kehidupan perempuan. Bila faham feminis adalah politik, hal ini merupakan teori atau sederet teori yang apakah diakui atau tidak merupakan fakta pandangan kaum
perempuan terhadap sistem patriarkhi. Sejak tahun 1960-an ketika kritik sastra feminis dikembangkan sebagai bagian gerakan perempuan internasional,
anggapan tentang studi kritik sastra feminis ini pun menjadi pilihan yang menarik. Kritik sastra feminis menawarkan pandangan bahwa para pembaca perempuan
dan kritikus perempuan membawa persepsi, pengertian, dan dugaan yang berbeda pada pengalaman membaca karya sastra apabila dibandingkan dengan laki-laki.
Wawasan mereka yang diawali oleh para pelopornya selanjutnya berkembang dalam aneka ragam segi Sugihastuti dan Suharto, 2010: 6.
1.6.2.1 Konsep Gender
Istilah „gender‟ sudah sering digunakan di berbagai negara secara internasional, termasuk di Indonesia sejak tahun 1990-an. Namun cukup banyak
bagi masyarakat awam menganggap istilah „gender‟ sebagai sesuatu yang asing. Istilah „gender‟ sering diartikan sama dengan „perempuan‟ karena pihak yang
menjadi pelopor perjuangan dan secara gigih mengupayakan kesetaraan dan
keadilan gender lebih dominan perempuan Relawati, 2011: 3.
Agar menghasilkan pemahaman yang tepat, pemahaman istilah gender penting untuk disandingkan dengan istilah seks jenis kelamin. Istilah gender dan
seks memiliki arti pembedaan perempuan dan laki-laki, namun acuannya berbeda. Istilah seks mengacu kepada perbedaan biologis, sedangkan istilah gender
mengacu pada konstruksi sosial tentang peran, tugas, dan kedudukan perempuan dan laki-laki Relawati, 2011: 3.
Secara biologis perempuan dan laki-laki berbeda dalam hal organ reproduksinya. Perempuan memiliki organ reproduksi berupa indung telur
ovum, sel telur, vagina dan payudara. Laki-laki memiliki organ reproduksi berupa testis, sperma, dan penis. Secara fisik laki-laki memiliki jakun yang
mempengaruhi tipe suara yang secara umum menjadi lebih berat daripada suara perempuan, meskipun ada juga perkecualian pada sedikit perempuan bersuara
berat atau sevaliknya sedikit laki-laki bersuara ringan. Bentuk dan fungsi organ reproduksi serta ciri fisik tersebut merupakan kodrat dari Tuhan, sehingga tidak
dapat dipertukarkan Relawati, 2011: 3-4. Istilah gender menurut Oakley 1972 adalah perbedaan kebiasaan atau
tingkah laku antara perempuan dan laki-laki yang dikonstruksikan secara sosial, yang dibuat oleh laki-laki dan perempuan itu sendiri, hal tersebut merupakan
bagian dari kebudayaan. Pembedaan perempuan dan laki-laki menurut gender didasarkan budaya yang berdasar nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada
masyarakat, sehingga konstruksi gender bisa berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lain. Sebagai contoh masyarakat Minang dikenal dengan budaya
matrilineal, sehingga dalam hal perkawinan kebiasaan meminang calon pengantin adalah pihak perempuan, menggunakan garis ibu. Sementara pada kelompok
masyarakat lain pada umumnya mempunyai budaya patrilinel sehingga terjadi kebiasaan sebaliknya yaitu pihak laki-laki garis ayah lebih menentukan
Relawati, 2011: 4.
Perbandingan pemahaman antara seks dan gender dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Antara Seks dan Gender No
Karakteristik Seks
Gender
1 Sumber Pembeda
Tuhan Manusia
masyarakat 2
Unsur Biologis alat
reproduksi Kebudayaan tingkah
laku 3
Sifat Kodrat tertentu, tidak
dapat dipertukarkan Harkat, martabat,
dapat dipertukarkan 4
Dampak Terciptanya nilai-nilai
kesempurnaan, kenikmatan,
kedamaian, dll sehingga
menguntungkan kedua belah pihak.
Terciptanya norma tentang “pantas” atau
“tidak pantas”. Laki- laki sering dianggap
tidak pantas melakukan pekerjaan
rumah tangga, perempuan tidak
pantas jadi pemimpin, sehingga
merugikan salah satu pihak
5 Keberlakuan
Sepanjang masa, dimana saja, tidak
mengenal pembedaan kelas.
Dapat berubah, musiman dan berbeda
antara kelas
Relawati, 2011: 5
1.6.2.2 Konstruksi Gender