Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini semakin banyak pilihan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat untuk memperoleh modal usaha, baik itu melalui lembaga perbankan maupun pegadaian. Namun kini untuk memperoleh pinjaman modal usaha terutama bagi usaha kecil menengah juga dapat diperoleh melalui Credit Union. Koperasi kredit Credit Union adalah salah satu jenis koperasi. Di Indonesia, koperasi kredit masuk ke dalam jenis koperasi jasa yakni jasa usaha keuangan. Namun dari segi kegiatan terdapat perbedaan antara koperasi yang satu dengan yang lainnya. Demikian juga koperasi kredit mempunyai kekhasan dibandingkan dengan koperasi simpan pinjam lainnya, di mana prinsip-prinsip koperasi internasional menjadi landasan dalam kegiatan koperasi kredit. Gagasan koperasi kredit lahir pertama kali sekitar pertengahan abad ke 19 di benua Eropa tepatnya di negara Jerman, gagasan ini lahir di tengah-tengah kondisi sosial ekonomi yang cukup suram. Pada saat itu masyarakat Jerman mengalami musim paceklik yang berkepanjangan sehingga banyak petani menjadi miskin karena tidak berdaya melawan keadaan. Lintah darat menjadi tempat bagi mereka untuk berlindung dengan bunga pinjaman yang tinggi tak dapat dielakkan lagi. Kondisi sosial ekonomi yang semakin memburuk ini menimbulkan sebuah gagasan pada diri seorang Walikota di Flammersfield Jerman Barat yang bernama Friedrich Wilhelm Raiffeisen untuk membangun koperasi kredit. Tujuan didirikannya koperasi ini adalah untuk memerangi praktek rentenir lintah darat yang telah merugikan masyarakat banyak terutama bagi petani dan pedagang Universitas Sumatera Utara kecil. Melalui kegiatan koperasi ini, mereka yang memerlukan uang dapat tertolong dengan cara yang cepat dan mudah. Gerakan koperasi kredit yang bermula di Jerman ini kemudian berkembang pesat ke pelbagai negara Tim BK3I, 2007. Koperasi kredit sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, tetapi sudah ada sejak tahun 1960-an. Kegiatan koperasi kredit ini masuk ke Indonesia pada saat kondisi perekonomian baru mulai pulih dari kondisi inflasi. Dapat dimengerti bila kondisi perekonomian masyarakat, terutama di daerah pedesaan masih sangat rendah miskin. Oleh karena itu, para pemerhati kondisi ekonomi masyarakat memilih untuk membentuk koperasi kredit sebagai salah satu upaya dalam membangun ekonomi. Dengan anggapan, apabila anggota masyarakat dapat bergabung dalam koperasi kredit maka terbuka peluang untuk mengumpulkan modal melalui simpanan yang dapat dipakai dalam membangun ekonominya menjadi lebih baik dari sebelumnya Tim BK3I, 2007. Ketika kondisi perekonomian yang melanda Indonesia kian terpuruk, berbagai macam cara oleh berbagai pihak baik itu Pemerintah, LSM luar negeri maupun dalam negeri, serta Lembaga Keuangan yag ada baik Bank maupun Koperasi, terus berusaha agar usaha kecil dan menengah tetap eksis menjalankan roda usahanya. Fakta berbicara bahwa selama krisis berjalan hanya usaha kecil menengah yang masih bertahan sehingga dapat menampung tenaga kerja yang berhenti dari perusahaan besar. Usaha-usaha kecil ini didukung oleh lembaga keuangan mikro Elias, 2007. Perubahan kondisi moneter terjadi awal pemerintahan Orde Baru, di mana ekonomi negara kita cenderung ke arah stabil pada tahun 1967. Pada awal itu Universitas Sumatera Utara beberapa orang penggerak ekonomi masyarakat mulai memikirkan pengembangan koperasi kredit dan mereka memutuskan untuk menghubungi Dewan Koperasi Kredit Sedunia atau World Council of Credit Union WOCCU yang berpusat di Kanada. Dalam pertemuan tersebut mereka mendiskusikan mengenai perkenalan dan perkembangan