PENGARUH RISIKO PERUSAHAAN, PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP TAX AVOIDANCE (StudiEmpirisPada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2013-2015)

(1)

THE INFLUENCE OF RISK COMPANIES, INDEPENDENT COMMISSARY PROPORTION, AUDIT COMMITTEE AND ACCOUNTING

CONSERVATISM TO TAX AVOIDANCE

(Empirical Studies On Manufacturing Companies Listed On The Indonesian Stock Exchange In 2013-2015)

Oleh :

MERITA SUKMA FITRIASTUTI 20130420237

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGARUH RISIKO PERUSAHAAN, PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN KONSERVATISME AKUNTANSI

TERHADAP TAX AVOIDANCE

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2013-2015)

THE INFLUENCE OF RISK COMPANIES, INDEPENDENT COMMISSARY PROPORTION, AUDIT COMMITTEE AND ACCOUNTING

CONSERVATISM TO TAX AVOIDANCE

(Empirical Studies On Manufacturing Companies Listed On The Indonesian Stock Exchange In 2013-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

MERITA SUKMA FITRIASTUTI 20130420237

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

iii MOTTO

“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanyai tentang empat perkara: tentang badannya untuk apa digunakan,

tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan dan tentang ilmunya bagaimana

ia beramal dengannya” (HR Tirmidzi)

Selalu optimis semuanya akan baik-baik saja dan ada jalan keluarnya. Jika masalahmu terasa berat dan besar percaya kekuasaan Allah SWT lebih besar dari masalahmu

(QS. Al-Baqarah: 286) “MAN JADDA WAJADA” “MAN SHABARA ZHAFIRA” “MAN SARA ALA DARBI WASHALA”

The more succesful you are, the more you need to learn and grow“ (Jhon Donahoe)

Only put off until tomorrow what you are willing to die having left undone (Pablo Picasso)

“Bermimpilah setinggi langit jika engkau terjatuh maka engkau akan terjatuh di antara bintang-bintang. “ (Ir Soekarno )

“Cobalah untuk tidak menjadi seseorang yang sukses, tetapi jadilah orang yang bernilai” (Albert Einstein)

“Kamu bisa melakukan apa saja jika kamu bertekad” (Finding Dory) “Jatuh berdiri lagi, Kalah mencoba lagi, Gagal bangkit lagi” (Merita)


(5)

iv

menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa juga shalawat serta salam aku

haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW yang selalu memberikan

suri tauladan yang baik kepada para kaumNya. Thanks To….

Keluarga tercinta, sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada kedua orangtuaku bapak Iptu Sukro dan ibu Katmawati tercinta yang tidak pernah lelah mencurahkan seluruh keringat untuk merawat, mendidik, menyayangi dan mengajari ku akan kebaikan, mencurahkan seluruh air matanya dalam doa, serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Papa…. Mama. terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbanan kalian…… dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, maafkan anakmu Papa.. Mama.. hanya doa yang bisa aku panjatkan semoga mama dan papa selalu diberi kesehatan, umur yang panjang dan dimudahkan dalam mencari rizkiNya. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat papa dan mama bahagia, karena kusadari selama ini aku belum bisa berbuat lebih untuk kalian. MERITA SAYANG PAPA & MAMA.

Untuk kedua adikku Yogi Oktavian Arisandi dan Rizky Ayu Pratiwi terima kasih kalian sudah membantuku, mendoakanku, menghiburku sekaligus menjadi obat ketika aku jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bapak Alek Murtin, S.E., M.Si., Ak., AC terima kasih atas bimbingan, nasehat, kesabaran, ilmu yang bapak berikan kepada saya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ada halangan yang berarti. Terimakasih atas pengetahuan yang telah Bapak berikan, semoga kelak bermanfaat bagi saya.


(6)

v

Untuk kekasih hati yang masih menjadi rahasia illahi dan nantinya akan mendampingiku insha allah kita bertemu atas ridho dan izin Allah SWT. Buat Yosi Kurniawan, adik kelas SMA yang pernah satu bangku waktu ujian semester sekaligus adik angkatan kuliah. Makasih dek kamu udah mau jadi temen curhatku, temen makan, temen jalan, temen apa aja, dan selalu ngasih semangat serta support dalam mengerjakan skripsi ini. Semoga komunikasi diantara kita selalu berjalan dengan baik. Sukses juga buat kamu dek semoga apa yang kamu cita-cita kan selama ini terwujud dan bisa bahagiain orangtua dan cepat lulus. Aaamiinnn…

Nisa Arifiani Permata Bahari S.E aka Gasol makasih banget udah bantuin ameng ngerjain skripsi, makasih udah membagi ilmu dan pengetahuannya

buat ameng, makasih juga udah mau direpotin sama ameng , makasih

juga selalu ngasih semangat buat ameng kalau ameng udah ngerasa hopeless ngerjain skripsi ini, pokoknya kamu berjasa banget di skripsiku titik :*

Buat Rocky Rahman S.E makasih juga atas bantuannya dalam

mengerjakan skripsi ini, makasih udah mau direpotin dengan pertanyaan pertanyaan yang selalu ameng tanyain baik pagi, siang malam kamu selalu fast respon, makasih juga udah ngasih semangat buat ngerjain skripsi ini.

Untuk teman terbaikku sekaligus sahabat dari SMA sampai sekarang Geya Farhana Nabila, Haninda Fitri Apsari, Nisa Arifiani Permata Bahari makasih kalian selalu menghibur disaat ameng lagi jenuh dan sedih, makasih buat canda tawa kalian selama 6 tahun ini, selalu jadi temen terbaik ameng ya muaahhh :*

Buat teman seperjuanganku sekaligus teman terbaikku selama kuliah Yasinta Nurmalasari, Riska Tamara Siahaan, Tengku Syarifah Raisa F makasih kalian udah nemenin ameng selama kuliah dari semester 1 sampai sekarang, makasih buat canda tawa, dan suka cita yang kalian kasih ke ameng. Walaupun selalu ada perbedaan dalam pertemanan kita,


(7)

vi

Buat teman terbaik ameng waktu kelas 1 SMA sampai sekarang (geng idaman mertua) Atika Jasmine N, Harnung Pramesti, Murti Setya makasih udah nyemangatin ameng dalam mengerjakan skripsi ini, walaupun kita jarang banget meet up tapi komunikasi tetap jalan :*

Untuk teman seperjuangan ujian pendadaran bulan januari Alfina Dwi Rukmana, Gista Rija Al Hakim, dan Zarra Ulfah Wulandari, thengkyu kalian hebat top markotop. Makasih udah ngasih semangat dan dukungan selama ini walaupun baru kenal deket waktu mau pendaftaran sidang tapi ameng ngerasa udah seperti teman lama dan keluarga, makasih juga buat waktunya selama ini walaupun baru kenal dekat semoga tetap seperti ini sampai seterusnya and see you on top guys….

Dan buat teman seperjuangan pendaftaran sidang Zarra Ulfah Wulandari makasih selalu menyemangati dari BTA sampai daftar ujian pendadaran bareng cari info sana sini, walaupun sempat hopeless karena bebas teori kita belum selesai, tapi akhirnya kita bisa daftar ikut ujian pendadaran januari dan jadwal ujian kita harinya bareng hehe…

Terima kasih untuk semua teman-teman Akuntansi UMY 2013 yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu dan Almamaterku SUKSES UNTUK KITA SEMUA!


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Judul yang penulis ajukan adalah “Pengaruh Risiko Perusahaan, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, dan Konservatisme Akuntansi terhadap Tax Avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015.” Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi calon investor untuk pengambilan keputusan, selain itu juga dapat memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Nano Pratolo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, SE., M.Si., Ak selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Alek Murtin, S.E., M.Si., Ak., AC selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan waktunya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua atas jasa-jasanya, kesabaran, do‟a, dan tak pernah lelah dalam mendidik dan memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas kepada


(9)

viii

7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan semangat dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada kita semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis trima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Yogyakarta, 7 Januari 2017


(10)

ix INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tax avoidance, 2) proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance, 3) komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance, 4) konservatisme akuntansi berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.

