Makan
9 18.00
– 21.00 Nonton TV,
kumpul bersama keluarga
Nonton TV, kumpul bersama
keluarga Belajar, Nonton
TV, kumpul bersama
keluarga
10 21.00
Tidur Tidur
Tidur
Sumber:Hasil FGD dengan Anggota KWT Argosari pada tanggal 03 Desember 2016
Peran kaum perempuan dalam keluarga tidak kalah penting dari peran laki-laki. Selain membantu suami bertani dan beternak, mereka juga menjadi
ibu rumah tangga yang harus mengurusi kebutuhan dan keperluan suami dan anak. Bertani sudah merupakan kegiatan rutin bagi kaum perempuan di desa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ini, selain membantu suami untuk memenuhi kebutuhan hidup, bertani bagi kaum perempuan telah menjadi budaya yang terjadi sejak lama dan turun
temurun. Setiap daerah pasti mempunyai beberapa lembaga, baik lembaga desa
maupun organisasi komunitas kemasyarakatan. Begitu halnya dengan desa Dompyong yang mempunyai beberapa kelompok tani dan kelompok tani
wanita yang biasa disebut KWT. Kedua kelompok inilah berada dibawah naungan Gapoktan gabungan kelompok wanita tani. Kelompok Tani dan
KWT merupakan lembaga yang dibimbing langsung oleh dinas pertanian yang memegang peranan untuk membatu masyarakat dalam masalah pertanian.
Kelompok wanita tani di desa dompyong ada dua kelompok, salah satunya yaitu KWT Argosari yang ada di dusun Garon. Kelompok ini telah
berjalan sekitar tiga tahun lebih mulai dari tahun 2014 yang diketuai oleh Sukesi 42 tahun. Kelompok yang masih bisa dibilang baru dini telah
mempunyai kegiatan rutin yaitu setiap tanggal 20. Kegiatan yang dilakukan saat pertemuan rutin yaitu kegiatan arisan dan tabungan simpan pinjam yang
diikuti oleh semua anggota. Selain kegiatan rutin tersebut, KWT biasanya belajar bersama ppl dari dinas pertanian untuk memperoleh pengetahuan dalam
bercocok tanam. Semua kegiatan KWT Argosari ini tidak lepas dari kerjasama dengan
Gapoktan yang juga sebagai kasun di dusun Garon. Namun semangat kaum wanita ini tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah desa yang seharusnya
memberikan dukungan agar kelompok ini terus berkembang dan melakukan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
inovasi untuk dijadikan sebagai lembaga usaha bersama agar bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
KWT Argosari mulai mengembangkan usaha pengolahan kopi bubuk yang baru dilakukan oleh tiga orang. Namun produksi kopinya hanya ketika
ada pesanan dari pembeli. Mereka memulai usaha atas inisiatif para anggota mengingat Desa Dompyong merupakan desa yang terkenal dengan tanaman
kopinya. Namun selama ini KWT hanya memproduksi kopi saja, padahal masih banyak hasil pertanian lokal yang bisa dikembangkan menjadi makanan
olahan yang bisa bernialai jaul tinggi dibandingkan hanya dijual mentah saja. Hasil panen yang bisa dikelola menjadi barang yang bernilai jual tinggi salah
satunya yaitu tanaman lokal yang masih banyak di tanam di Desa Dompyong seperti umbi-umbian ketela atau singkong dan talas, pisang dan kopi yang
masih banyak ditemui di pekarangan dan ladang milik warga. Diagram 5.2
Diagram Venn Pola Relasi KWT Argosari
KWT Argosari
Pem. desa
D. Ket Pang
Dinas Kesehat
Dinas Pertanian
Petani kasun
Gapoktan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sumber:Hasil FGD dengan Anggota KWT Argosari pada tanggal 03 Desember 2016
Dapat dilihat dari diagram venn tersebut bahwa Petani memiliki pengaruh dan peranan yang cukup besar bagi KWT Argosari karena semua
anggotanya merupakan petani. Begitu pula dengan pengaruh kasun dusun Garon, dimana masyarakat selalu mengikuti apa yang dikatakan oleh kasun
dalam hal kebaikan. Kasun juga memiliki peran terhadap segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Garon.
Dinas pertanian yang juga memegang peranan penting dalam mengawasi perkembangan KWT serta memberikan pengaruh yang signifikan
untuk mendorong berkembangnya KWT dalam melakukan berbagai kegiatan yang dapat membantu masyarakat petani. Gapoktan sebagai induk dari semua
kelompok tani juga memberikan pengaruh dan peran tersendiri dalam mengorganisir anggotanya untuk kebutuhan dan kemajuan kelompok.
Dinas kesehatan juga walaupun perannya tidak nampak tapi berpengaruh terhadap usaha yang dilakukan oleh KWT perihal untuk
mendapatkan izin PIRT produksi industri rumah tangga agar KWT bisa memasarkan hasil produkinya pada khalayak umum. Sedangkan Dinas
Ketahanan Pangan tidak memberikan peran dan pengaruh bagi KWT, padahal seharusnya memberikan perhatian kepada kelompok mengingat ketahanan
pangan sangat dipengaruhi oleh aktifitas para petani. Begitu pula dengan pemerintah desa tidak memberikan peran yang berarti bagi keberadaan KWT,
padahal pemerintah seharusnya memberikan dukungan untuk mengembangkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kelompok-kelompok kemasyarakatan yang ada di desa agar bisa mandiri dan berkembang serta bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Kelompok ini dibentuk sebagai sebuah perkumpulan petani wanita yang mempunyai aktifitas yang sama dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu
untuk meningkatkan produktifitas sektor pertanian dan meningkatkan pendapatan keluarga. Jika diarahkan pada sebuah kelompok yang menangani
pengolahan hasil panen menjadi produk yang bernilai ekonomis akan mampu membawa sebuah perubahan nyata. Dengan memanfaatkan potensi lokal yang
ada, kelompok ini bisa di arahkan pada kelompok usaha bersama untuk memproduksi hasil panen lokal menjadi berbagai produk olahan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
132
BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN
A. Assesment Awal
Sebelum melakukan proses inkulturasi, hal yang dilakukan terlebih dahulu adalah observasi dan penelitian awal lokasi pendampingan. Pemetaan
awal yang dilakukan saat datang di lokasi pendampingan bertujuan untuk memahami komunitas dampingan, sehingga memudahkan peneliti memahami
realitas problem dan relasi sosial yang terjadi. Pada tanggal 26 Oktober 2016 kami melakukan inkulturasi dengan perangkat desa yang didampingi oleh
Lurah Dompyong, Mulyono untuk berkenalan dengan semua perangkat desa yang ada di Kantor Desa Dompyong.
Peneliti hidup dan tinggal bersama masyarakat sehingga mudah untuk wawancara dan mendapatkan data awal. Wawancara tersebut bertujuan untuk
mengetahui kondisi umum yang ada di desa. Setelah wawancara dengan Kepala Desa Dompyong, peneliti mendatangi Kantor Desa Dompyong untuk
memperkenalkan diri. Untuk melanjutkan kegiatan yang akan dilakukan di Desa Dompyong, peneliti mendatangi kembali ke Kantor Desa untuk
menjelaskan maksud dan tujuan yang akan dilakukan peneliti selama tiga bulan lebih. Kemudian peneliti mengadakan kumpulan bersama perangkat desa untuk
mencari batas Desa Dompyong serta melakukan pemetaan wilayah untuk mengetahui batas desa dan batas RT disetiap dusun.