kecukupan struktur pengendalian intern yang ada, meliputi cara-cara pengamanan harta milik koperasi dari kemungkinan terjadinya penyelewengan,
kecurangan serta hal lain yang merugikan koperasi dan jika terjadi tindakan atau kegiatan diluar batas wewenang dan tujuan yang dilimpahkan, dengan adanya
badan pengawas yang baik dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan pengamanan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian mengenai
“Peran Badan Pengawas dalam Pengawasan Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian”.
B. Permasalahan
Berdasarkan hal tersebut di atas maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tujuan dan ruang lingkup badan pengawas dalam
koperasi?
2. Bagaimanakah wewenang dan tanggung jawab dalam koperasi?
3. Bagaimanakah program badan pengawas dalam pengawasan koperasi?
4. Bagaimanakah laporan dan tindak lanjut badan pengawas dalam
pengawasan kopereasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui tujuan dan ruang lingkup badan pengawas dalam
koperasi
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui wewenang dan tanggung jawab dalam koperasi
3. Untuk mengetahui program badan pengawas dalam pengawasan
koperasi 4.
Untuk mengetahui laporan dan tindak lanjut badan pengawas dalam pengawasan kopereasi
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai “Peran Badan Pengawas dalam Pengawasan Koperasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi lain. Semua ini merupakan implikasi etis
dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada
skripsi yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian dan Prinsip Koperasi
Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya Koperasi turut mengambil bagian bagi tercapainya
kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang-orang yang menjadi anggota perkumpulan itu sendiri maupun untuk masyarakat di sekitarnya. Koperasi
Universitas Sumatera Utara
sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotannya.
Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas.
Dalam rangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan Koperasi.
Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan
kesejahteraan kepada rakyat banyak dengan asas demokrasi ekonomi. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Dalam arti yang lebih luas, dirumuskan pada ayat 4 Pasal
tersebut di atas, bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Koperasi yang sering
disebut sebagai sokoguru ekonomi kerakyatan ini, batasannya dirumuskan dalam Undang-Undang Perkoperasian No. 25 tahun 1992 Pasal 1 angka 1 sebagai
berikut: Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip
Universitas Sumatera Utara
ekonomi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dari Pasal ini dapat dipastikan bahwa: a.
Koperasi adalah badan usaha bukan Ormas; b.
Pendiri pemiliknya adalah orang-orang perorangan individu atau badan hukum Koperasi;
c. Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi dan asas kekeluargaan;
d. Sebagai gerakan ekonomi rakyat.
Menurut pendapat Fauguet dalam Pandji Anoraga menegaskan adanya 4 prinsip yang setidak-tidaknya harus dipenuhi oleh setiap badan yang menamakan
dirinya Koperasi. Prinsip-prinsip itu adalah:
5
a. Adanya ketentuan tentang perbandingan yang berimbang di dalam hasil
yang diperoleh atas pemanfaatan jasa-jasa oleh setiap pemakai dalam Koperasi.
Bersumber dari ketentuan ini timbul ketentuan-ketentuan tentang pembagian atas sisa hasil usaha, kewajiban penyertaan uang simpanan
untuk partisipasi dalam pembiayaan Koperasi, kewajiban ikut serta bertanggung jawab atas kemungkinan kerugian yang terjadi pada
Koperasi, atau ikut sertya dalam pembentukan cadangan perorangan atau cadangan bersama dalam Koperasi; Adanya ketentuan atau peraturan
tentang persamaan hak antara para anggota; Adanya pengaturan tentang keanggotaan organisasi yang berdasarkan kesukarelaan;
5
Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi ,Cet. Kedua Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997, hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
b. Adanya ketentuan atau peraturan tentang partisipasi dari pihak anggota
dalam ketatalaksanaan dan usaha Koperasi c.
Selanjutnya menurut Fauguet dalam Pandji Anoraga, prinsip pertama dan kedua mutlak berlaku dalam Koperasi. Hal ini berarti bahwa dalam setiap
organisasi atau perkumpulan yang menamakan dirinya sebagai Koperasi, kedua prinsip tersebut harus ada. Sedangkan prinsip ketiga dan keempat,
jika perlu dapat ditiadakan, dalam arti bahwa prinsip itu dapat diterapkan atau diangkat sebagai ketentuan Koperasi jika keadaan dan kehendak
anggota demikian adanya. Selanjutnya menurut Fauguet dalam Pandji Anoraga, prinsip pertama dan
kedua mutlak berlaku dalam Koperasi. Hal ini berarti bahwa dalam setiap organisasi atau perkumpulan yang menamakan dirinya sebagai Koperasi, kedua
prinsip tersebut harus ada. Sedangkan prinsip ketiga dan keempat, jika perlu dapat ditiadakan, dalam arti bahwa prinsip itu dapat diterapkan atau diangkat
sebagai ketentuan Koperasi jika keadaan dan kehendak anggota demikian adanya.
