Jumlah kopi fragmen DNA target amplicon yang dihasilkan pada akhir siklus PCR dapat dihitung secara teoritis menurut rumus:
Y = 2
n
– 2nX Y : jumlah amplicon
n : jumlah siklus X : jumlah molekul DNA templat semula
Jika X = 1 dan jumlah siklus yang digunakan adalah 30, maka jumlah amplicon yang diperoleh pada akhir proses PCR adalah 1.074 x 109. Dari fenomena
ini dapat terlihat bahwa dengan menggunakan teknik PCR dimungkinkan untuk mendapatkan fragmen DNA yang diinginkan amplicon secara eksponensial dalam
waktu relatif singkat Handoyo dan Rudiretna, 2000. Umumnya jumlah siklus yang digunakan pada proses PCR adalah 30 siklus.
Penggunaan jumlah siklus lebih dari 30 siklus tidak akan meningkatkan jumlah amplicon secara bermakna dan memungkinkan peningkatan jumlah produk yang
non-target. Perlu diingat bahwa di dalam proses PCR effisiensi amplifikasi tidakterjadi 100 , hal ini disebabkan oleh target templat terlampau banyak,
jumlah polimerase DNA terbatas dan kemungkinan terjadinya reannealing untai target Handoyo dan Rudiretna, 2000.
2.4.6. Penatalaksanaan
Menurut British Association of Dermatologist, pengobatan onikomikosis ada dua cara yaitu secara sistemik dengan menggunakan obat antifungsi oral dan secara lokal
yaitu dengan menggunakan obat antifungsi topikal. Pada keadaan tertentu kedua cara ini digunakan secara bersama-sama.
Universitas Sumatera Utara
2.4.6.1. Obat Topikal
Obat topikal formulasi khusus dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kuku, yakni Tosti, 2014 :
1. Bifonazol-urea : Kombinasi derivate azol, yakni bifonazol 1 dengan urea 40 dalam bentuk salap. Urea bersifat melisiskan kuku yang rusak
sehingga penetrasi obat antijamur meningkat. Kesulitan yang ditimbulkan adalah dapat terjadi iritasi kulit sekitar kuku oleh urea.
2. Akamorolfin : Merupakan derivate morfolin yang bersifat tunggal fungsidal. Digunakan dalam bentuk pewarna kuku konsentrasi 5.
3. Siklopiroksolamin : suatu derivate piridon dengan spektrum antijamur luas, juga digunakan dalam bentuk pewarna kuku.
2.4.6.2. Obat Sistemik
Obat sistemik generasi baru yang dapat digunakan untuk pengobatan onikomikosis adalah flukanazol, itrakonazol, dan terbinafin. Derivat azol bersifat
fungistatik tetapi mempunyai spektrum antijamur luas, sedangkan terbinafin bersifat fungisidal tetapi efektivitasnya terutama terhadap dermatofita Elewski dan Hay, 1996,
Bramono dan Budimulja, 2005 :
1. Flukonazol Penelitian tentang penggunaan pada onikomikosis masih jarang, baik
penggunaan dosis kontinu 100mg perhari atau dosis mingguan 150mg, dengan hasil bervariasi. Dosis mingguan tampaknya mengharuskan
penggunaan berkesinambungan sampai resolusi lengkap 6-12bulan. Penggunaan jangka panjang untuk infeksi Candida pada penderita AIDS
dikhawatirkan menyebabkan peningkatan resistensi pada Candida. 2. Itrakonazol
Berbagai laporan telah menunjukkan bahwa obat ini memberi hasil baik untuk onikomikosis dengan dosis kontinyu 200mghari selama 3 bulan
atau dengan dosis denyut 400mg perhari selama seminggu tiap bulan
Universitas Sumatera Utara
dalam 2-3 bulan, baik untuk penyebab dermotifita maupun kandida. 3. Terbinafin
Obat ini sangat efektif terhadap dermatofit, tetapi kurang efektif terhadap kandida, kecuali C.parapsilosis. Dosis 250mghari secara kontinyu 3 bulan
pada tinea unguium memberi hasil baik.
2.4.7. Prognosis