Alur Tokoh dan Penokohan

menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan menedskripsikan fungsi dan hubungan antasunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Karya sastra adalah sebuah struktur kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya karya sastra haruslah dianalisis Hill via Pradopo, 2012: 120. Untuk mengalisis novel, maka dibedakan tiga unsur pembentuk novel yaitu alur, penokohan dan latar Wellek dan Warren, 2014: 261-274.

1.6.1.1 Alur

Struktur naratif sebuah novel secara tradisional disebut “alur” atau plot Wellek dan Warren, 2014: 261. Kenny 1966: 14 mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Peristiwa-peristiwa cerita dan atau plot dimanifestikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh utama cerita. Kejadian, perbuatan, atau tingkah laku kehidupan manusia bersifat plot jika bersifat khas, mengandung unsur konflik, saling berkaitan, dan yang terpenting adalah menarik untuk diceritakan dan karenanya bersifat dramatik Nurgiyantoro, 2007: 113-114. Terdapat tiga unsur esensial dalam pengembangan sebuah plot cerita yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks Nurgiyantoro, 2007: 116. Tahapan plot diuraikan sebagai tahap awal, tahan tengah, dan tahap akhir. Tahap awal adalah perkenalan tokoh. Tahap tengah adalah pertikaian, pertentangan, atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat dan semakin menegangkan. Tahap akhir adalah pelaraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks Nurgiyantoro, 2007: 142-149.

1.6.1.2 Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita menurut Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007: 165 adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Jones 1968: 33, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan mencangkup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca Nurgiyantoro, 2010: 166. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya, maka tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: A. Tokoh Utama Nurgiyantoro 2010: 176 menjelaskan tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau kadar keutamaannya tak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan Nurgiyantoro, 2010: 177 B. Tokoh Tambahan Nurgiyantoro 2010:177 menjelaskan pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tidak langsung. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopsisnya, yaitu dalam kegiatan pembuatan sinopsis, sedang tokoh tambahan biasanya diabaikan. Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pembedaan antara tokoh utama dan tambahan tak dapat dilakukan secara eksak. Pembedaan itu lebih bersifat gradasi, kadar keutamaan tokoh-tokoh itu bertingkat: tokoh utama yang utama, utama tambahan, tokoh tambahan utama, tambahan yang memang tambahan Nurgiyantoro, 2010:178. Jika dilihat dari peran tokoh-tokoh dalam pengembangan alur dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan, maka dilihat berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: A. Tokoh Protagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero tokoh yang merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita Altenbernd Lewis dalam Nurgiyantoro, 2010:178tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca. Maka, kita sering mengenalinya sebagai memilii kesamaan denagn kita, permasalahan yang dihadapinya, seoalh-olah juga sebagai permasalahan kita, demikian pula halnya dalam menyikapinya. Pendek kata, segala apa yang dirasa, dipikir, dan dilakukan tokoh itu sekaligus mewakili kita. Identifikasi diri terhadap tokoh yang demikian merupakan empati yang diberikan oleh pembaca Nurgiyantoro, 2010:179 B. Tokoh Antagonis Nurgiyantoro 2010: 179 menjelaskan tokoh antagonis penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut, beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik ataupun batin. Penyebab terjadinya konflik dalam novel, berupa tokoh antagonis, kekuatan antagonis, atau keduanya sekaligus. C. Tokoh Tritagonis Tjahjono 1988:143 menjelaskan tokoh tritagonis adalah tokoh yang selalu bertindak sebagai pihak ketiga yang berusaha menjadi juru damai dalam konflik yang terjadi antara tokoh protagonis dengan tokoh-tokoh antagonis. Orang-orang lain yang berpihak pada kedua kubu, atau yang berada di luar keduanya disebut sebagai tokoh titagonis Hamzah, 1985-106.

1.6.1.3 Latar