sehingga siapapun yang berinteraksi dengannya dapat melihat sifat Allah yang memberi kesejukan, kedamaian dan keselamatan KHK, 1995: 840.
2. Pengertian dan Makna Ekaristi
a. Pengertian Ekaristi
Ekaristi berakar dari bahasa Yunani eucharistia yang mengandung arti puji syukur. Sedangkan dalam bahasa Yahudi disebut berkat yang artinya doa puji
syukur dan permohonan atas karya penyelamatan Allah. Istilah perayaan Ekaristi dipandang sebagai kata yang sangat tepat untuk digunakan, mengingat makna
dasar dari kata tersebut yaitu puji dan syukur atas karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Dengan demikian sebelum merayakan Ekaristi, seharusnya
memahami esensi dari perayaan tersebut agar dapat memberi perubahan dalam hidup Martasudjita, 2003: 269.
Penulis berpandangan bahwa suatu keharusan bagi umat beriman Kristiani untuk mensyukuri segala kelimpahan dan pengalaman yang dirasakan
dalam hidup meskipun sederhana. Selanjutnya memohon dalam penyerahan diri yang total agar Karya Penyelamatan Allah dirasakan secara nyata dalam setiap
dinamika kehidupan. Syukur juga dapat diartikan sebagai pengenangan akan peristiwa yang disyukuri tersebut. Mengenang tidak hanya terbatas batas
mengingat kembali tetapi juga menghidupkan dan melanjutkan karya penyelamatan Allah dengan tidak acuh terhadap sesama yang sedang dalam
kesulitan. Singkatnya perayaan Ekaristi yang dirayakan tidak hanya dinilai dari kuantitas tetapi lebih pada kualitas.
Dalam buku Martasudjita yang berjudul “Sakramen-Sakramen Gereja”
2003: 269-272 dijelaskan bahwa pada zaman Gereja perdana, perayaan Ekaristi ditempatkan sebagai pusat dan puncak hidup umat beriman Kis 2:42.44-47.
Ketekunan jemaat pada masa itu mendengarkan pengajaran para rasul dan hidup dalam persekutuan untuk berdoa di Bait Allah, selanjutnya berdoa di rumah
masing-masing secara bergiliran untuk makan roti bersama. Pada awalnya jemaat memahami bahwa mereka sama dengan jemaat Yahudi, sehingga mereka pun
masih berdoa di Bait Allah. Namun kemudian menyadari dan memahami bahwa ternyata mereka berbeda karena dasar iman akan Yesus Kristus. Menyusul
selanjutnya penganiayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi kepada jemaat Kristen, yang semakin memperkeruh keadaan dan mendorong mereka untuk
memisahkan diri dari tradisi Yahudi. Sejak saat itu perayaan Ekaristi dirayakan dengan tradisi Kristiani dan bukan tradisi Yahudi. Dengan demikian semakin jelas
bahwa Ekaristi menjadi pusat dan pemersatu umat beriman. Gereja meyakini bahwa perayaan Ekaristi bukan dilaksanakan berdasarkan inisiatif dan kemauan
sendiri, tetapi merupakan perintah Yesus Kristus yang tergambar nyata dalam Perjamuan Malam Terakhir Luk 22:19; 1Kor 11:24. Meskipun Ekaristi
merupakan tradisi khas Kristiani, namun dasarnya adalah dari tradisi keagamaan Yahudi. Perbedaan yang mendasar yaitu kaitannya iman akan Yesus Kristus.
Namun demikian pemahaman Ekaristi perlu dibingkai dalam keseluruhan konteks hidup dan pewartaan Yesus selama hidup-Nya yang dibahas dalam tiga dasar,
yaitu: