Fosfor .1 Pembuatan Larutan Induk Baku KH

22 nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.8.1.4 Penetapan kadar kalsium dalam sampel teri toge

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,2 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan akuabides hingga garis tanda Faktor pengenceran = 500 kali. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.8.2 Fosfor 3.8.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku KH 2 PO 4 LIB I Ditimbang 0,44 g KH 2 PO 4 yang telah dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 C selama 1 jam, kemudian dimasukan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 5,0 ml HNO 3 5 N, dikocok hingga larut, dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis tanda. Diperoleh konsentrasi fosfor pada larutan induk baku LIB I adalah 1000 µgml.

3.8.2.2 Pembuatan kurva serapan larutan KH

2 PO 4 Dipipet 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan akuabidest sampai garis tanda 5 µgml. Di pipet 1 ml dari larutan 5 µgml di masukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5 ml akuabides dan ditambahkan 1 ml larutan pengembang fosfor, kocok. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 400-800 nm. Universitas Sumatera Utara 23

3.8.2.3 Penentuan waktu kerja

Dipipet 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan akuabides hingga garis tanda 5 µgml. Dipipet 1 ml dari larutan tersebut, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1,0 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok, dan kemudian didiamkan. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm mulai menit ke-10 hingga menit ke 60 dengan interval 1 menit.

3.8.2.4 Pembuatan kurva kalibrasi fosfor

Dipipet 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml; 0,5 ml dari LIB I, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian dicukupkan volumenya sampai garis tanda. Dipipet 1 ml larutan tersebut, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok dan diamkan selama 49 menit. Dengan konsentrasi larutan 0,1429 µgml; 0,2857 µgml; 0,4286 µgml; 0,5714 µgml; 0,7143 µgml. Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 710 nm pada menit ke-49 menit dengan spektrofotometri sinar tampak.

3.8.2.5 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri tawar

Dipipet 0,2 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok Faktor Pengenceran = 3500 kali. Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh. Universitas Sumatera Utara 24

3.8.2.6 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri nasi

Dipipet 0,8 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok Faktor Pengenceran = 875 kali. Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh.

3.8.2.7 Penetapan kadar fosfor dalam sampel teri toge

Dipipet 0,4 ml larutan sampel, dimasukan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volume dengan akuabides hingga garis tanda. Dipipet 1,0 ml larutan tersebut, dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5,0 ml akuabides dan 1 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok Faktor Pengenceran = 1750 kali. Diamkan selama 49 menit. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 710 nm. Pengukuran harus dilakukan dalam rentang waktu kerja yang telah di peroleh. Menurut Gandjar dan Rohman, 2007, kadar mineral dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: g Sampel Berat n pengencera Faktor x ml Volume x µgml i Konsentras µgg Logam Kadar  3.9 Analisis Data Secara Statistik 3.9.1 Penolakan hasil pengamatan Kadar kalsium, dan fosfor yang diperoleh dari hasil pengukuran masing- masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi. Menurut Sudjana 2005, rumus standar deviasi adalah: Universitas Sumatera Utara 25 SD =   1 - n X - Xi 2  Keterangan: Xi = Kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah perlakuan Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t hitung = n SD X Xi  dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, α = 0,01, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar mineral : µ = X ± t α2, dk x SD √n Keterangan:  X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = Derajat kebebasan dk = n-1 α = Interval kepercayaan n = Jumlah perlakuan Dari hasil pengujian dapat dilihat dengan jelas perbedaan kadar kalsium dan fosfor yang signifikan antar sampel. Oleh karena itu tidak dilakukan uji statistik lebih lanjut. 3.10 Uji Validasi Metode Analisis 3.10.1 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi Universitas Sumatera Utara 26 merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku X SY =   2 2    n Yi Y Batas deteksi LOD = slope X SY x 3 Batas kuantitasi LOQ = slope X SY x 10

3.10.2 Uji perolehan kembali recovery