Peranan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.

(1)

TERHADAP KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK

DALAM MENANGGAPI PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SANTO STEFANUS DATAH BILANG

ILIR

KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sa{ ana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Christina Lunau Jalung NIM: 121124039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAI\{ ILMU PENDIDIKAN

EAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

SKRIPSI

,

PERANAN EKARISTI

TERHADAP KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK

DALAM MENANGG],PI PERMASAT,AHAN SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SA,NTO STEFANUS DATAH BILANG

ILIR

KALIMANTAN TIMUR

OIeh:

-::' :'- ' ;:-. -':i:

Christina Lunau Jalung NIM: 121124039

Telah disetujui oleh:., : ;i-.! ; r"i.

:r.,

Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. tanggal06 Februari 2017

' '

..,'""

ii :11 .i,:


(3)

PERANAN EKARISTI

TERIIADAP KETERLIBATAN ORANG NIUDA KATOLIK

DALAM MENANGGAPI PERN{ASALAII,4.N SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SANTO STEFANUS DATAH BII,ANG

ILIR

KAI,IMANTAN TIMUR. Dipersiapkan dan ditulis oleh

Christina Lunau Jalung NIM: LZL124A39

Ketua Sekretarts Anggota

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 24 Februai2}l7

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSI.INAN PANITIA PENGUJI

Nama

: Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. : Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. : 1. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. 3. P. Banyu Dewa HS. S. Ag. M. Si.

Yogyakarta, 24 F ebruan 2017 dan Ilmu Pendidikan

a Dharma

Rohandi, Ph.D.


(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati dan Bunda Maria yang selalu mendampingi.

Orangtua saya,

(Lusiana Higang, Alm. Bonifasius Jalung Hurang, Susana Djiu Hong dan Valentina Djiu Hong)

Kekasih saya, (Fransiskus Arenyansyah)

Seluruh keluarga besar, para sahabat serta semua orang yang telah mendukung proses penyelesaian skripsi ini.


(5)

v

MOTTO

“Suatu upaya bunuh diri secara perlahan-lahan ketika kita melarikan diri, bersembunyi, menolak berbagi, berhenti memberi dan mengurung diri dalam

kenyamanan diri” (Paus Fransiskus)


(6)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tm tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Februari 2017

1S,


(7)

KARYA

ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bar,vah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama

: Christina Lunau Jalung

NIM

:

l2ll24OR9

Demi pengembangan ilmu pengetahuan penulis memberikan wewenang kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ihniah penulis yang berjudul:

PERANAI{ EKARISTI

TERHADAP KETERLIBATAN ORANG MUDA

KATOLIK DALAM

MENANGGAPI PERMASALAHAN

SOSIAL

MASYARAKAT

DI

STASI SANTO STEEANUS

DATAH BILANG

ILIR

KALIMANTAN

TIMUR

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian penulis memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan" secara terbatas, dan mempublikasikannya di media internat atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 24 F ebruai 2017 Yang menyatakan,


(8)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul, “PERANAN EKARISTI TERHADAP

KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM MENANGGAPI PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SANTO

STEFANUS DATAH BILANG ILIR KALIMANTAN TIMUR”. Judul skripsi

ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis tentang peranan perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Perayaan Ekaristi merupakan perjamuan kehidupan, sebagaimana Yesus Kristus merupakan sumber dan muara kehidupan sejati. Umat yang merayakan Ekaristi harus terlibat dalam realitas kehidupan di tengah masyarakat. Tubuh Kristus yang diterima dalam perayaan Ekaristi semakin mendorong dan meneguhkan umat untuk berjuang menyembuhkan dunia dan memulihkan relasi yang terputus antara manusia dengan Allah. Hal itu juga menumbuhkan semangat berbagi dengan sesama yang membutuhkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, skripsi ini ditulis untuk memperoleh informasi lebih mendalam terkait pemahaman orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur tentang pengertian dan makna Ekaristi, keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat dan peranan perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial di tengah masyarakat.

Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif berupa data berbentuk tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dari individu, kelompok,

masyarakat dan organisasi dalam situasi tertentu yang dikaji melalui sudut pandang utuh, komprehensif dan holistik, dengan metode deskriptif analitis yaitu menjelaskan pengertian dan makna Ekaristi, pemahaman terkait keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Instrumen yang digunakan kuesioner, responden muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Kalimantan Ilir Timur dan teknik pengumpulan data dengan observasi dan penyebaran kuesioner. Penelitian dilaksanakan di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur, memahami pengertian dan makna Ekaristi serta permasalahan sosial dengan baik. Selain itu perayaan Ekaristi sangat mendorong keterlibatan mereka dalam menanggapi permasalahan sosial, baik sebagai pelajar maupun masyarakat, meskipun keterlibatan mereka belum maksimal dan masih terdapat beberapa orang muda Katolik yang belum terlibat aktif. Untuk meningkatkan keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di Desa Datah Bilang terkhusus bencana banjir. Maka, penulis mengusulkan agar stasi mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan hidup dengan membagikan pohon kepada masyarakat. Program ini diharapkan semakin meningkatkan dan meneguhkan keterlibatan orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur. Selain itu, hal ini juga memberi stimulus untuk menarik minat orang muda Katolik yang belum terlibat, agar melibatkan diri secara aktif dan maksimal.


(9)

ix

ABSTRACT

This undergraduate thesis entitles, “The Role of the Eucharist towards Catholic Youth Involvement in Responding Issues of Social Community in

Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan.” This title was

selected based on the author's curiosity about the role of the Eucharist towards catholic youth involvement in addressing social issues. The Eucharist is a communion of life, as Jesus Christ is the source and the goal of true life. A people who celebrate the Eucharist should be involved in the reality of life. The Body of Christ who is received in the Eucharist increasingly encourages and edifies the people to strive to heal the world and to restore a broken relationship between human living and God. That also makes growing the spirit of sharing with others in need. Based on this background, the purpose of this undergraduate thesis is to obtain more in-depth information related to the understanding of young

Catholicism in Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan on the definition and meaning of the Eucharist. Especially, the role of the Eucharist to Catholic youth involvement in addressing social issues in the community.

The type of the research used here is qualitative method in the form of a written descriptive data and the behavior of those who were observed from individuals, groups, communities and organizations in certain situations that were examined through the eyes of a whole, comprehensive and holistic. The method used was descriptive analysis to explain the meaning and significance of the Eucharist, the understanding related to the involvement of young Catholics in response to the social problems of society. The instrument used was the questionnaire, respondents Catholic youth of Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan and data collection techniques by observation and questionnaires. Research was conducted at the Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan.

The results showed that most of Catholic youth in Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan understood the sense and the meaning of the Eucharist as well as social problems. The eucharist highly encouraged their involvement in addressing social issues both as students and society, though not maximized and there were some Catholic youth didn’t participate in many church activities. To increase Catholic youth involvement to respond social activities in Datah Bilang Village, especially in flood disaster. Therefore, the author has a suggestion to do an enviromental conservation in Datah Bilang District by means of distributing trees. This program is expected to increase and strengthen Catholic youth involvement in Saint Stephen District Datah Bilang Ilir, East Kalimantan. Furthermore, it can give stimulus to Catholic youth who haven’t involved yet, in order to actively get involved in social activities.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN

EKARISTI

TER.HADAP KETERLIBATAN ORANG

MUDA KATOLIK

DALAM MENANGGAPI PERMASALATIAN SOSIAL MASYARAKAT

DI

STASI

SANTO

STEEANUS

DATAH BILANG

ILIR

KALIMANTAN

TIMUR.

Skripsi ini disusun sebagai bentuk keterlibatan penulis dalam membantu Gereja untuk meningkatkan keterlibatan orang muda Katolik Stasi Santo Stefarrus Datah Bilang

Ilir

Kalimantan Timur dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Skripsi

ini

diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan informasi tentang seberapa jauh orang muda Katolik me.mahami arti dan makna Ekaristi, permasalahan sosial serta seberapa jauh peranan Ekaristi mendorong keterlibatan mereka dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Selanjubrya agar dapat ditindaklanjuti oleh Stasi, derni semakin merringkatkan dan meneguhkan keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat, serta memotivasi orang muda Katolik yang belum terlibat untuk dapat melibatkan diri.

Proses penyelesaian penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab

itu,

pada kesempatan

ini

penulis dengan rendah

hati

mengucapkan terimakasih kepada:

1.

Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen utama dan Ketua Program Studi Pendidikan Agarna Katolik, yang berkenan memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir dan yang telah dengan penuh kesetiaan dan kesabaran meluangkan waktu untuk mendampingi serta memotivasi penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(11)

2.

Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik dan penguji

II

yang bersedia mendampingi penulis selama berproses di Program Studi Pendidikan Agama Katolik, serta dengan tulus hati mendampingi, mengoreksi

dan memberi saran kepada penulis agar

skripsi

ini

dapat dipertanggungj awabkan.

3.

P. Banyu Dewa HS. S. Ag. M. Si., selaku dosen penguji

III

yang dengan tulus

hati berkenan memberikan dukungan,

kritik

dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4.

Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

yang dengan tulus

hati

memberikan pelayanan terbaik selama penulis menempuh studi dan proses penyelesaian tugas akhir.

5.' Pastor Paroki Santa Maria Long Hubung: Pastor Oris dan Pastor Ding Jenau yang telah dengan tulus hati mendukung penulis dalam melengkapi data-data Paroki maupun Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.

6.

Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur: Ketua Stasi, Bapak

P.

Lamun

dan

Prodiakon, Bapak Alfonsius Belawan yang berkenan mendukung penulis dengan menyediakan

diri

mernberikan informasi yang dibutuhkan, secara khusus bagi tokoh umat, Bapak Pesuhu yang berkenan dengan tulus hati menjadi nmasumber wawancara terkait sejarah Stasi Santo Stefanus Datah Bilang

Ilir

demi kelengkapan data dan seluruh orang muda

Katolik

Stasi Santo Stefanus Datah Bilang

Ilir

yang bersedia menjadi . responden penelitian dalam rangka penyelesaian tugas akhir.


(12)

t

,

7.

Orangtua penulis, Lusiana Higang, Alm. Bonifasius Jalung Hurang, Alm. Syamsiah Bith, \bhanes Ferdinan Sunyoto dan Susana Djiu Hong,

Antonius Baya dan Valentina

Djiu

Hong, YmB dengan penuh cinta dan ketulusan hati mendukung, mendoakan, dan memberi semangat bagi penulis dalam penyelesaian studi di Program studi PendidikanAgama Katolik.

8.

Kekasih penulis, Fransiskus Arenyansyah yang dengan penuh kesabaran dan kesetiaan mendukung, mendoakan serta memotivasi penulis selama menjalani proses studi dan penyelesaian tugas alhir di Program Studi Pendidikan Agama Katolik.

g.

