Penetapan Kadar Fosfor Dalam Buah Petai (Parkia speciosa) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

(1)

SKRIPSI

PENETAPAN KADAR FOSFOR DALAM BUAH PETAI

(

Parkia speciosa

) SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK

OLEH:

MELISA

NIM 101524032

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENETAPAN KADAR FOSFOR DALAM BUAH PETAI

(

Parkia speciosa

) SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MELISA

NIM 101524032

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR FOSFOR DALAM BUAH PETAI (

Parkia

speciosa

) SECARA SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK

OLEH: MELISA NIM 101524032

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 24 November 2012 Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Penguji,

Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt. Prof. Dr. rer.nat. E. De Lux Putra., SU., Apt. NIP 194809041974122001 NIP 195306191983031001

Drs. Nurmadjuzita, M.Si., Apt. NIP 194809041974122001

Pembimbing II,

Dra. Tuty Roida Pardede., M.Si., Apt. NIP 195401101980032001

Drs. Fatur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 195201041980031002

Drs. Siti Nurbaya, M.Si., Apt. NIP 195008261974122001

Medan, 24 November 2012 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatra Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara, dengan judul:“Penetapan Kadar Fosfor dalam Buah Petai (Parkia speciosa) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak”.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Syamsuddin, S.E., dan Ibunda Hj. Setiawaty yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi.

2. Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt., dan bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan, staf pengajar dan staf administrasi fakultas Farmasi yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan membantu kemudahan administrasi.

4. Ibu Dra. Masria Lasma Tambunan, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.


(5)

5. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., selaku Kepala Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian. 6. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku Kepala

Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas pada penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

7. Kakanda tercinta (Yulia), serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

8. Sahabat-sahabat ku Milva, Felisia S, dan Uci serta untuk teman seperjuangan penelitian di laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif dan laboratorium Penelitian Nerdy, Pratiwi, Deva, Ade Putri, Elida, Nita dan seluruh teman-teman Ekstensi angkatan 2010, terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini.

9. Serta seluruh pihak yang telah ikut membantu penuliis namun tidak tercantum namanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(6)

PENETAPAN KADAR FOSFOR DALAM BUAH PETAI (Parkia speciosa) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

ABSTRAK

Buah petai (Parkia speciosa) pada umumnya sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan ataupun masakan lainnya, walaupun sebagian masyarakat ada juga yang tidak menyukai petai karena aromanya yang khas. Oleh karena itu makanan ini sering dikenal sebagai makanan tradisional. Tanaman ini banyak mengandung mineral, salah satu mineral yang paling banyak yaitu fosfor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fosfor pada buah petai jenis padi dan petai jenis papan.

Analisis kualitatif fosfor dilakukan dengan mengubahnya menjadi posfat dan diidentifikasi dengan pereaksi ammonium molibdat, terjadinya endapan kuning. Penetapan kadar dilakukan dengan spektrofotometri sinar tampak dengan penambahan pereaksi pembentuk warna posfat, warna biru yang terbentuk diukur pada panjang gelombang 717 nm.

Hasil penetapan kadar fosfor untuk petai jenis padi adalah 86,155 mg/100g, untuk petai jenis papan adalah 70,763 mg/100g. Hasil uji validasi metode yang dilakukan memberikan akurasi dan presisi yang memenuhi syarat yaitu 99,92% dengan RSD 0,13% dan batas deteksi (LOD) 0,1724 µg/ml dan batas kuanti (LOQ) 0,5747 µg/ml.


(7)

DETERMINATION OF PHOSPHORIC CONTENT IN PETAI (Parkia speciosa) WITH SPECTROPHOTOMETRY RAY

ABSTRACT

Parkia speciosa generally consumed by people as other dishes, although there are some people who do not like it due to its odor. It is often recognized as a traditional and uncommon food. This plant products mineral, one of the mineral much is producted is phosphorus. The purpose of this study was to determine levels of phosphorus in the both types: petai padi and papan.

Qualitative analysis of phosphorus carried out by turning it into phosphate and ammonium molybdate reagent identified, the yellow precipitate.

Spectrophotometric assay performed with visible light with the addition of the color-forming reagent phosphate, blue color formed was measured at a

wavelength of 717 nm.

The level of phosphorus in petai padi was 86.155 mg/100 g, for petai papan was 70.763 mg/100 g. Validation test method indicated accurate results. The limits of detection and quantittative indicated by phosphorus recovery percent (99.92%) with RSD 0,13% and LOD of 0.1724 µg/ml and LOQ of 0.5747 µg/ml. Key words: Parkia speciosa, phosphorus, visible spectrophotometry


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Uraian Umum ... 4

2.1.1 Taksonomi Buah Petai ... 4

2.1.2 Deskripsi Buah Petai ... 4

2.1.3 Kandungan Kimia Petai ... 5

2.1.4 Manfaat Petai ... 5

2.2 Mineral ... 5


(9)

2.2.2 Kekurangan Fosfor ... 7

2.2.3 Analisis Kualitatif Fosfor Sebagai Posfat Kompleks ... 8

2.2.4 Analisis Kualitatif Fosfor Sebagai Posfat Kompleks ... 8

2.3 Spektrofotometri Sinar Tampak dan Sinar Ultraviolet ... 8

2.4 Parameter Validasi ... 10

2.5 Uji Recovery ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Lokasi Penelitian ... 14

3.2 Alat-alat ... 14

3.3 Bahan-bahan ... 14

3.4 Sampel ... 14

3.5 Prosedur ... 15

3.5.1 Pembuatan Pereaksi ... 15

3.5.1.1 Larutan HNO3 5N ... 15

3.5.1.2 Larutan H2SO4 5N ... 15

3.5.1.3 Larutan Ammonium Molibdat 4% b/v ... 15

3.5.1.4 Larutan Asam Askorbat 0,1 N ... 15

3.5.1.5 Larutan Kalium Antimonil Tartrat 0,274% b/v ... 15

3.5.1.6 Larutan Pengembang Warna Fosfor ... 16

3.5.2 Proses Destruksi ... 16


(10)

3.5.2.2 Pembuatan Larutan Sampel ... 16 3.5.3 Analisis Fosfor ... 17

3.5.3.1 Analisis Kualitatif Fosfor Sebagai Posfat

Kompleks ... 17 3.5.3.2 Analisis Kuantitaf Fosfor Sebagai Posfat

Kompleks ... 17 3.5.3.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku

KH2PO4 ( LIB I) ... 17 3.5.3.2.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku

KH2PO4 ( LIB II) ... 17 3.5.3.2.2 Penentuan Waktu Kerja ... 17 3.5.3.2.3 Pembuatan Kurva Serapan Larutan

KH2PO4 ... 18 3.5.3.2.4 Pembuatan Kurva Kalibarasi Larutan

Baku Fosfor ... 18 3.5.3.2.5 Penetapan Kadar Fosfor Dalam

Sampel ... 18 3.5.4 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 19 3.5.5 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi .... 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21 4.1 Destruksi Kering ... 21 4.2 Analisis Fosfor Pada Buah Petai Padi dan Buah Petai

Papan ... 21 4.2.1 Analisis Kualitatif Fosfor Sebagai Posfat

Kompleks ... 21 4.2.2 Analisis Kuantitatif Fosfor Sebagai Posfat

Kompleks ... 21

4.2.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan


(11)

4.2.2.2 Penentuan Waktu Kerja Kompleks Fosfor Molibdat Pada Panjang Gelombang

Maksimum 717 nm ... 22

4.2.2.3 Kurva kalibrasi Kompleks Molibdat ... 23

4.2.2.4 Penetapan Kadar Fosfor dalam Sampel ... 24

4.3 Analisis Data Secara Statistik ... 25

4.3.1 Analisis Variansi ... 25

4.4 Perolehan Kembali (Recovery)... 25

4.5 Simpangan Baku Relatif ... 26

4.6 Batas/Limit Deteksi (LOD) dan Batas /Limit Kuantitas (LOQ) ... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Data Serapan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfor

Pada Panjang Gelombang 717 nm ... 23 Table 2 : Kadar Mineral Fosfor Dalam Buah Petai Padi dan

Papan ... 25


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kurva Serapan Senyawa Kompleks Fosfor Pada

Konsentrasi 8 µg/ml ... 22 Gambar 2 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfor Pada Panjang


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Gambar Sampel Buah Petai Padi dan Buah Papan ... 30 Lampiran 2. Flowsheet Destruksi Kering Buah Petai ... 31 Lampiran 3. Hasil Analisis Buah Petai Padi dan Buah Petai Papan ... 33 Lampiran 4. Data Penentuan Waktu Kerja Senyawa Fosfor