gagasan koperasi kredit di Indonesia sebagai sarana sekaligus wahana dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sebagai tindak lanjut, akhirnya mereka bersepakat membentuk wadah yang bernama Credit Union Counselling Office CUCO pada awal Januari 1970. Agar mendapatkan legalitas dari pemerintah, CUCO menghadap Direktur Jenderal Koperasi Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi yang pada saat itu dijabat oleh Ir.Ibnoe Soedjono, untuk menjajaki kemungkinan dikembangkannya Credit Union di Indonesia dan berlindung di bawah naungan Undang-Undang Perkoperasian yaitu UU NO.121967. Direktur Jenderal Koperasi memberikan tanggapan yang positif dan memberikan restu kepada CUCO untuk melanjuti kegiatannya mengembangkan Credit Union di Indonesia dengan menyesuaikan diri kepada ketentuan-ketentuan dalam UU No.121967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian di Indonesia. Tahun 1981 diselenggarakan Konferensi Nasional Koperasi Kredit Indonesia, di mana dibentuk organisasi baru yang bernama Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia BK3I dengan kepengurusan yang bersifat demokrasi Tim BK3I, 2007. Para penggerak koperasi kredit di Indonesia maupun di negara-negara maju seperti Amerika dan Kanada berprinsip bahwa orang-orang yang hendak menjadi anggota koperasi harus melalui satu tahapan pendidikan awal yang disebut latihan dasar. Aspek pendidikan dalam lingkup pengembangan koperasi Universitas Sumatera Utara kredit sangat penting mengingat bahwa koperasi kredit adalah gerakan ekonomi melalui kegiatan pendidikan. Pendidikan di sini lebih bersifat diskusi antara calon anggota koperasi kredit dengan para pengurus mengenai cara berkoperasi. Selain membahas mengenai kegiatan koperasi, materi pendidikan juga berisikan mengenai hak dan kewajiban anggota. Dapat dikatakan bahwa keberadaan Credit Union memiliki manfaat bagi masyarakat. Namun sebagian orang beranggapan bahwa CU sama artinya dengan koperasi simpan pinjam atau lembaga keuangan lain. Namun, bagi mereka yang bergelut dalam bidang ini tentulah menampik dugaan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Mariah Achmad bahwa manfaat CU bagi anggota adalah untuk mengubah pola pikir. Maksudnya dari yang terbiasa instan langsung memanfaatkan uang saat mendapatkan pinjaman menjadi menciptakan modal terlebih dulu dengan menabung secara rutin, jika telah tercipta modal atau tabungan maka dapat memanfaatkan atau meminjam. Inilah yang tidak ditemukan di lembaga keuangan lainnya http:www.antara.co.idarc2007. Koperasi kredit berkembang dengan begitu pesatnya keseluruh daerah di penjuru tanah air, seperti yang ada di: • Nusa Tenggara Timur di daerah kerja PUSKOPDIT BEKATIGADE ENDE-NGADA terdapat 62 kopdit dengan anggota sebanyak 26.106 orang 7,7 dari penduduk dewasa Ende-Ngada. Mungkin tidak banyak orang yang yang mengetahui bahwa di satu provinsi yang kecil seperti Nusa Tenggara Timur, banyak koperasi primer dan organisasi sekunder yang berusaha di sektor jasa keuangan. Walaupun integrasi vertikal yang dikembangkan di lingkungan gerakan koperasi kredit di NTT masih Universitas Sumatera Utara terbatas pada organisasi pelayanan jasa keuangan, namun dapat dikatakan bahwa pengembangan koperasi di daerah ini semakin maju melangkah menuju pengembangan gerakan koperasi kredit yang terpadu menurut konsepsi Raiffeisen Hendriques, 2007. • Credit Union mulai diperkenalkan di Kalimantan Barat pada tahun 1975 dibawa oleh seorang Pastor Katolik asal Jerman yang bertugas di Indonesia. Melalui gereja Katolik, diadakan pelatihan pembentukan CU sehingga terbentuk 40 kelompok. Namun pasang dan surut selalu