6
Sebagai badan usaha berbadan hukum dan melakukan kegiatan berdasarkan prinsip ekonomi, sesungguhnya koperasi adalah suatu kegiatan
usaha karena prinsip ekonomi itu sendiri merupakan filosofi yang tidak dapat dilepaskan dari tujuan mencari keuntungan. Hal lainnya yang menunjukkan ciri
koperasi sebagai suatu perkumpulan adalah status keanggotaan dan hak suara. Tentang keanggotaan koperasi, Pasal 19 ayat 3 Undang-Undang Perkoperasian
6
Ibid, hal. 12
Universitas Sumatera Utara
No. 25 tahun 1992 menyatakan bahwa Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindahtangankan. Hal ini berbeda dengan Perseroan Terbatas khususnya
Perseroan Terbatas yang telah go public dimana para pemegang saham dapat memperjual-belikan sahamnya sewaktuwaktu.
Terlepas dari pengertian tersebut, sebagai kumpulan orang-orang dalam suatu organisasi dengan kegiatan dan tujuan tertentu, koperasi adalah perikatan
antara 20 dua puluh orang atau lebih yang akan menimbulkan hubungan- hubungan hukum diantara para pihak yang tergabung dalam koperasi tersebut.
Semakin banyak jumlah anggota dan semakin tinggi tingkat aktivitas suatu koperasi, akan menimbulkan hubungan-hubungan hukum yang semakin
beragam. Salah satu konsekwensi dari suatu hubungan hukum adalah adanya potensi perselisihan diantara para pihak sebagai subjek hukum yang dapat
muncul baik dalam aktivitas sehari-hari maupun pada rapat-rapat para pendiri, pengawas, pengurus, manajer atau rapat anggota. Dengan demikian maka setiap
koperasi membutuhkan pengaturan hubungan-hubungan hukum antara satu dengan lainnya
7
Salah satu badan usaha yang berstatus badan hukum rechts persoon, maka keberadaan koperasi diakui seperti manusiaorang person atau subyek
hukum yang memiliki kecakapan bertindak, memiliki wewenang untuk mempunyai dan mencari harta kekayaan, serta dapat melakukan perbuatan-
perbuatan hukum seperti membuat perjanjian-perjanjian, menggugat dan digugat di muka pengadilan, dan sebagainya. Sebagai subyek hukum, koperasi adalah
7
Sutantya Rahardja Hadikusuma, Op, cit, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
merupakan subyek hukum yang keberadaanya berdasar atas bentukanrekayasa dari manusiaorang person. Oleh karena koperasi merupakan subyek hukum,
maka untuk melaksanakan kegiatan usahanya atau untuk mengelola jalannya koperasi perlu kehadiran subyek hukum manusia atau orang person
2. Anggota Koperasi
Sesuai UU 251992 tentang Perkoperasian, hak dan kewajiban anggota koperasi diatur dalam Bab V Keanggotaan, yaitu:
Pasal 17
1 Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa
Koperasi. 2
Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar anggota. Pasal 18
1 Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara
Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam
Anggaran Dasar.
2 Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak,
dan kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Pasal 19 1
Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha Koperasi.
2 Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi. 3
Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan. 4
Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.
Pasal 20 1
Setiap anggota mempunyai kewajiban: a.
mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota;
b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh
Koperasi;
Universitas Sumatera Utara
c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas
kekeluargaan. 2
Setiap anggota mempunyai hak: a.
menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam Rapat Anggota;
b. memilih danatau dipilih menjadi anggota Pengurus atau
Pengawas; c.
meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar;
d. mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus di luar
Rapat Anggota baik diminta maupun tidak diminta; e.
memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota;
f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi
menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar.
3. Pengawasan
Pengawasan merupakan mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menetapkan tindakan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana.
8
Menurut Stoner dan Wankel, “Pengawasan berarti para manajer berusaha untuk meyakinkan bahwa organisasi bergerak dalam arah atau jalur
tujuan. Apabila salah satu bagian dalam organisasi menuju arah yang salah, para manajer berusaha untuk mencari sebabnya dan kemudian mengarahkan
kembali ke jalur tujuan yang benar “.
9
Sementara itu menurut McFarland, “Control is the process by which an executive gets the performance of his subordinates to correspond as closely as
possible to chosen plans, orders, objectives, or policies “. Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan
8
M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta :Ghalia, 2000, hal. 128.
9
Stoner dan Wankel dalam A. Subardi, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, 1992, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah ditentukan.
10
Selanjutnya Smith menyatakan bahwa: “Controlling“ sering
diterjemahkan pula dengan pengendalian, termasuk di dalamnya pengertian rencana-rencana dan norma-norma yang mendasarkan pada maksud dan tujuan
manajerial, dimana norma-norma ini dapat berupa kuota, target maupun pedoman pengukuran hasil kerja nyata terhadap yang ditetapkan. Pengawasan
merupakan kegiatankegiatan dimana suatu sistem terselenggarakan dalam kerangka norma-norma yang ditetapkan atau dalam keadaan keseimbangan
bahwa pengawasan memberikan gambaran mengenai hal-hal yang dapat diterima, dipercaya atau mungkin dipaksakan, dan batas pengawasan control
limit merupakan tingkat nilai atas atau bawah suatu sistem dapat menerima sebagai batas toleransi dan tetap memberikan hasil yang cukup memuaskan.