Kompleks Pada Panjang Gelombang = 717 nm ... 34 Lampiran 5. Perhitungan Persamaan Regresi ... 36 Lampiran 6. Daftar Berat Sampel dan Berat Abu ... 37 Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Fosfor

Dalam Sampel Dengan Menggunakan Persamaan

Regresi ... 38 Lampiran 8. Data Serapan Sampel, Konsentrasi, dan Kadar Fosfor

Dengan 6 Kali Replikasi ... 39 Lampiran 9. Perhitungan Kadar Fosfor Sebenarnya Dalam Buah

Petai Padi dan Buah Petai Papan Secara

Spektrofotometri Sinar Tampak ... 40 Lampiran 10. Data Untuk penentuan Recovery ... 44 Lampiran 11. Perhitungan Kadar Fosfor Dalam Buah Petai Papan

Setelah Penambahan Larutan Standar dan

Perhitungan Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 45 Lampiran 12. Data Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 47 Lampiran 13. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 48 Lampiran 14. Perhitungan Konsentrasi Larutan Induk Baku KH2PO4 . 49 Lampiran 15. Tabel Distribusi t ... 50


(15)

PENETAPAN KADAR FOSFOR DALAM BUAH PETAI (Parkia speciosa) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

ABSTRAK

Buah petai (Parkia speciosa) pada umumnya sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan ataupun masakan lainnya, walaupun sebagian masyarakat ada juga yang tidak menyukai petai karena aromanya yang khas. Oleh karena itu makanan ini sering dikenal sebagai makanan tradisional. Tanaman ini banyak mengandung mineral, salah satu mineral yang paling banyak yaitu fosfor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fosfor pada buah petai jenis padi dan petai jenis papan.

Analisis kualitatif fosfor dilakukan dengan mengubahnya menjadi posfat dan diidentifikasi dengan pereaksi ammonium molibdat, terjadinya endapan kuning. Penetapan kadar dilakukan dengan spektrofotometri sinar tampak dengan penambahan pereaksi pembentuk warna posfat, warna biru yang terbentuk diukur pada panjang gelombang 717 nm.

Hasil penetapan kadar fosfor untuk petai jenis padi adalah 86,155 mg/100g, untuk petai jenis papan adalah 70,763 mg/100g. Hasil uji validasi metode yang dilakukan memberikan akurasi dan presisi yang memenuhi syarat yaitu 99,92% dengan RSD 0,13% dan batas deteksi (LOD) 0,1724 µg/ml dan batas kuanti (LOQ) 0,5747 µg/ml.


(16)

DETERMINATION OF PHOSPHORIC CONTENT IN PETAI (Parkia speciosa) WITH SPECTROPHOTOMETRY RAY

ABSTRACT

Parkia speciosa generally consumed by people as other dishes, although there are some people who do not like it due to its odor. It is often recognized as a traditional and uncommon food. This plant products mineral, one of the mineral much is producted is phosphorus. The purpose of this study was to determine levels of phosphorus in the both types: petai padi and papan.

Qualitative analysis of phosphorus carried out by turning it into phosphate and ammonium molybdate reagent identified, the yellow precipitate.

Spectrophotometric assay performed with visible light with the addition of the color-forming reagent phosphate, blue color formed was measured at a

wavelength of 717 nm.

The level of phosphorus in petai padi was 86.155 mg/100 g, for petai papan was 70.763 mg/100 g. Validation test method indicated accurate results. The limits of detection and quantittative indicated by phosphorus recovery percent (99.92%) with RSD 0,13% and LOD of 0.1724 µg/ml and LOQ of 0.5747 µg/ml. Key words: Parkia speciosa, phosphorus, visible spectrophotometry


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Petai pada umumnya sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan ataupun masakan lainnya, walaupun sebagian masyarakat ada juga yang tidak menyukai petai karena aromanya yang khas. Oleh karena itu makanan ini sering dikenal sebagai makanan tradisional (Setianingsih, 1995).

Berdasarkan jumlah biji pada polongnya, tanaman petai dikelompokkan menjadi dua: yaitu petai papan dan petai padi. Petai papan ini mempunyai polong sepanjang 25-30 cm dengan biji mencapai 15 buah, tebalnya sekitar ± 0,7 cm dengan panjang ± 2,5 cm dan lebar ± 1,5 cm. Petai padi ukuran buahnya lebih pendek dari petai papan. Jumlah biji tiap polong antara 10-12 buah. Ukuran bijinya juga lebih kecil yaitu tebalnya sekitar ± 0,5 cm dengan panjang ± 2 cm dan lebar ± 1,5 cm (Setianingsih, 1995).

Tanaman ini mengandung banyak mineral yakni : kalsium, fosfor, zat besi, vitamin dan mineral lainnya. Kandungan mineral dalam 100 gram buah petai adalah 95 mg kalsium; 115 mg fosfor dan 1,2 mg zat besi (Sediaoetama, 2008).

Mineral merupakan unsur yang dibutuhkan oleh tubuh manusia yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Unsur ini digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, misalnya natrium, klor, kalsium, kalium, magnesium, sulfur dan fosfor, sedangkan mineral


(18)

mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari, misalnya besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt dan fluor (Almatsier, 2004).

Fosfor merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Fosfor yang dibutuhkan didalam tubuh orang dewasa yaitu 450 mg, untuk ibu hamil yaitu kebutuhan orang dewasa ditambah 200 mg, untuk ibu menyusui yaitu kebutuhan orang dewasa ditambah 200-300 mg, dan untuk anak-anak 350- 400 mg, (Yayuk, dkk., 2006). Di dalam tubuh fosfor berada dalam bentuk kalsium fosfat Kristal yang tidak larut. Fosfor mempunyai peranan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen esensial bagi banyak sel dan merupakan alat transpor asam lemak. Fosfor berperan pula dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa (Pudjiadi, S., 2000).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui kadar fosfor dalam buah petai padi dan buah petai papan yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat.

1.2Perumusan Masalah

a. Berapakah kadar fosfor pada buah petai padi dan petai papan.

b. Apakah terdapat perbedaan kadar fosfor pada petai padi dan petai papan.

1.3 Hipotesis

a. Buah petai padi dan buah petai papan mengandung fosfor dalam jumlah tertentu.

b. Terdapat perbedaan kadar fosfor pada buah petai Padi dan buah petai


(19)

1.4Tujuan Penelitian

a. Mengetahui kadar fosfor yang terdapat pada buah petai (Parkia specios).

b. Mengetahui perbedaan kadar fosfor yang terdapat pada buah petai papan

dan buah petai padi. 1.5Manfaat Penelitian

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kadar mineral fosfor pada buah petai.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum

Tanaman petai diperkirakan berasal dari Malaysia. Akan tetapi, sudah lama tanaman ini tumbuh dan dibudidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah-daerah yang mempunyai musim kemarau yang tidak terlalu ekstrem (Endang, 1995).

2.1.1 Taksonomi Buah Petai

Adapun taksonomi buah petai yaitu sebagai berikut (Depkes, 2001) : Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiosprmae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Rosales Suku : Mimosaceae Marga : Parkia

Jenis : Parkia Speciosa Hassk 2.1.2 Deskripsi Buah Petai

Tanaman petai berupa pohon dengan ketinggian antara 5-25 m dan membentuk percabangan yang banyak. Daun menyirip ganda. Karangan bunga berbentuk bongkol yang terkulai dengan tangkai yang panjang , bunga yang masih muda dan belum mekar bewarna hijau. Setelah dewasa dan terlihat benang sari dan putiknya , bunga petai berubah menjadi warna kuning. Ukurannya pun menjadi lebih besar , buah berbentuk polong panjang dan pipih. Biji tesusun rapi dalam polong yang menggantung di pohon dan pada setiap polong terdapat 10-18 biji . Setiap biji diselaputi kulit tipis bewarna putih pada saat biji masih muda dan selaput tersebut akan menjadi bewarna kuning pada saat biji sudah tua. Biji


(21)

petai yang masih muda agak lunak dan setelah tua menjadi lebih keras (Endang, 1995).

2.1.3 Kandungan Kimia Petai

Tanaman ini mengandung banyak mineral yakni : kalsium, fosfor, zat besi, vitamin dan mineral lainnya. Kandungan mineral dalam 100 gram buah petai adalah 95 mg kalsium; 115 mg fosfor; 1,2 mg zat besi (Sediaoetama, 2008).