Penelitian ini dilakukan pada laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonsesia (BEI) dengan menggunakan 126 perusahaan dari tahun 2013-2015 sebagai sampel. Pengambilan sampel menggunakan metode purpose sampling. Anaslisis data menggunakan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heteroskeidastisitasdan uji hipotesis menggunakan regresi linear berganda.

Hasil penelitian: 1) risiko perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tax avoidance, 2) proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance, 3) komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance, 4) konservatisme akuntansi tidak berpengaruh berpengaruh terhadap tax avoidance.

Kata kunci : Risiko Perusahaa, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Konservatisme Akuntansi, Tax Avoidance.


(11)

x

conservatism negative affect of tax avoidance.

Research was conducted on the annual report of companies listed on the Stock Exchange Indonsesia (BEI) using 126 companies from years 2013-2015 as the sample. Sampling using purposive sampling method. Anaslisis data using descriptive statistics test, classic assumption test consists of normality test, autocorrelation, multicollinearity test, test heteroskeidastisitasdan hypothesis testing using multiple linear regression.

Results of the study: 1) risk companies did not affect of tax avoidance, 2) independent commissary proportion significant positive effect of tax avoidance, 3) audit committee significant negative effect of tax avoidance, 4) accounting conservatism did not affect of tax avoidance.

Keywords : Risk Companies, Independent Commissary Proportion, Audit Committee, Accounting Conservatism, Tax Avoidance


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... ix

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

B. Penurunan Hipotesis ... 27

C. Model Penelitian ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN ... 35


(13)

xii

E. Definisi Operasional Variabel ... 36

F. Uji Kualitas Data ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 44

B. Uji Kualitas Data ... 45

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 49

D. Pembahasan (Intrepretasi) ... 53

BAB V. SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN ... 58

1. Simpulan ... 58

2. Saran ... 60

3. Keterbatasan ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 PROSEDUR PEMILIHAN ... 44

TABEL 4.2 STATISTIK DESKRIPTIF ... 45

TABEL 4.3 HASIL UJI NORMALITAS ... 47

TABEL 4.4 HASIL UJI AUTOKORELASI ... 47

TABEL 4.5 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS ... 48

TABEL 4.6 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS ... 49

TABEL 4.7 HASIL UJI DETERMINASI ADJUSTED R2 ... 50

TABEL 4.8 HASIL UJI NILAI F ... 50

TABEL 4.9 HASIL UJI PARSIAL (t test) ... 51


(15)

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Nama Perusahaan Lampiran 2. Data Perusahaan


(17)

(18)

(19)

1 A. Latar Belakang

Pajak adalah pendapatan yang diperoleh oleh suatu Negara yang paling besar. Pemerintah melakukan pemungutan pajak yang digunakan sebagai sumber dana bagi pemerintah atas pembiayaan pengeluaran pemerintah dan sebagai alat dalam mengatur pelaksanaan kebijakan di bidang social dan ekonomi serta untuk kemakmuran masyarakat dari suatu Negara itu sendiri. Oleh karena itu wajib pajak diharapkan mampu mematuh daam menjalankan kwajiban perpajakannya dengan sukarela dan patuh terhadap peraturan perpajakan yang sudah ditetapkan. Sikap tidak patuh dapat mengganggu keuangan Negara.

Pada dasarnya, pajak selalu berkembang sehingga harus dilakukan pengelolaan dengan baik. Bagi sebuah perusahaan, pajak adalah beban yang dapat mengurangi laba bersih. Apabila suatu perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar maka pajak penghasilan yang harus dibayarkan pada kas Negara juga besar. Oleh karena itu, pemerintah dihimbau untuk memberikan perhatian yang lebih pada sektor pajak ini.

Indonesia merupakan Negara yang menerapkan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam meningkatkan atau mengoptimalkan penerimaan pajaknya (Surat direktur jendral pajak No. S-14/PJ.7/2003). Namun, usaha yang dilakukan dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak bukan tanpa kendala. Salah satu kendala yang dihadapi oleh Negara dalam pengoptimalan


(20)

2

penerimaan pajak yaitu adanya tindakan penghindaran pajak (Tax Avoidance). Hingga saat ini, tidak sedikit perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. (Budiman dan Setiono, 2012).

Pandangan terhadap aktivitas penghindaran pajak perusahaan berbeda-beda tergantung kepentingan pihak-pihak yang terkait. Karena sifat penghindaran pajak yang tidak melanggar peraturan, pemerintah Direktorat Jenderal Pajak tidak dapat menjatuhkan sanksi hukum kepada perusahaan, meski perilaku ini akan mengurangi penerimaan negara dari sektor pajak.

Meskipun penghindaran pajak perusahaan tidak memiliki pengaruh langsung terhadap masyarakat, perusahaan yang melakukan penghindaran pajak memberi kesan yang buruk karena masyarakat memandang bahwa aktivitas ini akan membatasi transfer pendapatan kepada masyarakat luas (Fuest dan Riedel, 2009). Padahal menurut masyarakat, semestinya perusahaan ikut berpatisipasi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembayaran pajak.

Penghindaran pajak merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan dan diperbolehkan oleh undang-undang atau tidak melanggar perundang-undangan meskipun hal tersebut dapat merugikan penerimaan Negara (Shophar dalam Yenni : 1999). Pada tahun 2005 di Indonesia tercatat 750 perusahaan Penanaman Modal Asing yang diperkirakan telah melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi selama 5 tahun berturut-turut dan tidak membayar pajak (Bappenas, 2005).


(21)

Fenomena lain mengenai penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia yaitu ungkapan dari Mantan Mentri Keuangan Agus Martowardojo sebelum melepas jabatannya menuturkan ada ribuan perusahaan multinasional yang tidak menjalankan kewajibannya kepada Negara. Di Indonesia, pembayaran royalty yang tinggi ke perusahaan induk (parent

company) berpotensi mengurangi PPh badan yang harus dibayar perusahaan.

Pemimpin perusahaan merupakan pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan atas diterapkannya kebijakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Pemimpin perusahaan yang bertindak sebagai pengambil keputusan dan kebijakan tentu memiliki karakter yang berbeda-beda. Seorang pemimpin perusahaan bisa saja memiliki karakter risk taker atau risk averse yang tercermin dari besar kecilnya risiko perusahaan (Budiman, 2012). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk taker. Sebaliknya, semakin rendah risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk averse.

Risk taker merupakan salah satu sifat yang dimiliki pimpinan perusahaan yang cenderung lebih berani dalam pengambilan keputusan meskipun keputusan yang diambil memliki resiko tinggi. Terdapat paham apabila semakin tinggi resiko yang diambil maka akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh. Sifat risk taker yang dimiliki para eksekutif akan semakin besar dengan banyaknya keuntungan yang ditawarkan seperti penghasilan yang tinggi, kekayaan yang melimpah, kenaikan jabatan dan pemberian wewenang atau kekuasaan.


(22)

4

Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki sifat risk averse

akan lebih memilih untuk melakukan penghindaran dari segala bentuk kesempatan yang berpotensi menimbulkan resiko dan lebih suka menahan sebagian besar aset yang dimiliki dalam investasi yang relatif aman untuk menghindari pendanaan dari utang, ketidakpastian jumlah return dan sebagainya. Ketika diberikan kesempatan berinvestasi manajer dengan karakter risk averse akan cenderung memilih investasi yang jauh dbawah resiko dan dapat ditolerir oleh perusahaan. (Low, 2009; MacCrimmon dan Wehrung, 1990).

