21 bali hanya ditampilkan dengan bentuk atap, penggunaan material batu paras pada
bangunan pura dan bata merah pada bagian pintu masuk bangunan, contoh tampilan bangunan dengan gaya arsitektur bali dalam Pelabuhan Perikanan Pengambengan
ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
2.3.5. Sistem Sirkulasi dan Parkir Kendaraan
Sistem sirkulasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara ini menggunakan sistem sirkulasi linier dan menggunakan off-street parking yakni lahan parkir yang tidak
menggunakan badan jalan, sehingga tidak membuat kemacetan pada jalur sirkulasi, namun membuat penggunanya kurang tertib dalam memarkirkan
kendaraannya. Sistem sirkulasi pada PPN ini menggunakan satu entrance yakni di sebelah barat. Sirkulasi di PPN ini cukup kacau karena banyak pengendara
motor yang melawan arah sirkulasi pada pelabuhan ini. Untuk gambaran sistem sirkulasi di Pelabuhan Perikanan Pengambengan, dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 2.16 Tampilan Arsitektur Bali pada Balai Pertemuan Nelayan
Sumber : survey lapangan, tanggal 10 September 2015
Gambar 2.17 Tampilan Arsitektur Bali pada Merajan
Sumber : survey lapangan, tanggal 10 September 2015
22
2.4. Evaluasi Purna Huni Post Occupancy Evaluation-POE terhadap PPN
Pengambengan dalam mencapai optimalisasi pelayanan.
Dalam evaluasi pasca huni Post Occupancy Evaluation terdapat 3 tiga aspek yang dijadikan dasar dalam menganalisis masalah yang ada yaitu aspek
fungsional, aspek teknis dan aspek prilaku. Tiga aspek tersebut merupakan fokus pembahasan dalam sub bab ini.
Dalam Evaluasi Purna Huni ini akan ditinjau berbagai analisa yang akan menjelaskan tentang performance PPN Pengambengan dengan aspek-aspek yang
tertera di atas. Dalam setiap aspek tersebut akan diberikan rekomendasi Keterangan
= Tempat Parkir = Arus Sirkulasi
Gambar 2.18 Pola Sirkulasi dan Parkir Kendaraan
Sumber : survey lapangan, tanggal 10 September 2015
23 pembenahan ruang maupun objek untuk mencapai optimalisasi kegiatan bisnis
perikanan di PPN Pengambengan. Setiap solusi yang didapat dari isu-isu yang ada di PPN Pengabengan ini akan diterapkan pada rencana pengembangan Pelabuhan
Perikanan Nusantara PPN Pengambengan.
2.4.1. Analisa Terhadap Fasilitas PPN Pengambengan
Berikut pengkajian terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di PPN Pengambengan dimana hasil dari analisa ini akan dipakai sebagai acuan dalam
dalam proyek pengembangan PPN Pengambengan sebagai berikut :
1. Fasilitas Pokok
a. Dermaga pendaratan yang sudah ada masih kurang memadai untuk
menampung kegiatan bongkar muat hasil tangkapan. Keterbatasan dermaga pendaratan ini membuat aktivitas nelayan untuk bongkar muat ikan menjadi
sulit.
Menurut Triatmodjo 2010:412 Untuk mengukur kebutuhan dermaga pendaratan dapat dipakai rumus berikut :
Pada PPN Pengambengan, bobot kapal = 30 GT, waktu operasional pelabuhan adalah 12 jam dengan waktu untuk membongkar muatan adalah 1 jam, panjang
L
d
= Panjang dermaga pendaratan N = Bobot Kapal
Y = Perbandingan antara waktu operasional pelabuhan dan waktu bongkar muatan ikan
L = Panjang Kapal
Gambar 2.19 Para Nelayan yang Melakukan Bongkar Muat Hasil Tangkapan di Bibir Pantai karena Keterbatasan Dermaga
Sumber : survey lapangan, tanggal 10 September 2015