Pihak-pihak yang secara khusus mendukung penulis: Romo Vincentius Bondhan Prima Kumbara,

Pr,

Romo Yohanes Sunaryadi,

Pr,

keluarga Ekawardhana Malat dan Maria Yakolina Eliana, Rikan, Lidjo Kaya dan Sofia Epivana, Sonteng,

Nurul

Fitriani,

Alvian

lrviansyah, Agustin Sandana, Norbertus Sugiyono dan Theresia Supriyanti, Yohanes Sastro Sukiman dan Chatarina Sri Ratmini dan Ibu Eli.

10. Para sahabat, Deodatus Asri Biantoro, Bernadeta Wahyu Widhi Hapsari, Lidya Putri Herawati, Valeria Elisa Eka Putri, Kristina Widarti, Elisabet Dwi Setiani, Slamet Rianto Aji, Patrick Marius, teman-teman beasiswa angkatan 2012 serta teman-teman angkatan

2012

yang

telah memotivasi, membantu

dan menguatkan penulis dalam menjalani proses studi hingga penyelesaian tugas

akhir di Program Studi Pendidikan Agama Katolik. {


(13)

ll.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persahr, yang telah dengan terbuka clan tulus hati mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis selama menjalani studi hingga penyelesaian tugas ak*rir di Program Studi Pendidikan Agama Katolik.

Penulis menyadari dalam proses penyusunan, pengkajian, pembahasan kesimpulan skripsi

ini

masih terdapat banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiti. Maka, penulis dengan rendah hati memohon kepada para pembaca untuk menrberikan saran dan kritik membangun. Pada akhirnya, penulis berharap

skripsi ini akan-bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 24 Februari 2017


(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR SINGKATAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Permasalahan ... 8

C.Tujuan Penulisan ... 8

D.Manfaat Penulisan ... 9

E. Metode Penulisan ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. KAJIAN TEORI TENTANG EKARISTI, KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DAN BENTUK-BENTUK PERMASALAHAN SOSIAL ... 13

A.Sakramen Ekaristi ... 14

1. Pengertian dan Makna Sakramen ... 14

a. Pengertian Sakramen ……….. 14

b. Makna Sakramen ………. 17

2. Pengertian dan Makna Ekaristi ... 19

a. Pengertian Ekaristi . ... 19


(15)

xv

3. Keterlibatan Orang Muda Katolik ... 38

4. Orang Muda ... 40

a. Istilah Kata Orang Muda ... 40

b. Perkembangan Orang Muda ... 40

5. Orang Muda Katolik ... 45

6. Permasalahan Sosial Masyarakat ... 48

a. Masalah Kriminal ... 50

b. Masalah Kemiskinan ... 51

c. Masalah Lingkungan Hidup ... 52

BAB III. PENELITIAN TENTANG PERANAN EKARISTI TERHADAP KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM MENANGGAPI PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SANTO STEFANUS DATAH BILANG ILIR KALIMANTAN TIMUR ... 59

A. Gambaran Umum Situasi Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Kalimantan Timur ... 59

1. Sejarah ... 59

2. Letak Geografis ... 62

3. Jumlah dan Perkembangan Umat ... 62

4. Situasi Ekonomi dan Sosial Masyarakat ... 64

B. Metodologi Penelitian ... 65

1. Latar Belakang Penelitian ... 65

2. Rumusan Masalah ... 72

3. Tujuan Penelitian ... 72

4. Manfaat Penelitian ... 73

5. Jenis Penelitian ... 74

6. Variabel Penelitian ... 76

7. Instrumen Penelitian ... 77

8. Responden ... 77

9. Tempat dan Waktu Penelitian ... 77


(16)

xvi

C.Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian “Peranan Ekaristi terhadap Keterlibatan Orang Muda Katolik

dalam Menanggapi Permasalahan Sosial Masyarakat

di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur” ... 79 1. Identitas dan Latar Belakang Responden ... 79 2. Pemahaman Orang Muda Katolik Stasi Santo Stefanus

Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur Mengenai Ekaristi ... 81 a. Laporan Hasil Penelitian ... 84 b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86 3. Pemahaman Orang Muda Katolik Stasi Santo Stefanus

Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur ... 91 a. Laporan Hasil Penelitian ... 92 b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94 4. Keterlibatan Orang Muda Katolik Stasi Santo Stefanus

Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur ... 96 a. Laporan Hasil Penelitian ... 99 b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102 5. Pemahaman Orang Muda Katolik Stasi Santo Stefanus

Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur

Mengenai Permasalahan Sosial ... 106 a. Laporan Hasil Penelitian ... 107 b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 108 6. Sejauh Mana Perayaan Ekaristi Mendorong Orang Muda Katolik

Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur ... 110 a. Laporan Hasil Penelitian ... 112 b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114 7. Usulan Aksi Sosial yang Dapat Dilakukan

untuk Meningkatkan Keterlibatan Orang Muda Katolik

dalam Menanggapi Permasalahan Sosial ... 118 a. Laporan Hasil Penelitian ... 120 b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 121 D. Kesimpulan Hasil Penelitian

tentang Peranan Ekaristi terhadap Keterlibatan Orang Muda Katolik dalam Menanggapi Permasalahan Sosial Masyarakat


(17)

xvii

BAB IV. USULAN KEGIATAN PEMBAGIAN POHON KEPADA MASYARAKAT DATAH BILANG

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK STASI SANTO STEFANUS DATAH BILANG ILIR KALIMANTAN TIMUR

DALAM MENANGGAPI PERMASALAHAN

SOSIAL MASYARAKAT ... 129

A. Latar Belakang Kegiatan ... 129

B. Tujuan Kegiatan ... 133

C. Peserta dan Sasaran ... 134

D. Waktu Pelaksanaan ... 134

E. Sumber Dana ... ... 135

F. Tema dan Tujuan masing-masing Sesi ... 136

G. Matriks Program Kegiatan Pembagian Pohon ... 137

H. Satuan Persiapan Kegiatan ... 142

1. Identitas ... 142

2. Pemikiran Dasar ... 142

3. Materi ... 143

4. Metode ... 143

5. Sarana ... 143

6. Proses Pendampingan ... 144

a. Pembuka ... 144

b. Uraian Materi ... 144

c. Penutup ... 162

BAB V. PENUTUP ... 165

A. Kesimpulan ... 165

B. Saran ... 169


(18)

xviii

LAMPIRAN ... 173

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Surat Selesai Penelitian ... (2)

Lampiran 3 : Instrumen Penelitian ... (3)

Lampiran 4 : Jawaban Instrumen Penelitian ... (11)

Lampiran 5 : Instrumen Wawancara ... (39)

Lampiran 6 : Transkrip Wawancara ... (40)

Lampiran 7 : Data Jumlah Umat ... (42)

Lampiran 8 : Data Jumlah Baptisan ... (43)

Lampiran 9 : Surat Keterangan Gambaran Umum Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timu ... (52)

Lampiran 10: Surat Keterangan Kepemilikan Tanah Gereja Katolik Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur ... (58)


(19)

xix

No. Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel 1 : Variabel Penelitian ………... 76

Tabel 2 : Identitas dan Latar Belakang Respon (N=40) ……….. 80

Tabel 3 : Pemahaman orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur mengenai perayaan Ekaristi (N=40) ………

82

Tabel 4 : Pemahaman orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur tentang permasalahan sosial (N=40) ………

91

Tabel 5 : Pengalaman terkait keterlibatan orang muda Katolik dalam

menanggapi permasalahan sosial (N=40) ……… 96

Tabel 6 : Permasalahan sosial yang terjadi di Datah Bilang

Kalimantan Timur (N=40) ………... 106

Tabel 7 : Sejauh mana perayaan Ekaristi mendorong orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat (N=40) ………..

111

Tabel 8 : Usulan aksi sosial yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial (N=40) ………


(20)

xx

DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan Teks Kitab Suci

Ef : Surat Rasul Paulus kepda Jemaat di Efesus Im : Imamat

Kol : Surat Rasul Paulus kepda Jemaat di Kolose Kel : Kitab Keluaran

Kej : Kitab Kejadian Kis : Kisah Para Rasul Luk : Injil Lukas Luk : Injil Lukas Mrk : Injil Markus Mat : Injil Matius

Rom : Surat Rasul Paulus kepda Jemaat di Roma Ul : Kitab Ulangan

Yoh : Injil Yohanes Yer : Kitab Nabi Yeremia Yes : Kitab Nabi Yesaya

1Kor : Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus 1 Sam : 1 Samuel

2 Raj : 2 Raja-Raja 2 Mak : Kitab 2 Makabe


(21)

xxi

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit tentang Kerasulan Awam, 18 November 1965.

EG : Evangelii Gaudium, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, tentang Ajaran Gereja tentang Masalah-Masalah Sosial, 24 November 2013.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Cononici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

KKGK : Kompendium Katekismus Gereja Katolik tentang Sakramen Ekaristi, 21 Mei 2009.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, 07 Desember 1965.

SC : Sacrosantum Concilium, Konstitusi tentang Liturgi Suci, 04 Desember 1963.

C.Singkatan Lain

Alm : Almarhum

AM : Ante meridiem (before noon), meunjukkan waktu belum lewat dari tengah hari

art : Artikel bdk : bandingkan

BPK : Buku Pegangan Kuliah Dok : Dokumen


(22)

xxii KOMKA : Komunitas Orang Muda Katolik

KLMTD : Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia

kan : kanon

OMK : Orang Muda Katolik

Pr : Praja, ordo bagi Imam diosesan atau keuskupan. RI : Republik Indonesia

St : Santo

SJ : Serikat Jesus UU : Undang-Undang


(23)

BAB I PENDAHULUAN

Merayakan Ekaristi merupakan kewajiban sekaligus kebutuhan rohani umat beriman Kristiani, khususnya orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur. Ekaristi seharusnya dapat menginspirasi dan memotivasi untuk semakin terlibat dalam menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti peranan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakt. Pada Bab ini penulis akan membahas mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Merayakan Ekaristi pada hari Minggu merupakan salah satu kewajiban umat Katolik. Bahkan tidak hanya pada hari Minggu, saat ini Gereja telah mengupayakan agar umat Katolik merayakan Ekaristi lebih banyak dengan mengadakan Ekaristi harian. Perayaan Ekaristi tidak hanya salah satu kebiasaan, tetapi merupakan inti penghayatan iman dalam tradisi Katolik. Banyak umat Katolik yang aktif dalam mengikuti perayaan Ekaristi, tidak terkecuali orang muda. Namun banyak diantara orang muda Katolik belum memahami makna dan konsekuensinya bagi hidup sebagai pribadi dan masyarakat. Tidak sedikit dari orang muda memahami perayaan Ekaristi hanya sebagai kewajiban yang harus


(24)

dilaksanakan oleh umat Katolik. Ritus-ritus dalam Ekaristi yang tidak mereka mengerti membuat Ekaristi yang mereka rayakan tidak menyentuh hati orang muda. Orang muda belum mendapatkan pemahaman mengenai Ekaristi sebagai tempat atau kesempatan mendapatkan pengalaman rohani dan menghidupi persekutuan umat Allah.