ada, satu demi satu CU berguguran lantas hilang. Kemudian pada tahun 1985 dilakukan sosialisasi ulang dan pelatihan, yang kemudian dibentuklah CU Khatulistiwa Bhakti sebagai CU pertama di Kalimantan Barat yang berdiri pada tanggal 12 Mei 1985. Menurut data Badan Koordinasi Koperasi Daerah Kalimantan BK3D, saat ini sudah ada 48 CU yang menjadi anggota organisasi tersebut. BK3D yang diibaratkan sebagai “Bank Indonesia” CU tersebut, saat ini memiliki anggota yang tersebar pada tujuh KabupatenKota di Kalimantan Barat. Kemunculan CU dibeberapa tempat tidak terlepas dari kesuksesan yang diraih oleh CU perintis dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Keberadaan CU perintis seperti Khatulistiwa Bhakti, agaknya menjadi pondasi yang kokoh sehingga dapat memunculkan CU-CU lain yang juga mengalami perkembangan yang pesat http:www. Antara.co.idarc2007. • Satolop merupakan salah satu koperasi kredit yang terbesar di Tapanuli Utara yang berdiri tahun 1975. Satolop yang dalam bahasa Batak artinya “seia sekata”, memiliki prinsip bahwa kemiskinan, kesengsaraan dan Universitas Sumatera Utara kebodohan masyarakat bisa hilang asal jalan pikiran mereka dipersatukan untuk membangun kemandirian. Pendirian koperasi kredit Satolop ini tidak terlepas dari kemiskinan petani di desa, yang dulu sedang marak sistem ijon. Rakyat harus kerja keras hanya untuk membayar bunga pinjaman, dari situ timbul pikiran bagaimana agar rakyat terbebas dari lingkaran setan pinjam meminjam dalam sistem ijon. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengumpulkan dana sedikit demi sedikit dan sesudah terkumpul dapat digunakan di antara mereka secara bergantian. Kini kemiskinan di kalangan petani Tapanuli Utara mulai terkikis dengan bantuan koperasi kredit Satolop http:www.kompas.comkompas- cetak21-8-2008. Seperti yang dialami oleh Netty Sianturi yang merupakan salah seorang anggota CU Satolop Siborongborong yang telah berhasil dalam pertanian. Keberhasilan Netty menjadi seorang petani semenjak manjadi anggota CU. Selain melakukan simpan pinjam, CU ini juga memberikan pendidikan dan pelatihan kepada setiap anggotanya. Di mana pelatihan yang diikutinya telah mengajarkan cara pembuatan pupukkompos bokasi atau bahan kompos yang difermentasikan dengan perlakuan bakteri. Dari hasil pelatihan yang diikuti Netty inilah yang membuat ia mempraktekkan langsung ke lahan miliknya sehingga ia menjadi berhasil Kompas, 2008. • Kegiatan Credit Union di Sumatera Utara sudah ada sejak tahun 1971. Credit Union pertama adalah CU Cinta Mulia yang berada di Pematang Siantar. Kepercayaan anggota merupakan salah satu faktor penting dalam mempertahankan keberlangsungan kegiatan CU. Seiring dengan semakin Universitas Sumatera Utara tingginya tingkat kepercayaan masyarakat akan keberadaan CU, maka jumlah lembaga keuangan ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari hasil data BK3D kini terdapat 83 CU yang bernaung di bawahnya. BK3D Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah merupakan badan yang mengawasi semua koperasi-koperasi primer yang ada di Sumatera Utara, yang berpusat di Pematang Siantar. BK3D ini sudah menjadi anggota BK3I Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia yang berpusat di Jakarta. Walaupun CU-CU ini bernaung di bawah BK3D, namun dalam menjalankan kegiatannya CU ini berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan ADART AnggaranDasarAnggaran Rumah Tangga. ADART ini memuat mengenai : a daftar nama pendiri, b nama dan tempat kedudukan, c maksud dan tujuan serta bidang usaha, d ketentuan mengenai keanggotanya, e ketentuan mengenai Rapat Anggota, f ketentuan