2.1.4 Manfaat Petai

Bagi kesehatan, buah petai mempunyai manfaat yang nyata dalam hal: - Menurunkan tekanan darah

- Melancarkan pencernaan - Mencegah luka lambung

- Membantu untuk menghentikan merokok 2.2 Mineral

Mineral dalam tubuh manusia mengalami proses biokimia untuk membantu proses fisiologi. Dalam sistem fisiologi manusia, unsur tersebut juga dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen, yang ditemukan dalam jumlah relatif besar (> 0,005% dari berat badan) dan mikroelemen yang ditemukan dalam jumlah relatif kecil (< 0,005% dari berat badan) (Darmono, 1995).

Di samping itu, mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur (Almatsier, 2004).

Secara tidak langsung, mineral banyak berperan dalam proses pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kerja mineral lainnya (Poedjiadi, A., 2006).


(22)

2.2.1 Fosfor

Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai garam kalsium fosfat yang tidak dapat larut yang terdapat di dalam tulang dan gigi. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1 : 2 dengan kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan ekstraseluler. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen struktur dinding sel. Sebagai fosfat organik, fosfor memegang peranan penting dalam reaksi yang berkaitan dengan penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin TriPosfat (ATP) (Almatsier, 2004).

Fosfor mempunyai peranan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen esensial bagi banyak sel dan merupakan alat transport asam lemak. Fosfor berperan pula dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa (Pudjiadi, S., 2000).

Pada umumnya bahan makanan yang mengandung banyak kalsium merupakan juga sumber fosfor, seperti susu, keju, daging, ikan, telur, dan serealia. Biasanya kira-kira 70% dari fosfor yang berada dalam makanan dapat diserap oleh tubuh. Penyerapan akan lebih baik bila fosfor dan kalsium dimakan dalam jumlah yang sama (Poedjiadi, A., 2006).

Fosfor dapat diabsorpsi secara efisien sebagai fosfor bebas di dalam usus setelah dihidrolisis dan dilepas dari makanan. Bila konsumsi fosfor rendah, taraf absorbsi dapat mencapai 90% dari konsumsi fosfor. Fosfor dibebaskan dari makanan oleh enzim alkalin fosfatase di dalam mukosa usus halus dan diabsorpsi


(23)

secara aktif dan difusi pasif. Terdapat sebagai fosfat anorganik atau sebagai fosfolipida (Almatsier, 2004).

Faktor-faktor makanan lain yang menghalangi absorbsi fosfor adalah magnesium dan antasid yang mengandung aluminium, karena membentuk garam yang tidak larut dalam air. Angka kecukupan fosfor rata-rata sehari adalah 400-500 mg (Almatsier, 2004).

2.2.2 Kekurangan Fosfor

Konsumsi pangan kurang fosfor jarang dijumpai pada manusi; Karena peranannya yang sangat penting dalam metabolisme pada jaringan hewan dan tanaman, maka mineral ini umumnya terdapat dalam setiap bahan makanan (Almatsier, 2004).

Gejala kekurangan fosfor dapat terjadi pada individu yang mendapat nutrisi parenteral lama atau mereka yang banyak menggunakan antasida (Pudjiadi, S., 2000). Aluminium hidroksida yang terdapat dalam antasida dapat mengikat fosfor sehingga tidak dapat diabsorbsi. Kekurangan fosfor menyebabkan kerusakan tulang. Gejalanya adalah rasa lelah, kurang nafsu makan dan kerusakan tulang. Bayi prematur juga dapat menderita kekurangan fosfor, karena cepatnya pertumbuhan tulang sehingga kebutuhan fosfor yang tidak bisa dipenuhi oleh ASI (Almatsier, 2004).

2.2.3 Analisis Kualitatif Fosfor Sebagai Posfat Kompleks.

Analisis kualitatif fosfor sebagai posfat menurut Vogel ( 1985), dapat dilakukan dengan pereaksi ammonium molibdat. Analisis kualitatif dilakukan pada larutan sampel yang mengandung posfat. Ke dalam tabung reaksi


(24)

dimasukkan 5 ml larutan sampel, ditambah pereaksi ammonium molibdat 4% b/v ± 2 ml, dikocok dan didiamkan, maka akan terbentuk endapan kuning.

2.2.5 Analisis Kuantitatif Fosfor Sebagai Posfat Kompleks

Larutan sampel dipipet 10 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan akuades sehingga 50 ml, ditambahkan 13 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok, akan terbentuk warna biru yang belum diketahui senyawa kompleks apa yang terjadi, volume dicukupkan dengan akuades hingga garis tanda kemudian didiamkan. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum (Sinaga, 2011).

2.3 Spektrofotometri Sinar Ultraviolet dan Sinar Tampak

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektroskopi serapan ultraviolet, sinar tampak, infra merah, dan serapan atom (Ditjen POM, 1995). Keuntungan utama dari metode ini yaitu dapat menetapkan kadar suatu zat yang sangat kecil (Bassett, 1991).

Spektrofotometer Ultraviolet dan Visibel adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan sinar tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan sinar tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometer Ultraviolet dan Visibel biasanya digunakan untuk molekul dan ion organik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum Ultraviolet dan Visibel sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan


(25)

mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada rentang panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada rentang panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).

Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah sinar tampak mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada daerah ultraviolet (Fessenden dan Fessenden, 1982).

Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya. Sinar putih mengandung radiasi pada semua panjang gelombang di daerah sinar tampak. Sinar pada panjang gelombang tunggal (radiasi monokromatik) dapat dipilih dari sinar putih. Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm (Gholib dan Rohman, 2007).

Alat spektrofotometri pada dasarnya terdiri atas sumber sinar, monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus, dan alat ukur atau pencatat. Spektrofotometer dapat bekerja secara otomatik ataupun tidak, dan dapat mempunyai sistem sinar tunggal dan ganda (Ditjen POM, 1979).

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk pengukuran pada daerah untuk ultraviolet dan lampu tungsten untuk pengukuran pada daerah sinar tampak. Panjang gelombang dari sumber sinar akan dibagi oleh pemisahan atau monokromator (Dachriyanus, 2004).


(26)

Analisis kuantitatif secara spektrofotometri dapat dilakukan dengan metode regresi dan pendekatan (Holme dan Peck, 1983):

1. Metode Regresi

Analisis kuantitatif dengan metode regresi dilakukan dengan menggunakan persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi larutan baku yang dibuat dalam berbagai konsentrasi, paling sedikit mnggunakan lima konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan linier, kemudian diplot mengasilkan suatu kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.

2. Metode Pendekatan

Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan larutan baku yang konsentrasinya diketahui dengan serapan larutan

sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui perbandingan Cs =

Ab Cb As.

dimana As = serapan sampel, Cs = konsentrasi sampel, Ab = serapan baku, dan Cb = konsentrasi baku.

2.4 Parameter Validasi

Validasi adalah kerja yang dicatat dalam dokumen untuk membuktikan bahwa prosedur analisis yang diuji akan dapat memenuhi fungsi yang sesuai dengan tujuannya dengan konsisten dan betul-betul memberikan hasil seperti yang diharapkan. Tujuan validasi adalah agar prosedur analisis tersebut diketahui akurasi dan variabilitasnya, gangguan yang mungkin ada teridentifikasi dan diketahui pula kespesifikan, presisi, serta kepekaannya (limit deteksi). Parameter


(27)

analisis khas yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, kespesifikan, limit deteksi, kelinieran, dan rentang (Satiadarma, dkk., 2004).

Akurasi dari suatu metode analisis adalah kedekatan nilai hasil uji yang diperoleh dengan prosedur tersebut dari harga yang sebenarnya. Akurasi merupakan ukuran ketepatan prosedur analisis. Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian di antara masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulangkali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari suatu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi) (Satiadarma, dkk., 2004).

Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuannya untuk mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, di samping komponen lain yang terdapat dalam matriks sampel. Kespesifikan sering kali dinyatakan sebagai derajat bias dari hasil analisis sampel yang mengandung pencemaran, hasil degradasi, senyawa sejenis yang ditambahkan atau komponen matriks, dibandingkan dengan hasil uji sampel analit tanpa zat tambahan (Satiadarma, dkk., 2004).

Limit deteksi dari suatu metode analisis adalah nilai parameter uji batas, yaitu konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi, tetapi tidak dikuantitasi pada kondisi percobaan yang dilakukan. Limit deteksi dinyatakan dalam konsentrasi analit dalam sampel (Satiadarma, dkk., 2004).

Limit kuantitasi dari suatu metode analisis adalah nilai parameter penentuan kuantitatif senyawa yang terdapat dalam konsentrasi rendah dalam matriks. Limit kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi


(28)

eksperimen yang ditentukan. Limit kuantitasi dinyatakan dalam konsentrasi analit dalam sampel (Satiadarma, dkk., 2004).

Penentuan batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan kemiringan (slope) linieritas baku dengan rumus:

SD =

) 2 (

)

( 2

− −

n x x

LOD =

slope X xSY/ 3

Sedangkan untuk penentuan batas kuantitasi dapat digunakan rumus (Harmita, 2004):

LOQ =

slope X xSY/ 10

Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13. 2.5 Uji Recovery

Penentuan suatu zat dalam campurannya dengan salah satu metode tertentu selalu terbuka kemungkinan adanya gangguan komponen dalam campurannya, sehingga kadar sebenarnya dari analit dalam sampel tidak dapat diketahui dengan pasti. Percobaan recovery dilakukan untuk mengetahui kadar analit sebenarnya dan ketepatan suatu metode untuk campuran tertentu. Hal ini sangat penting dalam mengetahui kadar sebenarnya dan selanjutnya dapat dilakukan evaluasi terhadap produk (Rosita, 1997).

Percobaan recovery suatu zat dalam suatu sampel dilakukan dengan cara, pertama adalah menentukan kadar zat yang diinginkan dalam sampel selanjutnya ditambahkan bahan baku yang jumlahnya diketahui dengan pasti ke dalam sampel


(29)

yang sama dan dianalisis dengan cara yang sama. Persen recovery dapat dicari dengan menggunakan rumus (Harmita, 2004):

% Recovery = 100%

n ditambahka yang

baku larutan kadar

awal sampel dalam

kadar baku

penambahan setelah

kadar

× −


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian Purposif, yaitu dengan tidak membedakan asal buah Petai tersebut

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian untuk uji kualitatif dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU, sedangkan uji kuantitatif dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu), neraca analitik, tanur, oven, hot plate, blender, krus porselen, botol amber, dan alat-alat gelas.

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan yang berkualitas pro analis dari E. Merck yaitu asam nitrat, ammonium molibdat, asam sulfat, asam askorbat, kalium dihidrogen fosfat, kalium antimonil tatrat kecuali air suling dari Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU.

3.4 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah petai padi dan buah petai papan yang diperoleh dari Pasar Tradisional Setia Budi Tanjung Rejo gambar sampel dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 33.

3.5 Prosedur


(31)

3.5.1.1 Larutan HNO3 5N

Larutan HNO3 65% b/v sebanyak 500 ml diencerkan dengan air suling hingga 500 ml (Ditjen POM, 1979).

3.5.1.2 Larutan H2SO4 5 N

Dipipet 70 ml H2SO4 96% v/v, dimasukkan perlahan-lahan melalui dinding ke dalam labu tentukur 500 ml yang telah berisi air suling setengahnya. Dicukupkan volumenya dengan air hingga garis tanda (Lancashire, 2006).

3.5.1.3 Larutan Ammonium molibdat 4%b/v

Ditimbang seksama 20 g ammonium molibdat. Kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 500 ml, ditambah dengan air suling dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga garis tanda (Lancashire, 2006).

3.5.1.4 Larutan Asam askorbat 0,1 N

Ditimbang seksama 8,8 g asam askorbat dan dilarutkan dalam labu tentukur 500 ml dengan air suling dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga garis tanda (Lancashire, 2006).

3.5.1.5 Larutan Kalium antimonil tatrat 0,274% b/v

Ditimbang seksama 0,274 g kalium antimonil tartat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml ditambah dengan air suling hingga garis tanda (Lancashire, 2006).

3.5.1.6 Larutan Pengembang Warna Fosfor

Dicampur 500 ml asam sulfat 5 N, 150 ml ammonium molibdat 4% b/v, 300 ml asam askorbat 0,1 N dan 50 ml kalium antimonil tatrat 0,274% b/v (Lancashire, 2006).


(32)

3.5.2 Proses Destruksi 3.5.2.1 Destruksi Kering

Sebanyak ± 1/2 kg Buah Petai ditimbang lalu dikupas kulitnya, selanjutnya diblender kemudian ditimbang seksama 10 g dalam krus porselen, kemudian dipanaskan di atas hot plate sampai kering dan mengarang. Diabukan di tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 50 jam dan dibiarkan hingga dingin. Abu ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1), kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering, kemudian dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500oC dengan interval 25oC. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin (Helrich, 1990). Flowsheet dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 34.

3.5.2.2 Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1), lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda (Helrich, 1990). Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42 dan 5 ml filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung dalam botol. Filtrat ini digunakan sebagai larutan sampel untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Flowsheet dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 35.


(33)

3.5.3 Analisis Fosfor

3.5.3.1 Analisis Kualitatif Fosfor Sebagai Posfat Kompleks

Analisis kualitatif fosfor dapat dilakukan dengan pereaksi ammonium molibdat. Analisis kualitatif dilakukan pada larutan sampel.

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan sampel, ditambah pereaksi ammonium molibdat 4% b/v ± 2 ml, dikocok dan didiamkan, maka akan terbentuk endapan kuning.

3.5.3.2 Analisis Kuantitatif Fosfor Sebagai Posfat Kompleks 3.5.3.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku KH2PO4 (LIB I)

Ditimbang 1,1 g KH2PO4 yang telah dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105oC, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 250 ml, ditambahkan 12,5 ml larutan HNO3 5 N, dikocok hingga larut, dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga garis tanda. Diperoleh konsentrasi fosfor pada Larutan Induk Baku (LIB) I adalah 1000 µg/ml.

3.5.3.2.1.1 Pembuatan Larutan Induk Baku KH2PO4 (LIB II)

Dari LIB I dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 250 ml, dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga garis tanda. Diperoleh konsentrasi fosfor pada Larutan Induk Baku (LIB) II adalah 40 µg/ml.

3.5.3.2.2 Penentuan Waktu Kerja

Dari LIB II dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan aquadest sehingga volume larutan menjadi 25 ml, ditambahkan 6,5 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok, dicukupkan volume dengan aquadest hingga garis tanda (konsentrasi 8 µg/ml), dan didiamkan kemudian


(34)

diukur serapan pada panjang gelombang maksimum 713 nm mulai menit ke-5 hingga menit tertentu dengan interval waktu 1 menit (Sinaga, 2011).

3.5.3.2.3 Pembuatan Kurva Serapan Larutan KH2PO4

Dari LIB II dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan akuades sehingga volume larutan menjadi 25 ml, ditambahkan 6,5 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok, dicukupkan volume dengan aquadest hingga garis tanda (konsentrasi 8 µg/ml), dan didiamkan kemudian diukur serapan pada panjang gelombang 400-800 nm pada waktu kerja diperoleh. 3.5.3.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Fosfor

Dari LIB II dipipet berturut-turut 5,0 ml; 7,5 ml; 10,0 ml; 12,5 ml; 15,0 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian ditambahkan akuades sehingga volumenya masing-masing larutan menjadi 25 ml, ditambahkan 6,5 ml larutan pengembang warna fosfor, dikocok, dicukupkan volumenya dengan akuades hingga garis tanda (konsentrasi 4,0 µg/ml; 6,0 µg/ml; 8,0 µg/ml; 10,0 µg/ml, dan 12 µg/ml) dan didiamkan selama 20 menit kemudian diukur serapan pada panjang gelombang maksimum.

3.5.3.2.5 Penetapan Kadar Fosfor Dalam Sampel

Larutan sampel dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan akuades sehingga volume larutan menjadi 50 ml, ditambahkan 13 ml larutan pereaksi pengembang warna fosfor, dikocok, dicukupkan volume dengan akuades hingga garis tanda kemudian didiamkan. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimum. Nilai serapan yang diperoleh harus berada didalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku, Dengan demikian konsentrasi fosfor dapat dihitung berdasarkan persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi.


(35)

Kadar fosfor dapat dihitung dengan rumus: Kadar (mcg/g) = C x V x Fp

W

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml) V = Volume labu kerja (ml)

Fp = Faktor pengenceran W = Berat sampel (g)

Contoh perhitungan hasil penetapan kadar fosfor dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 41 dan data hasil analisis kadar fosfor seluruhnya untuk setiap jenis buah petai padi dan buah petai papan dengan 6 kali replikasi dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 42.

Kadar fosfor sebenarnya dalam sampel dapat dihitung dengan rumus: µ = x ± (t(α/2, dk)

x SD/

n

Keterangan: x : kadar rata-rata sampel SD : Standar Deviasi

dk : derajat kebebasan ( dk = n-1) α : tingkat kepercayaan

n : banyak data

(Walpole, 1995). Perhitungan kadar fosfor sebenarnya dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 43, 44, 45, dan 46.

3.5.4 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan baku (standard addition method). Dalam metode ini, kadar fosfor dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar fosfor dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu (Ermer dan Miller, 2005).

Daging buah petai yang telah dihomogenkan ditimbang sebanyak 10 gram, lalu ditambahkan 1,5 ml (150 µg/g) larutan baku fosfor, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya.


(36)

Persen perolehan kembali (ujii recovery) dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (Harmita, 2004):

% recovery = 100%

n ditambahka yang baku larutan kadar awal sampel dalam kadar baku penambahan setelah

kadar − ×

Perhitungan kadar fosfor dalam buah petai setelah penambahan larutan baku dan perhitungan uji prolehan kembali pada Lampiran 11, halaman 48, dan 49 dan data % recovery dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 50.

3.5.5 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Penentuan batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan kemiringan (slope) linieritas baku dengan rumus:

SY/X = ) 2 ( ) ( 2 − −

n yi y

LOD = 3 x SY/X

Slope

Sedangkan untuk penentuan batas kuantitasi dapat digunakan rumus (Harmita, 2004):

LOQ = 10 x SY/X

Slope


(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Destruksi Kering

Fosfor organik dalam buah petai setelah didestruksi berubah menjadi fosfor oksida dalam valensi 3, yaitu P2O3 dan akhir destruksi akan terbentuk fosfor oksida valensi 5, yaitu P2O5 yang bila dilarutkan dalam HNO3 5N akan menjadi PO43-.

4.2 Analisis Fosfor pada Buah Petai Padi dan Buah Petai Papan 4.2.1 Analisis Kualitatif Fosfor Sebagai Posfat Kompleks

Analisis kualitatif fosfor dalam sampel dilakukan dengan reaksi menggunakan ammonium molibdat 4%, terbentuk endapan kuning. Hal ini menunjukan bahwa buah petai padi dan buah petai papan mengandung fosfor. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 35.

4.2.2 Analisis Kuantitatif Fosfor Sebagai Posfat Kompleks

4.2.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat

Dari LIB II dipipet 10 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan akuades sehingga volume menjadi 25 ml kemudian untuk pengukuran fosfor dengan Spektrofotometri Sinar Tampak dilakukan dengan penambahan 6,5 ml larutan pengembang warna fosfor. Larutan pereaksi warna yang digunakan campuran asam sulfat, ammonium molibdat, asam askorbat, dan kalium antimonil tatrat. Tujuan penambahan larutan ini adalah untuk membentuk senyawa biru dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm.

Hasil pengukuran menunjukkan serapan stabil pada menit ke-20 sampai menit ke-28. Hal ini sesuai dengan hasil orientasi yang telah dilakukan. Kurva


(38)

serapan senyawa kompleks fosfor molibdat dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut diperoleh panjang gelombang serapan maksimum adalah 717 nm. Menurut literatur kompleks fosfomolibdat memberikan serapan pada daerah sinar tampak pada panjang gelombang antara 700-723 nm (Lanchasire, 2006).

Gambar 1. Kurva Serapan Senyawa Kompleks Fosfor Pada Konsentrasi 8 µg/ml Data serapan maksimum kompleks fosfor molibdat diukur pada panjang gelombang maksimum 717 nm dan menghasilkan serapan 0,418.

4.2.2.2 Penentuan Waktu Kerja Kompleks Fosfor Molibdat pada Panjang Gelombang Maksimum 717 nm

Untuk menentukan kestabilan warna senyawa kompleks fosfor molibdat, digunakan larutan induk baku dengan konsentrasi 8 mcg/ml dan diukur serapannya pada panjang gelombang 717 nm mulai menit 6 sampai menit ke-65. Hasil pengukuran menunjukkan serapan stabil pada menit ke-20 hingga menit ke- 28. Data pengukuran waktu kerja kompleks fosfor molibdat dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman : 36, dan 37.

4.2.2.3 Kurva Kalibrasi Kompleks Molibdat

Kurva kalibrasi fosfor diperoleh dengan cara mengukur serapan dari satu larutan standar fosfor, yaitu 0, 4, 6 , 8, 10, dan 12 mcg/ml. Berdasarkan hasil


(39)

pengukuran serapan vs konsentrasi larutan standar tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2 :

Tabel 1. Data Serapan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfor pada Panjang Gelombang 717 nm

Abs

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fosfor pada Panjang Gelombang 717 nm.

Berdasarkan kurva kalibrasi diatas, diperoleh persamaan regresi untuk larutan standar fosfor, yaitu y = 0,0522 x – 0,0001 dengan r (koefisien korelasi) 0,9999. Nilai koefisien korelasi ≥ 0,95 menunjukan bukti adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara x dan y (Shargel dan Andrew, 1999). Kurva ini menunjukkan terdapat korelasi yang positif antara konsentrasi (x) dengan serapan (y) yang berarti meningkatnya konsentrasi akan meningkat pula serapannya (Sudjana, 2005). Perhitungan persamaan regresi dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 38.

No Konsentrasi Serapan

1 0,000 0.000

2 4.000 0.208

3 6.000 0.310

4 8.000 0.422

5 10.000 0.522


(40)

4.2.2.4 Penetapan Kadar Fosfor dalam Sampel

Larutan sampel diukur dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang = 717 nm, pada menit ke-20, konsentrasi dapat dihitung berdasarkan persamaan garis regresi. Data serapan dan konsentrasi larutan pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 41.

Fosfor dalam petai pada destruksi yang berupa P2O5 setelah dilarutkan dengan HNO3 berubah menjadi PO43- yang bereaksi dengan pereaksi pengembang warna yang membentuk komplek berwarna biru yang stabil selama 9 menit. Pengukuran dilakukan setelah menit ke-20 pada panjang gelombang 717 nm. Hasil analisis kuantitatif fosfor dalam buah petai padi dan buah petai papan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Kadar Mineral Fosfor Dalam Buah Petai Padi dan Papan

No. Sampel Kadar Sebenarnya

(µg/g) mg/100g

1 A 861,5521 ± 2,9644 86,155

2 B 707,6346 ± 3,6323 70,763

Keterangan :

A : Buah Petai Padi B : Buah Petai Papan

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel mengandung fosfor dengan kadar yang berbeda untuk setiap jenis buah. Menurut Sediaoetama (2008), yang terdapat pada daftar analisa bahan lauk-pauk (nabati) dalam buku yang berjudul Ilmu Gizi, kadar fosfor dalam buah petai sebesar 115 mg/100g. Hasil di atas menunjukkan bahwa kadar fosfor pada Buah Petai Padi lebih tinggi dibandingkan dengan kadar fosfor pada Buah Petai Papan tidak sesuai dengan literatur. Hal ini mungkin karena perbedaan tempat tumbuh dan sampel yang digunakan adalah


(41)

jenis petai yang beredar di Pasaran. Untuk membuktikan adanya perbedaan kadar fosfor pada setiap jenis petai diperlukan analisis data secara statistik.

4.3 Analisis Data secara Statistik 4.3.1 Analisis Variansi

4.4 Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel yang sama dan dianalisis dengan cara yang sama dengan pengerjaan sampel awal dan dilakukan penambahan larutan baku sebanyak 1,5 ml (150 µg/g). Uji perolehan kembali dilakukan untuk mengetahui ketepatan metode yang digunakan.

Persen uji perolehan kembali pada penelitian ini menunjukkan bahwa metode ini memberikan ketepatan yang baik, dimana diperoleh persen uji perolehan kembali untuk fosfor pada buah petai padi dengan buah petai papan sebesar 99,92%. Hasil persen uji perolehan kembali ini memenuhi batas-batas yang ditentukan, yaitu 90% - 107% (Harmita, 2004).

4.5 Simpangan Baku Relatif

Dari perhitungan yang dilakukan terhadap data hasil pengukuran kadar fosfor dalam sampel buah petai, diperoleh nilai simpangan baku, yaitu 1,1959 dan nilai simpangan baku relatif, yaitu 0,13 %. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif 2% atau kurang (Harmita, 2004). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki potensi yang baik.

4.6 Batas/Limit Deteksi (LOD) dan Batas/Limit Kuantitasi (LOQ)

Dari penelitian ini diperoleh batas deteksi (LOD) sebesar 0,1724 µg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 0,5747 µg/ml, sedangkan hasil pengukuran


(42)

fosfor pada sampel diperoleh konsentrasi terendah sebesar 7,0517 mcg/ml. Hasil ini berada di atas batas deteksi dan batas kuantitasi. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 50.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Kadar fosfor dalam Buah Petai Padi adalah 86,155 mg/100g, dan Buah Petai Papan adalah 70,763 mg/100g.

2. Terdapat perbedaan kadar antara Buah Petai Padi dan Buah Petai Papan yang diuji menggunakan metode Spektrofotometri Sinar Tampak.

5.2 Saran

1. Disarankan bagi yang suka dengan buah petai untuk mengkonsumsi buah petai padi karna lebih banyak mengandung fosfor yang penting untuk tulang dan gigi.

2. Dari hasil penelitian diatas diketahui bahwa buah petai dapat digunakan sebagai salah satu asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan Fosfor bagi tubuh.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Halaman 243, 245.

Bassett, J. (1991). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis. London: Longman Group Limited. Diterjemahkan Oleh Hadyana. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 942-943, 955-957.

Endang, S. (1995). Petai dan Jengkol. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Halaman 1-2.

Dachriyanus. (2004). Analisa Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi. Padang: Andalas Universitas Press. Halaman 1-3.

Darmono. (1995). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 75, 80-81, 90.

Depkes RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid Ke-dua. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 261

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 651, 772.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Ke-empat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1061.

Ermer, J., dan Miller, J.H.M. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. A Giude to Best Practice. Weinheim: Wiley-VCH. Halaman 89. Fessenden dan Fessenden. (1982). Organic Chemistry. Edisi Ketiga. Jilid Ke-tiga.

Diterjemah Oleh Pudjaatmaka A.H. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 437.

Gholib, I., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 222.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara Perhitungannya. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA UI. Halaman 119, 130, 131.

Helrich, K. (1990). Official Methods of Association of Official Analytical Chemist. Edisi ke-15. Arlington: Virginia USA. Halaman 42.

Holme, D.J., dan Peck, H. (1983). Analytical Biochemistry. London: Longman Inc. Halaman 40.

Lancashire, R.J. (2006). Colourimetric Determination of Phosphate.

Lehninger, A.L. (1982). Dasar-dasar Biokimia. Jilid 2. Diterjemahkan Oleh Thenawidjaja. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 45.

Poedjiadi, A. (2006). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 421.


(45)

Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi Klinik pada Anak. Edisi Ke-empat. Jakarta: Penerbit FK UI. Halaman 421.

Rosita. (1997). Analisa Formalin dan Boraks Serta Pengaruh Terhadap Daya Simpan Bakso Sapi.Skripsi. Medan: Jurusan Farmasi. USU.

Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D.H., dan Kartasasmita, R.E. (2004). Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga Universitas Press. Halaman 46-49.

Sediaoetama, A.D. (2008). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta: PT.Dian Rakyat. Halaman 297.

Setianingsih, E. (1995). Petai dan Jengkol. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 3. Shargel, L., dan Andrew, B.C.Y. (1999). Applied Biopharmacetics and

Pharmacokinetics.Wasington: Prentice-hall International Inc. Halaman 15. Sinaga, P.R.A. (2011). Penetapan Kadar Fosfor Dalam Buah Jambu Biji Merah

(Psidium guajava) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Skripsi.

Medan: Jurusan Farmasi. USU.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 371.

Vogel, A.I. (1985). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Edisi Kelima. Bagian II. Jakarta: PT. Kalaman Media Pustaka. Hal 378-881. Walpole, R.E. (1995). Pengantar Statistika. Penerjemah: Bambang Sumantri.

Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 381-397. Yayuk, F.B., Khomsan, A., dan Dwiriani, C.M. (2006). Pengantar Pangan Dan


(46)

Lampiran 1. Gambar Sampel Buah Petai Padi dan Buah Petai Papan

a. Gambar Buah Petai Padi


(47)

Lampiran 2. Flowsheet Destruksi Kering Buah Petai

Buah Petai

Diarangkan di atas hot plate

Diarangkan di atas hot plate

Diabukan di tanur selama 50 jam

Abu Hasil Destruksi Sampel yang telah mengarang

Dikeringkan kembali di atas hot plate

Diblender

Dilarutkan dengan 5 ml HNO3 (1:1) Ditimbang ± 10 gram dalam krus porselen Sampel yang telah dihaluskan

Abu


(48)

Sambungan Lampiran 2

Abu Hasil Destruksi

Dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1)

Dituangkan ke dalam labu tentukur 100 ml Diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda

Dimasukkan ke dalam botol Larutan sampel

Disaring dengan kertas saring Whatman No 42 No.42

Filtrat

Dibuang 5 ml untuk menjenuhkan kertas saring

Dilakukan analisis kualitatif

Dilakukan analisis kuantitatif dengan Spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 717 nm untuk Fosfor


(49)

Lampiran 3. Hasil Analisais Kualitatif Buah Petai Padi dan Buah Petai Papan

Gambar Hasil Uji Analisis Kualitatif Keterangan:

1. Sampel Larutan Petai Padi

2. Sampel + ammonium Molibdat Endapan Kuning 3. Sampel Larutan Petai Papan

4. Sampel + ammonium Molibdat Endapan Kuning


(50)

Lampiran 4. Data Penentuan Waktu Kerja Senyawa Fosfor Kompleks pada panjang gelombang = 717 nm

No. Menit ke- Absorbansi

1. 6 0.416

2. 7 0.416

3 8 0.416

4. 9 0.417

5. 10 0.418

6. 11 0.419

7. 12 0.420

8. 13 0.421

9. 14 0.422

10. 15 0.422

11. 16 0.423

12. 17 0.424

13. 18 0.425

14. 19 0.425

15. 20 0.426

16. 21 0.426

17. 22 0.426

18. 23 0.426

19. 24 0.426

20. 25 0.426

21. 26 0.426

22. 27 0.426

23. 28 0.426

24. 29 0.427

25. 30 0.428

26. 31 0.428

27. 32 0.430

28. 33 0.431

29. 34 0.432

30. 35 0.433

31. 36 0.434

32. 37 0.434

33. 38 0.435

34. 39 0.436

35. 40 0.437

36. 41 0.437

37. 42 0.438

38. 43 0.440

39. 44 0.440

40. 45 0.441

41. 46 0.442


(51)

Sambungan Lampiran 4

43. 48 0.444

44. 49 0.444

45. 50 0.446

46. 51 0.446

47. 52 0.447

48. 53 0.449

49. 54 0.450

50. 55 0.451

51. 56 0.452

52. 57 0.452

53. 58 0.453

54. 59 0.454

55. 60 0.456

56. 61 0.457

57. 62 0.457

58. 63 0.457

59. 64 0.458

Keterangan:

Kestabilan serapan kompleks fosfor molibdat pada panjang gelombang = 717 nm pada menit ke- 20 sampai menit ke-28.


(52)

Lampiran 5. Perhitungan Persamaan Regresi

No Konsentrasi (x) Absorbansi (y) Xy x2 y2

1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2. 4,0000 0,2080 0,8320 16,0000 0,0433

3. 6,0000 0,3100 1,8600 36,0000 0,0961

4. 8,0000 0,4220 3,3760 64,0000 0,1781

5. 10,0000 0,5220 5,2200 100,0000 0,2725

6. 12,0000 0,6240 7,4880 144,0000 0,3894

n = 6 ∑x = 40,0000 ∑y = 2,0860 ∑xy = 18,7760 ∑x2 = 360,0000 ∑y2 = 0,9793

x= 6,6667 y= 0,3477

a =

(

) (

)(

)

(

2

)

(

)

2

X X n Y X XY n

− −

a =

(

) ( )(

)

( ) ( )

2

40 360 6 0860 , 2 40 7760 , 18 6 − − a = 1600 2160 44 , 83 656 , 112 − − a = 0,0522

b = y - a x

= 0,3477 – (0,0522) (6,6667) = -0,0001

Jadi persamaan regresi y = 0,0522x – 0,0001

r =

(

) (

)(

)

(

) ( )

[

2 2

]

[

(

2

) ( )

2

]

Y Y n X X n Y X XY n

− − −

r =

(

) ( )(

)

( ) ( )

[

2

]

[

(

) (

)

2

]

0860 , 2 9793 , 0 6 40 360 6 0860 , 2 40 7760 , 18 6 − − − r = 218 , 29 216 , 29 r = 0,9999


(53)

Lampiran 6. Daftar Berat Sampel dan Berat Abu a. Buah Petai Padi

Sampel Berat Sampel (g) Berat Abu (g) Serapan

A1 10,001 0,1023 0,450

A2 10,002 0,1030 0,449

A3 10,003 0,1057 0,451

A4 10,004 0,1140 0,449

A5 10,017 0,1147 0,448

A6 10,002 0,1034 0,452

b. Buah Petai Papan

Sampel Berat Sampel (g) Berat Abu (g) Serapan

B1 10,001 0,1147 0,368

B2 10,005 0,1175 0,370

B3 10,009 0,1287 0,371

B4 10,008 0,1160 0,369

B5 10,006 0,1177 0,371


(54)

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Fosfor dalam Sampel dengan Menggunakan Persamaan Regresi

Contoh perhitungan konsentrasi fosfor dalam sampel yang beratnya 10,001 dan serapannya 0,4500

X = Konsentrasi Sampel Y = Serapan Sampel

Persamaan garis regresi yang diperoleh : Y = 0,0522 X – 0,0001 X = 0522 , 0 0001 , 0 450 , 0 +

X = 8,6226 8,µg/ml

Maka konsentrasi sampel tersebut adalah 8,6226 µg/ml. Kadar =

W x V x C FP

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml) V = Volume larutan sampel (ml)

FP = Faktor pengenceran W = Berat sampel (g)

Kadar =

001 , 10 ml 10 x ml 100 x μg/ml 6226 , 8

= 862,17 µg/g


(55)

Lampiran 8. Data Serapan Sampel, Konsentrasi, dan Kadar Fosfor dengan 6 Kali Replikasi

No Perlakuan Serapan Konsentrasi

(µg/ml) Kadar (µg/g)

1. A1 0,450 8,6226 862,1737

0,449 8,6034 860,1679

0,451 8,6417 863,9108

0,449 8,6030 859,9560

0,448 8,5842 856,9631

0,452 8,6609 865,9168

2. B1 0,368 7,0517 705,0994

0,370 7,0900 708,6456

0,371 7,1091 710,2707

0,369 7,0708 706,5229

0,371 7,1091 710,4932


(56)

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Fosfor Sebenarnya dalam Buah Petai Padi dan Buah Petai Papan Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

a. A1 (Buah Petai Padi)

No. Kadar (µg/g) (xi - xi ) (xi - xi )2

1 862,1737 0,659 0,4342

2 860,1679 -1,3468 1,8138

3 863,9108 2,3961 5,7412

4 859,9560 -1,5587 2,4295

5 856,9631 -4,5516 20,7170

6 865,9168 4,4021 19,3780

n = 6 ∑xi = 5169,0883 xi = 861,5147

∑(xi - xi )2 = 50,5137

Standar Deviasi (SD) =

(

)

(

)

3,1784

5 5137 , 50 1 2 = = − −

n x xi i

µg/g

Pada tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n – 1, diperoleh nilai ttabel(α/2, dk) = 2,5706.

Data diterima jika thitung < ttabel thitung =

(

)

n SD/

x xi− i

thitung 1 =

6 3,1784/ 659 , 0 = 0,5078 thitung 2 = -1,0379

thitung 3 = 1,8465 thitung 4 = -1,2012

thitung 5 = -3,5077 (ditolak) thitung 6 = 3,3924 (ditolak)


(57)

Dari hasil uji statistik di atas diketahui bahwa kadar no. 5 dan 6 ditolak, sehingga dilakukan kembali uji statistik tanpa mengikutsertakan data no. 5 dan 6.

No. Kadar (µg/g) (xi - xi ) (xi - xi )2

1 862,1737 0,6216 0,3863

2 860,1679 -1,3842 1,9160

3 863,9108 2,3587 5,5634

4 859,9560 -1,5961 2,5475

n = 6 ∑xi = 3446,2084 xi = 861,5521

∑(xi - xi )2 = 10,4132

Standar Deviasi (SD) =

(

)

(

)

3 1,8630

4132 , 10 1 2 = = − −

n x xi i

µg/g

Pada tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n – 1, diperoleh nilai ttabel(α/2, dk) = 3,1824.

Data diterima jika thitung < ttabel thitung =

(

)

n SD/

x xii

thitung 1 =

4 1,8630/ 6216 , 0 = 0,5287 thitung 2 = -1,1779

thitung 3 = -1,3576 thitung 4 = -1,3576

Kadar sebenarnya (µ) terletak antara : µ = x µg/g ± (ttabel x SD/ n ) µg/g

= 861,5521 ± (3,1824 x 1,8630/ 4 ) = (861,5521 ± 2,9644) µg/g


(58)

b. B1 (Buah Petai Papan)

No. Kadar (µg/g) (xi - xi ) (xi - xi )2

1 705,0994 -2,5190 6,3463

2 708,6456 -1,0272 1,0551

3 710,2707 2,6523 7,0346

4 706,5229 -1,0955 1,2001

5 710,4932 2,8748 8,2644

6 704,6791 -2,9393 8,6394

n = 6 ∑xi = 4245,7109 xi = 707,6184

∑(xi - xi )2 = 32,5399

Standar Deviasi (SD) =

(

)

(

)

5 2,5510

5399 , 32 1 2 = = − −

n x xi i

µg/g

Pada tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n – 1, diperoleh nilai ttabel(α/2, dk) = 2,5706.

Data diterima jika thitung < ttabel thitung =

(

)

n SD/

x xii

thitung 1 =

6 2,5510/ 5190 , 2 − = -2,4188 thitung 2 = 0,9863

thitung 3 = 2,5468 thitung 4 = -1,0519

thitung 5 = 2,7605 (ditolak) thitung 6 = -2,8224 (ditolak)


(59)

Dari hasil uji statistik di atas diketahui bahwa kadar no. 5 dan 6 ditolak, sehingga dilakukan kembali uji statistik tanpa mengikutsertakan data no. 5 dan 6.

No. Kadar (µg/g) (xi - xi ) (xi - xi )2

1 705,0994 -2,5352 6,4273

2 708,6456 1,0110 1,0221

3 710,2707 2,6361 6,9490

4 706,5229 -1,1117 1,2358

n = 4 ∑xi = 2830,5386 xi = 707,6346

∑(xi - xi )2 = 15,6341

Standar Deviasi (SD) =

(

)

(

)

3 2,2828

6341 , 15 1 2 = = − −

n x xi i

µg/g

Pada tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05, dk = n – 1, diperoleh nilai ttabel(α/2, dk) = 3,1824

Data diterima jika thitung < ttabel thitung =

(

)

n SD/

x xii

thitung 1 =

4 2,2828/ 5352 , 2 − = -2,2211 thitung 2 = 0,8857

thitung 3 = 2,3095 thitung 4 = -0,9739

Kadar sebenarnya (µ) terletak antara : µ = x µg/g ± (ttabel x SD/ n ) µg/g

= 707,6346 ± (3,1824 x 2,2828/ 4 ) = (707,6346 ± 3,6323) µg/g


(60)

Lampiran 10. Data Untuk Penentuan Recovery

Sampel Berat Sampel (g)

Baku yang Ditambahkan

(ml)

Berat Abu Serapan

R1 10,004 1,5 0,1171 0,447

R2 10,000 1,5 0,1145 0,448


(61)

Lampiran 11. Perhitungan Kadar Fosfor dalam Buah Petai Padi Setelah Penambahan Larutan Standar dan Perhitungan Uji Perolehan Kembali (Recovery)

% Recovery =

n ditambahka yang baku jumlah awal sampel dalam analit jumlah -baku penambahan setelah analit l kadar tota x100% Kadar P standar yang ditambahkan

= Volumelarutan standar yangditambahkan sampel berat standar larutan i konsentras x

= 1,5ml

001 , 10 μg/ml 1000 x

= 150 µg/g

Persamaan Regresi : y = 0,0522 x – 0,0001 Konsentrasi 1 = 8,5651

0522 , 0 0001 , 0 447 , 0 = + µg/ml Konsentrasi 2 = 8,5842

0522 , 0 0001 , 0 448 ,

0 + =

µg/ml Konsentrasi 3 = 8,5842

0522 , 0 0001 , 0 448 , 0 = + µg/ml Maka,

Kadar 1 =

g 004 , 10 10 x ml 100 x μg/ml 5651 , 8

= 856,1675 µg/g Kadar 2 =

g 000 , 10 10 x ml 100 x μg/ml 5842 , 8

= 858,4200 µg/g Kadar 3 =

g 005 , 10 10 x ml 100 x μg/ml 5842 , 8

= 857,9910 µg/g

Kadar rata-rata =

(

)