Pemahaman yang sempit mengenai makna dan konsekuensi merayakan Ekaristi bagi pribadi dan masyarakat berdampak pula pada eksistensi orang muda dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat. Seolah terdapat jurang yang memisahkan antara Ekaristi dan kehidupan sosial masyarakat. Perayaan Ekaristi terkesan berhenti hanya pada ritual atau tindakan kesalehan yang tidak berhubungan dengan realitas hidup sosial masyarakat. Pemahaman ini akan menjebak orang dan membuat relasi yang dibangun dengan Allah akan mudah memudar dan kering, sebab tidak ada tindakan kasih sebagai wujud nyata dari penghayatan iman akan Allah.

Iman yang mudah layu dan kering membuat orang muda mudah merasa tidak mampu, merasa sendiri, mudah putus asa ketika menghadapi permasalahan hidup, bahkan dengan mudah memalingkan diri dari pada-Nya. Selain itu sikap apatis terhadap permasalahan sosial di tengah masyarakat juga mengindikasikan bahwa Ekaristi yang dirayakan hanya sebatas kewajiban dan tindakan kesalehan religius belaka. Pola pikir orang muda yang masih cenderung individualisme. Segala sesuatu yang diperjuangkan demi kebahagiaan, kepuasan, kesenangan dan kebutuhan diri sendiri. Merasa diri masih muda dan memang saatnya untuk menikmati hidup. Bahkan tidak jarang untuk memperoleh semua itu orang muda


(25)

mengusahakan dengan cara mengorbankan orang lain yang seharusnya lebih membutuhkan bantuan. Mendahulukan kepentingan pribadi dengan tidak memperdulikan sesama di sekitar yang saat itu membutuhkan bantuan adalah salah satu tindakan mengorbankan orang lain demi kepuasan pribadi. Memilih untuk berada di zona nyaman dengan berdiam diri di rumah atau kumpul bersama teman-teman dibandingkan ikut kegiatan gotong royong bersama warga masyarakat, membantu orang yang sedang mengalami kemalangan dalam bentuk apapun. Sikap seperti ini menegaskan bahwa makna perayaan Ekaristi tidak mengaliri lini kehidupan yang merayakannya.

Perayaan Ekaristi dan realitas kehidupan sosial memiliki keterkaitan satu sama lain untuk saling melengkapi. Terdapat ungkapan yang menyatakan bahwa Ekaristi merupakan perjamuan kehidupan, dengan pemahaman Ekaristi merupakan janji yang hidup akan kepenuhan Kerajaan Allah. Umat yang merayakan Ekaristi harus terlibat dalam realitas kehidupan sebagai seorang yang telah ditebus dengan perhatian dan kasih sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Yesus Kristus. Mereka yang menerima Tubuh Kristus dalam Ekaristi semakin dikuatkan, diteguhkan dan didorong untuk berjuang menyembuhkan dunia, dan memulihkan relasi yang terputus antar manusia dengan Allah serta menumbuhkan semangat untuk berbagi terutama bagi sesama yang membutuhkan (Krispurwana Cahyadi, 2012: 117).

Perjumpaan dengan Tuhan dalam perayaan Ekaristi semakin mendorong dan membawa umat untuk terlibat ke dalam pelayanan kepada sesama di sekitar. Maka dalam perayaan Ekaristi dimuat perutusan sebagai ungkapan nyata kasih


(26)

Allah kepada sesama yang telah dialami lebih dulu. Dalam ungkapan lain kasih Allah yang dibagikan kepada sesama didasari oleh kasih Allah yang telah dialami sebelumnya. Kasih Allah akan mungkin dibagikan, apabila seseorang telah mengalaminya.

Ekaristi dikatakan sebagai sumber dan puncak hidup umat beriman (LG 11). Dalam Sakramen Tuhan hadir dan berkarya secara nyata, maka dikatakan Ekaristi sebagai puncak misteri keselamatan. Pengalaman Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup akan dialami secara nyata dalam hidup sehari- hari melalui kasih yang diterima dari Allah dan dibagikan kepada sesama di sekitar terkhusus mereka yang sangat membutuhkan. Pandangan Ekaristi yang hanya terbatas pada ritual kesalehan akan cenderung mengarah pada sikap kaku, tertutup, beku, sehingga perayaan Ekaristi menjadi kering dan mati. Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa Ekaristi merupakan perayaan yang hidup dan ungkapan kasih yang tergambar nyata dalam pengorbanan diri Yesus (Yoh 15:13). Melalui peristiwa tersebut tersirat perintah untuk saling mengasihi dan tindakan inilah yang menjadi identitas kuat sebagai pengikut atau murid-murid Kristus (Yoh 13: 34-35). Bertentangan dengan pernyataan ini, merayakan Ekaristi dengan hanya terjebak pada tindakan kesalehan yang kaku, kering dan hanya terpusat pada aturan, maka kasih akan sulit untuk dirasakan.

Gereja dalam perkembangan dan proses memperbaharui diri telah mengupayakan agar umat semakin terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi. Keterlibatan secara aktif yang dimaksud tidak hanya sebatas pada saat perayaan Ekaristi, tetapi juga dalam tindakan nyata di tengah masyarakat untuk menanggapi


(27)

permasalahan sosial yang sedang terjadi. Melalui perayaan Ekaristi mereka membiarkan diri untuk diajar oleh Sabda Allah, disegarkan oleh Tubuh Kristus dan bersyukur kepada Allah. Selain itu berdasarkan persembahan Hosti melalui tangan imam, umat diminta untuk terus berusaha mempersembahkan diri dari waktu ke waktu. Berkat dari Allah yang diterima melalui Ekaristi semakin menyatukan umat dengan-Nya dan dengan sesama, sehingga pada akhirnya Allah merajai seluruh kehidupan.

Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik tentang Sukacita Injili (EG art. 183), menegaskan bahwa, “iman sejati tidak pernah nyaman atau tidak sepenuhnya individual- selalu melibatkan hasrat mendalam untuk mengubah dunia, meneruskan nilai-nilai, meninggalkan dunia ini agar lebih baik dari pada

ketika kita temukan”. Pernyataan ini mempunyai makna yang sangat mendalam dan tidak mudah untuk dilakukan. Seseorang yang memiliki iman tidak akan bersikap apatis dan lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan kepentingan orang lain, terlebih bagi mereka yang membutuhkan. Iman mendalam membuat seseorang tidak akan pernah tidur dengan lelap, tertawa lepas dan merasa nyaman ketika mengetahui sesama mengalami kesulitan dan kemalangan. Umat Kristiani yang tidak perduli terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat akan menuai pertanyaan mendalam terkait perayaan Ekaristi yang selalu dirayakannya. Sebagaimana telah dinyatakan bahwa seluruh umat Kristiani dipanggil untuk menjadi alat dan sarana bagi Allah untuk membantu orang miskin keluar dari penderitaan dan kesulitan yang mereka alami, sehingga mereka dapat menjadi bagian dari masyarakat seutuhnya. Menelaah kembali isi Kitab Suci yang


(28)

memperlihatkan bahwa Bapa memberikan perhatiannya secara khusus terhadap bangsa Israel yang saat itu berada dibawah jajahan Mesir. Bapa setia mendengar dan melepaskan mereka dari penderitaan dengan mengutus nabi Musa untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir (Keluaran 3:7-8, 10). Dalam Kitab Ulangan 15:9, dikatakan bahwa umat Kristiani merupakan sarana bagi Allah untuk membantu sesama di sekitar untuk bangkit dari penderitaan yang mereka alami. Namun jika justru sikap apatis yang ditunjukkan, hal ini berarti penentangan akan kehendak dan rencana Allah, sehingga doa dari mereka yang menderita akan menjadi dosa bagi siapapun yang bersikap demikian (EG art. 187). Bertolak dari pemahaman inilah Gereja hadir untuk dapat mendengar dan membebaskan sesama di sekitar yang mengalami kesusahan dengan mengerahkan seluruh tenaga dan apapun yang dapat dilakukan untuk membantu mereka. Pernyataan ini berasal dari perintah Yesus bagi para murid-Nya, (Markus 6:37). Dimana para murid diperintahkan oleh Yesus untuk bekerjasama dalam menumpas kemiskinan yang disebabkan oleh pribadi maupun kelompok atau golongan tertentu (EG art 188).

Di zaman ini kata solidaritas seolah semakin memudar dan sangat jarang terdengar, terkhusus di kalangan orang muda. Sebagian besar dari mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan membantu sesama di sekitar yang membutuhkan. Sebagaimana diketahui bahwa umat Kristiani merupakan sarana bagi Allah untuk membantu sesama di sekitar bangkit dari keterpurukan dan penderitaan yang dialaminya. Bertolak dari permasalahan tersebut, terdapat indikasi bahwa orang muda kurang atau


(29)

belum memahami keterkaitan antara Ekaristi dan realitas kehidupan sosial di tengah masyarakat serta belum memahami cara untuk mewujudkan secara nyata makna rohani yang mereka temukan setelah merayakan Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Dimana jika seseorang merayakan Ekaristi akan mewujudnyatakan buah-buah rohani yang didapat melalui perayaan Ekaristi dalam kehidupan nyata. Dalam hal ini Gereja perlu menyadari pentingnya pendampingan untuk orang muda, demi meningkatkan pemahaman terkait makna perayaan Ekaristi serta ruang yang dapat mereka gunakan untuk mengaktualisasikan kehadiran mereka sebagai orang muda Katolik di tengah masyarakat. Orang muda Katolik bukan hanya generasi penerus tetapi juga merupakan gambaran eksistensi Gereja di masa mendatang. Wajah Gereja di masa mendatang akan terlihat dari kualitas hidup iman orang muda saat ini. Identitas Gereja di masa mendatang akan banyak dipengaruhi oleh eksistensi orang muda di tengah masyarakat. Jika eksistensi orang muda dalam hal positif, maka Gereja yang dikenal pun demikian.

Begitu pula sebaliknya, eksistensi negatif yang ditampakkan orang muda akan menodai wajah Gereja yang sejatinya adalah Kudus.

Berdasarkan kenyataan ini, penulis akan mengamati, menganalisis dan mengkaji sejauh mana orang muda di Stasi St. Stefanus Datah Bilang Ilir, Kalimantan Timur memahami pengertian makna dan konsekuensi merayakan Ekaristi dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat.