Untuk mengetahui jenis karakter dan menilai seberapa berani eksekutif perusahaan mengambil resiko dapat dilakukan dengan melihat risiko perusahaan (corporate risk). Paligorova (2010) untuk mengukur

corporate risk menggunakan persamaan standar deviasi dari EBITDA

(earning before income tax, depreciation and amortization) dibagi dengan total aset perusahaan. Tingginya rendahnya corporate risk akan menunjukkan kecondongan karakter eksekutif, risk taking atau riskaverse.

Selain karakter eksekutif yang memiliki keterkaitan dengan penghindaran pajak, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tax avoidance diantaranya yaitu aturan struktur tata kelola perusahaan juga mempengaruhi cara perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tata kelola perusahaan yang baik muncul karena adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelola perusahaan yang dapat menimbulkan agency problem.


(23)

Hubungan antara pajak dengan tata kelola perusahaan yang baik telah banyak dikaji oleh beberapa peneliti, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2006). Menurutnya, hubungan antara kompensasi insentif dengan tindakan penghindaran pajak bersifat negatif. Hubungan negatif ini lebih banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat tata kelola perusahaan rendah, yang dalam pengelolaannya sifat oportunis manajer diduga merupakan faktor yang dominan. Baik buruknya tata kelola perusahaan tercermin dari kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit, dan komite audit.

Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen juga bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Susiana dan Herawaty, 2007). Peran esensial dari komite audit adalah memastikan independensi dan objektivitas auditor eksternal, selain memonitor manajemen perusahaan (Smith Report dalam Puspita, 2014).

Smith Report dalam Puspita (2014) menyatakan bahwa peran esensial dari komite audit adalah memastikan independensi dan objektivitas auditor eksternal, selain memonitor manajemen perusahaan. Peran utama dan tanggung jawab komite audit yaitu, mengawasi integritas laporan keuangan perusahaan, melakukan review atas sistem kontrol keuangan internal


(24)

6

perusahaan, mengawasi dan melakukan review atas efektivitas fungsi audit internal perusahaan, membuat rekomendasi kepada dewan dalam hubungan dengan pertemuan dengan auditor eksternal dan menyetujui remunerasi dan perjanjian dengan auditor eksternal.

Dalam penelitiannya Annisa (2012) melakukan pengujian mengenai pengaruh tata kelola perusahaan yang baik terhadap penghindaran pajak. Hasil yang diperoleh yaitu komite audit dan kualitas audit yang dijadikan pengukur dalam tata kelola perusahaan yang baik berpengaruh terhadap penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Proksi dari good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit.

Konservatisme Akuntansi adalah praktik menurunkan laba dan aset bersih dalam merespon kabar buruk, namun tidak menaikkan laba dan menaikkan aset bersih dalam merespon kabar baik (Basu, 1997). Komitmen pihak internal perusahaan dan manajemen dalam menginformasikan laporan keuangan yang transparan akurat dan tidak menyesatkan adalah faktor yang menentukan tingkat konservatisme akuntansi di pelaporan keuangan perusahaan (Baharudin dan Wijayanti, 2011).

Hal inilah yang menyebabkan prinsip konservatisme yang diterapkan perusahaan secara tidak langsung akan mempengaruhi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan, dimana laporan keuangan yang disusun tersebut nantinya akan dijadikan dasar pengambilan keputusan bagi manajemen dalam mengambil kebijakan terkait dengan perusahaan.


(25)

Kebijakan terkait perusahaan dalam hal ini tentunya termasuk juga dalam hal perpajakan khususnya terkait dengan tax avoidance, karena tax

avoidance yang dilakukan oleh perusahaan biasanya dilakukan melalui

kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan dan bukanlah tanpa sengaja (Budiman dan Setyono, 2012). Namun menurut penelitian Tresno dkk. (2012) dengan adanya Peraturan Pemerintah maka kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak akan semakin sempit meskipun perusahaan memilih metode akuntansi yang konservatif. Sehingga diduga, Perusahaan yang menerapkan konservatisme akuntansi akan mendapatkan tingat keagresifitasan pajak yang rendah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel penelitian risiko perusahaan, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan konservatisme akuntansi. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015.

Penelitian Ni Nyoman dan I Ketut (2014) menyimpulkan bahwa risiko perusahaan, kualitas audit, dan komite audit berpengaruh positif terhadap tax

avoidance sedangkan ukuran perusahaan, multinational company,

kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian Fitri dan Trihades (2015) adalah risiko perusahaan dan return on assets berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance sedangkan komite audit, kualitas audit, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.


(26)

8

Sedangkan hasil penelitian Pramudito dan Sari (2015) menyimpulkan konservatisme akuntansi, dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Dari latar belakang maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul, “PENGARUH RISIKO PERUSAHAAN, PROPORSI

DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT DAN KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP TAX AVOIDANCE

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Risiko Perusahaan berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance? 2. Apakah Proporsi Dewan Komisaris berpengaruh negatif terhadap Tax

Avoidance?

3. Apakah Komite Audit berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance? 4. Apakah Konservatisme Akuntansi berpengaruh negatif terhadap Tax

Avoidance? C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah Risiko Perusahaan

berpengaruh terhadap Tax Avoidance?

2. Untuk mengetahui dan menguji sacara empiris apakah Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Tax Avoidance?


(27)

3. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah Komite Audit berpengaruh terhadap Tax Avodance?

4. Untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah Konservatisme Akuntansi berpengaruh terhadap Tax Avoidance?

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman serta pengetahuan yang lebih mendalam mengenai tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan manfaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca selanjutnya, khususnya mengenai pengaruh risiko perusahaan, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan konservatisme akuntansi terhadap tax avoidance.

2. Manfaat praktik a. Bagi Pemerintah

Memberikan pengetahuan kepada Direktorat Jendral Pajak (DJP) mengenai tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sumber literatur dan referensi untuk disempurnakan pada penelitian lebih lanjut mengeani tax avoidance, dapat melakukan dan menambah kontribusi lain sehingga dari penelitian selanjutnya akan semakin lebih baik lagi.


(28)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori Stakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan antara perusahaan dalam menjalankan kegiatannya dengan para stakeholdernya (pemegang saham, kreditur, pemerintah, masyarakat, konsumen, supplier, analis dan pihak lain). Gray et al.

(1994) dalam Ghozali dan Chariri, (2007) mengatakan bahwa:

“Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder

dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.

Fokus teori stakeholder adalah mengacu pada pengambilan keputusan manajerial membuat perusahaan berusaha memberikan informasi yang bermanfaat bagi para stakeholder (Lasmaria, 2014).

Stakeholder sebenarnya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan. Pada dasarnya stakeholder akan tertarik pada perusahaan yang memiliki earning per share yang tinggi atau laba bersih yang tinggi. Hubungan stakeholder dengan tax avoidance adalah apabila suatu perusahaan melakukan penghindaran pajak atau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maka beban perusahaan tersebut


(29)

semakin kecil, sehingga laba bersih perusahaan meningkat. Hal tersebut akan memberikan manfaat baik bagi stakeholder (investor) maupun perusahaan, karena earning per share yang dibagikan kepada stakeholder

akan semakin tinggi dan manfaat yang diperoleh bagi perusahaan semakin banyak stakeholder (investor) yang akan menanamkan atau menginvestasikan sahamnya pada perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, kekuatan stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya kekuatan yang mereka miliki atas sumber tersebut. Kekuatan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, maupun kemampuan mengatur perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007).

Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007).

Munculnya teori stakeholders sebagai paradigma dominan semakin menguatkan konsep bahwa perusahaan bertanggung jawab tidak hanya kepada pemegang saham melainkan juga terhadap para pemangku kepentingan atau stakeholder (Maulida dan Adam, 2012).


(30)

12

2. Pajak

Pajak adalah iuran dari rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011).

Pajak memiliki arti penting, yang di atur dalam Undang - Undang Republik Indonesia No 28 tahun 2007 pasal 1 yaitu konstribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang digunakan untuk keperluan negara serta kemakmuran rakyat.