11
Dalam manajemen, pengawasan controlling merupakan suatu kegiatan untuk mencocokkan apakah kegiatan operasional actuating di lapangan sesuai
dengan rencana planning yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan goal dari organisasi. Dengan demikian yang menjadi obyek dari kegiatan
pengawasan adalah mengenai kesalahan, penyimpangan, cacat dan hal-hal yang bersifat negatif seperti adanya kecurangan, pelanggaran dan korupsi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, secara umum dapat diartikan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan tindakan-tindakan korektif
10
McFarland dalam S. Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1994, hal. 143.
11
Smith dalam J. Soewartojo, Korupsi, Pola Kegiatan dan Penindakannya serta Peran Pengawasan dalam Penanggulangannya, Jakarta: Restu Agung, 1995, hal. 131-132.
Universitas Sumatera Utara
sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana. Pengawasan dapat dianggap sebagai aktifitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpanan-
penyimpanan penting dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Adalah wajar apabila terdapat adanya kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan dan petunjuk-
petunjuk yang tidak efektif sehingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai. Maka oleh karenanya fungsi
pengawasan perlu dilakukan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif disebut juga
sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan
law in books atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. Penelitian
hukum normatif ini sepenuhnya menggunakan data sekunder.
12
2. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.
13
12
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hal. 118.
13
Ibid, hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
Data sekunder diperoleh dari : a.
Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak
yang berwenang. Dalam tulisan ini di antaranya Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi, dan
peraturan lain yang terkait. b.
Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, seperti dokumen-dokumen yang merupakan informasi dan artikel-artikel yang berkaitan dengan peranan pemerintah terhadap
pembinaan serta pengawasan koperasi dikaitkan dengan aspek hukum administrasi daerah, hasil penelitian, pendapat pakar hukum serta
beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan di atas. c.
Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus, ensiklopedia dan lain-lain.
3. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik
koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
objek penelitian, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-
undangan.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai
berikut:
a. melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum
lainnya yang relevan dengan objek penelitian. b.
melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan
perundang-undangan. c.
mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan. d.
menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian.
4. Analisa data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan
dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan
topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan
penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan
Universitas Sumatera Utara
dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : Bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum terhadap koperasi
secara teoritis, yang isinya memuat antara lain tentang sejarah, pengertian, asas dan landasan hukum koperasi, proses
pembentukan koperasi, keanggotaan dan kepengurusan koperasi, dan pembubaran koperasi
BAB III : Bab ini akan membahas tentang pembinaan dan pengawasan koperasi, yang isinya antara lain memuat pembinaan koperasi,
pengawasan koperasi, pembinaan dan pengawasan independen dalam koperasi, peran pemerintah dalam pembinaan dan
pengawasan koperasi. BAB
IV : Bab ini akan membahas tentang peran badan pengawas
koperasi dalam pengawasan koperasi, yang memuat tentang tujuan dan ruang lingkup badan pengawas dalam koperasi,
wewenang dan tanggung jawab badan pengawas dalam koperasi, program badan pengawas dalam pengawasan koperasi, laporan
dan tindak lanjut badan pengawas dalam pengawasan koperasi BAB V
: Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dan saran mengenai
permasalahan yang dibahas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOPERASI SECARA TEORITIS
A. Sejarah, Pengertian, Asas dan Landasan Hukum Koperasi
1. Sejarah koperasi
Pertumbuhan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 yang selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan
koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat lingkup kegiatan usaha secara menyeluruh yang berbeda-beda dari waktu ke
waktu sesuai dengan iklim lingkungannya.
14
Apabila pertumbuhan koperasi yang pertama di Indonesia menekankan pada kegiatan simpan-pinjam
15
maka selanjutnya tumbuh pula koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang konsumsi dan dan
kemudian koperasi yang menekankan pada kegiatan penyediaan barang-barang untuk keperluan produksi. Perkembangan koperasi dari berbagai jenis kegiatan
usaha tersebut selanjutnya ada kecenderungan menuju kepada suatu bentuk koperasi yang memiliki beberapa jenis kegiatan usaha. Koperasi serba usaha ini
mengambil langkah-langkah kegiatan usaha yang paling mudah mereka kerjakan terlebih dulu, seperti kegiatan penyediaan barang-barang keperluan produksi
14
Ahmed, Riazuddin, Cooperative Movement in South East Asia Obstacles to Development. Dalam Dr. Mauritz Bonow Ed. The Role of Cooperatives in Social and
Economic Development. London: International Cooperative Alliance, 1964, hal. 57.
15
Ibnoe Soedjono, The Role of Cooperatives in The Indonesian Society. Dalam H.J. Esdert ED. Can Cooperatives Become the Motive Force in the Economic of Indonesia?
Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung, 1983, hal. 7
Universitas Sumatera Utara