Judul tulisan yang akan diangkat oleh penulis yaitu : PERANAN EKARISTI


(30)

MENANGGAPI PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SANTO STEVANUS DATAH BILANG ILIR KALIMANTAN TIMUR.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah-masalah yang akan diamati, dianalisis dan dikaji dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan makna Ekaristi bagi orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur?

2. Apa bentuk keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat?

3. Sejauh mana pengaruh perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang, Kalimantan timur?

C. Tujuan Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan tujuan untuk memberi pemahaman lebih mendalam kepada orang muda Katolik di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang, Kalimantan timur, terkait pengertian dan makna. Dengan demikian tujuan penulisan skripsi ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dan makna Ekaristi bagi orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.


(31)

2. Memahami bentuk keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat.

3. Mengetahui peranan perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan timur.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis

1) Semakin memahami pengertian dan makna Ekaristi.

2) Memahami sejauh mana keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.

3)Mengetahui peranan perayaan Ekaristi terhadap sikap orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.

2. Bagi Orang Muda Katolik

1)Memberi pemahaman lebih mendalam terkait pengertian dan makna Ekaristi.

2)Memotivasi untuk menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.

3. Pastor Paroki

1)Membantu dalam memberikan pemahaman bagi orang muda Katolik terkait pengertian dan makna Ekaristi.


(32)

2)Membantu untuk mengaktifkan orang muda Katolik dalam kegiatan menggereja dan menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat.

4. Bagi Orangtua

1) Membantu orang muda Katolik dalam memperkembangkan iman dan melatih kepekaan untuk membantu sesama yang membutuhkan di tengah masyarakat.

E. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu dengan menjelaskan pengertian dan makna Ekaristi, pemahaman terkait keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Selanjutnya penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif yang berupa data deskriptif berbentuk tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dari individu, kelompok, masyarakat dan organisasi dalam situasi tertentu yang dikaji melalui sudut pandang utuh, komprehensif dan holistik. Penelitian tersebut akan dilaksanakan di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Kalimantan Timur. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dan sampel yang digunakan sebagai sumber data yaitu orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Ilir Timur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penyebaran kuesioner. Tujuan dari penelitian ini untuk memberi pemahaman lebih mendalam kepada orang muda Katolik di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan


(33)

timur, terkait pengertian dan makna Ekaristi, pemahaman keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat dan mengetahui sejauh mana pengaruh Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Kemudian hasil penelitian dianalisis dan dijelaskan, sehingga pada akhirnya penulis memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan hasil pustaka dan penelitian dengan harapan agar memberi manfaat untuk membantu orang muda Katolik agar semakin terlibat aktif dalam perayaan Ekaristi dan khususnya dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat.

F. Sistematika Penulisan

Pada Bab I, penulis menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan sebagai pertimbangan pentingnya melakukan penelitian ini.

Bab II, penulis memberikan gambaran ideal dengan menjelaskan teori dan hal ihwal mengenai pengertian dan makna Ekaristi serta memberi pemahaman terkait keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat.

Bab III, penulis menggambarkan keadaan faktual dengan memperkenalkan keadaan Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur, meneliti sejauh mana orang muda Katolik terlibat dalam perayaan Ekaristi dan pengaruh mengikuti perayaan Ekaristi terhadap sikap orang muda


(34)

Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat, selanjutnya akan penulis paparkan hasil analisis dan penjelasannya.

Bab IV, penulis memberikan sumbangan pemikiran sebagai usaha untuk semakin meningkatkan keterlibatan orang muda Katolik dalam perayaan Ekaristi dan dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Adapun sumbangan pemikiran yang penulis berikan berupa:

1. Perayaan Ekaristi yang dikemas oleh orang muda Katolik di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.

2. Bakti sosial dalam rangka menanggapi permasalahan sosial masyarakat Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.

Bab V, merupakan bagian akhir penulisan skripsi yang berisikan saran dan kesimpulan. Kesimpulan ditulis dengan tujuan menjawab rumusan masalah dan tujuan penulisan skripsi yang dikuatkan oleh hasil penelitian. Penulisan memberikan saran bagi orang muda Katolik, Pastor Paroki dan Orangtua di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.


(35)

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG EKARISTI, KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DAN BENTUK-BENTUK

PERMASALAHAN SOAIAL

Umat diharapkan memiliki pemahaman mendalam mengenai keterkaitan antara merayakan Ekaristi dan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Namun pada kenyataannya hal tersebut masih sangat minim dipahami atau bahkan belum diketahui oleh umat, terkhusus bagi orang muda Katolik. Pernyataan ini didukung dengan masih banyaknya orang muda Katolik yang apatis terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Padahal setiap Minggu mereka terlibat aktif dalam merayakan Ekaristi. Seringkali sebagai umat Katolik terjebak pada kewajiban untuk merayakan Ekaristi dan mengedepankan kesalehan semata yang tanpa disadari telah menjauhkannya dari kenyataan hidup yang saat ini sedang terjadi di sekitarnya. Maka pada bab ini penulis akan memaparkan tentang pengertian dan makna Sakramen, pengertian dan makna Ekaristi, keterlibatan orang muda Katolik, orang muda, orang muda Katolik dan permasalahan sosial masyarakat.


(36)

A. Sakramen Ekaristi

1. Pengertian dan Makna Sakramen

a. Pengertian Sakramen

Dalam bukunya tentang Sakramen-Sakramen Gereja, Martasudjita (2003: 61) menerangkan tentang pengertian sakramen sebagai berikut. Sakramen yang dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin, yaitu sacramentum. Kata dasar dari sacramentum ialah sacr, sacer yang berarti kudus, suci, lingkungan orang kudus atau berkaitan dengan sesuatu yang bersifat suci. Kata sacrare yang berasal dari bahasa Latin memiliki arti menyucikan, menguduskan dan mengkhususkan seseorang atau sesuatu untuk melakukan hal-hal yang suci atau kudus. Kata sacramentum memperlihatkan tindakan penyucian atau pengudusan. Pada zaman Romawi kuno terdapat dua pengertian terkait

sacramentum. Pertama, sacramentum digunakan dalam sumpah prajurit untuk

menyatakan kesediaan mengabdikan diri atau menguduskan diri bagi dewata dan Negara. Kedua, sacramentum terarah pada uang jaminan atau denda yang ditaruh dalam kuil dewa oleh orang atau pihak-pihak yang memiliki perkara dalam pengadilan. Kata sacramentum dari bahasa Latin ini digunakan oleh orang Kristen pada abad II untuk menerjemahkan kata mysterion dari bahasa Yunani yang terdapat dalam Kitab Suci.

Pemahaman mengenai definisi Sakramen dijelaskan dengan lebih sederhana dalam diktat “Pegangan Kuliah Sakramentologi” yang dibuat oleh M. Purwatma Pr dan Ignasius Madya Utama, SJ bagi Mahasiswa IPPAK (2015: 1).


(37)

mendatangkan rahmat.” Bertolak dari definisi ini dapat dipahami bahwa Sakramen bukan hanya sekedar tanda, tetapi menyangkut hubungan manusia dengan Allah. Dengan demikian Sakramen merupakan tanda-tanda yang mengungkapkan dan menghadirkan karya Allah bagi manusia. Misalnya melalui Sakramen Baptis, rahmat Allah ditandakan dan dihadirkan. Maka dengan dibaptis seseorang diterima menjadi anak Allah. Dengan demikian Baptisan dipahami sebagai sebagai sarana untuk menerima rahmat Allah. Selain itu Sakramen diartikan sebagai tanda keselamatan. Tanda atau simbol dibedakan dalam dua jenis yaitu, simbol ekspresif dan simbol representatif. Simbol ekspresif artinya mengungkapkan pengalaman pribadi seseorang dengan yang transenden. Sedangkan simbol representatif maksudnya menunjuk dan menghadirkan realitas yang melampaui hal biasa dan hanya tergambar melalui simbol tersebut. Berkaitan dengan Sakramen simbol ekspresif dan sekaligus representatif, karena melalui Sakramen Gereja merasakan Karya Allah dan juga mengungkapkan pengalaman iman akan Karya Keselamatan Allah yang tergambar nyata dalam diri Yesus Kristus. Maka Yesus disebut sebagai Sakramen pokok dan sebagai simbol representatif karya Keselamatan Allah. Seluruh hidup Yesus menggambarkan Karya Keselamatan Allah misalnya, Yesus menyembuhkan orang sakit, firman, sengsara dan wafat-Nya. Selain itu Yesus juga merupakan simbol ekspresif manusia kepada Allah yang juga adalah jalan bagi manusia menuju Allah. Ketaatan dan penyerahan diri-Nya di kayu salib menjadi pembuka jalan bagi manusia untuk bertemu Allah.


(38)

Sakramen menurut Kitab Hukum Kanonik (1983: kan.840), merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman. Sakramen yang diterima dalam perayaan Ekaristi memberikan kekuatan, menciptakan dan memperkokoh persatuan umat. Umat Kristiani yang telah menerima Sakramen berarti telah dipersatukan dalam Gereja, dalam persekutuan Roh Kudus serta umat dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya.

Definisi selanjutnya dikemukakan dalam Iman Katolik (1996: 400) yang menyatakan sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan, melaksanakan atau menyampaikan keselamatan dari Allah atau Allah yang menyelamatkan. Dengan Sakramen cinta Allah diperlihatkan secara nyata melalui tanda-tanda badaniah. Maksudnya ritus-ritus yang dilaksanakan sungguh dan penuh, sehingga dapat dirasakan. Misalnya dalam Sakramen pembaptisan air benar-benar dirasakan, Sakramen pengurapan orang sakit harus menggunakan minyak yang secara langsung dirasakan dan dalam Ekaristi hosti yang dibagikan dan diterima harus tebal agar dapat dirasakan dengan jelas. Selain itu penting disadari bahwa tindakan nyata manusia tersebut akan menjadi Sakramen Kristiani yang sesungguhnya apabila disertai dengan perkataan. Misalnya dalam Sakramen pembaptisan, tindakan manusia menuangkan air

dengan mengucapkan “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”. Dengan demikian tindakan dan perkataan secara bersamaan membentuk tanda atau lambang penyelamatan Allah yang nyata dirasakan oleh jasmani.

