Tempat dan Waktu Penelitian Alat- alat Identifikasi Sampel Analisis Data Secara Statistik .1 Penolakan hasil pengamatan Identifikasi Sampel

17

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan September 2014- November 2014. 3.2 Bahan - Bahan 3.2.1 Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan teri tawar, ikan teri nasi, dan ikan teri toge yang diperoleh secara purposif di Pusat Pasar, Medan.

3.2.2 Pereaksi

Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E. Merck yaitu asam nitrat 65 bv, asam sulfat 96 bv, etanol 96 vv, larutan baku kalsium 1000 µgml, ammonium molibdat, asam askorbat, kalium dihidrogen fosfat, kalium antimonil tatrat, akuabides PT. Ikapharmindo Putramas.

3.3 Alat- alat

Alat yang digunakan adalah alat - alat gelas Pyrex dan Oberoi, blender, botol kaca, hot plate, oven, kertas saring Whatman No. 42, krus porselen, neraca analitik AND GF-200, spatula, spektrofotometer serapan atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan lampu katoda kalsium dengan nyala udara-asetilen, spektrofotometer UV-Visible Hitachi U-1800, dan tanur Stuart.

3.4 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Selatan. Universitas Sumatera Utara 18 3.5 Pembuatan Pereaksi 3.5.1 Larutan asam nitrat 1:1 vv Sebanyak 500 ml larutan asam nitrat 65 diencerkan dengan 500 ml akuabides Isacc, 1990.

3.5.2 Larutan H

2 SO 4 5 N Dipipet 70,0 ml H 2 SO 4 96 vv, dimasukkan perlahan-lahan melalui dinding ke dalam labu tentukur 500 ml yang telah berisi air suling setengahnya. Dicukupkan volumenya dengan air hingga garis tanda Lancashire, 2011.

3.5.3 Larutan ammonium molibdat 4bv

Ditimbang seksama 20,0 g ammonium molibdat. Kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 500 ml, ditambah dengan air suling dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga garis tanda Lancashire, 2011.

3.5.4 Larutan asam askorbat 0,1 N

Ditimbang seksama 8,8 g asam askorbat dan dilarutkan dalam labu tentukur 500 ml dengan air suling dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga garis tanda Lancashire, 2011.

3.5.5 Larutan kalium antimonil tatrat 0,274 bv

Ditimbang seksama 0,274 g kalium antimonil tartat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml ditambah dengan air suling hingga garis tanda Lancashire,

2011. 3.5.6 Larutan H

2 SO 4 1 N Sebanyak 3 ml larutan asam sulfat 96 diencerkan dengan akuabides hingga 100 ml Ditjen POM, 1979. Universitas Sumatera Utara 19

3.5.7 Larutan pengembang warna fosfor

Dicampur 500 ml asam sulfat 5 N, 150 ml ammonium molibdat 4 bv, 300 ml asam askorbat 0,1 N dan 50 ml kalium antimonil tatrat 0,274 bv Lancashire, 2011. 3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Pengambilan sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi Budiarto, 2004.

3.6.2 Penyiapan sampel

Sebanyak 250 g masing-masing ikan teri toge, teri nasi, dan teri tawar dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan sampai air cuciannya kering. Sampel kemudian dihaluskan dengan blender. Dikeringkan dalam oven sampai kering seperti semula.

3.6.3 Proses destruksi kering

Sampel yang telah dihaluskan dan dikeringkan dalam oven ditimbang seksama sebanyak 5 g dalam krus porselen, diarangkan di atas hot plate, lalu diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100 dan perlahan - lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 dengan interval 25 setiap 5 menit. Setelah dilakukan pengabuan selama 60 jam, suhu tanur diturunkan, pada krus porselen dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin pada desikator. Abu ditambahkan 5 ml asam nitrat 1:1, kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur Universitas Sumatera Utara 20 awal 100 dan perlahan - lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 dengan interval 25 setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator Isacc, 1990.

3.6.4 Pembuatan larutan sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml asam nitrat 1:1, lalu dipindahkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dibilas krus porselen dengan 10 ml akuabides sebanyak tiga kali dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42 dimana 5 ml filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol Isacc, 1990. 3.7 Analisis Kualitatif 3.7.1 Kalsium

3.7.1.1 Uji kristal kalsium dengan larutan asam sulfat 1N

Larutan sampel hasil destruksi sebanyak 1 - 2 tetes diteteskan pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat 1N dan etanol 96 vv akan terbentuk endapan putih lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum Svehla, 1990. 3.7.2 Fosfor 3.7.2.1 Analisis dengan pereaksi ammonium molibdat Kedalam tabung reaksi dimasukan 5,0 ml sampel, ditambah pereaksi ammonium molibdat 4 bv ± 2 ml, dikocok lalu diamkan, maka akan terbentuk endapan kuning Svehla, 1990. Universitas Sumatera Utara 21 3.8 Analisis Kuantitatif 3.8.1 Kalsium

3.8.1.1 Pembuatan kurva kalibrasi kalsium

Larutan baku kalsium 1000 µgml sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml lalu diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda. Dari larutan tersebut 10 µgml dipipet masing-masing 0,5 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml dan 2,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan diencerkan dengan akuabides hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,2 µgml; 0,4 µgml; 0,6 µgml; 0,8 µgml dan 1,0 µgml, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.8.1.2 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri tawar

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda. Lalu dipipet 1 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml Faktor pengenceran = 5000 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.8.1.3 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri nasi

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,2 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 500 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe Universitas Sumatera Utara 22 nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.8.1.4 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri toge

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,2 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 500 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.8.2 Fosfor 3.8.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku KH 2 PO 4 LIB I Ditimbang 0,44 g KH 2 PO 4 yang telah dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 C selama 1 jam, kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 5,0 ml HNO 3 5 N, dikocok hingga larut, dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis tanda. Diperoleh konsentrasi fosfor pada larutan induk baku LIB I adalah 1000 µgml.

