sarung tangan saat bekerja sangat berperan dalam mengurangi angka kejadian infeksi kuku akibat jamur. Selain itu seorang pekerja juga harus mengetahui bahwa infeksi kuku
akibat jamur biasanya mengenai ruas-ruas pada jari jempol, telunjuk, dan jari tengah Baran, 2000. Diharapkan dengan adanya gambaran tentang penyakit kuku akibat
pekerjaan pada pekerja-pekerja termasuk penjual makanan dan minuman akan memberikan kesadaran pada orang yang beresiko occupational stigmataRon-chese,
1962. Gangguan kelainan pada kuku jari tangan dapat mempengaruhi kualitas
kehidupan menjadi penyulit untuk melakukan banyak pekerjaan dan karena itu dapat memiliki dampak yang besar pada keamanan kerja, misalnya transporter rumah sakit
mentransfer sinar-X dari pasien, asisten bioskop bekerja dalam operasi bioskop, dan pedagang buah-buahan dan minuman berurusan dengan keadaan lembab Premlatha,
2013. Untuk itu peneliti ingin mengetahui gambaran jamur dermatofita dan
nondermatofita pada penjual buah-buahan dan minuman yang berada di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran dermatofita dan nondermatofita pada kuku jari tangan penjual minuman dan buah buahan yang berjualan di lingkungan kampus Universitas
Sumatra Utara, Medan?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran dermatofita dan nondermatofita pada kuku jari tangan penjual minuman dan buah buahan yang berjualan di lingkungan kampus
Universitas Sumatra Utara Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui hasil berdasarkan pemeriksaan KOH dan kultur jamur pada kuku jari tangan penjual minuman dan buah buahan yang berjualan
di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Medan dengan cara kultur dan mikroskopis KOH.
2. Mengetahui jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan lama pekerjaan yang pada penjual minuman dan buah buahan yang berjualan di
lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara, Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan untuk infeksi dermatofita dan dermatofita 2. Bagi penjual minuman dan buah buahan yang berjualan di lingkungan
kampus Universitas Sumatera Utara, Medan, hasil penelitian ini memberikan informasi sebagai sumber rujukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dalam usaha memperbaiki kualitas hidup pasien yang menderita infeksi akibat dari pekerjaan mereka.
3. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai dermatofita dan nondermatofita di kalangan
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dermatofita 2.1.1. Definisi Dermatofita
Dermatofita adalah kelompok jamur yang menginfeksi hanya jaringan keratin superfisial seperti kulit, rambut dan kuku. Oleh karena itu dermatofita disebut sebagai
jamur keratinofilik. Jamur dermatofita mempunyai kemampuan unik untuk memanfaatkan dan mencerna keratinin yang berukuran besar dengan kapasitasnya.
Dermatofita menghasilkan enzim keratinase. Kebanyakan jamur dermatofita sangat mirip satu sama lain dalam banyak hal, termasuk antigen permukaan. Saat identifikasi
terletak terutama pada morfologi konidia, pengaturan dan properti kolonialnya. Jamur dermatofita yang menyebabkan infeksi pada manusia terdiri dari 41 spesies yang
termasuk 3 genus jamur yaitu Trichophyton, Epidermophyton dan Microsporum Kurniati, 2008.
Penamaan kelainan akibat jamur memiliki aturan tertentu. Kata pertama biasanya diawali ‘tinea’ dan diikuti oleh kata kedua yang menyatakan lokasi
tubuh yang terinfeksi Kurniati, 2008. Golongan kelompok jamur dermatofita adalah Premlatha, 2013:
a Trichophyton :
T. ajelloi, T. concentricum, T. equinum, T. fiavescens, T. georgiae, T. gloriae, T. gourvilii, T. longifusus, T. phaseoliforme, T. rubrum, T.
schoenleinii, T. simii, T.soudanense, T. terrestre, T.tonsurans, T. verrucosum, T. violaceum, T. yaoundei.
b Microsporum :
Universitas Sumatera Utara
M. amazonicum, M. audouinii, M. boullardii, M. canis, M. cookie, M. distortum, M. equinum, M. ferrugineum, M. fulvum, M. gallinae, M.
gypseum, M. nanum, M. persicolor, M. praecox, M. racemosum. c
Epidermophyton : E. floccosum, E. stockdaleae.
2.1.1.1 Trichophyton a. Trichophyton rubrum
Trichophyton rubrum merupakan jamur
Gambar 2.1: A. Gambaran Kultur trichophyton rubrum dan
yang paling umum menyebabkan infeksi jamur kronis pada kulit dan kuku manusia. Pertumbuhan koloninya dari lambat
hingga bisa menjadi cepat. Teksturnya yang lunak, dari depan warnanya putih kekuning- kuningan agak terang atau bisa juga merah violet. Koloni yang putih bertumpuk di
tengah dan maroon pada tepinya berwarna merah cheri pada PDA potato dextrose agar. Gambaran mikroskopis dengan beberapa mikrokonida berbentuk air mata dan
sedikit makrokonida berbentuk pensil Rebell, 1970.
B. Gambaran Mikroskopis KOH trichophyton rubrum.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Universitas Sumatera Utara
b. Trichophyton Mentagrophytes Trichophyton mentagrophytes adalah merupakan tenunan lilin, berwarna putih
sampai putih kekuningan yang agak terang atau berwarna violet merah. Kadang bahkan berwarna pucat kekuningan dan coklat. Koloninya seperti putih hingga krem dengan
permukaan seperti tumpukan kapas pada PDA tidak berpigmen. Gambaran mikroskopis yaitu mikrokonidia yang bergerombolan, bentuk cerutu yang jarang,
terkadang hifa berbentuk spiral. Karakter dari jamur merupakan jamur filamentous yang menyerang kulit yang menggunakan keratin sebagai nutrisinya. Keratin merupakan
protein utama dalam kulit, rambut dan kuku Anonim, 2007.
A . Kultur
B . Mikroskopis kOH
Gambar 2.2: A. Gambaran Kultur Trichophyton Mentagrophytes dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton Mentagrophytes.
c. Trichophyton ajelloi Trichophyton ajelloi adalah jamur geofilik dengan distribusi di seluruh dunia
yang mungkin terjadi sebagai kontaminan saprophytic pada manusia dan hewan. Infeksi pada manusia dan hewan diragukan. Koloni biasanya datar, bubuk, dan berwarna
cokelat, dengan pinggiran terendam kehitaman-ungu dan sebaliknya. Makrokonidia banyak, halus, berdinding tebal, memanjang, berbentuk cerutu, dengan ukuran 29-65
oleh 5 sampai 10µm, dan multiseptate sampai dengan 9 atau 10 septa. Mikrokonidia biasanya tidak ada, tapi ada ketika pembentukan pyriform Rippon, 1988.
Universitas Sumatera Utara
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.3: A. Gambaran Kultur Trichophyton ajelloi dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton ajelloi.
d . Trichophyton verrucosum
Pada Sabouraud Dextrose Agar, koloni akan tumbuh lambat, kecil, berbentuk tombol, putih krem, dan pinggiran datar yang pertumbuhan menjorok ke dalam. Hifa
yang luas dan tidak teratur mengandung terlalu banyak chlamydospores terminal. Chlamydospores sering dalam rantai. Ujung hifa yang luas dan kadang-kadang dibagi,
yang disebut tanduk, ketika ditanam pada thiamine-enriched media, strain menghasilkan clavate untuk pyriform mikrokonidia sepanjang hifa. Makrokonidia hanya
jarang diproduksi, tetapi jika hadir akan memiliki ekor khas atau berbentuk kacang.
A. Kultur
B. Clavate untuk pyriform
mikrokonidia C.
Mikroskopis KOH
Gambar 2.4: A. Gambaran Kultur Trichophyton verrucosum dan B. Gambaran Clavate untuk Pyriform mikrokonidia dan
C. Gambaran Mikroskopis KOH untuk Trichophyton verrucosum.
Universitas Sumatera Utara
e. Trichophyton gourvili Koloni pada Sabouraud Dextrose Agar menyebar perlahan-lahan, mencapai 20mm
diameter. Dalam 14 hari pada 27
o
C, tidak bergranular sampai bergranular, membrane terlipat. Mikrokonidia dan makrokonidia sangat jarang Al-Saadon, 2012.
A. Kultur
B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.5: A. Gambaran Kultur Trichophyton gourvili dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton gourvili.
f. Trichophyton soudanense Pada Sabouraud Dextrose Agar, koloni tumbuh lambat, dalam keadaan terlipat,
dengan permukaannya lunak. Secara mikroskopis, hifa sering menunjukkan refleksif atau sudut kanan bercabang. Microconidia pyriform terkadang dapat ditemukan dan banyak
chlamydoconidia sering ditemukan dalam kultur yang lebih lama. Trichophyton soudanense adalah jamur antropofilik yang sering menjadi penyebab tinea capitis di
Afrika. Rambut menginvasi menunjukkan infeksi endothrix. Distribusi terutama di Afrika dengan isolat sesekali dari Eropa, Brazil dan Amerika Serikat Rippon, 1988.
Universitas Sumatera Utara
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.6: A. Gambaran Kultur Trichophyton soudanense dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton soudanense.
g. Trichophyton schoenleinii
Koloni pada Sabouraud Dextrose Agar tumbuh lambat. Kultur sulit dipertahankan karena koloninya berbentuk berbelit-belit, dan dengan cepat menjadi
datar dan berbulu halus. Tidak ada pigmentasi pada daerah belakangnya. Tidak ada makrokonidia dan mikrokonidia terlihat dalam kultur rutin, namun banyak
chlamydoconidia mungkin dapat terlihat pada kultur yang lebih lama Rippon, 1988.
A. Kultur
B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.7: A. Gambaran Kultur Trichophyton schoenleinii dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton schoenleinii.
Universitas Sumatera Utara
h. Trichophyton terrestre
Koloni biasanya datar dan berbulu dengan warna permukaan berkisar dari putih menjadi krem. Reaksi pigmentasi biasanya coklat kekuningan. Mikrokonidia besar,
clavate biasanya menunjukkan bentuk transisi, biasa lebih kecil atau lebih besar dari makrokonidia. Makrokonidia yang clavate untuk silinder dengan ujung bulat, halus dan
berdinding tipis, dan mempunyai sel 2 hingga 6 Rippon, 1988.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.8: A. Gambaran Kultur Trichophyton terrestre dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Trichophyton terrestre.
2.1.1.2. Microsporum a. Microsporum canis
Mikrosporum canis termasuk ke dalam organisme fungi dermatoifit zoofilik yaitu organisme fungi yang menyerang kulit terutama kulit kepala dan rambut dan
merupakan fungi yang umumnya hidup dan tumbuh pada hewan kucing dan anjing. Penyebarannya meluas di seluruh dunia. Microsporum canis ini merupakan fungi yang
memiliki hifa yang bersepta, dan makrokonidia serta mikrokonidia sebagai alat reproduksinya.
Universitas Sumatera Utara
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.9: A. Gambar Kultur Microsporum canis dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Microsporum canis.
b. Microsporum gypseum Koloni dari M. gypseum tumbuh dengan cepat, menyebar dengan permukaan
yang mendatar dan sedikit berserbuk merah coklat hingga kehitam-hitaman Brooks et al, 2005 terkadang dengan warna ungu. Serbuk yang berada di permukaan koloni
mengandung makrokonidia Rippon, 1974. Makrokonidia dihasilkan dalam jumlah yang besar. Dindingnya tipis dengan ketebalan 8-16 x 20 µm, kasar dan memiliki 4-6 septa,
dan berbentuk oval. Makrokonidia terdiri dari 4-6 sel. Mikrokonidia juga dapat nampak, meskipun jarang dihasilkan, terkadang pula mudah tumbuh pada subkultur setelah
bebrapa kali berganti media pada laboratorium Rippon, 1988.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.10: A. Gambaran Kultur Microsporum gypseum dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Microsporum gypseum.
Universitas Sumatera Utara
c. Microsporum audouinii Koloni ini tumbuh lambat menyebar dengan permukaan yang mendatar, padat.