Direktorium Kateketik Umum (1991: art. 56) memberi penjelasan mengenai arti Sakramen yang dipandang sebagai sarana iman. Sakramen pada


(39)

dasarnya merupakan pengungkapan kehendak Kristus yang berdaya guna. Meskipun demikian dari pihak manusia harus memiliki keterbukaan hati untuk menerima dan menjawab kasih Allah. Umat beriman yang layak menerima Sakramen, apabila telah mempersiapkan hati dengan sungguh-sungguh. Sakramen hendaknya ditampakkan selaras dengan hakikat dan tujuannya. Bukan hanya sebagai sarana penyembuhan dari dosa dan akibatnya, tetapi juga sebagai sumber rahmat untuk masing-masing individu maupun kelompok.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik dengan pengertian Sakramen sebagai tanda dan sarana untuk memperoleh keselamatan dari Allah. Sebagai Sakramen Bapa, Yesus Kristus melalui Sabda dan Karya-Nya menghadirkan Allah yang menyelamatkan bagi manusia. Bagi manusia Yesus merupakan jembatan yang dapat menghubungkan kembali relasi dengan Allah. Saat ini Karya Keselamatan Allah yang diwujudkan oleh Kristus diteruskan oleh Gereja dengan menawarkan keselamatan kepada semua orang. Dengan demikian Gereja juga merupakan tanda dan sarana yang menghasilkan rahmat. Senada dengan pernyataan Konsili Vatikan II yang menyebutkan Gereja dalam Kristus bagaikan Sakramen, yaitu tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah serta kesatuan dengan seluruh umat (LG 1).

b. Makna Sakramen

Kata Sacramentum oleh orang Kristiani pada abad II digunakan untuk menterjemahkan kata Yunani mysterion yang terdapat dalam Kitab Suci. Kata


(40)

Yang Ilahi. Kitab Suci Perjanjian Lama memaknai kata mysterion sebagai suatu dinamik Allah yang menyatakan atau merencanakan karya penyelamatan bagi manusia. Sedangkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru Mysterion dipahami sebagai Allah menyatakan diri dan rencana penyelamatan-Nya yang terlaksana secara nyata dalam diri Yesus Kristus. Maka Sacramentum yang berakar dari kata

Mysterion berarti rencana keselamatan Allah yang terwujud dan terlaksana dalam

sejarah dan memuncak dalam diri Yesus Kristus (bdk. Ef 1:9-10; 3:9; Kol 1:26; Rom 16:25-26). Dengan demikian kata Sakramen digunakan untuk menterjemahkan kata myterion yang memiliki dua ciri pokok. Pertama, mysterion yang dimaksud menunjuk pada kekuatan dinamik dengan yang Ilahi (tidak kelihatan) dan pelaksanaan dalam sejarah yang manusiawi (kelihatan). Kedua,

mysterion merupakan sejarah penyelamatan Allah yang terlaksana dan terwujud

dalam diri Yesus Kristus (Martasudjita, 2003: 61-64).

Sakramen dalam Perjanjian Baru yang diadakan oleh Kristus sendiri, selanjutnya dipercayakan kepada Gereja untuk menampakkan perbuatan Kristus dan Gereja, yang juga merupakan tanda dan sarana untuk mengungkapkan serta menguatkan iman, mempersembahkan penghormatan kepada Allah dan membawa berkat kekudusan bagi manusia. Selain itu membantu untuk menciptakan, memperkembangkan dan mempersatukan Gereja dengan Kristus. Maka umat beriman Kristiani wajib merayakan-Nya dengan kesungguhan hati dan khidmat. Sebagai Gereja umat beriman selayaknya menunjukkan sikap yang mencerminkan tindakan Allah dan hadir di tengah sesama dengan membawa wajah Allah,


(41)

sehingga siapapun yang berinteraksi dengannya dapat melihat sifat Allah yang memberi kesejukan, kedamaian dan keselamatan (KHK, 1995: 840).

2. Pengertian dan Makna Ekaristi

a. Pengertian Ekaristi

Ekaristi berakar dari bahasa Yunani eucharistia yang mengandung arti puji syukur. Sedangkan dalam bahasa Yahudi disebut berkat yang artinya doa puji syukur dan permohonan atas karya penyelamatan Allah. Istilah perayaan Ekaristi dipandang sebagai kata yang sangat tepat untuk digunakan, mengingat makna dasar dari kata tersebut yaitu puji dan syukur atas karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Dengan demikian sebelum merayakan Ekaristi, seharusnya memahami esensi dari perayaan tersebut agar dapat memberi perubahan dalam hidup (Martasudjita, 2003: 269).

Penulis berpandangan bahwa suatu keharusan bagi umat beriman Kristiani untuk mensyukuri segala kelimpahan dan pengalaman yang dirasakan dalam hidup meskipun sederhana. Selanjutnya memohon dalam penyerahan diri yang total agar Karya Penyelamatan Allah dirasakan secara nyata dalam setiap dinamika kehidupan. Syukur juga dapat diartikan sebagai pengenangan akan peristiwa yang disyukuri tersebut. Mengenang tidak hanya terbatas batas mengingat kembali tetapi juga menghidupkan dan melanjutkan karya penyelamatan Allah dengan tidak acuh terhadap sesama yang sedang dalam kesulitan. Singkatnya perayaan Ekaristi yang dirayakan tidak hanya dinilai dari kuantitas tetapi lebih pada kualitas.


(42)

Dalam buku Martasudjita yang berjudul “Sakramen-Sakramen Gereja” (2003: 269-272) dijelaskan bahwa pada zaman Gereja perdana, perayaan Ekaristi ditempatkan sebagai pusat dan puncak hidup umat beriman (Kis 2:42.44-47). Ketekunan jemaat pada masa itu mendengarkan pengajaran para rasul dan hidup dalam persekutuan untuk berdoa di Bait Allah, selanjutnya berdoa di rumah masing-masing secara bergiliran untuk makan roti bersama. Pada awalnya jemaat memahami bahwa mereka sama dengan jemaat Yahudi, sehingga mereka pun masih berdoa di Bait Allah. Namun kemudian menyadari dan memahami bahwa ternyata mereka berbeda karena dasar iman akan Yesus Kristus. Menyusul selanjutnya penganiayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi kepada jemaat Kristen, yang semakin memperkeruh keadaan dan mendorong mereka untuk memisahkan diri dari tradisi Yahudi. Sejak saat itu perayaan Ekaristi dirayakan dengan tradisi Kristiani dan bukan tradisi Yahudi. Dengan demikian semakin jelas bahwa Ekaristi menjadi pusat dan pemersatu umat beriman. Gereja meyakini bahwa perayaan Ekaristi bukan dilaksanakan berdasarkan inisiatif dan kemauan sendiri, tetapi merupakan perintah Yesus Kristus yang tergambar nyata dalam Perjamuan Malam Terakhir (Luk 22:19; 1Kor 11:24). Meskipun Ekaristi merupakan tradisi khas Kristiani, namun dasarnya adalah dari tradisi keagamaan Yahudi. Perbedaan yang mendasar yaitu kaitannya iman akan Yesus Kristus. Namun demikian pemahaman Ekaristi perlu dibingkai dalam keseluruhan konteks hidup dan pewartaan Yesus selama hidup-Nya yang dibahas dalam tiga dasar, yaitu:


(43)

1) Perjamuan makan Yesus dengan orang-orang berdosa

Perjamuan makan Yesus dengan orang-orang berdosa memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Allah yang diwartakan-Nya. Allah yang berbelas kasih ditampakkan dalam perjamuan makan ini, dengan mengundang orang-orang berdosa untuk masuk dalam persaudaraan dan persekutuan bersama-Nya (Mrk 2:16-17; Mat 9:10-13; Luk 5:29-32). Melalui Yesus Allah menampakkan pribadi yang penuh kasih kepada semua orang terutama kepada mereka yang dipandang hina atau tidak layak.

2) Perjamuan Malam Terakhir Yesus dengan para murid (Mrk 14:22-25;Mat 26:26-29; Luk 22:15-20; dan 1Kor 11:23-26)

Perjamuan Malam Terakhir merupakan momen pokok atau penting yang diadakan oleh Yesus sebagai perjamuan perpisahan dengan para murid sebelum sengsara dan wafat-Nya di kayu salib. Melalui perjamuan malam terakhir Yesus menjelaskan sengsara dan wafat di kayu salib sebagai penyerahan diri-Nya secara total demi Karya Penyelamatan manusia. Perjamuan malam terakhir bukan Ekaristi pertama yang dirayakan tetapi menjadi saat penetapan bagi perayaan Ekaristi. Pada Malam Terakhir Yesus memerintah agar momen ini dirayakan kembali sebagai bentuk pengenangan akan Dia (Luk 22:19; 1Kor 11:24).

3) Perjamuan makan dengan Yesus yang bangkit (Luk 24:13-35)

Setelah sengsara dan wafat-Nya di kayu salib Yesus mengadakan kembali perjamuan makan dengan para murid. Gambaran kedua murid Yesus yang pergi ke Emaus (Luk 24), menjadi peristiwa nyata sebagai perayaan Ekaristi yang esensinya merupakan kebersamaan dengan Kristus yang bangkit. Pengalaman


(44)

kebersamaan dengan Yesus memberi kekuatan dan semangat baru bagi para murid untuk melanjutkan Karya Keselamatan yang telah dimulai oleh Yesus Kristus.

Pemahaman terkait Ekaristi diuraikan dengan sederhana dalam Prasetyantha (2008: 82-83) bertolak dari kanon 897-898 tentang perayaan Ekaristi. Uraian tentang Ekaristi dibahas dalam tiga aspek yaitu, aspek Teologis, Yuridis dan Pastoral.

1) Aspek Teologis

Pada aspek teologis Ekaristi dipandang sebagai puncak dan pusat hidup umat Kristiani Gereja universal maupun lokal. Dengan demikian sakramen-sakramen lain, tugas-tugas pelayanan gerejani dan karya kerasulan Gereja mencapai puncaknya dalam Ekaristi. Melalui perayaan Ekaristi Kristus memberi daya kehidupan dan memperbaharui serta menguduskan iman umat kristiani (PO 5). Maka Ekaristi merupakan tindakan Gereja dan juga tindakan Kristus. Kurban, pengenangan dan perjamuan merupakan gambaran tindakan Kristus dalam Ekaristi. Perayaan Ekaristi secara nyata menampilkan pengenangan akan Karya Keselamatan Kristus bagi manusia. Selain itu melalui perayaan Ekaristi umat Kristiani dipersatukan sebagai umat Allah, untuk bersama-sama melaksanakan perintah Yesus dengan melaksanakan Perjamuan Kudus sebagai bentuk pengenangan akan Karya Keselamatan-Nya. Singkatnya Ekaristi memiliki peranan penting dalam perkembangan Gereja (bdk. LG 26). Dengan merayakan Ekaristi umat Kristiani memperbaharui iman kepada Allah dan memperoleh inspirasi rohani yang digunakan sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi setiap pergulatan hidup (Prasetyantha, 2008: 82).