mengenai pengelolaan, g ketentuan mengenai permodalan, h ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya, i ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha, j ketentuan mengenai sanksi. Berikut ini adalah nama-nama CU yang bernaung di bawah BK3D yang berada di wilayah Medan-Langkat, seperti Karya Murni Binjai, Harapan Kita Belawan, Rukun Damai Medan, Cinta Kasih P.Brayan, CU Karya Murni Medan, Tunas Karya Delitua dan Karya Bersama Delitua CU Cinta Kasih merupakan salah satu koperasi kredit yang ada di wilayah Medan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa keuangan. CU ini berdiri pada tahun 1990 yang berawal dari sebuah perkumpulan doa agama Katolik di lingkungan St.Bonaventura yang berada di wilayah Pulo Brayan. Adapun alasan Universitas Sumatera Utara dibentuknya CU di lingkungan St.Bonaventura ini karena melihat sebagian besar anggota perkumpulan tersebut masih tergolong ekonomi lemah miskin. Melihat kondisi perekonomian anggotanya yang begitu rendah, membuat Pastor Hubertus Tamba selaku pemimpin doa di lingkungan tersebut, merasa tergugah dan akhirnya menyarankan untuk membentuk suatu koperasi yang bersifat simpan pinjam di antara para anggota perkumpulan tersebut. Dengan uang yang ditabung bersama itu nantinya dapat dipinjamkan kepada mereka yang memerlukan modal untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup anggota- anggotanya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk menunjang hal tersebut maka setiap calon anggota maupun anggota wajib menerima pendidikan mengenai pengetahuan koperasi kredit, karena melalui pendidikanlah dapat merubah pola pikir para anggotanya untuk berkoperasi yang baik. Anggota merupakan pilar-pilar yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan CU Cinta Kasih dalam menjalankan kegiatannya. Di mana keberhasilan ini dapat dilihat dari kesediaan para anggotanya dalam melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota secara bertanggung jawab, dalam hal simpan pinjam serta partisipasi anggota dalam mengikuti pendidikan yang diadakan CU bagi anggota maupun calon anggota. Selama 3 tahun sejak berdirinya CU Cinta Kasih telah mengalami kemajuan, hal ini terlihat dari kehidupan anggotanya yang menjadi lebih baik dari sebelumnya karena mereka memanfaatkan pinjaman uang dari CU Cinta Kasih sebagai modal usaha. Pada saat ini CU Cinta Kasih telah mengalami perkembangan yang semakin pesat, hal ini terlihat dari jumlah anggotanya yang terus bertambah dan Universitas Sumatera Utara dibukanya kantor cabang atau yang lebih dikenal dengan sebutan TPK Tempat Pelayanan Khusus. Anggota-anggota CU kebanyakan memanfaatkan pinjaman yang ada sebagai modal usaha untuk mengembangkan aktivitas kegiatan ekonomi mereka. Tujuan CU Cinta Kasih untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dapat terlaksana, jika para anggotanya dapat memanfaatkan dengan baik pinjaman yang ada sebagai modal usaha. Seperti yang telah diuraikan di atas, CU Cinta Kasih merupakan salah satu koperasi kredit yang terdapat di Sumatera Utara, sebenarnya tidak hanya menyangkut persoalan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup akan tetapi juga menyangkut masalah membangun modal sosial. Artinya, selain menyangkut aktivitas ekonomi juga menyangkut pembentukan modal sosial dalam CU Cinta Kasih dengan para anggotanya, sehingga dapat terciptanya hubungan kerjasama terutama bagi usaha kecil menengah. Hal inilah yang menjadi alasan penulis memilih CU Cinta Kasih, di sini penulis meneliti mengenai pemanfaatan modal sosial yang terjadi dalam CU.

1.2 Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian