dasarnya merupakan pengungkapan kehendak Kristus yang berdaya guna. Meskipun demikian dari pihak manusia harus memiliki keterbukaan hati untuk
menerima dan menjawab kasih Allah. Umat beriman yang layak menerima Sakramen, apabila telah mempersiapkan hati dengan sungguh-sungguh. Sakramen
hendaknya ditampakkan selaras dengan hakikat dan tujuannya. Bukan hanya sebagai sarana penyembuhan dari dosa dan akibatnya, tetapi juga sebagai sumber
rahmat untuk masing-masing individu maupun kelompok. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik dengan pengertian Sakramen
sebagai tanda dan sarana untuk memperoleh keselamatan dari Allah. Sebagai Sakramen Bapa, Yesus Kristus melalui Sabda dan Karya-Nya menghadirkan
Allah yang menyelamatkan bagi manusia. Bagi manusia Yesus merupakan jembatan yang dapat menghubungkan kembali relasi dengan Allah. Saat ini Karya
Keselamatan Allah yang diwujudkan oleh Kristus diteruskan oleh Gereja dengan menawarkan keselamatan kepada semua orang. Dengan demikian Gereja juga
merupakan tanda dan sarana yang menghasilkan rahmat. Senada dengan pernyataan Konsili Vatikan II yang menyebutkan Gereja dalam Kristus bagaikan
Sakramen, yaitu tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah serta kesatuan dengan seluruh umat LG 1.
b. Makna Sakramen
Kata Sacramentum oleh orang Kristiani pada abad II digunakan untuk menterjemahkan kata Yunani mysterion yang terdapat dalam Kitab Suci. Kata
mysterion mengandung makna dasar yang berhubungan dengan pengalaman akan
Yang Ilahi. Kitab Suci Perjanjian Lama memaknai kata mysterion sebagai suatu dinamik Allah yang menyatakan atau merencanakan karya penyelamatan bagi
manusia. Sedangkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru Mysterion dipahami sebagai Allah menyatakan diri dan rencana penyelamatan-Nya yang terlaksana
secara nyata dalam diri Yesus Kristus. Maka Sacramentum yang berakar dari kata Mysterion berarti rencana keselamatan Allah yang terwujud dan terlaksana dalam
sejarah dan memuncak dalam diri Yesus Kristus bdk. Ef 1:9-10; 3:9; Kol 1:26; Rom 16:25-26. Dengan demikian kata Sakramen digunakan untuk
menterjemahkan kata myterion yang memiliki dua ciri pokok. Pertama, mysterion yang dimaksud menunjuk pada kekuatan dinamik dengan yang Ilahi tidak
kelihatan dan pelaksanaan dalam sejarah yang manusiawi kelihatan. Kedua, mysterion merupakan sejarah penyelamatan Allah yang terlaksana dan terwujud
dalam diri Yesus Kristus Martasudjita, 2003: 61-64. Sakramen dalam Perjanjian Baru yang diadakan oleh Kristus sendiri,
selanjutnya dipercayakan kepada Gereja untuk menampakkan perbuatan Kristus dan Gereja, yang juga merupakan tanda dan sarana untuk mengungkapkan serta
menguatkan iman, mempersembahkan penghormatan kepada Allah dan membawa berkat kekudusan bagi manusia. Selain itu membantu untuk menciptakan,
memperkembangkan dan mempersatukan Gereja dengan Kristus. Maka umat beriman Kristiani wajib merayakan-Nya dengan kesungguhan hati dan khidmat.
Sebagai Gereja umat beriman selayaknya menunjukkan sikap yang mencerminkan tindakan Allah dan hadir di tengah sesama dengan membawa wajah Allah,