Pendeta Ruben memberi pelajaran dengan berdiri. Kadang duduk, sama dengan muridnya, hanya beralaskan lantai tanah. Ada banyak pelajaran
diberikan. Membaca, menulis, hal-hal yang berkaitan dengan pertanian, dan juga agama Herliany, 2015:15
74 Sekolah itu hanya ditujukan untuk para pemuda. Tak dibicarakan
bagaimana sekolah untuk perempuan. Mungkin karena kondisi alam di Aitubu sulit. Jika perempuan mengajarkan agama di dusun-dusun yang
letaknya jauh, ia bisa diganggu binatang liar atau orang jahat. Selain itu, perempuan lebih dibutuhkan tenaganya di keluarga masing-masing untuk
bekerja di kebun atau mengurus keluarganya Herliany, 2015:15-16
75 Meage ingin ikut sekolah itu. Namun sebetulnya umurnya belum
memungkinkan. Meski demikian, ia diterima sebagai siswa percobaan. Sebab sebagai anak asuh Dokter Leon, Meage cukup dekat dengan
Pendeta Ruben Herliany, 2015:16
76 Karena sekolah merupakan hal baru bagi orang Aitubu, pada hari pertama
sekolah dimulai, banyak anak-anak Aitubu menonton dari luar. Kebanyakan laki-laki. Hanya ada satu perempuan, Irewa. Hari-hari
berikutnya, rasa ingin tahu sudah selesai. Yang ikut datang jadi berkurang. Lama-lama tinggal satu-dua. Irewa tetap di situ. Tidak pernah merasa
bosan. Ia senang mendengarkan semua pelajaran yang diberikan untuk para murid di dalam kelas Herliany, 2015:16
D. Sungai Warsor
Sungai Warsor adalah sungai yang sangat menarik dan menyenangkan. Di Sungai Warsor juga merupakan pertama kali Irewa dan Meage bertemu secara
lebih dekat. Tubuh dan tubuh lebih dekat. Mereka mulai mengingat terus menerus wajah satu sama lain. Mulai dari Sungai Warsor lah Meage memberanikan diri
dan memutuskan untuk mengutarakan perasaannya kepada Irewa. 77
Sungai Warsor memang tampak menyenagkan bagi seorang anak. Sungai itu panjang. Airnya jernih. Tak jauh dari situ jug ada air terjun. Irewa tidak
melewati jembatan dri kayu rotan dan tali-tali hutan yang melintang di atas sungaiā¦ Herliany, 2015:17-18
78 Tepat pada saat itu, Meage sedang akan melangkah ke atas jembatan,
menuju pulang ke tempat tinggalnya yang terletak di seberang sungai itu. Ke dusun Eryas. Ia melihat tubuh perempuan dan tangan yang menggapai.
Meage berlari. Cepat. Sigap. Turun dan langsung masuk ke dasar sungai. Tangan Irewa ditarik. Tubuhnya didekap. Lalu digendong ke pinggir. Ah,
Irewa ternyata... Herliany, 2015:18
E. Kebun
Di kampung Aitubu maupun Hobone memiliki kebun dan hutan untuk bercocok tanam. Pekerjaan di kebun adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
perempuan untuk menyiapkan kebutuhan keluarganya. Irewa bekerja di kebun untuk mendapatkan bahan makanan. Irewa menempuh jarak yang tidak pendek
dna melakukan semua pekerjaan sendiri yang dianggap sebagai kewajiban seorang istri. Meskipun dalam kondisi sakit, Irewa tetap harus bekerja di kebun.
Bagaimanapun keadaannya, tugas itu harus dilakukan perempuan Hobone demi menyiapkan makan untuk keluarga. Ketika Irewa sudah memiliki anak, dia
mengasuh anaknya di kebun sambil bekerja. Irewa merasa bahwa mengurus anak dan bekerja di kebun adalah tanggung jawab perempuan.
79 Irewa sendirian. Ia lalu teringat pada Mama Kame, ibunya. Rindu.
Bagaimanapun, Irewa masih sangat muda. Ia sebetulnya masih sangat terikat dengan mamanya itu. Pekerjaan di kebun sagu yang jauh dan juga
mencari ikan di danau adalah hal yang menguras tenaganya. Sebelum ini, ketika masih di Aitubu dulu, ia berkebun selalu bersama Mama Kame.
Kini Irewa harus mengerjakan semuanya sendiri.. Semua perempuan di pegunungan Megafu punya tugas menyediakan
makan bagi keluarga masing-masing. Dalam keadaan yang bagaimanapun, tugas itu harus dilakukan. Tak pernah ada laki-laki Megafu menyiapkan
makan untuk keluarga Herliany, 2015:62
80 Irewa kini lebih repot dengan dua anak. Anaknya yang kedua bernama
Mery. Sejak Kiwana masih bayi, Irewa selalu membawa anaknya ke kebun. Bayinya diletakkan di dalam jaring noken. Kini, Kiwana dipikul di
atas bahu. Ganti Mery yang ada di dalam noken. Setelah tiba di kebun, Irewa memberi Kiwana betatas setelah terlebih dulu dikunyahnya. Kalau
ada pisang yang masak, anaknya diberi makan buah itu. Selanjutnya, ia menyusui Mery. Setelah itu, mengerjakan kebun. Kiwana menunggu
adiknya sambil ia sendiri bermain-main. Pekerjaan bertambah berat
dengan adanya Mery dan Kiwana yang masih kecil itu. Tanggung jawab tentang anak dan tentang makanan, adalah tanggung jawab perempuan
Herliany, 2015:72
F. Rumah Sakit