42
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
catatan  atas  laporan  keuangan  yang  berisi  ringkasan  kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
C. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Menurut  UU  No.  17  Tahun  2012  tentang  Perkoperasian  pasal  1, Koperasi  adalah  badan  hokum  yang  didirikan  oleh  orang  perseorangan
atau  badan  hokum  koperasi,  dengan  pemisahaan  kekayaan  para anggotanya  sebagai  modal  untuk  menjalankan  usaha,  yang  memenuhi
aspirasi  dan  kebutuhan  bersama  di  bidang  ekonomi,  sosial,  dan  budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi
Menurut UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian pasal 2 dan 3, Koperasi  berlandaskan  Pancasila  dan  Undang-Undang  Dasar  1945  dan
berdasar atas asas kekeluargaan. Sedangkan dalam UU No. 17 Tahun 2012 tentang  Perkoperasian  pasal  4,  Koperasi  bertujuan  meningkatkan
kesejahteraan  Anggota  pada  khususnya  dan  masyarakat  pada  umumnya, sekaligus  sebagai  bagian  yang  tak  terpisahkan  dari  tatanan  perekonomian
nasional yang demokratis dan berkeadilan. 3.
Prinsip Koperasi Menurut  No.  17  Tahun  2012  tentang  Perkoperasian  pasal  6,  Koperasi
melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut :
43
a. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis;
c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi;
d. Koperasi  merupakan  badan  usaha  swadaya  yang  otonom,  dan
independen; e.
Koperasi  menyelenggarakan  pendidikan  dan  pelatihan  bagi  Anggota, Pengawas,  Pengurus,  dan  karyawannya,  serta  memberikan  informasi
kepada  masyarakat  tentang  jati  diri,  kegiatan,  dan  kemanfaatan Koperasi;
f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan
Koperasi,  dengan  bekerja  sama  melalui  jaringan  kegiatan  pada  tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan
g. Koperasi  bekerja  untuk  pembangunan  berkelanjutan  bagi  lingkungan
dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota. 4.
Modal Koperasi Berdasarkan  UU  No.  17  Tahun  2012  tentang  Perkoperasian  pasal  66,
Modal  koperasi  terdiri  dari  Setoran  Pokok  dan  Sertifikat  Modal  Koperasi sebagai  modal  awal.  Selain  modal  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  1
modal Koperasi dapat berasal dari: a.
Hibah; b.
Modal Penyertaan; c.
Modal pinjaman yang berasal dari: a
Anggota;
44
b Koperasi lainnya danatau Anggotanya;
c Bank  dan  lembaga  keuangan  lainnya;modal  sendiri  dan  modal
pinjaman. d
Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; danatau e
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. d.
Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar danatau ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Selisih Hasil Usaha SHU Koperasi
Menurut  UU  No.  17  Tahun  2012  tentang  Perkoperasian  pasal  78 dijelaskan bahwa surplus hasil usaha:
a. Mengacu  pada  ketentuan  Anggaran  Dasar  dan  keputusan  Rapat
Anggota,  Surplus  Hasil  Usaha  disisihkan  terlebih  dahulu  untuk  Dana Cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:
a Anggota  sebanding  dengan  transaksi  usaha  yang  dilakukan  oleh
masing-masing Anggota dengan Koperasi; b
Anggota  sebanding  dengan  Sertifikat  Modal  Koperasi  yang dimiliki;
c Pembayaran  bonus  kepada  Pengawas,  Pengurus,  dan  karyawan
Koperasi; d
Pembayaran  kewajiban  kepada  dana  pembangunan  Koperasi  dan kewajiban lainnya; danatau
e Penggunaan lain yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
45
b. Koperasi  dilarang  membagikan  kepada  Anggota  Surplus  Hasil  Usaha
yang berasal dari transaksi dengan non-Anggota. c.
Surplus  Hasil  Usaha  yang  berasal  dari  non-Anggota  sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat digunakan untuk mengembangkan usaha
Koperasi dan meningkatkan pelayanan kepada Anggota. 6.
Jenis Koperasi Menurut UU No 17 Tahun 2012 pasal 83 jenis koperasi terdiri dari :
a. Koperasi  konsumen  menyelenggarakan  kegiatan  usaha  pelayanan  di
bidang penyediaan barang kebutuhan Anggota dan non-Anggota. b.
Koperasi  produsen  menyelenggarakan  kegiatan  usaha  pelayanan  di bidang  pengadaan  sarana  produksi  dan  pemasaran  produksi  yang
dihasilkan Anggota kepada Anggota dan non-Anggota. c.
Koperasi jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non- simpan pinjam yang diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota.
d. Koperasi  Simpan  Pinjam  menjalankan  usaha  simpan  pinjam  sebagai
satu-satunya usaha yang melayani Anggota. 7.
Pendapatan dan Beban Koperasi a.
Pendapatan Koperasi Menurut  Pernyataan  Standar  Akuntansi  Keuangan  PSAK  No.  27
Revisi  1998  tentang  Akuntansi  Perkoperasian  dijelaskan  bahwa pendapatan  koperasi  yang  timbul  dari  transaksi  dengan  anggota  diakui
sebagai  partisipasi  bruto.  Partisipasi  bruto  pada  dasarnya  adalah penjualan  barangjasa  kepada  anggota.  Dalam  kegiatan  pengadaan
46
barang  dan  jasa  untuk  anggota,  partisipasi  bruto  dihitung  dari  harga pelayanan  yang  diterima  atau  dibayar  oleh  anggota  yang  mencakup
beban  pokok  dan  partisipasi  bruto  dihitung  dari  beban  jual  hasil produksi  anggota  baik  kepada  nonanggota  maupun  kepada  anggota.
Sedangkan  pendapatan  koperasi  yang  berasal  dari  transaksi  dengan nonanggota  diakui  sebagai  pendapatan  penjualan  dan  dilaporkan
terpisah dari partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar  nilai  transaksi.Selisih  antara  pendapatan  dan  beban  pokok
transaksi dengan nonanggota diakui sebagai laba atau rugi kotor dengan nonanggota.
b. Beban Koperasi
Menurut  Pernyataan  Standar  Akuntansi  Keuangan  PSAK  No.  27 Revisi  1998  tentang  Akuntansi  Perkoperasian  dijelaskan  bahwa  beban
usaha  dan  beban-beban  perkoperasian  harus  disajikan  terpisah  dalam laporan  perhitungan  hasil  usaha.  Dalam  meningkatkan  kesejahteraan
anggota,  koperasi  tidak  hanya  berfungsi  menjalankan  usaha-usaha bisnis  yang  memberikan  manfaat  atau  keuntungan  ekonomi  kepada
anggota, tetapi juga harus menjalankan fungsi lain untuk meningkatkan kemampuan sumber daya anggota, baik secara khusus maupun sumber
daya koperasi secara nasional. Kegiatan ini tidak dilakukan oleh badan usaha  lain.  Beban-beban  yang  dikeluarkan  untuk  kegiatan  ini  disebut
dengan  beban  perkoperasian.  Termasuk  dalam  beban  ini  antara  lain
47
adalah  beban  pelatihan  anggota,  beban  pengembangan  usaha  anggota, dan beban iuran untuk gerakan koperasi Dewan Koperasi Indonesia.
D. Penelitian Terdahulu