(45)

2) Aspek Yuridis

Di dalam Gereja, Ekaristi merupakan susunan yang harus ada dan sangat penting, karena Yesus Kristus sendiri telah lebih awal mengadakan kurban Ekaristis yang merupakan Tubuh dan Darah-Nya.

Lalu mempercayakannya kepada Gereja untuk menghadirkan dan mengenangkan kembali peristiwa penyelamatan-Nya di kayu salib. Gereja dan Ekaristi tidak dapat dipisahkan karena, melalui Ekaristi Gereja mengungkapkan iman-Nya secara total. Selain itu melalui Ekaristi ini juga kesatuan Gereja dibangun dan diperlihatkan. Maka dengan keterlibatan dalam perayaan Ekaristi berarti telah terlibat dalam komunitas Gereja seluruhnya. Dikatakan sebagai tindakan Yuridis karena selain memperlihatkan kesatuan dengan Kristus, Ekaristi juga mengungkapkan kesatuan dengan seluruh umat beriman. Karya Keselamatan Kristus menjadi kerangka dasar agar hukum kanonik dapat dipergunakan (Prasetyantha, 2008: 82-83)

3) Aspek Pastoral (kan 898)

Umat beriman dan para gembala wajib untuk menjalankan kewajibannya untuk menunjukkan rasa hormat terhadap Ekaristi Mahakudus dan terhadap perayaan Ekaristi yang Kudus ini. Rasa hormat dapat ditunjukkan dengan cara berpartisipasi secara aktif dalam perayaan Ekaristi, menyambut Tubuh dan Darah Kristus secara terus-menerus dengan bersembah sujud menghormati-Nya. Kewajiban ini merupakan konsekuensi dari Ekaristi yang dipahami sebagai puncak dan pusat hidup seluruh umat beriman Kristiani. Dengan demikian semakin disadari bahwa pentingnya pemberian pemahaman mendalam oleh para


(46)

gembala umat terkait pengertian dan makna Ekaristi, serta penerapannya dalam hidup sehari-hari (Prasetyantha, 2008: 83).

Definisi Ekaristi dalam Kompendium Ketekismus Gereja Katolik merupakan perayaan kurban Tubuh dan Darah Yesus Kristus yang ditetapkan oleh-Nya, dengan tujuan agar peristiwa pengorbanan-Nya di kayu salib tetap abadi dan selalu dikenang sampai pada saat waktu kedatangan-Nya untuk kedua kalinya dalam Kemuliaan. Pesan ini diserahkan dan dipercayakan pada Gereja untuk kembali menghadirkan dan mengenangkan kembali peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya. Mengenang tidak terbatas hanya ketika merayakan Ekaristi atau hanya sebatas mengingat peristiwa tersebut, tetapi disatukan dengan pergulatan hidup sehari-hari serta menerapkannya dalam tindakan. Sakramen Ekaristi adalah lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paskah, penerimaan Kristus hingga dipenuhi rahmat dan jaminan kehidupan kekal bersama-Nya. Melalui Ekaristi umat beriman disatukan dengan bersama-sama menyantap Tubuh dan Darah-Nya, ikatan cinta kasih antar umat beriman Kristiani yang telah disatukan, bersama merayakan perjamuan Paskah yang menjadi tradisi khas Kristiani dan jaminan kebangkitan setelah kematian dari Yesus Kristus yang telah lebih dulu bangkit (KKGK, 2009, kan. 271).

Pemahaman mengenai Ekaristi selanjutnya dalam diktat “Pegangan Kuliah Sakramentologi” dijelaskan bahwa Ekaristi merupakan perayaan Iman, dengan maksud dalam perayaan Ekaristi umat beriman mengungkapkan imannya akan Karya Penyelamatan Allah yang terlaksana secara nyata oleh Yesus Kristus. Perayaan Ekaristi dibagi dalam dua bagian besar yaitu, Liturgi Sabda dan Liturgi


(47)

Ekaristi. Liturgi Ekaristi terdapat dua unsur yaitu, perayaan syukur dan perjamuan. Rasa syukur karena kebaikan Allah diungkapkan dalam bentuk perjamuan. Rasa syukur juga dapat diartikan sebagai pengenangan kembali akan peristiwa yang disyukuri.

Ungkapan syukur dalam bentuk perjamuan merupakan tradisi yang tidak asing lagi dalam masyarakat. Melalui perjamuan rasa syukur dapat dibagikan dengan sesama sehingga persekutuan dan persaudaraan semakin terjalin dengan erat (BPK. Sakramentologi, 2015: 20).

Menurut Soetomo (2002: 9) dalam tulisannya yang berjudul “Ekaristi dan Pembebasan”, memaparkan Ekaristi sebagai Ibadat dan sekaligus aksi. Ekaristi tidak hanya terbatas dan berhenti pada perayaan, tetapi juga sebagai tindakan nyata umat beriman yang diungkapkan dalam peribadatan. Aksi nyata dalam perayaan Ekaristi terbagi dalam dua arah, yaitu kepada Allah dan kepada sesama. Aksi kepada Allah dalam perayaan Ekaristi terungkap dalam pujian, doa Tobat dan doa ucapan syukur. Sedangkan aksi terhadap sesama tampak dalam tindakan pemberian ucapan selamat, pembacaan Sabda, khotbah dan berkat. Seluruh tindakan yang dilakukan dalam perayaan Liturgi tidak terlepas dari tindakan Allah sendiri yang hadir melalaui seluruh umat beriman yang terlibat dalamnya. Perkembangan Gereja perdana, memberi sumbangan baru terkait pemahaman Ekaristi sebagai Ibadat sekaligus pewartaan.

Senada dengan pernyataan di atas T. Krispurwana Cahyadi (2012:118-119) dalam buku “Roti Hidup”, menguraikan bahwa Ekaristi adalah perayaan kehidupan, sebab Kristus merupakan pusat dan muara kehidupan, arah sejarah,


(48)

tatapan perkembangan peradaban serta sumber kehidupan sejati. Merayakan Ekaristi tidak semata-mata mengembangkan iman secara pribadi tetapi juga membangun kepedulian terhadap kehidupan bersama Oleh sebab itu Ekaristi berkaitan erat dengan semangat berbagi agar makna dan buah-buah rohani dapat terwujud secara nyata. Iman yang dirayakan dalam Ekaristi diharapkan dapat berbuah semangat berbagi, maka dengan demikian sebagai pribadi maupun kelompok umat beriman telah melayani Allah. Jika Ekaristi hanya dipandang sebagai peristiwa penebusan bagi masing-masing pribadi, maka akan sulit untuk menghidupi sikap peduli dan saling berbagi dengan sesama. Pernyataan ini sangat relevan di zaman sekarang, banyak orang ingin sesuatu yang serba cepat dan

praktis. Keberadaan mereka pada suatu tempat hanya terpusat pada “makanan”

dan tidak pada kebersamaan. Situasi kegembiraan dan percakapan tidak terlihat diantara mereka, justru sebaliknya setelah menerima pesanan berniat untuk segera menghabiskannya dan selanjutnya beranjak pergi untuk aktivitas lain. Segala sesuatu dipusatkan pada diri sendiri, kebutuhan diri dan ingin serba cepat serta praktis tanpa meluangkan waktu untuk aspek kebersamaan. Hal ini tentu jauh berbeda dari zaman dahulu, dimana budaya makan bersama merupakan kegiatan penting, tempat orang-orang saling bercakap, berbagi dan bergembira bersama. Oleh sebab itu kata Komunitas (compania) berkaitan erat dengan makan bersama (cum+panis). Mengaitkannya dengan Perjamuan Ekaristi, dapat pula dipandang sebagai tempat “pemberhentian” dari berbagai kesibukan pekerjaan. Pemahaman ini semakin memupuk rasa indivialisme dan semakin mengaburkan rasa


(49)

kebersamaan. Jika demikian tentu tidak mungkin rahmat dan buah Ekaristi dapat dirasakan, terlebih lagi semangat untuk saling berbagi.

Dalam Direktorium Kateketik Umum Ekaristi dipandang sebagai pusat dari seluruh kehidupan Sakramental. Sakramen Ekaristi memegang peranan penting dalam perkembangan Gereja (LG 11).

Kata yang diucapkan imam dalam konsekrasi akan mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Perubahan ini disebut oleh Gereja sebagai

transubstansi. Demikian pula dengan kemanusiaan Yesus yang tidak hanya

karena kuasa-Nya, tetapi karena diri sendiri yang telah dipersatukan dengan Pribadi Ilahi secara tersembunyi dan rahasia. Perayaan Ekaristi tidak hanya upacara pengenangan akan Karya Keselamatan Kristus, tetapi melalui imam Ekaristi dipertahankan sebagai kurban salib dengan tidak berdarah sepanjang masa (SC 47). Perayaan Ekaristi sebagai peristiwa pemberian diri Yesus secara utuh kepada manusia. Maka Yesus Kristus disebut sebagai roti hidup yang dijiwai oleh cinta terhadap Allah dan sesama, sehingga umat beriman semakin menjadi umat yang berkenan dihadapan Allah. pada dasarnya Ekaristi bertujuan membantu umat untuk mempersatukan mereka dengan Allah melalui doa yang sungguh-sungguh. Dengan demikian umat beriman saling mengenal dan mencintai sesama sebagai saudara dalam Kristus. Mengenal tidak hanya mengetahui nama, tempat tinggal dan profesi, tetapi lebih mendalam yaitu mengenal seluruh pergulatan hidup dan mengetahui permasalahan yang sedang dialami sesama terutama masalah yang berpotensi menghambat perkembangan iman. Saudara berarti rela berkorban dan berbagi untuk membantu menyelesaikan atau mencari solusi atas


(50)

permasalahan yang sedang dialami, serta memberikan seluruh kemampuan yang dimiliki demi membantu sesama yang sedang mengalami kesusahan (Direktorium Kateketik Umum, 1990: 58).

Kitab Hukum Kanonik mengemukakan bahwa Ekaristi merupakan Sakramen yang paling luhur, karena dalam perayaan ini Kristus dihadirkan, dikurbankan dan disantap. Ekaristi merupakan pengenangan akan wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Melalui Ekaristi peristiwa penyelamatan Kristus diabadikan, dengan demikian Ekaristi menjadi puncak seluruh peribadatan dan kehidupan Kristiani. Selain itu, Ekaristi juga sebagai sumber yang menandakan dan menghasilkan kesatuan umat Allah serta menyempurnakan pembangunan Tubuh Kristus. Sakramen-Sakramen lain dan karya kerasulan gerejawi memiliki kaitan yang dekat dengan Ekaristi serta semuanya diarahkan kepadanya. Secara manusiawi menyantap Tubuh dan Darah Kristus terdengar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin manusia memakan manusia lainnya. Namun demikian bukan itu yang dimaksud, tetapi lebih pada peristiwa pengorbanan Kristus dalam sengsara dan wafat-Nya di salib demi menebus dosa manusia. Peristiwa ini yang melambangkan penyerahan dan pemberian diri Yesus Kristus secara total demi keselamatan manusia (KHK, 1995: 897, bdk Dok. Konsili Vatikan II, 2004: 47).

