bernilai komersial, dikawini dengan perjualbelikan untuk mendapatkan harta adat babi. Kedudukan laki-laki lebih ditinggikan dari perempuan.
Budaya patriakhi melekat pada masyarakat Aitubu dan Hobone dalam novel Isinga. Masyarakat lebih mengutamakan pendidikan untuk anak laki-laki
dibanding anak perempuan. Kehidupan dunia laki-laki dan perempuan secara jelas dipisah dan dibedakan. Laki-laki dewasa tinggal di rumah inti yakni rumah yowi,
sedangkan perempuan akan tinggal di rumah humia. Para laki-laki biasa berkumpul dan bermusyawarah tanpa melibatkan perempuan.
Seorang suami akan terus mengawini istri agar mendapatkan banyak keturunan. Mau tidak mau istri harus tunduk kepada kemauan suami. Tidak ada
perempuan yang menolak karena kuasa laki-laki lebih besar dan tinggi. Kedudukan laki-laki yang lebih tinggi juga berpengaruh pada pembagian waris.
Laki-laki akan mendapatkan warisan lebih banyak daripada perempuan. Budaya patriakhi dalam novel Isinga memberi bukti bahwa dominasi laki-laki
lebih besar dibanding perempuan. Kuasa laki-laki di atas perempuan terbukti dalam kehidupan masyarakat terutama tokoh Irewa bersama suaminya, Malom.
Budaya patriakhi dalam Isinga membuktikan bahwa kekuasaan dominasi pada laki-laki menciptakan konstruksi gender.
3.2.3 Sistem Kapitalis yang Berlaku
Sistem kapitalis yaitu siapa yang mempunyai modal besar itulah yang menang. Implikasi dari sistem kapitalis ini telah diperluas tidak hanya terkait
bisnis tetapi juga dalam ranah kehidupan lainnya. Laki-laki secara fisik lebih kuat
dari pada perempuan sehingga akan mempunyai peran dan fungsi yang lebih besar dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam hal perkawinan, perempuan pegunungan Megafu dibeli oleh pihak laki- laki melalui cara menukarnya dengan sejumlah babi. Karena sudah dibeli,
perempuan akan diberlakukan apa saja sehingga cerai pun tidak dikenal dalam masyarakat.
154 Tak ada perempuan Megafu memikirkan tentang pisah dari suami.
Tak ada yang melakukannya. Dulu pada saat menikah, ada pemberian babi sebagai mas kawin. Mas kawin ubahnya tanda bahwa perempuan telah
dibeli. Karena sudah dibeli, laki-laki bisa melakukan apa saja terhadap perempuan. Cerai tak dikenal dalam kebiasaan di pegunungan Megafu.
Apalagi kalau perempuan itu adalah yonime seperti Irewa Herliany, 2015:140
Perempuan dibeli dengan babi. Menurut keyakinan masyarakat barang yang sudah beli artinya pembeli mempunyai hak paten kepemilikan. Artinya, sebuah
barang boleh diberlakukan apa saja. perempuan bukan barang. Perempuan bukan objek yang dikomersialkan. Perempuan tidak bisa „dibeli‟ kemudian diberlakukan
sesuka hati. Irewa sebagai perempuan Aitubu „dibeli‟ oleh Malom untuk dijadikan istrinya. Selain menikah dengan Malom sebagai alat damai, Irewa „dibeli‟ dengan
sejumlah babi. Irewa dianggap seperti barang yang bisa dibeli dan diberlakukan semau Malom. Hal tersebut menegaskan bahwa laki-laki memiliki modal yang
lebih untuk melakukan sesuatu di atas kemampuan perempuan. Dan perempuan tidak bisa berkutik karena dia sudah „dibeli‟.
Tidak berhenti di situ, membeli perempuan juga berlaku untuk laki-laki yang ingin membeli istri orang. Lepi, pemuda Hobone menyukai Irewa dan berniat
menikahinya. Namun, Lepi menyadari bahwa Lepi harus membayar Irewa dengan babi dalam jumlah yang lebih banyak. Jika ada perempuan yang tidak suka
dengan suami pertama, maka akan mendapatkan suami kedua menggunakan cara tersebut.
155 Kalau sedang dipukul Malom, kadang-kadang Irewa teringat pada
Lepi. ia tak punya perasaan apa-apa padanya. Hanya saja, Irewa tahu Lepi suka padanya. Ia tahu, seorang perempuan bisa mendapatkan suami baru
kalau ada laki-laki lain mau menjadi suaminya. Nanti akan ada hitung- hitungan tentang jumlah babi yang harus dibayarkan. Pihak calon suami
kedua biasanya harus membeli perempuan sudah bersuami ini dengan babi yang jumlahnya banyak sekali. Sering pihak calon suami tidak mampu
membayar jumlah yang banyak itu. Karena itu, jarang terjadi perempuan yang sudah kawin dan tidak suka dengan suami pertama, bisa dengan
mudah mendapat suami yang kedua Herliany, 2015:74
Perempuan yang „dibeli‟ terus berlanjut turun menurun. Perempuan tidak memiliki peran penting sehingga laki-laki yang secara fisik lebih kuat dan
bermodal akan menang. Tidak ada perempuan yang memutuskan bercerai atau memutuskan menikah karena pilihan. Perempuan Megafu tidak memiliki
penghasilan karena hidup sebagai ibu rumah tangga. Perempuan dalam novel Isinga terutama Irewa terjebak dalam sistem kapitalis yang berlaku di masyarakat
Aitubu dan Hobone. Sudah menjadi rahasia umum peran sosial perempuan minim di organisasi
kemasyarakatan. Kehadiran Ibu Selvi yang menjadi camat Distrik Yar merupakan wajah baru sistem kapitalis.
156 Distrik Yar punya camat atau kepala distrik baru. Camat lama baru
saja diganti karena terbukti melakukan korupsi dana pinjaman daerah. Penggantinya seorang perempuan, Ibu Selvi Warobay Herliany,
2015:185
Jika dalam kampung, laki-laki yang bermodal dan memiliki kuasa lebih, maka di kota Distrik Yar perempuan memiliki ruang yang sama seperti laki-laki.
Perempuan bisa menjadi pemimpin meskipun masih ada laki-laki yang lebih dipantaskan menjadi orang berpengaruh di kampung-kampung pedalaman.
Sistem kapitalis yang berlaku dalam novel Isinga ditunjukkan dengan para laki-laki yang memiliki modal untuk membeli perempuan. Perempuan yang
dinikahi dengan cara dibeli kemudian dikawini agar menghasilkan banyak keturunan. Perempuan yang tidak betah diperlakukan suaminya akan memiliki
kesempatan untuk pergi dengan cara menikah dan dibeli laki-laki lain. Namun, laki-laki itu juga harus membeli perempuan dengan babi dalam jumlah yang lebih
banyak. Pada posisi pemimpin, laki-laki sebagai kaum bermodal menjadi orang berpengaruh di kampung-kampung. Di kota ada wajah baru berupa seorang
perempuan yang menjadi camat baru. Sistem kapitalis yang berlaku dalam novel Isinga menunjukkan bahwa laki-
laki sebagai kaum bermodal mampu berkuasa. Laki-laki bisa membeli perempuan dan berbuat apapun kepada perempuan. Sistem kapitalis yang dipercaya
masyarakat Aitubu maupun Hobone dalam Isinga memberi bukti kekuatan kuasa laki-laki menciptakan konstruksi gender.
3.3 Dampak Konstruksi Gender dalam Novel Isinga