Identifikasi Flavonoid secara Spektrofotometri UV

24

a. Spektrum Natrium Hidroksida NaOH

Spektrum ini merupakan petunjuk “sidik jari” pola hidroksilasi dan juga bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksi yang lebih asam dan tidak tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan spektrum setelah waktu tertentu merupakan petunjuk baik adanya gugus yang peka terhadap basa. Pada flavonol dan flavon digunakan untuk mendeteksi adanya gugus 3 dan 4,-OH.

b. Spektrum Natrium Asetat NaOAc

Natrium asetat hanya menyebabkan pengionan yang berarti pada gugus hidroksi flavanoid yang paling asam. Jadi natrium asetat digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gugus 7 hidroksi bebas atau yang setara.

c. Spektrum Natrium Asetat dan Asam Borat NaOAcH

3 BO 3 NaOAcH 3 BO 3 menjembatani kedua gugus hidroksi pada gugus orthodihidroksi dan digunakan untuk mendeteksinya.

d. Spektrum Alumunium Klorida dan Asam Klorida AlCl

3 dan HCl Pereaksi ini menyebabkan gugus OH pada C-3 dan C-5 flavon dan flavonol akan membentuk kompleks yang stabil, sedangkan kompleks antara AlCl 3 dan gugus orthodihidroksi bersifat labil sehingga terdekomposisi dengan penambahan asam. Adanya gugus orthodihidroksi pada cincin B dapat diketahui dengan penambahan asam terhadap spektra AlCl 3. Keberadaan gugus 3-OH dan 5-OH pada flavon dan flavonol dapat diketahui dengan pereaksi ini. 25 Tabel IV. Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOH Markham, 1988. Pergeseran panjang gelombang puncak Jenis flavonoid I II Petunjuk penafsiran Intensitas menurun terus terjadi peruraian 3 dan 4’-OH, o-diOH pada cincin A dan pada cincin B: 3-OH yang berdampingan Mantap + 40-65nm Intensitas tidak menurun 4’-OH Mantap + 60-65nm 3-OH tidak ada 4’- OH bebas Flavon Flavonol Pita baru bandingkan MeOH 320-335nm 7-OH Tidak ada pergeseran Tidak ada OH dicincin A Intensitas menurun dengan berjalannya waktu o -diOH pada cincin A penurunan lambat : o -diOH pada cincin B isoflavon Bergeser dari kira- kira 280 ke 325nm Flavonol dan dihidroflavonol dengan 5,7-OH Isoflavon Flavanon Dihidroflavonol Intensitas naik ke 330-340nm 7-OH tanpa 5-OH bebas + 80-95nm intensitas naik 4’-OH auron + 60-70nm intensitas naik 6-OH tanpa oksigenasi pada 4’- OH auron Pergeseran lebih kecil 6-OH dengan oksigenasi pada 4’- OH auron + 60-100nm intensitas naik tanpa kenaikan intensitas 4-OH calkon 2-OH atau 4’-OH dan tanpa –OH Calkon Auron + 40-50nm 4’-OH 2’-OH atau 4- OR juga ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Tabel V. Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOAc Markham, 1988. Pergeseran panjang gelombang puncak Jenis flavonoid I II Petunjuk +5-20nm berkurang bila ada oksigenasi pada 6 atau 8 7-OH Flavon Flavonol Isoflavon Intensitas berkurang dengan bertambahnya waktu Gugus yang peka terhadap basa, -OH pada 6,7 atau 7,8 atau 3,4’ Flavonon + 35nm + 65nm 7-OH dengan 5-OH 7-OH tanpa 5-OH Dihidroflavonol Intensitas berkurang dengan bertambahnya waktu Gugus yang peka terhadap basa, -OH pada 6,7 atau 7,8 Calkon Auron Pergeseran batokromik atau bahu pada panjang gelombang yang lebih panjang 4’ dan atau 4-OH calkon 4’ dan atau 6-OH auron Tabel VI. Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOAcH 3 BO 3 Markham,1988. Pergeseran panjang gelombang puncak Jenis flavonoid I II Petunjuk penafsiran + 12-36nm nisbi terhadap spektrum MeOH o -diOH pada cincin B Flavon Flavonol Pergeseran lebih kecil o -diOH pada cincin A 6,7 atau 7,8 Isoflavon Flavonon Dihidroflavonol + 10-15nm nisbi terhadap spektrum MeOH o -diOH pada cincin A 6,7 atau 7,8 Auron Calkon Pergeseran lebih kecil o -diOH pada cincin A 6,7 atau 7,8 27 Tabel VII. Penafsiran spektra UV dengan penambahan AlCl 3 dan AlCl 3 HCl Markham, 1988. Pergeseran yang tampak Jenis flavonoid I II Petunjuk penafsiran + 35-55nm + 17-20nm Tak berubah 5-OH 5-OH dengan oksigenasi pada 6 Mungkin 5-OH dengan gugus prenil pada 6 + 50-60nm Mungkin 3-OH dengan atau tanpa 5-OH Pergeseran AlCl 3 HCl + 30-40nm o -diOH pada cincin B Flavon Flavonol AlCl 3 HCl Pergeseran AlCl 3 HCl + 20-25nm o -diOH pada cincin A tambahan pada pergeseran o-diOH pada cincin B Isoflavon Flavanon Dihidroflavonol AlCl 3 HCl + 10-14nm + 20-26nm 5-OH isoflavon 5-OH flavanon, dihidroflavonol Pergeseran AlCl 3 HCl + 11-30nm o -diOH pada cincin A 6,7 dan 7,8 AlCl 3 Pergeseran AlCl 3 HCl + 30-38nm peka terhadap NaOAc Dihidroflavonol tanpa 5- OH tambahan pada sembarang pergeseran o- diOH Auron Khalkon AlCl 3 HCl + 48-64nm + 40 nm 2’-OH khalkon 2’-OH khalkon dengan oksigenasi pada 3’ AlCl 3 + 60-70nm Pergeseran AlCl 3 HCl + 40-70nm Penambahan lebih kecil 4-OH auron o -diOH pada cincin B mungkin o-diOH pada cincin A + 25-35nm pada pH 2-4 o -diOH Antosianidin Antosianin AlCl 3 Pergeseran lebih besar Banyak o-diOH atau o- diOH 3-deoksi antosianidin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif komparatif yang dilakukan di laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Bahan Penelitian

1. Bahan tanaman Buah makuta dewa diperoleh dari daerah Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta. Diambil buahnya yang benar-benar segar tidak busuk dan telah masak, dengan spesifikasi kulit buah bersih, agak benjol-benjol, berwarna merah maron, dan daging buah terasa agak lunak bila ditekan. 2. Bahan kimia Semua bahan kima yang digunakan dalam penelitian berderajat pro analis p.a produksi MERCK kecuali aqua destilata. Bahan-bahan tersebut adalah metanol, asam asetat, amonia, t-butanol, kloroform, dietil eter, natrium hidroksida, natrium asetat, aluminium klorida dan asam klorida. 3. Bahan untuk kromatografi kertas Bahan untuk identifikasi senyawa flavanoid dengan KKt adalah kertas Whatmann no 1. 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

C. Alat

a. Alat penyarian: alat-alat gelas, alat parut, kain saring, timbangan elektrik Mettler Toledo, Switzerland, penangas air. b. Alat kromatografi dan spektroskopi: bejana kromatografi, lampu UV 366 nm, pipa kapiler 5 mikroliter, spektrofotometer UV Thermo Spectronic Genesys 6 tipe split beam.

D. Rancangan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian meliputi : 1. Determinasi Determinasi tanaman makuta dewa mengacu pada pustaka. 2. Pembuatan perasan daging buah makuta dewa Buah makuta dewa masak yang masih segar dicuci dengan air sampai bersih, dibuang bijinya, kemudian diparut bersama kulitnya. Hasil parutan diperas dengan bantuan kain saring sampai seluruh sari buah makuta dewa terperas habis. 3. Reaksi warna untuk flavonoid Perasan daging buah makuta dewa diuji menggunakan pereaksi : tiga tetes larutan pada drop plate ditambah 1 tetes larutan AlCl 3, tiga tetes larutan pada drop plate tambah 1 tetes larutan NaOH 1, dan tiga tetes larutan pada drop plate ditambah 2 tetes HCI pekat dan serbuk Mg. Adanya perubahan warna dicatat untuk memperkirakan golongan flavonoidnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 4. Identifikasi Pendahuluan dengan Kromatografi Kertas Satu Arah KKt 1A Sebanyak 10 ml perasan daging buah makuta dewa ditambah 10 ml kloroform, fase kloroform dibuang ulangi sampai 3 kali. Untuk fase air ditambali eter 10 ml lalu dipisahkan. Hasil yang didapatkan berupa fraksi eter sampel 2 dan fraksi air sampel 3. Masing-masing fraksi diuapkan hingga tinggal sedikit. Selanjutnya masing-masing fraksi ditotolkan pada kertas Whatman no 1 dengan menggunakan pipa kapiler ukuran 5 µi dan dielusi dengan t-butanol asam asetat : air TBA 3:1:1. Setelah terelusi pada batas yang ditentukan lalu diangkat, keringkan. Catat adanya warna bercak di bawah penyinaran UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi dengan amonia. 5. Kromatografi Kertas Dua Dimensi KKt 2A Dalam kromatografi ini digunakan kertas Whatman no 1 ukuran 20 x 20 cm. Dimana larutan perasan daging buah makuta dewa dalam larutan eter ditotolkan pada pojok kanan bawah kertas dengan jarak 1 cm dari tepi dan dasar kertas. Penotolan dilakukan dengan mikro pipet. Pengembangan tahap pertama digunakan t-butanol asam asetat : air TBA 3:1:1. Setelah terelusi pada batas yang ditentukan lalu kertas diangin-anginkan hingga kering. Selanjutnya dilakukan pengembangan tahap kedua. Pada pengembangan tahap kedua digunakan asam asetat 15. Setelah terelusi pada batas yang ditentukan kertas diambil dan diangin-anginkan hingga kering. Adanya bercak kromatogram yang terjadi di amati dibawah sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia. Harga Rf dicatat pada masing-masing bercak untuk tiap tahap pengembang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 Hasil dan KKt 2A ini dapat juga digunakan unluk mengisolasi flavonoid dengan cara bercak yang sesuai digunting dari kromatogram, lalu bercak yang sama digabungkan dan setelah digunting menjadi potongan kecil- kecil diekstraksi dengan pelarut yang sesuai digunakan metanol MeOH. Bila diperlukan, hasil pemisahan KKt 1A dapat digabungkan dengan hasil pemisahan KKt 2A hasil replikasi agar diperoleh flavonoid murni Markham, 1988. 6. Identifikasi Isolat Flavonoid dengan Spektrofotometri UV Isolat diperoleh dari pemotongan masrng-masing bercak pada kertas