3 μg/g 9910 , 857 4200 , 858 1675 ,

856 + +

= 857,5261 µg/g

% Recovery = 100%

150 6346 , 707 5261 , 857 x − = 99,92%


(62)

No. Kadar (µg/g) (xi - xi ) (xi - xi )2

1 856,1675 -1,3586 1,8457

2 858,4200 0,8939 0,7990

3 857,9910 0,4649 0,2161

∑xi = 2572,5785 xi = 857,5261

∑(xi - xi )2 = 2,8608

SY/X =

(

)

1,1959

1 -3 2,8608 1

-n

x xi 2

= =

i

µg/g

RSD = x SY/X

x 100 =

5261 , 857

1959 , 1


(63)

Lampiran 12. Data Uji Perolehan Kembali (Recovery) No. Penambahan

Standar

Berat Sampel

(g)

Serapan Konsentrasi (µg/ml)

KT (µg/g)

KA Rata-Rata (µg/g)

% Recovery 1 1,5 ml 10,004 0,447 8,5651 856,1675 707,6346 99,92

2 10,000 0,448 8,5842 858,4200

3 10,005 0,448 8,5842 857,9910

Rata-rata 857,5261

SD : RSD :

1,1959 0,13% Keterangan:

KT : Kadar Total setelah penambahan baku KA : Kadar Awal

SD : Standard Deviation


(64)

Lampiran 13. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi y = 0,0522 x – 0,0001

x1 = 0 y1= - 0,0001

x2 = 4 y2 = 0,0522 . 4 – 0,0001 = 0,2807

x3= 6 y3= 0,0522 . 6 – 0,0001 = 0,3131

x4= 8 y4 = 0,0522 . 8 – 0,0001 = 0,4175

x5 = 10 y5 = 0,0522 . 10 – 0,0001 = 0,5219

x6 = 12 y6 = 0,0522 . 12 – 0,0001 = 0,6263 No. Konsentrasi

(x)

Absorbansi

(y) yi y - yi (y-yi)

2

1 0,0000 0,0000 -0,0001 0,0001 0,00000001 2 4,0000 0,2080 0,2807 -0,0007 0,00000049 3 6,0000 0,3100 0,3131 -0,0031 0,00000961 4 8,0000 0,4220 0,4175 0,0045 0,00002025 5 10,0000 0,5220 0,5219 0,0001 0,00000001 6 12,0000 0,6246 0,6263 -0,0023 0,00000529 ∑(y-yi)2= 0,00003566

SB Residual (SY) =

(

(

)

)

(

)

= − =

2 6 0,000035 2 -n y -y i 2

0,0030

Batas Deteksi =

(

)

0522 , 0 0030 , 0 3 Slope SY x 3 =

= 0,1724 µg/ml

Batas Kuantitasi =

(

)

0522 , 0 0030 , 0 10 Slope SY x 10


(65)

Lampiran 14. Perhitungan Konsentrasi Larutan Induk Baku KH2PO4 Kadar Fosfor dalam Laruta KH2PO4 =

( )

4 2 4

2

PO KH BM

BAP x

ml V

PO KH mg

=

136 31 ml 250

g 1 , 1

x

= 1000 µg/ml (LIB I)

Dari Larutan Induk Baku I akan dibuat Larutan Induk Baku II dengan konsentrasi 40 µg/ml sebanyak 250 ml.

V1 x C1 = V2 x C2 x x 1000 = 250 x 40 V1 = 10 ml


(66)

(1)

Lampiran 11. Perhitungan Kadar Fosfor dalam Buah Petai Padi Setelah Penambahan Larutan Standar dan Perhitungan Uji Perolehan Kembali (Recovery)

% Recovery =

n ditambahka yang baku jumlah awal sampel dalam analit jumlah -baku penambahan setelah analit l kadar tota x100% Kadar P standar yang ditambahkan

= Volumelarutan standar yangditambahkan sampel berat standar larutan i konsentras x

= 1,5ml

001 , 10 μg/ml 1000 x

= 150 µg/g

Persamaan Regresi : y = 0,0522 x – 0,0001 Konsentrasi 1 = 8,5651

0522 , 0 0001 , 0 447 , 0 = + µg/ml Konsentrasi 2 = 8,5842

0522 , 0 0001 , 0 448 ,

0 + =

µg/ml Konsentrasi 3 = 8,5842

0522 , 0 0001 , 0 448 , 0 = + µg/ml Maka,

Kadar 1 =

g 004 , 10 10 x ml 100 x μg/ml 5651 , 8

= 856,1675 µg/g Kadar 2 =

g 000 , 10 10 x ml 100 x μg/ml 5842 , 8

= 858,4200 µg/g Kadar 3 =

g 005 , 10 10 x ml 100 x μg/ml 5842 , 8

= 857,9910 µg/g

Kadar rata-rata =

(

)

3 μg/g 9910 , 857 4200 , 858 1675 ,

856 + +

= 857,5261 µg/g

% Recovery = 100%

150 6346 , 707 5261 , 857 x − = 99,92%


(2)

No. Kadar (µg/g) (xi - xi ) (xi - xi )2

1 856,1675 -1,3586 1,8457

2 858,4200 0,8939 0,7990

3 857,9910 0,4649 0,2161

∑xi = 2572,5785

xi = 857,5261

∑(xi - xi )2 = 2,8608

SY/X =

(

)

1,1959

1 -3 2,8608 1

-n

x xi 2

= =

i

µg/g RSD =

x SY/X

x 100 =

5261 , 857

1959 , 1


(3)

Lampiran 12. Data Uji Perolehan Kembali (Recovery) No. Penambahan

Standar

Berat Sampel

(g)

Serapan Konsentrasi (µg/ml)

KT (µg/g)

KA Rata-Rata (µg/g)

% Recovery 1 1,5 ml 10,004 0,447 8,5651 856,1675 707,6346 99,92

2 10,000 0,448 8,5842 858,4200

3 10,005 0,448 8,5842 857,9910

Rata-rata 857,5261

SD : RSD :

1,1959 0,13% Keterangan:

KT : Kadar Total setelah penambahan baku KA : Kadar Awal

SD : Standard Deviation

RSD : Relative Standard Deviation (Simpangan Baku Relatif = %)


(4)

Lampiran 13. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi y = 0,0522 x – 0,0001

x1 = 0 y1= - 0,0001

x2 = 4 y2 = 0,0522 . 4 – 0,0001 = 0,2807

x3= 6 y3= 0,0522 . 6 – 0,0001 = 0,3131

x4= 8 y4 = 0,0522 . 8 – 0,0001 = 0,4175

x5 = 10 y5 = 0,0522 . 10 – 0,0001 = 0,5219

x6 = 12 y6 = 0,0522 . 12 – 0,0001 = 0,6263

No. Konsentrasi (x)

Absorbansi

(y) yi y - yi (y-yi)

2

1 0,0000 0,0000 -0,0001 0,0001 0,00000001 2 4,0000 0,2080 0,2807 -0,0007 0,00000049 3 6,0000 0,3100 0,3131 -0,0031 0,00000961 4 8,0000 0,4220 0,4175 0,0045 0,00002025 5 10,0000 0,5220 0,5219 0,0001 0,00000001 6 12,0000 0,6246 0,6263 -0,0023 0,00000529 ∑(y-yi)2=

0,00003566

SB Residual (SY) =

(

(

)

)

(

)

=

− =

2 6 0,000035 2

-n

y -y i 2

0,0030

Batas Deteksi =

(

)

0522 , 0

0030 , 0 3 Slope

SY x

3 =

= 0,1724 µg/ml

Batas Kuantitasi =

(

)

0522 , 0

0030 , 0 10 Slope

SY x 10


(5)

Lampiran 14. Perhitungan Konsentrasi Larutan Induk Baku KH2PO4

Kadar Fosfor dalam Laruta KH2PO4 =

( )

4 2 4

2

PO KH BM

BAP x

ml V

PO KH mg

=

136 31 ml 250

g 1 , 1

x

= 1000 µg/ml (LIB I)

Dari Larutan Induk Baku I akan dibuat Larutan Induk Baku II dengan konsentrasi 40 µg/ml sebanyak 250 ml.

V1 x C1 = V2 x C2

x x 1000 = 250 x 40 V1 = 10 ml

Maka, untuk membuat LIB II dibutuhkan LIB I sebanyak 10 ml.


(6)