Penjelasan mengenai pengertian Ekaristi telah diuraikan dengan sangat jelas di atas, dalam hal ini penulis menangkap pengertian Ekaristi sebagai perayaan kehidupan sebab dalam Ekaristi, dirayakan dan dikenangkan kembali Karya Penyelamatan Kristus sebagai pusat dan puncak kehidupan umat beriman Kristiani. Mengenangkan tidak hanya terbatas pada mengingat kembali tetapi


(51)

lebih pada menghidupkan kembali peristiwa tersebut dalam tindakan nyata hidup sehari-hari. Merayakan Ekaristi memberi dampak kesatuan antar umat dalam Kristus dengan sama-sama menyantap Tubuh dan Darah-Nya. Makna kesatuan berarti terdapat kepedulian, solidaritas dan rela berkorban sebagai bentuk nyata dari rasa tersebut. Sebagaimana teladan Yesus Kristus yang rela menyerahkan dan mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan manusia.

b. Makna Sakramen Ekaristi

Martasudjita (2003: 276-280) dalam tulisannya menguraikan mengenai makna teologis Ekaristi. Perjanjian Baru membahas refleksi teologi Ekaristi dengan sangat lengkap. Penjelasan diawali dengan membahas teks-teks Ekaristi dalam Perjanjian Baru, lalu kemudian menemukan poin-poin teologis yang akan dibahas. Makna Ekaristi ditinjau dari aspek teologis Perjanjian Baru dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:

1) Ekaristi sebagai Persatuan dan Kebersamaan dengan Yesus Kristus

Yesus Kristus dalam perayaan Ekaristi merupakan Tuan rumah yang mengadakan hajatan dan sekaligus menjadi hidangan yang disantap oleh para tamu. 1Kor 11:20 menyebutkan mereka berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan yang artinya, perjamuan yang diselenggarakan oleh Tuhan. Maka dengan merayakan Ekaristi umat beriman Kristiani dipersatukan dengan Kristus. Gambaran kesatuan dan kebersamaan yang sama juga diungkapkan dalam Injil Yohanes 6:56, siapa yang memakan daging dan meminum darah Kristus akan tinggal di dalam-Nya dan Kristus di dalam dia (Martasudjita, 2003: 277).


(52)

Perayaan Ekaristi merupakan perjamuan surgawi dan perjamuan eskatologis. Jenis koinonia kedua yang dihidupi dalam Ekaristi adalah kebersamaan antar sesama anggota Gereja. Paulus berpandangan seluruh anggota Gereja berpartisipasi (koinonia) aktif sebagai satu tubuh (ekaristik) yang juga disebut sebagai Gereja (1Kor 10:16-17). Roti yang dibagikan merupakan partisipasi atau persekutuan umat beriman Kristiani dengan Kristus. Roti yang dibagikan dengan jumlah yang banyak, maka meskipun umat beriman Kristiani banyak tetapi tetap satu tubuh (Gereja), karena masing-masing orang mendapat bagian dalam roti yang satu (Martasudjita, 2003: 277).

3) Ekaristi sebagai Kehadiran Yesus dalam Rupa Roti dan Anggur (realis

praesentia)

Teks-teks dalam Perjanjian Baru terkait Perjamuan Malam Terakhir, sebagai dasar ajaran realis praesentia yang diungkapkan oleh Yesus dengan

berkata, “Inilah Tubuh-Ku”(Mat 26:26; Mrk 14:22; Luk 22:19; 1Kor 11:24) dan

“Inilah Darah-Ku” (Mat 26:28; Mrk 14:24). Kata tubuh berasal dari bahasa Yunani yang berarti soma. Tubuh yang dimaksud tidak hanya mengarah pada fisik, tetapi lebih mengarah pada seluruh pribadi manusia, misalnya seluruh diri, nasib dan seluruh hidupnya. Maka kata institusi yang diungkapkan Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir ingin mengidentikkan roti dengan diri-Nya dan Darah yang dimaksud Yesus dan Darah dalam Perjanjian Lama berarti sumber dan hakikat kehidupan (Im 17:11.14; Ul 12:23; Ul 19:10; Kej 9:6). Dengan demikian

kata, “Inilah Darah-Ku dan Inilah Tubuh-Ku” menunjukkan kehadiran Yesus Kristus secara nyata dalam wujud roti dan anggur yang bertujuan agar manusia


(53)

merasakan kebersamaan serta solidaritas terhadap hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Kehadiran Yesus secara nyata dalam rupa roti dan anggur telah diajarkan dalam teks Yohanes 6:51-59 dengan menyebut, “makan daging-Ku dan minum Darah-Ku”, (Martasudjita, 2003: 278).

4) Ekaristi sebagai Darah Perjanjian Baru

Ketika merayakan Ekaristi sering terdengar imam menyebutkan, “darah Perjanjian Baru dan kekal…” terkait dengan pernyataan ini, terdapat dua pemahaman berbeda tentang “darah perjanjian” dan “darah Perjanjian Baru”. Darah perjanjian hanya ditemukan dalam teks Markus dan Matius (Kel 24), mengenai darah perdamaian yang mengikat perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Maka darah Yesus dalam Perjanjian Baru sebagai pendamaian yang mendamaikan dan manusia dalam suatu ikatan baru. Kata Perjanjian Baru terdapat dalam teks Lukas dan Paulus yang terarah pada Yer 31 dengan konteks eskatologis, artinya zaman pemulihan (Perjanjian Baru) pada akhir zaman. Masa pemulihan ini telah diwujudkan oleh Kristus yang telah menghadirkan Perjanjian Baru dari zaman (Martasudjita, 2003: 278-279).

5) Ekaristi sebagai Penebusan dan Pengampunan Dosa

Ekaristi sebagai pengenangan akan wafat Yesus Kristus demi keselamatan manusia yang merupakan ciri soteriologis Ekaristi, artinya Yesus menyerahkan diri demi pengampunan dosa manusia (Luk 22:19; 1Kor 11:24; Mrk 14:24; Mat 26-28). Teks-teks tersebut merupakan pengertian dan penafsiran Gereja perdana atas wafat Yesus menurut teks Hamba Yesus (Yes 53). Sengsara dan wafat Kristus untuk menebus dosa manusia, maka Ekaristi merupakan perayaan syukur


(54)

atas karunia penebusan dan pengampunan dosa dari Allah melalui Yesus Kristus (Martasudjita, 2003: 279).

6) Ekaristi sebagai Partisipasi dalam Perjamuan Eskatologis

Perayaan Ekaristi juga dipahami sebagai perjamuan eskatologis atau perjamuan surgawi (Mrk 14:25; Mat 26:29; Luk 22:18). Selama hidup dalam pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah, sering kali Yesus mengungkapkan perjamuan eskatologis (Mat 8:11; 22:1-14). Melalui Ekaristi umat beriman Kristiani telah mencicipi perjamuan eskatologis berupa kebersamaan kekal dengan Allah (1Kor 11:26). Berdasarkan kata-kata Yesus dalam Yohanes 6:53-54 mengungkapkan bahwa Ekaristi sebagai karunia hidup kekal (Martasudjita, 2003: 279-280).

7) Ekaristi sebagai Penetapan Tuhan

Ekaristi dirayakan bukan atas dasar inisiatif manusia, tetapi merupakan penetapan dan perintah Yesus Kristus sendiri, “perbuatlah ini untuk memperingati

Aku” (Luk 22:19; 1Kor 24.25). Kata “anamnese” bukan hanya merujuk pada mengingat secara intelektual subjektif, tetapi lebih pada menghadirkan kembali peristiwa penyelamatan Kristus secara nyata dan berdaya atau bertindak. Ekaristi tidak hanya perayaan pengenangan akan Karya Keselamatan Kristus, tetapi juga menghadirkan kembali Karya Keselamatan-Nya secara nyata (Martasudjita, 2003: 280).

8) Ekaristi sebagai Pewartaan dan Tanda Iman

Umat beriman Kristiani yang merayakan Ekaristi berarti telah mewartakan Karya Penyelamatan Kristus (1Kor 11:26). Dengan demikian mewartakan berarti


(55)

juga telah menghadirkan kembali Karya Penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus. Pewartaan Karya Penyelamatan Kristus akan diterima dengan iman. Yesus menuntut agar umat beriman Kristiani mengimani pewartaan yang mereka dengar (Yoh 6:29). Dengan demikian Ekaristi harus dirayakan dengan iman dan kepercayaan penuh oleh umat Kristiani (Martasudjita, 2003: 280).

Menurut Joseph A. Grassi (1989: 75-108), kehadiran konkret Allah yang menjelma menjadi manusia melalui Yesus Kristus, bertujuan untuk mewartakan Kabar Gembira bagi manusia terutama mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Hadir untuk membawa harapan bagi mereka yang merasa hidup namun secara rohani mati, memperbaiki dan mengubah sistem sosial serta persoalan ekonomi melalui tindakan efektif. Usaha untuk mewujudkan hal ini tidak dilakukannya seorang diri, tetapi dibantu oleh mereka yang mendedikasikan diri untuk mengikuti Yesus. Setelah kematian Yesus tradisi perjamuan makan dilanjutkan sebagai sarana untuk berkumpul bagi orang Kristen, yang saat ini disebut sebagai Ekaristi. Dalam hal ini Yesus ingin menekankan hakikat perayaan Ekaristi secara lebih luas dan konkret. Merayakan Ekaristi tidak hanya terjebak pada tata perayaan liturgi semata, tetapi lebih pada semangat berbagi kepada mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Semangat berbagi sejalan dengan makna utama Ekaristi sebagai Sakramen dan perayaan wafat serta kebangkitan Yesus. Terkait dengan Ekaristi yang memberi Roh untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan, berikut akan dipaparkan “Ekaristi sebagai pembebasan manusia dan Ekaristi dan rezeki bagi dunia yang lapar”.


(56)

Ekaristi sebagai pembebasan manusia merupakan hakikat Ekaristi sebagai tanda yang memberikan rahmat. Tanda yang menghasilkan rahmat karena Ekaristi merupakan tindakan nyata yang menggambarkan tindakan Yesus sendiri.