Suandy (2008) menyatakan pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidang keuangan negara.

Menurut Adriani (2010) menyatakan pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan perundang-undangan, tanpa medapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan Negara dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan.


(31)

Dari definisi diatas dapat simpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib yang dapat dipaksakan kepada masyarakat guna kepentingan pembangunan nasional dan pemungutannya hanya dapat dipungut oleh Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul perpajakan edisi revisi (2011: 1) menjelaskan bahwa ada tiga fungsi pajak, yaitu fungsi penerimaan (budgetair) dan mengatur (regular). Fungsi budgetir yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Fungsi

regular yaitu suat alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan peemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

Jenis-jenis pajak umumnya dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya.

a. Menurut golongannya dibagi menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh: PPh. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh: PPn.

b. Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi pajak subjektif dan pajak objektif. Pajak subjektif adalah pajak yag berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, contoh: PPh. Pajak objektif adalah pajak yang


(32)

14

berpangkal pada objek, tanpa melihat keadaan diri wajib pajak, contoh: PPn dan pajak Penjualan atas Brang Mewah.

c. Menurut lembaga pemungutan pajak dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, contoh: PPh, PPn, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan lain-lain.

Tata cara pelaksanaan pemungutan pajak, tidak hanya berdasarkan undang-undang yang berlaku, namun juga harus memperhatikan asas-asas pemungutannya. Asas-asas pemungutan pajak menurut Adam Smith dalam Suparmono dan Damayanti (2005: 5) pemungutan pajak seharusnya didasarkan atas:

a. Asas Equality adalah pemungutan pajak yang adil dan merata tidak boleh ada diskriminasi diantara wajib pajak.

b. Asas Certainty adalah penetapan pajak yang harus jelas, tidak dilakukan secara sewenang-wenang. Wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak terutang, kapan harus dibayar dan batas waktu pembayarannya.


(33)

c. Asas Conveience adalah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak pada saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak, yaitu pada saat memperoleh penghasilan.

d. Asas economy adalah biaya untuk pemungutan pajak yang harus seminimum mungkin. Dengan biaya minimal diharapkan dapat menghasilkan penerimaan yang sebesar-sebarnya.

3. Manajemen Pajak

Pajak merupakan salah satu penerimaan negara. Namun, bagi perusahaan pajak merupakan suatu beban yang harus ditanggung perusahaan. Beban pajak bagi perusahaan merupakan pengurang bagi laba. Sedangkan kita ketahui bahwa tujuan perusahaan yaitu untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin. Oleh sebab itu, perusahaan mencari upaya untuk meminimalkan beban pajak. Menurut Pohan (2013:3), salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pengusaha adalah:

“dengan meminimalkan beban pajak dalam batas yang tidak melanggar

aturan, karena pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba.”

Suandy (2006) mengatakan bahwa manajemen pajak mempunyai dua tujuan, yaitu menerapkan peraturan pajak secara benar dan usaha efisiensi untuk mencapai laba yang seharusnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka manajemen pajak memiliki 3 fungsi, yaitu perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan perpajakan (tax implementation), dan pengendalian pajak (tax control).


(34)

16

Manajemen pajak atau perencanaan pajak adalah kegiatan berstruktur yang terkait dengan konsekuensi pajaknya, dan berfokus pada pengendalian setiap transaksi dan konsekuensi pajaknya. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian pajak tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion).

Manajemen pajak tidak seperti tax avoidance dan tax evasion

yang merupakan tindak pidana fiscal tanpa toleransi karena manajemen pajak merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mewujudnyatakan fungsi - fungsi manajemen sehingga efektivitas dan efisiensi pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan dapat tercapai dengan baik. Bernad (2011) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, wajib pajak harus mengerti unsur-unsur berikut :

a. Tax complience merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan

kegiatan - kegiatan untuk memenuhi aturan perpajakan. Dalam kegiatan ini meliputi administrasi yang harus dilakukan, pembukuan, pemotongan, pemungutan, penyetoran, pelaporan, memberikan data untuk keperluan pemeriksaan pajak dan sebagainya.

b. Tax planning merupakan rangkaian strategi untuk mengatur

akuntansi dan keuangan perusahaan untuk meminimalkan kewajiban pajak dengan cara - cara yang tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Tax planning dalam arti luas meliputi keseluruhan


(35)

fungsi manajemen pajak. Tax avoidance merupakan bagian dari tax

planning yang dilakukan dengan tujuan meminimalkan pembayaran

pajak.

c. Lim (2011) mendefinisikan pengertian tax avoidance sebagai penghematan pajak yang timbul dengan memanfaatkan ketentuan perpajakan yang dilakukan secara legal untuk meminimalkan kewajiban pajak. Secara hukum pajak tax avoidance tidak dilarang meskipun seringkali mendapat sorotan yang kurang baik dari kantor pajak karena dianggap memiliki konotasi yang negatif (Sari,2014).

d. Tax litigation merupakan usaha–usaha yang dilakukan untuk

menyelesaikan perselisihan atau sengketa pajak dengan pihak lain, terutama kantor pajak. Sengketa pajak yang terjadi karena adanya perbedaan penafsiran atas suatu ketentuan perpajakan atau atas masalah-masalah yang tidak ada aturan yang jelas. Sengketa pajak terjadi antara wajib pajak dengan fiskus dalam pemeriksaan atau penelitian pajak.

e. Tax research merupakan proses yang dilakukan untuk mencari

jawaban, solusi, atau rekomendasi atas suatu permasalahan perpajakan. Kegiatan yang dilakukan biasanya meliputi penentuan fakta-fakta yang akan dianalisis, mengidentifikasi isu-isu pajak yang berkaitan dengan fakta-fakta tersebut, menentukan pihak-pihak yang dapat menjadi sumber data dan informasi, mengevaluasi data informasi yang diperoleh, mengembangkan kesimpulan yang ada,


(36)

18

merumuskan kesimpulan yang diperoleh, megembangkan rekomendasi, merumuskan rekomendasi, dan mengkomunikasikan rekomendasi yang dibuat.

Berdasarkan uraian diatas menyebutkan bahwa perencanaan pajak atau manajemen pajak merupakan kesatuan dari perencanaan strategis perusahaan, artinya perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pajak. Kiswara (2008) menyatakan bahwa pelaksanaan manajemen pajak harus ditempuh dengan pertimbangan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektifitas.

Biasanya manajemen pajak dilakukan pada saat akan mendirikan perusahaan (pemilihan bentuk usaha, pemilihan metode pembukuan, dan pemilihan lokasi usaha), menjalankan perusahaan (pemilihan transaksi-transaksi yang akan dilakukan dalam kegiatan operasionalnya, pemilihan metode akuntansi) sampai dengan menutup perusahaan (restrukturisasi usaha, likudasi, merger, pemekaran, dan sebagainya).

4. Tax Avoidance

Berbagai cara dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi ataupun badan untuk meminimalkan jumlah pajak yang akan dibayarkan, salah satunya adalah dengan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance)

cara ini sering dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait karena sifatnya yang tidak melanggar undang-undang perpajakan. Ada beberapa definisi-definisi yang menjelaskan mengenai tax avoidance diantaranya:


(37)

Mardiasmo (2011) mendefinisikan bahwa tax avoidance adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan cara tidak melanggar undang-undang. Yuningsih et.al (2013) menyatakan bahwa tax avoidance adalah suatu tindakan penghematan pajak yang masih dalam koridor perundang-undangan, sedangkan menurut Anderson dalam Zain (2003) menyatakan bahwa tax avoidance adalah manipulasi penghasilan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tax avoidance adalah suatu usaha untuk mengurangkan

pembayaran pajak dengan cara yang diperbolehkan hukum, yaitu dengan cara memanfaatkan celah-celah peraturan yang ada (Surbakti, 2012). Dalam teori tradisional tax avoidance dianggap sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mentransfer kesejahteraan dari negara kepada para pemegang saham (Kim et.al dalam Chasbiandani dan Martini, 2012).

