BAB IV BEBERAPA PENGERTIAN PANCASILA.
Kedudukan dan fungsi Pancasila bila mana kita kaji secara ilmiah memiliki pengertian yang luas ,baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara , sebagai pandangann hidupan
bangsa, sebagai ideologi bangsa dan negara, sebagai kepribadian bangsa bahkan proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus kita deskripsikan secara objektif.
Pada suatu pembahasan Pancasila akan kita jumpai berbagai macam penekanan sesuai dengan kedudukan dan fungsi Pancasila dan terutama berkaitan dengan kajian diakronis
dalam sejarah pembahasan dan perumusan Pancasila sejak dari nilai-nilai yang terdapat dalam pandangan hidup bangsa sampai menjadi dasar negara bahkan sampai pada
pelaksanaannya dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.Dewasa ini dalam sejarah
ketatanegaraan terdapat pembedaan penyelenggaraan Pemerintahan dalam era zaman oerde lama, zaman orde baru dan zaman reformasi.
Dalam sejarah ketatanegaraan kita jumpai berbagai macam rumusan rmusan Pancasila yang berbeda
–beda ,yang dalam hal ini harus kita dekripsikan secara objektif sesuai dengan kekdudukannya serta sejarah perumusannya Pancasila yang sekarang yang digunakan sebagai
pedoman dan penuntun hidup bermasyarakat dan bernegara di negara Republik Indonesia tercnta ini. Oleh karena itu untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut
rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup pengertian sebagai berikut.
1.Pengertian Pancasila secara etimologis 2.Pengertian Pancasila secara Historis
3.Pengertian Pancasila secara terminologis
4.1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Sebelum kkita membahas isi arti dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara,maka terlebih dahulu perlu dibahas asal kata dan istilah “ Pancasila “ serta makna yang terkandung
di dalamnya.Secara etimologis iastlah Pancasila berasal dari bahasa sanskerta .Menurut Moh Yamin ,dalam bahasa sanskerta
perkataan “ Pancasila “ memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu :
“ panca “ artinya “ lima “ “ syila” vokal i pendek artinya batu sendi atau dasar
“syiila “ vokal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik.
Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila “
yang memiliki hubungan dengan moralitas.Oleh karena itu secara etimologis kata Pancasila yang dimaksudkan adalah istilah Panca Syila dengan vokal i pendek yang memiliki makna
leksikal “ berbatu sendi lima “atau secara harfiah “ dasar yang memiliki lima unsur “.Adapun istila Panca Syila dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting
baik. Yamin ,1960: 437 . Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India.Ajaran Budha
bersumber pada kitab Tri Pitaka,yang terdiri tiga macam buku besar yaitu : Suttha Pitaka,Abhidama Pitaka dan Vinaya Pitaka.Dalam ajaran Bhuda terdapat ajaraan moral untuk
mencapai Nirwana dengan melalui Samadhi,dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya .Ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai berikut : Dasasyiila,Saptasyiila dan
Pancasyila. Ajaran Pancasyiila menurut Budha adalah merupaka lima aturan larangan atau five
moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya adalah
sebagai berikut : •
“ Panatipada veramani sikhapadam samadiyani “ artinya : jangan mencabut nyawa makhluk hidup atau dilarang membunuh.
• “ Dinna dana veramani shikapadam “ artinya : janganlah mengambil barang yang
tidak diberikan, maksudnya dilarang mencuri. •
“ Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani ” artinya : janganlah berhubungan kelamin, yang maksudnya dilarang berzina.
• “ Musawada veramani shikapadam samadiyani ” artinya : janganlah berkata palsu,
atau dilarang berdusta. •
“ Sura meraya masjja pamada tikana veramani ” artinya : janganlah meminum minuman yang menghilangkan pikiran, yang maksudnya dilarang minum minuman
keras. Zainal Abidin, 1958 : 361
Dengan masuknya kebudayaan India ke Indonesia melalui penyebaran agama Hindu dan Buddha, maka ajaran “Pancasila” Budhisme pun masuk ke dalam kepustakaan Jawa, terutama
pada zam an Majapahit. Perkataan “Pancasila” dalam khasanah kesusastraan nenek moyang
kita di zaman keemasan keprabuan Majapahit di bawah raja Hayam Wuruk dan maha patih Gadjah Mada, dapat ditemukan dalam keropak Negarakertagama, yang berupa kekawin syair
pujian dalam pujangga istana bernama Empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365, dimana dapat kita temui dalam sarga 53 bait ke-2 yang berbunyi sebagai berikut :
“ Yatnaggegwani pancasyiila kertasangskarbhisekaka krama ” yang artinya : Raja menjalankan dengan setia lima pantangan Pancasila, begitu pula upacara-upacara ibadat dan
penobatan-penobatan. Begitulah perkataan Pancasila dari bahasa Sansekerta menjadi bahasa Jawa kuno yang
artinya tetap sama yang terdapat dalam zaman Majapahit. Demikian juga pada zaman Majapahit tersebut hidup berdampingan secara damai kepercayaan tradisi agama Hindu Syiwa
dan agama Budha Mahayana dan campurannya Tantrayana. Dalam kehidupan tersebut setiap pemeluk agama beserta alirannya terdapat Penghulunya kepala urusan agama. Kepala
penghulu Budha disebut “Dharmadyaksa ring kasogatan”, adapun untuk agama Syiwa disebut “Dharmadyaksa ring kasyaiwan” Slamet Mulyono, 1979 : 202.
Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia maka sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha Pancasila masih juga dikenal di dalam masyarakat
Jawa,yang disebut dengan “Lima Larangan” atau “Lima Pantangan” moralitas yaitu dilarang :
Mateni, artinya membunuh Maling, artinya mencuri
Madon, artinya berzina Mabok, artinya meminum minuman keras atau menghisap candu
Main, artinya berjudi
Semua huruf dari ajaran moral tersebut diawali dengan huruf “M” atau dalam bahasa Jawa disebut “Ma”, oleh karena itu lima prinsip moral tersebut “Ma Lima” atau “M 5” yaitu
lima larangan Ismaun, 1981 : 79.
4.2. Pengertian Pancasila secara Historis