Deskripsi Lokasi Penelitian Teknik Pengumpulan Data 1. Peralatan dan Bahan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini dimulai dari tanggal 2 Oktober 2014 dengan mengumpulkan sebanyak 30 sampel kuku jari tangan pada penjual buah- buahan dan minuman di lingkungan kampus Universitas Sumatra Utara, Medan. Setelah itu, semua sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara FK USU untuk dianalisis untuk mengetahui gambaran dermatofita dan nondermatofita dengan menggunakan kalium hidroksida 20 dan media perbenihan agar Potato Dextrosa Agar PDA + Antibiotika.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel kuku jari tangan dilakukan pada penjual buah-buahan dan minuman yang berjualan dilingkungan kampus USU, mulai dari Jln. dr. Mansyur dengan batasan jalan dari pintu gerbang utama 1 USU hingga pintu gerbang utama 4 USU kemudian ke Jln. Tri Dharma dan Jln. dr. A Sofyan dan Jln. Universitas yang bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 6 sore. Setelah sampel diambil, langsung dibawa untuk diperiksa di Labroratorium Mikrobiologi FK USU yang terletak di area FK USU, Jln. Universitas No.1 Medan. Laboratorium Mikrobiologi FK USU memiliki peralatan yang steril dan bahan untuk penelitian yang lengkap serta memadai seperti Potato Dextrosa Agar + Antibiotika, Mikroskop Cahaya, Larutan pewarna Lactophenol Cotton Blue, Centrifuge, Incubating Cabinet, Mettler Taledo. Universitas Sumatera Utara 5.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 5.1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n orang Laki 14 47 Perempuan 16 53 Total 30 100,0 Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah sampel laki-laki adalah 14 orang 47 dan sampel perempuan adalah 16 orang 53. Tabel 5.2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur UMUR n orang 18-25 5 16,7 26-33 7 23,3 34-41 11 36,7 42-49 5 16,7 50-57 0,0 58- 65 2 6,7 Total 30 100,0 Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah sampel terbanyak menurut umur adalah 34-41 tahun berjumlah sebanyak 11 orang 36,7. Kedua tertinggi adalah sampel yang berumur 26-33 tahun sebanyak 7 orang 23,3. Seterusnya adalah sampel yang berumur 18-25 tahun dan 42- 49 tahun berjumlah 5 orang 16,7. Jumlah sampel yang rendah adalah sampel yang berumur 58- 65 tahun 6,7. Umur sampel yang paling muda adalah 18 tahun dan umur sampel yang tertua adalah 60 tahun. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Hasil n orang Sekolah Dasar 1 3,3 Sekolah Menengah Pertama 7 23,3 Sekolah Menengah Atas 22 73,3 Perguruan Tinggi Total 30 100,0 Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah orang paling banyak berdasarkan pendidikan adalah SMA sebanyak 22 orang 73,3 dan diikuti SMP sebanyak 7 orang 23,3. SD sebanyak 1 orang 6,7. Jumlah orang yang paling sedikit berdasarkan pendidikan adalah SD sebanyak 1 orang 3,3. Tabel 5.4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja Tahun n 1 0,0 1 – 5 20 66,7 6- 10 5 16,7 11- 15 2 6,7 16- 20 1 3,3 21- 25 1 3,3 Universitas Sumatera Utara 26- 30 0,0 31- 35 1 3,3 Total 30 100,0 Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa jumlah sampel paling banyak berdasarkan lama bekerja adalah 1-5 tahun sebanyak 20 orang 66,7, diikuti 6- 10 tahun sebanyak 5 orang 16,7 dan 11-15 tahun sebanyak 2 orang 6,7. Jumlah sampel yang paling sedikit berdasarkan lama bekerja adalah 16-20 tahun, 21-25 tahun dan 31- 35 tahun sebanyak 1 orang 3,3 5.1.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sampel Kuku Jari Tangan 5.1.3.1. Hasil Pemeriksaan kalium hidroksida KOH 20 Tabel 5.5. Distribusi Hasil Pemeriksaan KOH 20 Hasil n Hifa + 5 16,7 Spora + 18 60,0 Hifa dan Spora + 4 13,3 Tidak dijumpai Hifa danSpora - 3 10,0 Total 30 100,0 Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa 27 sampel kuku jari tangan penjual buah-buahan dan minuman yang memiliki hasil positif dan 3 sampel hasil negatif melalui pemeriksaan kalium hidroksida KOH 20. Selain itu dapat dijumpai hifa pada 5 sampel 16,7, spora pada 18 sampel 60.0, dan hifa dan spora pada 4 sampel 13,3. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.1. Menunjukan 30 Sampel Kuku Jari Tangan Dalam KOH 20 Gambar 5.2. Menunjukan Gambaran Hifa dan Spora Mengindikasi Suatu Jamur