Suandy dalam Annisa dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa motivasi yang mendasari wajib pajak melakukan tindakan penghematan pajak bersumber dari beberapa faktor, yaitu:

a. Jumlah pajak yang harus dibayar, besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, semakin besar jumlah pajak yang harus dibayarkan, maka semakin besar pula kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.


(38)

20

b. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya menyuap fiskus maka semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

c. Kemungkinan untuk terdeteksi. Semakin kecil kemungkina suatu pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

d. Besar sanksi. Semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran maka semakin besar wajib pajak melakukan tindakan pelanggaran.

Menurut Bernard P. Heber (1976) , pengertian tax avoidance adalah upaya atau wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak lebih rendah. Perbuatan ini secara harfiah tidak melanggar undang-undang perpajakan, namun dari sudut pandang jiwa undang-undang perpajakan, perbuatan dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar jiwa undang-undang perpajakan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan usaha atau cara untuk mengurangi, bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar peraturan atau undang-undang yang ada.


(39)

5. Risiko Perusahaan

Risiko perusahaan merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi standar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau lebih dari yang direncanakan (upset potensial), semakin besar deviasi standar

earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko

perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif apakah termasuk risk taker atau risk averse (Paligovora, 2010).

Setiap perusahaan memiliki seorang yang pemimpin di posisi teratas yaitu top eksekutif atau top manajer, dimana pimpinan tersebut memiliki karakter-karakter tertentu untuk memimpin dan menjalankan kegiatan usaha perusahaannya menuju tujuan yang ingin dicapai perusahaan tersebut. Low (2006) dalam Budiman dan Setiyono (2012), menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif biasanya memiliki dua karakter yaitu risk taker dan

risk averse.

Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi. Ekskutif yang memiliki karakter risk


(40)

22

taker ini tidak ragu-ragu untuk melakukan pembiayaan dari hutang agar perusahaan dapat tumbuh lebih cepat.

Menurut Coles, Daniel, Naveen D, Naveen dan Lalitha (2004) menyatakan bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan cerminan dari policy yang diambil oleh pemimpin perusahaan. Policy

yang diambil pimpinan perusahaan bisa mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taking atau risk averse. Semakin tinggi corporate risk maka eksekutif semakin memiliki karakter risk taker, demikian juga semakin rendah corporate risk maka eksekutif akan memiliki karakter

risk averse.

Terkait dengan karakter eksekutif perusahaan, Lewellen (2003) juga menyebutkan bahwa karakter eksekutif yang risk taker lebih berani membuat keputusan melakukan pembiayaan hutang, mereka memiliki informasi yang lengkap tentang biaya dan manfaat hutang tersebut.

Keputusan untuk melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) inibergantung pada individu eksekutif perusahaan. Dimana tingkat risiko yang besar pada perusahaan mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan tersebut lebih bersifat risk taker yang lebih berani mengambil risiko. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk averse yang cenderung untuk menghindari risiko.


(41)

6. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Beradasarkan Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberikan nasihat kepada Direksi.

Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisrais independen dapat meningkatkan kinerja manajer.

Karena posisinya yang sangat penting dalam perusahaan, kemampuan dan pemahaman komisaris terhadap bidang usaha dan emiten akan sangat mempengaruhi persetujuandan keputusan yang dibuat, sehingga komisaris harus memiliki dan menguasai latar belakang pendidikan di bidang ekonomi.

Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga kemungkinan pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak secara independen, semata-mata demi kepentingan perusahaan, dan terlepas dari pengaruh berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan dengan kepentingan perusahaan. Menurut pencatatan peraturan Nomor tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di Bursa yaitu jumlah komisaris


(42)

24

minimum 30%. Artinya banyak sedkitinya anggota dewan komisaris independen pada perusahaan akan menunjang efektifitas dalam perusahaan dan monitoring yang dilakukan oleh manajer.

7. Komite Audit

Natawidnyana (2008) menyatakan bahwa komite audit ialah sekelompok orang yang dipilih dari anggota dewan komisaris yang memiliki tanggung jawab dalam pengawasan proses pelaporan keuangan dan pengungkapan (disclosure). Fungsi komite audit yang berjalan secara efektif memungkinkan pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta mendukung good corporate governance

(Andriyani, 2008).

Komite audit memiliki tugas untuk melakukan kontrol dalam proses penyusunan laporan keuangan perusahaan agar terhindar dari kecurangan pihak manajemen. Pohan (2008) menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif pada tax avoidance.

Kualifikasi terpenting dari anggota komite audit terletak pada

common sense, kecerdasan dan suatu pandangan yang independen.

Komite audit meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui (Siallagan: 2006) menjelaskan:

a. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal.

b. Penggunaan prinsip akuntansi berterima umum. c. Mengawasi proses audit secara keseluruhan.


(43)

Di dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal. Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal dan auditor eksternal akan mendukung proses audit internal dan eksternal menjadi lebih baik sehingga akan 25 meningkatkan akurasi laporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.

Komite audit perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance karen pertama, jika semakin sedikit komite audit yang dimiliki oleh perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan yang dilakukan oleh komite audit sangat minim sehingga akan meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan pajak agresif.

Kedua, kredibilitas perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau kurang dari yang ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan kredibilitas keuangan perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax avoidance dapat dilakukan dengan mudah oleh perusahaan. 8. Konservatisme Akuntansi

Dalam penyajian laporan keuangan, akuntan dapat memilih metode akuntansi apa yang akan diterapkan. Dalam konservatisme, akuntan dapat memilih metode yang berdampak lebih rendah pada laba dalam menyajikan laporan keuangan yang konservatif.

Berikut terdapat beberapa definisi konservatisme, antara lain. menurut Lara, et al., (2005), Konservatisme adalah reaksi kehati-hatian


(44)

26

(prudent) terhadap ketidakpastian, ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (debtholders) yang menentukan sebuah verifikasi standar yang lebih tinggi untuk mengakui good news dari pada bad news.

Konservatisme sebagai reaksi kehatihatian dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko interen dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasikan kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aktiva.

Menurut Hendriksen definisi konservatisme dalam Mayangsari dan Wilopo (2002) konservatisme adalah situasi ketika akuntan harus melaporkan informasi akuntansi nilai aktiva dan pendapatan terendah, serta melaporkan informasi akuntansi nilai kewajiban dan beban tinggi.

Menurut Givoly dan Hayn (2002) dalam Ahmed dan Duellman (2007) konservatisme dapat diukur dengan menggunakan metode akrual. Apabila akrual bernilai negatif, maka laba dapat dikategorikan konservatif, hal ini disebabkan karena laba lebih rendah dari arus kas yang didapatkan oleh perusahaan pada masa atau periode tertentu.

Juanda (2007) menyatakan bahwa konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka angka biaya dan utang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme


(45)

menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah (understatement).

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konservatisme adalah keberhati-hatian terhadap sesuatu yang tidak pasti dengan cara menunda mengakui laba dan mempercepat mengakui beban. Konservatisme mengakui biaya atau rugi yang mungkin akan terjadi, tetapi tidak segera mengkui laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Dengan kata lain konservatisme membuat akuntan harus bersikap pesimis terhadap laba yang didapat sehingga berdampak pada nilai aktiva yang rendah dan nilai laba yang kecil. B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Risiko Perusahaan terhadap Tax Avoidance

Perusahaan melakukan tax avoidance untuk mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan loopholes dalam ketentuan pajak agar laba yang dihasilkan maksimal. Keputusan untuk melakukan tax avoidance

bergantung pada individu eksekutif perusahaan. Dalam mengambil keputusan, eksekutif biasanya memiliki dua karakter yaitu risk taker dan

risk averse. Semakin eksekutif bersifat risk taker, nilai Cash ETR akan semakin rendah yang mengindikasikan tax avoidance makin tinggi.