Warna koloni berubah dari putih keabu-abuan menjadi putih. Microsporum audouinii menghasilkan hifa dan mikrokonidia. Terminal Chlamydoconidia membentuk secara
pendek seperti, memberikan penampilan runcing di ujungnya. Makrokonidia yang halus, kurang berkembang, tebal berdinding dan berbentuk tidak teratur spindle jarang
dijumpai. Mikrokonidia juga jarang dijumpai dan jika dijumpai, bentuknya adalah bulat telur dan uniselluler Rippon, 1988.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.11: A. Gambaran Kultur Microsporum audouinii dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Microsporum audouinii.
d Microsporum gallinae
Koloni ini menyebar dengan permukaan yang mendatar dan berwarna putih bercampur merah muda. Beberapa kultur menunjukkan radial lipat. Makrokonidia jamur
ini biasanya mempunyai lima sampai enam sel, berdinding tipis menjadi tebal, silinder untuk clavate biasanya sempit dan ujungnya tumpul, berukuran 15-60 x 6-10 µm.
Mikrokonidia yang berbentuk oval untuk pembentukan pyriform Rippon, 1988.
Universitas Sumatera Utara
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.12: A. Gambaran Kultur Microsporum gallinae dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Microsporum gallinae.
2.1.1.3. Epidermatophyton
a. Epidermatophyton floccusom Epidermatophyton floccusom merupakan satu-satunya pathogen pada genus ini
yang menghasilkan makrokonidia, berdinding halus, berbentuk gada, bersel dua hingga empat dan tersusun dalam 3 kelompok. Koloni ini biasanya rata dan seperti beludru
dengan warna coklat sampai kuning kehijauan. Jamur ini tidak menginfeksi rambut Rebell, 1970.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.13: A. Gambaran Kultur Epidermatophyton floccusom dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Epidermatophyton floccusom.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Nondermatofita 2.2.1. Definisi Nondermatofita
Nondermatofita hanya bisa menginfeksi sampai lapisan paling luar dari stratum korneum. Karakteristik jenis jamur ini adalah tidak dapat mencerna keratin kuku dan
hanya menyerang lapisan yang paling luar Diagns, 2013. Nondermatofita dibagi lagi
menjadi 2 kelompok utama jamur yaitu yeast dan mould Premlatha, 2013:
a. YEAST candida spp
Candida albicans, Candida Parapsilosis, Candida Tropicalis b.
Moulds Aspergillus flavus, Fusarium spp, Hendersonu Latoruloide, Scytalidium
hyalinum, Geotrichum candidum, Scopulariopsis brevicaulis.
2.2.1.1. Candida albicans
Ini adalah ragi oval 2-6 x 3-9 pm di ukuran, yang membagi dengan tunas dan tidak biasanya ditemukan di habitat tidak hidup. Selain dari ragi yang seperti itu adalah
bentuknya yang mampu menghasilkan rantai panjang sel memanjang pseudohyphae dan kesempatan itu dapat menghasilkan hifa terus menerus dengan dinding silang yaitu,
septate benar miselium. Properti ini dikenal sebagai dimorfisme. Isolasi dan identifikasi C. albicans biasanya sederhana. Koloni ini muncul dalam waktu 1-3 hari pada
kebanyakan media laboratorium pada suhu 25 sampai 37°C Premlatha, 2013.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.14: A. Gambaran Kultur Candida albicans dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Candida albicans.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.2. Aspergillus flavus
Vesikel yang bulat dan phialide diproduksi langsung dari permukaan vesikel atau dari baris utama cabang. Konidia berwarna jingga kekuningan, koloni elips atau
spherical, tumbuh cepat iaitu dalam 1 sampai 5 hari, berwarna hijau kekuningan Premlatha, 2013.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.15: A. Gambaran Kultur Aspergillus flavus dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Aspergillus flavus.
2.2.1.3. Fusarium spp
Fusarium adalah bersifat saprophytic dan telah dilaporkan sebagai penyebab gangguan kondisi kuku. Jamur ini tidak keratolitik dan diperkirakan untuk menyerang
kuku yang telah terluka sebelumnya. Makrokonidia berbentuk sabit adalah diagnostik daripada Fusarium spp. Koloni ini sifatnya berbulu dan warnanya berubah dari lavender
kepada merah muda yang tidak berpigmen Burgess, 1983.
Universitas Sumatera Utara
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.16: A. Gambaran Kultur Fusarium spp dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Fusarium spp.
