Gejala Klinis Onikomikosis Dermatofita 1. Definisi Dermatofita

mempertahankan keringat, olahraga air dan mandi berkelompok merupakan faktor predisposisi. e Keseringan trauma kuku Integritas lapisan kornea kuku merupakan hal mendasar dalam mencegah invasi jamur. Setiap proses yang menyebabkan kerusakan penghalang ini memfasilitasi penetrasi jamur patogen. Faktor fisik pada wanita seperti manicure berlebihan kuku mengakibatkan hilangnya kutikula pelindung, dan eksposur terus air dan deterjen menyebabkan trauma mikro pada lempeng kuku tampak menjadi faktor predisposisi pada perempuan untuk mendapat onikomikosis.

2.4.4. Gejala Klinis Onikomikosis

Gambaran klinis onikomikosis adalah: 1. Onikomikosis Subungual Distal Lateral OSDL Merupakan bentuk onikomikosis yang paling sering dijumpai. Infeksi dari distal dapat meluas kelateral kuku sehingga memberi gambaran Onikomikosis Distal dan Lateral. Lempeng kuku bagian distal berwarna kuning atau putih. Terjadi hiperkeratosis subungual, yang menyebabkan onikolisis terlepasnya lempeng kuku dari dasar kuku dan terbentuknya ruang subungual berisi debris yang menjadi “mycotic reservoir” bagi infeksi sekunder oleh bakteri. Penyebab tersering adalah T. Mentagrophytes, T. Tonsurans dan E. Fluccosum. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.19 OSDL dikutip dari eMedicine Journal :Update on the Management of Onychomycosis 2. Onikomikosis Superfisial Putih OSPT Gambaran klinis kedua yang paling banyak diketemukan sesudah onikomikosis subungual distal lateral. Nama lainnya adalah Leukonikia Mikotika, mencakup sekitar 10 dari seluruh kasus onikomikosis. Invasi jamur terjadi pada permukaan superfial lempeng kuku. Gambaran yang khas adalah “white island” berbatas tegas pada permukaan kuku, tumbuh secara radial, berkonfluensi, dapat menutupi seluruh permukaan kuku. Pertumbuhan jamur menjalar melalui lapisan tanduk menuju dasar kuku dan hiponikum. Lambat laun kuku menjadi kasar, lunak dan rapuh. Penyebab tersering adalah T. Mentagrophytes. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.20 OSPT dikutip dari eMedicine Journal :Update on the Management of Onychomycosis 3. Onikomikosis Subungual Proksimal OSP Merupakan gambaran klinis yang sering ditemukan pada pasien imunokompromais, penderita penyakit pembuluh darah perifer, dan paling jarang ditemukan pada populasi imunokompeten. Didahului dengan invasi jamur pada lipat kuku proksimal kemudian menuju distal dan matriks, sehingga pada akhirnya menginvasi lempeng kuku dari arah bawah. Gambaran klinis berupa hiperkeratosis subungual, onikolisis proksimal, leukonikia, dan akhirnya dapat mengakibatkan destruksi lempeng kuku proksimal. Penyebab tersering adalah T. Rubrum. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.21 OSP ini dikutip dari eMedicine Journal :Update on the Management of Onychomycosis 4. Onikomikosis Kandida OK Infeksi ini dapat dibedakan 3 kategori, yakni dimulai sebagai paranikia yang kemudian menginvasi matriks sehingga gambaran klinis depresi transversal kuku menjadi cekung, kasar, dan akhirnya distrofi. Kedua, pada kandidosis kronik mukokutan, kandida langsung menginvasi lempeng kuku sehingga baru pada stadium lanjut tampak sebagai pembengkakan lipat kuku proksimal dan lateral yang membentuk gambaran pseudoclubbing atau chicken drumstick. Ketiga, invasi pada kuku yang telah onikolisis, terutama terjadi pada tangan. Tampak sebagai hyperkeratosis subungual dengan massa abu-abu kekuningan dibawahnya, mirip OSD. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.22 OK dikutip dari eMedicine Journal : Onikomikosis 5. Onikomikosis Distrofik Total ODT Jamur menginfeksi lempeng kuku sehingga mengalami kerusakan berat. Infeksi dimulai dengan lateral atau distal onikomikosis dan kemudian menginvasi seluruh kuku secara progresif. Kuku tampak berkerut dan hancur. Fragmen-fragmen lempeng kuku masih tinggal akan merusak dan terlihat sebagai tungkul kayu pada lipatan kuku bagian proksimal. Keluhan dapat dirasakan sebagai nyeri ringan dan yang lebih berat dapat terjadi infeksi sekunder. Gambaran 2.23 ODT dikutip dari http:www.psychologymania.com201211onikomikosis-penyakit- infeksi-kuku.html Universitas Sumatera Utara

2.4.5. Diagnosis