Putri (2015) dalam penelitian risiko perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Semakin eksekutif bersifat risk taker maka akan semakin tinggi tingkat penghindaran pajak (tax avoidance). Pada


(46)

28

penelitian Budiman dan Setiyono (2012) juga menyimpulkan bahwa eksekutif yang memiliki karakter risk taker memiliki pengaruh yang positif terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

Dalam penelitian Ni Nyoman dan I ketut Jati (2014) juga menyimpulkan bahwa apabila eksekutif semakin bersifat risk taker maka akan semakin besar tindakan tax avoidance yang dilakukan. Besar kecilnya risiko perusahaan mengindikasikan kecenderungan karakter eksekutif. Tingkat risiko yang besar mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk taker yang lebih berani mengambil risiko. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat riskaverse yang cenderung untuk menghindari risiko.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar risiko perusahaan maka semakin tinggi tingkat tax avoidance, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance 2. Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Tax avoidance

Perusahaan-perusahaan Indonesia menganut hukum civil Belanda

dan Eropa yang memiliki struktur manajemen dua strata (two tier), yang

memisahkan antara fungsi dewan direksi sebagai eksekutif perusahaan dan fungsi dewan komisaris sebagai pengawas perusahaan (Sugiarto, 2009: 38).


(47)

Penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan Zulaikha (2013) yang menyatakan terdapat hubungan positif antara komisaris independen dengan effective tax rates (ETR) dengan menunjukkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh komisaris independen dilakukan agar tidak terjadi asimetri informasi yang terjadi antara manajemen perusahaan dengan stakeholder.

Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali (Annisa

& Kurniasih, 2012). Perusahaan yang berukuran besar dan memiliki

struktur yang kompleks akan maksimal kinerjanya apabila jumlah komisaris independen semakin banyak (Bernad, 2011).

Hasil berbeda diungkapkan oleh Prakosa (2014) menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap aktivitas penghindaran pajak, jika komisaris independen mengalami peningkatan maka aktivitas penghindaran pajak akan

mengalami penurunan, peningkatan proporsi dewan komisaris

independen dapat mencegah terjadinya aktivitas penghindaran pajak. Hasil penelitian Widyaningdyah (2002) dalam Antonia (2008) juga menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak signifikan mempengaruhi manajemen laba, sehingga adanya manipulasi dalam menyajikan laporan keuangan yang mungkin dilakukan manajemen tidak dapat dikendalikan oleh jumlah anggota dewan komisaris independen yang semakin besar. Hal ini memberikan


(48)

30

kesempatan bagi manajer melakukan aktivitas manipulasi laba dan nantinya akan menguntungkan perusahaan dalam hal perpajakan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak dapat mengendalikan tax avoidance, karena keberadaannya yaitu untuk mengutamakan kepentingan pemegang saham, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2 : Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance

3. Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Komite audit adalah komite yang bertanggung jawab mengawasi audit eksternal perusahaan dan merupakan kontak utama antara auditor dengan perusahaan (Annisa dan Kurniasih, 2012), dan Dewi dan Jati (2014) menyatakan bahwa keberadaan komite audit memiliki pengaruh

terhadap aktivitas tax avoidance. Semakin tinggi keberadaan komite

audit dalam perusahaan akan meningkatkan kualitas tata kelola

perusahaan, sehingga akan memperkecil kemungkinan aktivitas tax

avoidance yang dilakukan.

Penelitian terkait juga dilakukan oleh Winata (2014) yang menyatakan bahwa jumlah komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance dengan menunjukkan bahwa semakin banyak komite audit yang ada dalam suatu perusahaan dapat meminimalisir praktik tax avoidance yang dilakukan perusahaan.


(49)

Hasil berbeda diungkapkan oleh Kurniasih dan Sari (2013), keberadaan komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan

beban pajak yang terkait dengan aktivitas tax avoidance. Jumlah anggota

komite audit pada perusahaan tidak memberikan jaminan bahwa

perusahaan tidak melakukan aktivitas tax avoidance.

Menurut Fadhilah (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance perusahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sriwedari (2009) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit yang fungsinya untuk meningkatkan integritas yang kredibilitas pelaporan keuangan agar dapat berjalan dengan baik.

Beberapa alasan komite audit perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance yaitu:

Pertama, jika semakin sedikit komite audit yang dimiliki oleh perusahaan maka pengendalian kebijakan keuangan yang dilakukan oleh komite audit sangat minim sehingga akan meningkatkan tindakan manajemen dalam melakukan pajak agresif.

Kedua, kredibilitas perusahaan yang memiliki komite audit yang sedikit atau kurang dari yang ditetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan kredibilitas keuangan perusahaan bisa saja pajak agresif atau tax avoidance dapat dilakukan dengan mudah oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komite audit memilki pengaruh terhadap penghindaraan pajak karena keberadaan


(50)

32

komite audit fungsinya untuk meningkatkan integritas yang kredibilitas pelaporan keuangan agar dapat berjalan dengan baik. Jika perusahaan memiliki komite audit sedikit kurang dari yang tetapkan BEI akan mempengaruhi integritas dan kredibilitas keuangan perusahaan, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H3 : Komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance 4. Konservatisme Akuntansi terhadap Tax Avoidance

Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan variabilitas dalam pengakuan laba dibanding rugi. Variabel dependen ini diukur dengan menggunakan rasio market to book yang mengacu pada penelitian Faradillah (2010). Perusahaan dengan market to book ratio

lebih besar dari 1 menunjukkan penerapan konservatisme akuntansi pada perusahaan.

Penggunaan market to book ratio sebagai proksi pengukuran konservatisme akuntansi dikarenakan rasio tersebut menunjukkan aktiva yang understatement dan kewajiban yang overstatement yang dapat dilihat dari nilai buku perusahaan yang dicatat lebih rendah dari harga pasarnya.

Hasil penelitian Jaya, Arafat, Kartika (2013) mengungkapkan konservatisme akuntansi tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil ini menunjukkan bahwa prinsip konservatisme bukanlah faktor yang mendorong perusahaan (wajib pajak) untuk melakukan penghindaran pajak. Prinsip ini digunakan bagi pemerintah untuk


(51)

memaksimalkan pemasukan pajaknya dan untuk mempersempit ruang bagi perusahaan (wajib pajak) untuk melakukan penghindaran atau bahkan pelanggaran pajak.

Penelitian Batara Wiryo Pramudito & Maria M. Ratnasari (2015) juga mengungkapkan konservatisme akuntansi tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan metode akuntansi yang konservatif tidak akan meningkatkan kecenderungan perusahaan untuk melakukan tax avoidance, karena dengan adanya Peraturan Pemerintah maka kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak akan semakin sempit.

Penelitian Dahlia Sari (2004) mengungkapkan konservatisme akuntansi berpengaruh positif yang signifikan terhadap fluktuasi ROA dan rasio dividen kas yang merupakan indicator konflik bondholders-shareholders seputar kebijakan dividen.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konservatisme akuntansi tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaraan pajak karena konservatisme akuntansi merupakan prinsip yang digunakan pemerintahaan untuk memaksimalkan pemasukan pajaknya dan mempersempit ruang bagi perusahaan (wajib pajak) untuk melakukan penghindaran pajak, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H4 : Konservatisme akuntansi berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.


(52)

34

C. Model Penelitian

Model Penelitian ini menggunakan gambar yang menunjukkan variabel independennya adalah risiko perusahaan, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, dan konservatisme akuntansi yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tax avoidance.