2.2.1.4. Hendersonula toruloidea
Jamur ini sepenuhnya terbatas pada penduduk asli tropis dan subtropis negara. Jamur ini adalah kapang yang berserabut hitam abu-abu dan diakui sebagai penyebab
infeksi dari tangan, kaki dan kuku. H. Toruloideasis mampu menyerang kuku jaringan dan kuku diserang oleh jamur ini memiliki perubahan warna kecoklatan dan berbagai
tingkat dan distrofi kuku. Hifa tidak dapat dibedakan dari orang-orang dari dermatofit, meskipun mereka mungkin berbeda dalam bentuk dan lebih tidak teratur. Spora
berpigmen gelap berwarna coklat gelap dalam pycnidia hitam Premlatha, 2013.
2.2.1.5. Scytalidium hyalinum
Jamur ini terutama terlihat di area tropis dan subtropis Arthroconidia berpigmen gelap persis seperti yang H.toruloidea, tetapi pycnidia hitam tidak terdapat dalam
S.hyalinum. Koloni ini sangat mirip dengan H.toruloides, seperti coklat dan sangat berbulu tanpa pigmentasi Premlatha, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.6. Geotrichum candidum
Jamur ini dapat menyebabkan gangguan pada kondisi kuku seperti infeksi bersama dengan infeksi mulut, paru-paru dan bronkus. Pada kuku itu adalah penyerbu
sekunder. Ini adalah jamur oportunistik dan dapat pulih dari kultur saprophytes. Hifa yang benar memecah menjadi arthropores persegi panjang dan bulat telur. tidak ada
blastospora yang terhasil. Permukaan koloni yang berwarna krem dan sedikit terangkat dan tumbuh sangat cepat pada agar Domsch, 1980.
A. Kultur B. Mikroskopis KOH
Gambar 2.17: A. Gambaran Kultur Geotrichum candidum dan B. Gambaran Mikroskopis KOH Geotrichum candidum.
2.2.1.7. Scopulariopsis brevicaulis
Ini adalah jamur yang ditemukan secara luas di alam. S. brevicaulis mungkin merupakan primer patogen dari unit kuku. Hal ini mungkin lebih sering ditemukan
sebagai sekunder inhabitant. Hifa dan konidia aseksual diagnostik yang berbentuk lonceng, bulat, berdinding kasar dan memiliki basis terpotong. Mereka diproduksi dalam
rantai. Koloni berwarna coklat kayu manis, berbentuk granular dan datar Domsch, 1980
Universitas Sumatera Utara
A. Kultur B.
Mikroskopis KOH
Gambar 2.18: A. Gambaran Kultur Scopulariopsis brevicaulis dan
B. Gambaran Mikroskopis KOH Scopulariopsis brevicaulis.
2.3. Penyakit kuku disebabkan oleh jenis pekerjaan.
Penyakit kuku yang disebabkan jenis pekerjaan adalah abnormalitas satu atau lebih struktur komponen kuku, disebabkan atau diperburuk oleh lingkungan kerja
Baran, 2000. Contohnya:
1. Luka bakar 2. Kelembaban
3. Benda asing 4. Radiasi yang melibatkan ion
5. Trauma 6. Pencuci yang menggunakan sarung tangan karet
7. Vibrating power tools
Zat kimia atau agen infektif dapat menembus di bawah lempeng kuku di tempat free margin. Kelembaban dan sifat alkali dapat menyebabkan kerusakan pada kutikula
dan memungkinkan masuknya bakteri dan jamur yang akan menyebabkan peradangan pada jaringan paronychial dan menghasilkan gangguan pertumbuhan sekunder dari
lempeng kuku. Antara contoh pekerjaan yang dapat menimbulkan penyakit kuku adalah Baran, 2000 :
Universitas Sumatera Utara
1. Hairdressing terapi kecantikan 2. Industri makanan
3. Pelayanan kesehatan termasuk pekerja gigi dan kedokteran hewan 4. Pertanian termasuk tukang kebun dan toko bunga
5. Lukisan dan dekorasi 6. Pekerja pembersihan
7. Perbaikan kendaraan bermotor 8. Konstruksi
9. Pencetakan
2.4. Onikomikosis 2.4.1 Definisi Onikomikosis