3.8.2.2 Pembuatan kurva serapan larutan KH

2 PO 4 Dipipet 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan akuabidest sampai garis tanda 5 µgml. Di pipet 1 ml dari larutan 5 µgml di masukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5 ml akuabides dan ditambahkan 1 ml larutan pengembang fosfor, kocok. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 400-800 nm. Universitas Sumatera Utara 23

3.8.2.3 Penentuan waktu kerja

Dipipet 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis tanda 5 µgml. Dipipet 1 ml dari larutan tersebut, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1,0 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok, dan kemudian didiamkan. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm mulai menit ke-10 hingga menit ke 60 dengan interval 1 menit.

3.8.2.4 Pembuatan kurva kalibrasi fosfor

Dipipet 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml; 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian dicukupkan volumenya sampai garis tanda. Dipipet 1 ml larutan tersebut, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok dan diamkan selama 49 menit. Dengan konsentrasi larutan 0,1429 µgml; 0,2857 µgml; 0,4286 µgml; 0,5714 µgml; 0,7143 µgml. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 710 nm pada menit ke-49 menit dengan spektrofotometri sinar tampak.

3.8.2.5 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri tawar

Dipipet 0,2 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok Faktor Pengenceran = 3500 kali. Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh. Universitas Sumatera Utara 24

3.8.2.6 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri nasi

Dipipet 0,8 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok Faktor Pengenceran = 875 kali. Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh.

3.8.2.7 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri toge

Dipipet 0,4 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok Faktor Pengenceran = 1750 kali. Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh. Menurut Gandjar dan Rohman, 2007, kadar mineral dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: g Sampel Berat n pengencera Faktor x ml Volume x µgml i Konsentras µgg Logam Kadar  3.9 Analisis Data Secara Statistik 3.9.1 Penolakan hasil pengamatan Kadar kalsium, dan fosfor yang diperoleh dari hasil pengukuran masing- masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi. Menurut Sudjana 2005, rumus standar deviasi adalah: Universitas Sumatera Utara 25 SD =   1 - n X - Xi 2  Keterangan: Xi = Kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah perlakuan Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t hitung = n SD X Xi  dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, α = 0,01, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar mineral : µ = X ± t α2, dk x SD √n Keterangan:  X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = Derajat kebebasan dk = n-1 α = Interval kepercayaan n = Jumlah perlakuan Dari hasil pengujian dapat dilihat dengan jelas perbedaan kadar kalsium dan fosfor yang signifikan antar sampel. Oleh karena itu tidak dilakukan uji statistik lebih lanjut. 3.10 Uji Validasi Metode Analisis 3.10.1 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi Universitas Sumatera Utara 26 merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku X SY =   2 2    n Yi Y Batas deteksi LOD = slope X SY x 3 Batas kuantitasi LOQ = slope X SY x 10

3.10.2 Uji perolehan kembali recovery

Menurut Harmita, 2004, uji perolehan kembali atau recovery dapat dilakukan dengan metode penambahan larutan standar standard addition method. Larutan baku yang ditambahkan untuk kalsium yaitu 13 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgml untuk teri tawar, 3 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgml untuk teri nasi dan teri toge. Larutan baku yang ditambahkan untuk fosfor yaitu 7 ml larutan baku fosfor konsentrasi 1000 µgml untuk teri tawar, 2 ml larutan baku fosfor konsentrasi 1000 µgml untuk teri nasi, dan 3 ml larutan baku fosfor konsentrasi 1000 µgml untuk teri toge. Sampel ikan teri yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 5 g di dalam krus porselen, lalu ditambahkan 13 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgml untuk teri tawar, 3 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgml untuk teri nasi dan teri toge. Dan untuk fosfor ditambahkan larutan baku fosfor konsentrasi 1000 µgml 7 ml untuk teri tawar, 2 Universitas Sumatera Utara 27 ml untuk teri nasi dan 3 ml untuk teri toge. Kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Harmita, 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: Perolehan Kembali= C F - C A x 100 Keterangan : C A = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku mg100g C F = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku mg100g C A = Kadar larutan baku yang ditambahkan mg100g

3.10.3 Simpangan baku relatif

Menurut Harmita, 2004, keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah: RSD = 100  X SD Keterangan :  X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi RSD = Relative Standard Deviation C A Universitas Sumatera Utara 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi sampel yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Selatan terhadap ikan teri adalah jenis Stolephorus spp. suku Engraulidae. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 40.

4.2 Analisis Kualitatif