(+)

(-) (+)

(-)

Gambar II.1

Metode Penelitian

Risiko (X1)

Dewan Komisaris Independen

(X2) Komite Audit

(X3)

Konservatisme Akuntansi

(X4)

Tax Avoidance


(53)

35 A. Objek/Subjek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 – 2015.

Sedangkan subyeknya berupa Laporan Keuangan tahunan seluruh Perusahaan Manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan adalah data tahun 2013-2015.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi, 2012). Data tersebut berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur tahun 2013 – 2015 yang diperoleh dari database pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan website resmi situs www.idx.co.id.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling, yaitu teknik penyampelan dengan tujuan tertentu sesuai keinginan peneliti yang akan menghasilkan directed sample yaitu sampel menurut keinginan peneliti dengan kriteria tertentu.


(54)

36

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013 – 2015.

2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap dengan menggunakan mata uang rupiah selama periode 2013 – 2015.

3. Perusahaan manufaktur yang memiliki laba positif selama periode 2013-2015

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan data sekunder berbentuk laporan keuangan dan laporan tahunan atau dokumen-dokumen lain yang memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penelitian ini. Laporan keuangan dan tahunan diperoleh dari database pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan website resmi Stock Exchange (IDM) www.idx.co.id.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variable yang mempengaruhi oleh variable lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tax Avoidance, menurut Frank et al., 2009 dalam Sari dan Martani (2010) tax avoidance diukur dengan menggunakan rumus

Effective Tax Rate (ETR) atau Tarif Pajak Efektif (TPE), dimana semakin rendah Cash ETR maka semakin tinggi tax avoidance.


(55)

Cash ETR mempunyai kemampuan untuk mewakili penghindaran pajak lebih baik karena tidak dipengaruhi laba akuntansi. Untuk mengukur seberapa besar perusahaan melakukan penghindaran pajak yang merupakan salah satu jenis manajemen pajak. Adapun rumusnya sebagai berikut:

��� = Beban Pajak Laba Sebelum Pajak

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Risiko Perusahaan

Paligorova (2010) mengartikan risiko perusahaan (corporate risk) merupakan volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi standar. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin lebih dari yang direncanakan

(upside potential), semakin besar deviasi earning perusahaan

mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya resiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif apakah termasuk risk taker atau riskaverse.


(56)

38

Untuk mengukur resiko perusahaan ini dihitung melalui deviasi standar dari EBITDA (Earning Before Income Tax, Depreciation, and Amortization) dibagi dengan total asset perusahaan (Paligrova 2010):

� �= (� − /

) �) /( − )

− Dimana :

E adalah EBITDA dibagi dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya risiko perusahaan mencerminkan apakah eksekutif perusahaan termasuk dalam kategori risk-taking atau

risk-averse, semakin besar risiko perusahaan menunjukkan eksekutif

perusahaan tersebut adalah risk-taking, sebaliknya semakin kecil risiko perusahaan menunjukkan eksekutif perusahaan tersebut adalah risk-averse.

b. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Wardhani (2008) menyebutkan bahwa komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan.


(57)

Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya. Komposisi dewan komisaris independen (KDKI) yang dimaksuddalam penelitian ini adalah Komisaris Independen dalam suatu Dewan Komisaris Perusahaan. Independensi Dewan Komisaris diukur dengan (Bakhri, 2008):

KDKI =Jumlah anggota komisaris independen Total anggota dewan komisaris

c. Komite Audit

Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Komite Audit diukur dengan

Frekuensi rapat komite audit = jumlah rapat yang dilaksanakan dalam 1(satu) tahun.

d. Konservatisme Akuntansi

Supriyanto (2006) menjelaskan bahwa definisi akuntansi konservatif umum yang digunakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai


(58)

40

untuk aktiva dan pendapatan serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan biaya. Apabila laba konservatif tersebut didasarkan pada efisiensi kontrak maka kekayaan (neraca) juga akan konservatif sehingga laba yang diperoleh perusahaan tersebut akan menambah kekayaan pemilik (modal).

Pengukuran konservatisme akuntansi menggunakan model akrual (Givoly dan Hayn 2002) :

� ���= Laba Bersih−Arus Kas Operasional

Total Aktiva

F. Uji Kualitas Data

1. Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif digunakan untuk memberikan infromasi karakteristik variabel penelitian. Analisa ini disajikan dengan menggunakan tabel statistic descriptive yang memaparkan nilai maksimum, minimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation).

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan Uji Hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data yaitu uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan independen dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data yang terdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Model regresi yang baik adalah distribusi data


(59)

normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Kolmogorov-smirnov > alpha (Ghozali, 2006).

b. Uji Multikoliniearitas

Uji Multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2006). Pengujian multikoliniearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi ini dikatakan bebas multikoliniearitas jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,1 c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi liniear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Santoso,2015). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (D-W). Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Model regresi dikatakan bebas autokorelasi jika angka D-W diantara -2 sampai +2.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,


(60)

42

maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan metode glejser.

Model regresi dikatakan bebas dari heteroskedastisitas jika nilai sig > alpha (Ghozali, 2006).

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Uji Regresi Liniear Berganda

Analisis regresi berganda bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap dependen. Model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 - β2X2 + β3X3 - β4X4 - e Dimana:

a. Y adalah Pajak Penghasilan yang dibayar dalam satu tahun dibagi dengan laba sebelum pajak. Y merupakan proksi dari pengukuran tax avoidance.

b. X1 adalah risiko perusahaan (corporate risk) i pada tahun t

c. X2 adalah proporsi komisaris independen (jumlah komisaris independen / total anggota dewan komisaris).

d. X3 adalah jumlah anggota komite audit. e. X4 adalah konservatisme akuntansi f. e adalah error


(61)

2. Uji Nilai t

Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen sacara individual bisa berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Hipotesis diterima jika nilai sig < alpha dan koefisien regresi searah dengan hipotesis. Dan sebaliknya hipotesis ditolak jika nilai sig > alpha dan koefisien regresi tidak searah dengan hipotesis.

3. Uji Nilai F

Uji nilai F digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan nilai signifikansi. Jika nilai sig < alpha maka terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.

4. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R²) pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R² berada di antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen (Ghozali, 2013). Dapat juga dikatakan bahwa R²=1 menandakan suatu hubungan yang sempurna, sedangkan R²=0 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.


(62)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan gambaran hasil penelitian beserta hipotesis dengan pembahasan pada bagian akhir. Hasil penelitian dan pembahasan ditampilkan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini menggunakan alat bantu yakni perangkat lunak SPSS versi 15.0.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tahun penelitian mencakup data pada tahun 2013-2105, hal ini dimaksudkan agar lebih mencerminkan kondisi saat ini.. Berdasarkan metode purposive sampling yang telah ditetapkan pada bab III, maka diperoleh sebanyak 126 sampel yang memenuhi kriteria. Adapun prosedur pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan manufaktur yang masuk dalam Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2013-2015 402

2 Perusahaan yang memiliki laba negatif tahun

2013-2015 (78)

3 Perusahaan manufaktur yang mempubliksaikan

laporan keuangan dengan USD (192)

4 Total Sampel (2013-2015) 132

5 Data Outlier (6)

6 Jumlah data sampel (2013-2015) 126


(63)

B. Uji Kualitas Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif pada penelitian ini menyajikan jumlah data, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviation) dari variabel independen dan variabel dependen. Hasil statistik deskriptif ditunjukkan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Min. Max. Mean Std.

Deviation

Tax_Avoidance 126 .01 1.69 .2739 .18373

Risiko_Perusahaan 126 .00 1.28 .2848 .25204

Dewan_Komisaris 126 .25 1.00 .5504 .21312

Komite_Audit 126 2.00 7.00 4.5159 .95276

Konservatisme_Akuntansi 126 .00 7.13 .1824 .92438 Valid N (listwise) 126

Sumber : Output SPSS 15.0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengamatan dalam penelitian ini sebanyak 126 sampel, adapun hasil statistik deskriptif sebagai berikut: Variabel Tax Avoidance(Y)yang diukur dengan Effective Tax Rate (ETR)

memiliki nilai minimum sebesar 0,01; nilai maksimum sebesar 1,69 nilai rata-rata (mean) sebesar 0,2739 dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,18373. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ETR dalam perusahaan manufaktur rendah.