5.1.3.2. Hasil Kultur

Peneliti menggunakan media perbenihan Potato Dextrose Agar PDA + antibiotika Chlorampenicol 0.05g + Cycloheximide 0.4g untuk menanam sampel kuku jari penjual buah-buahan dan minuman yang sebanyak 30 sampel. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Distribusi Hasil Kultur Pertumbuhan Jamur dan Tidak Ada Pertumbuhan Jamur Hasil Kultur n Pertumbuhan Jamur 28 93,7 Tidak Ada Pertumbuhan Jamur 2 6,7 Total 30 100,0 Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pertumbuhan jamur pada hasil kultur sebanyak 28 sampel 93,7 dan tidak ada pertumbuhan jamur sebanyak 2 sampel 6,7. Tabel 5.7. Distribusi Hasil Kultur Golongan Dermatofita Spesies n T. rubrum 3 50,0 T. mentagrophytes 1 16,7 T. violaceum 1 16,7 T. schoenleini 1 16,7 Total 6 100,0 Berdasarkan Tabel 5.7. ditemukan bahwa jamur dermatofita paling banyak adalah T.rubrum sebanyak 3 sampel 50,0 diikuti dengan T.mentagrophytes, T.violaceum dan T.schoenleini sebanyak 1 sampel 16,7. Tabel 5.8. Distribusi Hasil Kultur Golongan Nondermatofita Spesies n Universitas Sumatera Utara Candida albicans 5 22,7 Candida parasilopsis 3 13,6 Aspergillus flavus 5 22,7 Aspergillus niger 5 22,7 Cladosporium herbarum 2 9.1 Paecilomyces lilacinus 2 9,1 Total 22 100,0 Berdasarkan Tabel 5.8. ditemukan bahwa jamur nondermatofita paling banyak dijumpai adalah Candida albicans, Aspergillus flavus dan Aspergillus niger sebanyak 5 sampel 22,7. Seterusnya adalah Candida parasilopsis sebanyak 3 sampel 13,6. Jamur nondermatofita paling sedikit dijumpai adalah Clasdosporium herbarum dan Paecilomyces lilacinus sebanyak 2 sampel 9,1. Satu hasil yang menunjukan negatif pada pemeriksaan KOH 20 dan dijumpai adanya pertumbuhan jamur golongan nondermatofita spesies Aspergillus niger Gambar 5.3. Menunjukkan Sample Kuku Jari Dalam Media Pembenihan PDA + Antibiotika Universitas Sumatera Utara 5.2. Pembahasan 5.2.1. Karakteristik Sampel Pada penelitian ini didapatkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang 46,7 dan perempuan sebanyak 16 orang 53,3, sehingga didapatkan rasio laki-laki: perempuan pada penelitian ini adalah 0,9 : 1. Hasil ini sejalan dengan penelitian Premlatha 2013, dimana tercatat adanya dominan perempuan mikosis superfisialis dengan rasio laki-laki: perempuan 0,8 : 1. Menurut penelitian Abidin 2008 menyatakan bahwa dermatofitosis superfisialis lebih banyak ditemukan pada kelompok jenis perempuan dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 275 kasus 50,27. Sedangkan untuk kelompok jenis kelamin laki-laki sebanyak 272 kasus 49,73. Perbandingan kasus antara laki- laki dan perempuan sekitar 0.99: 1. Pada penelitian ini didapatkan orang yang menjadi sampel berusia dari 18 tahun hingga 60 tahun. Mayoritas sampel berada dalam kelompok usia 34-41 tahun 36,7. Dalam penelitian Premlatha 2013, usia pasiennya bervariasi dari 7-80 tahun. Mayoritas pasien berada dalam kelompok usia 31-45 tahun. Hasil penelitian ini dan penelitian Premlatha 2013 bertentangan dengan penelitian Abidin 2008 yang menggambarkan prevalensi tertinggi kelompok usia dengan dermatofitosis superfisialis berada pada kelompok usia 46-50 tahun, yaitu sebanyak 63 kasus 11,53. Pada penelitian ini, penjual minuman dan buah-buahan dianggap kurang mempunyai tingkat pengetahuan tentang faktor predisposisi yang menyebabkan tumbuh jamur karena tingkat pengetahuannya masih rendah yaitu jumlah orang paling banyak berdasarkan pendidikan adalah SMA sebanyak 22 orang 73,3. Jumlah orang yang paling sedikit berdasarkan pendidikan adalah SD sebanyak 1 orang 3,3. Menurut Notoatmodjo 2005 dalam makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan. Pendidikan menurut manusia untuk berbuat mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk Universitas Sumatera Utara mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada penelitian ini, penjual minuman dan buah- buahan dianggap lebih cenderung untuk pengembangan onikomikosis atau perubahan pada kondisi kuku karena pekerjaan basah dan lembab. Menurut Premlatha 2013, ibu rumah tangga dan petani yang cenderung untuk mengalami kejadian onikomikosis pada kuku. Insiden yang paling tinggi pada perubahan kondisi kuku ditemukan di ibu rumah tangga dan petani karena pekerjaan yang juga basah dan lembab.

5.2.2. Taxonomy Jamur Dermatofita