Dengan demikian Paulus menyatakan bahwa roti dan anggur tidak hanya mengibaratkan tetapi juga mengakibatkan kesatuan. Roti dan anggur tidak hanya menggambarkan Karya Penyelamatan Yesus secara nyata dalam Ekaristi, tetapi juga sebagai dasar tindakan umat beriman Kristiani untuk membangun dan memelihara kesatuan antar sesama (1Kor 10:16-17). Selanjutnya lebih mendalam Paulus menyatakan bahwa kesatuan umat beriman Kristiani dengan Kristus sangat radikal menyangkut perbedaan jenis yang hingga saat ini masih sangat relevan. Perbedaan diawali dengan jenis kelamin, suku dan status sosial seseorang di tengah masyarakat. Paulus berusaha untuk memberi pemahaman lebih mendalam terkait makna Ekaristi yang secara luas menembus keterbatasan-keterbatasan tersebut karena umat beriman Kristiani telah disatukan oleh Tubuh dan Darah-Nya. Kesatuan dan kesederajatan tersebut tergambar nyata ketika umat beriman menerima Tubuh dan Darah Kristus dalam perayaan Ekaristi. Karya penyelamatan Yesus Kristus berpuncak pada wafat-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan mereka yang lemah, tertindas dan terpuruk. Kesatuan dengan Kristus juga menuntut umat beriman Kristiani, agar dapat bersatu pula dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari, terutama dengan mereka yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir.

Kerajaan Allah yang diwartakan dan digambarkan oleh Kristus merupakan tindakan pelayanan kepada mereka yang KLMTD. Yesus Kristus dalam


(57)

pewartaan-Nya menentang keras mentalitas penguasa melainkan memupuk sikap pengabdian diri dengan melayani orang-orang yang membutuhkan. Usaha Yesus Kristus untuk menerapkan mentalitas melayani diawali kepada para murid yang tergambar dalam peristiwa Perjamuan Malam Terakhir, dimana mereka memperdebatkan siapa yang terbesar diantara mereka (Luk 22:24). Yesus Kristus menyatakan bahwa mereka yang dapat memposisikan diri menjadi yang terkecil dan dengan rendah hati melayani sesama yang sedang mengalami kesulitan, maka dialah orang yang mendapat posisi terbesar dalam Kerajaan Allah. Jawaban Yesus merupakan usaha-Nya untuk memberi pemahaman kepada para murid tentang perbedaan antara Kerajaan Allah yang melayani dan kerajaan duniawi yang berkuasa.

Paham dasar Ekaristi dan rezeki bagi dunia yang lapar, berakar pada masa Gereja perdana terdapat tradisi makan bersama yang dilakukan sebelum merayakan Ekaristi. Tradisi ini mendapat dukungan dari Paulus, namun yang dipermasalahkan olehnya dalam perjamuan makan tersebut terdapat sekat-sekat diantara mereka. Kelompok dengan status sosial tinggi duduk dan makan di tempat berbeda dengan mereka yang memiliki status sosial di bawah (1Kor 11:20-22). Situasi tersebut bertentangan dengan semangat cinta kasih dan berbagi yang dicontohkan oleh Yesus pada Perjamuan Malam Terakhir dengan para murid tanpa sekat dan jarak (1Kor 11:23-24). Menyantap Tubuh dan Darah Kristus menjadikan umat Kristiani sebagai satu saudara dalam Kristus, dengan konsekuensi agar dalam hidupnya umat Kristiani diharapkan senantiasa


(58)

menampakkan kasih Allah dengan memberi perhatian kepada sesama yang membutuhkan bantuan.

Pemahaman Ekaristi dan rezeki bagi dunia yang lapar terinspirasi dari sebuah naskah gerejawi yang secara mendalam membahas mengenai penyatuan berdoa, beribadat, berpuasa dan membantu mereka yang lapar. Dalam naskah tersebut umat beriman diarahkan untuk berpuasa dan membatasi pengeluaran untuk dapat membantu mereka yang membutuhkan, misalnya janda, yatim piatu dan orang-orang yang berkebutuhan khusus. Penghasilan yang dihemat tersebut disumbangkan dan disatukan dengan kurban Kristus dalam perayaan Ekaristi. Sebagaimana Kristus dalam Karya Pewartaan-Nya selalu memberi perhatian khusus kepada mereka yang Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel (Mat 25:35). Yesus Kristus tidak hanya hadir secara rohani tetapi juga bergerak untuk meretas ketertindasan dan kemiskinan dari sudut politik, sosial dan ekonomi. Teladan Yesus Kristus yang memiliki kepedulian tinggi terhadap mereka yang membutuhkan bantuan, menjadi dasar umat beriman Kristiani untuk melanjutkannya dengan berusaha meretas keterpurukan dan ketidak berdayaan sesama dari berbagai lini kehidupan. Dengan sungguh memahami makna perayaan Ekaristi dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh, maka keprihatinan terhadap mereka yang membutuhkan merupakan aksi nyata yang wajib untuk dilaksanakan dalam hidup sehari-hari di tengah masyarakat.

Bertolak dari uraian mengenai arti dan makna Ekaristi di atas, serta kaitannya dengan judul skripsi yang diangkat oleh penulis, disimpulkan bahwa Ekaristi ditinjau dari aspek teologis merupakan perayaan untuk mengenang dan


(1)

(2)

(58) Lampiran 10 :

Surat Keterangan Kepemilikan Tanah Gereja Katolik Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur


(3)

(4)

(5)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul, “PERANAN EKARISTI TERHADAP

KETERLIBATAN ORANG MUDA KATOLIK DALAM MENANGGAPI PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI STASI SANTO STEFANUS DATAH BILANG ILIR KALIMANTAN TIMUR”. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis tentang peranan perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Perayaan Ekaristi merupakan perjamuan kehidupan, sebagaimana Yesus Kristus merupakan sumber dan muara kehidupan sejati. Umat yang merayakan Ekaristi harus terlibat dalam realitas kehidupan di tengah masyarakat. Tubuh Kristus yang diterima dalam perayaan Ekaristi semakin mendorong dan meneguhkan umat untuk berjuang menyembuhkan dunia dan memulihkan relasi yang terputus antara manusia dengan Allah. Hal itu juga menumbuhkan semangat berbagi dengan sesama yang membutuhkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, skripsi ini ditulis untuk memperoleh informasi lebih mendalam terkait pemahaman orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur tentang pengertian dan makna Ekaristi, keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat dan peranan perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial di tengah masyarakat.

Jenis penelitian menggunakan metode deskriptif berupa data berbentuk tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati dari individu, kelompok, masyarakat dan organisasi dalam situasi tertentu yang dikaji melalui sudut pandang utuh, komprehensif dan holistik, dengan metode deskriptif analitis yaitu menjelaskan pengertian dan makna Ekaristi, pemahaman terkait keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat. Instrumen yang digunakan kuesioner, responden muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Kalimantan Ilir Timur dan teknik pengumpulan data dengan observasi dan penyebaran kuesioner. Penelitian dilaksanakan di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur, memahami pengertian dan makna Ekaristi serta permasalahan sosial dengan baik. Selain itu perayaan Ekaristi sangat mendorong keterlibatan mereka dalam menanggapi permasalahan sosial, baik sebagai pelajar maupun masyarakat, meskipun keterlibatan mereka belum maksimal dan masih terdapat beberapa orang muda Katolik yang belum terlibat aktif. Untuk meningkatkan keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di Desa Datah Bilang terkhusus bencana banjir. Maka, penulis mengusulkan agar stasi mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan hidup dengan membagikan pohon kepada masyarakat. Program ini diharapkan semakin meningkatkan dan meneguhkan keterlibatan orang muda Katolik Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur. Selain itu, hal ini juga memberi stimulus untuk menarik minat orang muda Katolik yang belum terlibat, agar melibatkan diri secara aktif dan maksimal.


(6)

ix ABSTRACT

This undergraduate thesis entitles, “The Role of the Eucharist towards Catholic Youth Involvement in Responding Issues of Social Community in Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan.” This title was selected based on the author's curiosity about the role of the Eucharist towards catholic youth involvement in addressing social issues. The Eucharist is a communion of life, as Jesus Christ is the source and the goal of true life. A people who celebrate the Eucharist should be involved in the reality of life. The Body of Christ who is received in the Eucharist increasingly encourages and edifies the people to strive to heal the world and to restore a broken relationship between human living and God. That also makes growing the spirit of sharing with others in need. Based on this background, the purpose of this undergraduate thesis is to obtain more in-depth information related to the understanding of young Catholicism in Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan on the definition and meaning of the Eucharist. Especially, the role of the Eucharist to Catholic youth involvement in addressing social issues in the community.

The type of the research used here is qualitative method in the form of a written descriptive data and the behavior of those who were observed from individuals, groups, communities and organizations in certain situations that were examined through the eyes of a whole, comprehensive and holistic. The method used was descriptive analysis to explain the meaning and significance of the Eucharist, the understanding related to the involvement of young Catholics in response to the social problems of society. The instrument used was the questionnaire, respondents Catholic youth of Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan and data collection techniques by observation and questionnaires. Research was conducted at the Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan.

The results showed that most of Catholic youth in Saint Stephen District Datah Bilang Ilir East Kalimantan understood the sense and the meaning of the Eucharist as well as social problems. The eucharist highly encouraged their involvement in addressing social issues both as students and society, though not maximized and there were some Catholic youth didn’t participate in many church activities. To increase Catholic youth involvement to respond social activities in Datah Bilang Village, especially in flood disaster. Therefore, the author has a suggestion to do an enviromental conservation in Datah Bilang District by means of distributing trees. This program is expected to increase and strengthen Catholic youth involvement in Saint Stephen District Datah Bilang Ilir, East Kalimantan. Furthermore, it can give stimulus to Catholic youth who haven’t involved yet, in order to actively get involved in social activities.


Dokumen yang terkait

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo.

4 72 183

Pengaruh perayaan ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat.

2 26 124

Pendampingan iman orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda Katolik Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur.

1 16 113

Peranan lagu rohani ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan perayaan ekaristi bagi kaum muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru.

0 3 146

Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda stasi Gembala yang Baik Paroki Santo Yusuf Batang dalam hidup menggereja melalui katekese kaum muda.

6 40 156

Penggunaan Bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Kemranggen, Paroki Santo Yohanes Rasul Kutoarjo

1 28 181

Peranan Ekaristi terhadap keterlibatan orang muda Katolik dalam menanggapi permasalahan sosial masyarakat di Stasi Santo Stefanus Datah Bilang Ilir Kalimantan Timur

0 11 236

Pendampingan iman orang muda sebagai upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja orang muda Katolik Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, Kalimantan Timur

1 3 111

Pengaruh perayaan ekaristi terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja di stasi pusat Paroki Salib Suci Nanga Tebidah Kalimantan Barat

1 1 122

Deskripsi pengaruh ekaristi kaum muda terhadap keterlibatan hidup menggereja Orang Muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta - USD Repository

1 5 169