Variabel Risiko Perusahaan (RISK)yang diukur dengan EBITDA memiliki nilai minimum sebesar 0,00; nilai maksimum sebesar 1,28; nilai rata-rata (mean) sebesar 0,2848; dan simpangan baku (standar deviation)


(64)

46

sebesar 0,25204. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat laba sebelum pajak, amortisasi dan depresiasi perusahaan manufaktur rendah.

Variabel Dewan Komisaris Independen (KOMIN) memiliki nilai minimum sebesar 0,25; nilai Maksimum sebesar 1,00 nilai rata-rata (mean) sebesar 0,5504; dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,21312. Hal ini menunjukan bahwa hampir separuh perusahaan meanufaktur memiliki proporsi jumlah dewan komisaris yang banyak.

Variabel Komite Audit (KOMAU)) memiliki nilai minimum sebesar 2,00 ; nilai maksimum sebesar 07,00 nilai rata-rata (mean) sebesar 4,5154 ; dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,95276. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata rapat komite audit lebih 4 kali dalam setahun.

Variabel Konservatisme Akuntansi (CONACC) memiliki nilai minimum sebesar 0,00; nilai maksimum sebesar 7,13; nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1824; dan simpangan baku (standar deviation) sebesar 0,92438. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit perusahaan manufaktur yang menerapkan prinsip konservatisme dalam perusahaan. 2. Analisis Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam regresi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Sample Kolmogorov Smirnov Test. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.3


(1)

11 GDST 5 5 5

12 GGRM 4 4 4

13 MYOR 5 5 5

14 MLBI 5 5 5

15 MLIA 4 4 4

16 MRAT 4 4 4

17 PICO 4 4 4

18 PYFA 4 4 4

19 RMBA 4 4 4

20 ROTI 4 4 4

21 SIAP 2 2 2

22 SKBM 4 4 4

23 SKLT 4 4 4

24 SMCB 5 5 5

25 SMGR 4 4 4

26 TCID 5 5 5

27 TIRT 4 4 4

28 INDF 6 6 6

29 INDS 6 6 6

30 JPFA 7 7 7

31 IGAR 5 5 5

32 SRSN 4 4 4

33 TRIS 5 5 5

34 TRST 6 6 6

35 TSPC 5 5 5

36 ULTJ 4 4 4

37 UNVR 4 4 4

38 WIIM 4 4 4

39 TOTO 4 4 4

40 INAF 6 6 6

41 INAI 4 4 4


(2)

Data Konservatisme Akuntansi

No Kode Perusahaan Tahun

2013 2014 2015

1 AISA 0.05355 0.04422 0.03755

2 AKPI 0.01807 0.00203 0.00387

3 ALTO 0.03193 0.01313 0.01353

4 CPIN 0.04181 0.03382 0.01446

5 BATA 0.00575 0.01294 0.04221

6 BIMA 0.01141 0.01205 0.06155

7 BTON 0.11332 0.01981 0.00024

8 DLTA 6.91431 7.13345 0.00186

9 DVLA 0.05054 0.04442 0.00109

10 FASW 0.00687 0.00361 0.01342

11 GDST 0.08272 0.01721 0.10808

12 GGRM 0.08309 0.11969 0.14825

13 MYOR 0.03272 0.00277 0.01317

14 MLBI 0.19295 0.02703 0.02081

15 MLIA 0.01468 0.00712 0.08442

16 MRAT 3.43303 0.17832 0.00933

17 PICO 0.01524 0.00291 0.02773

18 PYFA 0.00193 0.05048 0.00906

19 RMBA 0.10141 0.11391 0.00906

20 ROTI 0.00976 0.01574 0.00671

21 SIAP 0.04601 0.01446 0.10587

22 SKBM 0.13563 0.11849 0.00269

23 SKLT 0.00926 0.01107 0.01039

24 SMCB 0.03937 0.03387 0.14089

25 SMGR 0.00997 0.00937 0.07141

26 TCID 0.03549 0.07065 0.04701

27 TIRT 0.12101 0.30074 0.05691

28 INDF 0.00106 0.01093 0.03428

29 INDS 0.02215 0.05151 0.01231

30 JPFA 0.03131 0.02632 0.01602

31 IGAR 0.05739 0.14788 0.03763

32 SRSN 0.00481 0.06537 0.01531

33 TRIS 0.11279 0.10033 0.01609

34 TRST 0.02611 0.01817 0.01601


(3)

36 ULTJ 0.03632 0.06049 0.02632

37 UNVR 0.01226 0.04232 0.03926

38 WIIM 0.11913 0.08865 0.08865

39 TOTO 0.00698 0.04241 0.06357

40 INAF 0.07005 0.07819 0.07866

41 INAI 0.02612 0.03094 0.01899


(4)

Lampiran 3

Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Tax_Avoidance 126 .01 1.69 .2739 .18373

Risiko_Perusahaan 126 .00 1.28 .2848 .25204

Dewan_Komisaris 126 .25 1.00 .5504 .21312

Komite_Audit 126 2.00 7.00 4.5159 .95276

Konservatisme_Akuntansi 126 .00 7.13 .1824 .92438

Valid N (listwise) 126

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 126

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000

Std. Deviation .65233945

Most Extreme Differences

Absolute

.153

Positive .153

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z 1.718

Asymp. Sig. (2-tailed) .075

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Uji Autokorelasi Model Summary(b) Model R R Square Adjusted

R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .447(a) .200 .174 .66303 1.357

a. Predictors: (Constant), Ln_Konservatisme, Ln_Komite, Risiko_Perusahaan, Ln_Komisaris


(5)

Uji Multikolinearitas Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics B Std.

Error Beta Tolerance VIF B

Std. Error

1 (Constant) 3.318 .451 7.353 .000

Risiko_Perusahaan -.432 .238 -.149 -1.810 .073 .974 1.027

Ln_Komisaris .384 .179 .177 2.143 .034 .968 1.033

Ln_Komite -1.308 .274 -.389 -4.769 .000 .995 1.005

Ln_Konservatisme -.003 .041 -.006 -.070 .944 .972 1.029 a. Dependent Variable: Ln_Tax

Uji Heteroskedastisitas Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables

Removed Method

1

Ln_Konservatisme, Ln_Komite,

Risiko_Perusahaan, Ln_Komisaris(a)

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ABS_RES

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std.

Error Beta B

Std. Error

1 (Constant) 1.012 .311 3.259 .001

Risiko_Perusahaan -.296 .164 -.160 -1.802 .074

Ln_Komisaris .182 .123 .131 1.478 .142

Ln_Komite -.370 .189 -.172 -1.960 .052

Ln_Konservatisme -.012 .028 -.039 -.438 .662 a. Dependent Variable: ABS_RES


(6)

Hasil Moderated Regresion Analysis Variables Entered/Removed(b) Model Variables Entered Variables

Removed Method

1

Ln_Konservatisme, Ln_Komite,

Risiko_Perusahaan, Ln_Komisaris(a)

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Ln_Tax

Model Summary(b) Model R R Square Adjusted

R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson 1 .447(a) .200 .174 .66303 1.357

a. Predictors: (Constant), Ln_Konservatisme, Ln_Komite, Risiko_Perusahaan, Ln_Komisaris

b. Dependent Variable: Ln_Tax

ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 13.310 4 3.328 7.569 .000(a)

Residual 53.193 121 .440 Total 66.504 125

a. Predictors: (Constant), Ln_Konservatisme, Ln_Komite, Risiko_Perusahaan, Ln_Komisaris


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 81 85

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

21 91 114

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013

1 34 125

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) dalam Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011)

1 5 137

Pengaruh dewan komisaris, komite audit, internal audit, komite manajemen risiko dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan enterprise risk management : dimensi iso 31000 : Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun

0 17 157

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

PENGARUH TAX AVOIDANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2014)

0 5 110