Hubungan Antara Lama Bermukim Dengan Perilaku Responden

3. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Perilaku Responden

Pendidikan berpengaruh nyata pada perilaku responden yang membuang sampah ke sungai, memanfaatkan sungai untuk MCK dan yang memanfaatkan sungai untuk kegiatan memancing. Korelasi positif terdapat pada hubungan pendidikan dengan perilaku membuang sampah dan memanfaatkan sungai untuk MCK. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin jarang sekali ia membuang sampah atau limbah ke sungai, karena mereka sadar bahwa dengan seringnya membuang sampah ke sungai akan merusak kelestarian lingkungan sungai, dan demikian mereka juga akan tidak atau kurang mau memanfaatkan air sungai untuk MCK, karena airnya sudah tercemar. Sedangkan perilaku responden yang memanfaatkan sungai untuk sarana rekreasi seperti memancing memiliki hubungan yang negatif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikannya, dia semakin sering melakukan kegiatan rekreasi seperti memancing, karena mereka memahami bahwa rekreasi juga kebutuhan spritual yang bisa menyegarkan kepenatan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Hubungan Antara Lama Bermukim Dengan Perilaku Responden

Hubungan antara lama bermukim dengan perilaku masyarakat khususnya responden terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai menunjukkan bahwa hubungan keduanya sangat signifikan. Berdasarkan hasil tersebut diambil kesimpulan bahwa responden yang sudah lama bermukim dengan yang baru bermukim perilakunya berbeda terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai, khususnya Sungai Deli. Responden yang telah lama bermukim di bantaran sungai lebih sering membuang berperilaku membuang sampah ke sungai dan memanfaatkan sungai untuk MCK, karena selama rentang waktu yang lebih lama dibanding dengan responden yang baru bermukim di bantaran sungai mereka lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sungai. Faktor lama bermukim ini juga mempengaruhi perilaku responden dalam pemanfaatan sungai sebagai sarana Universitas Sumatera Utara ekowisata memancing dan sumber perekonomian masyarakat pengambilan pasir dan batu. Responden yang lebih lama bermukim di bantaran sungai interaksinya untuk perilaku memancing dan pengambilan pasir batu lebih jarang dibanding responden yang lain, dari hasil wawancara dengan responden yang telah lama tinggal di bantaran sungai menyatakan mereka melihat adanya kerusakan pada lingkungan sungai di sekitar mereka yang mana ini akan mengganggu kualitas ekologinya seperti ikan-ikan yang ada di sungai sehingga mereka tidak mau atau sangat jarang mengambil ikan di sungai. Begitu juga dengan pengambilan pasir dan batu. Responden menyatakan mereka jarang mengambil pasir dan batu karena kegiatan ini dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan sungai untuk menahan air yang datang dari daerah hulu jika terjadi hujan deras, karena pasir pada dasarnya dapat menyerap air dan batu dapat menahan kuatnya arus air yang datang dari daerah hulu yang dapat mengurangi resiko banjir. Hubungan Korelasi Antara Persepsi Responden Dengan Perilaku Responden. Setiap persepsi seseorang dapat diaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari yang mana dapat dilihat dari bentuk tingkah laku atau perilakunya. Hubungan antara persepsi dan perilaku ini dapat berupa hubungan positif dan hubungan negatif. Berikut disajikan tabel hubungan antara persepsi responden dengan perilaku responden. Tabel 16 Hubungan Korelasi Antara Persepsi Responden Dengan Perilaku Responden N o Persepsi Responden Perilaku Responden 1 2 3 4 1 Koefisien korelasi -0,042 -0,008 0,190 -0,120 Sig. 2-tailed 0,649 0,929 0,037 0,192 N 120 120 120 120 2 Koefisien korelasi 0,216 0,124 0,173 0,023 Sig. 2-tailed 0,018 0,176 0,059 0,802 N 120 120 120 120 3 Koefisien korelasi 0,081 0,078 0,127 0,010 Sig. 2-tailed 0,380 0,397 0,166 0,916 Universitas Sumatera Utara N 120 120 120 120 4 Koefisien korelasi 0,077 0,216 0,105 0,150 Sig. 2-tailed 0,405 0,018 0,254 0,101 N 120 120 120 120 Keterangan : 1 = Persepsi responden terhadap larangan membuang sampah dan limbah ke sungai. 2 = Persepsi responden terhadap kualitas air dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar sungai. 3 = Persepsi responden terhadap kegiatan yang menjadikan sungai menjadi tempat rekreasi ekowisata dan pengairan irigasi. 4 = Persepsi responden terhadap pengaruh tingkat kebersihan sungai terhadap kesehatan masyarakat. 1. Perilaku responden yang membuang sampah ke sungai, 2. Perilaku responden dalam pemanfaatan sungai untuk MCK, 3. Perilaku responden dalam pemanfaatan sungai untuk kegiatan rekreasi seperti memancing, 4. Perilaku responden yang menjadikan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat seperti tempat pengambilan pasir dan batu = Berkorelasi nyata pada level 0,05 atau 95 korelasinya nyata = Berkorelasi nyata pada level 0,01 atau 99 korelasinya nyata. ● Pembahasannya 1. Korelasi antara persepsi responden terhadap larangan pencemaran sungai dengan perilaku responden yang membuang sampah ke sungai. Dari hasil analisa Korelasi Spearman antara persepsi responden terhadap larangan membuang sampah ke sungai dengan perilaku responden dalam hal membuang sampah ke sungai, dimana hubungan keduanya tidak signifikan nyata dan berkorelasi negatif. Sesuai dengan hasil yang telah diperoleh, maka dapat kita nyatakan bahwa masyarakat sangat merespon dengan positif dengan adanya larangan pencemaran sungai, karena mereka sangat setuju dengan adanya larangan pencemaran sungai akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat. Larangan pencemaran sungai ini diterima baik oleh masyarakat dengan memberikan pernyataan “sangat setuju” sebanyak 67 responden 55,8 , sedangkan responden yang menyatakan ketidaksetujuannya memiliki persentase yang jauh lebih kecil. Hasil dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 17 Persepsi larangan membuang sampah ke sungai No Persepsi larangan membuang sampah ke sungai Jumlah Persen 1 Sangat tidak setuju 1 0,8 2 Tidak setuju 2 1,7 3 Ragu-ragu 4 3,3 4 Setuju 46 38,4 5 Sangat setuju 67 55,8 Total 120 100 Observasi yang dilakukan di lapangan dapat memberikan informasi bahwa masyarakat sangat terganggu dengan pencemaran yang ada di sungai itu sendiri maupun pencemaran akibat limbah industri. Oleh karena itu mereka sangat setuju diadakan larangan pencemaran sungai, yang nantinya akan membawa manfaat besar bagi masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat yang tinggal di bantaran pada khususnya. Akan tetapi, jika kita lihat perilaku masyarakat khususnya perilaku responden masih banyak yang membuang sampah ke sungai, perilaku tersebut dapat dilihat pada tabel 18 berikut : Tabel 18 Perilaku Masyarakat yang Membuang Sampah ke Sungai No Perilaku membuang sampah Jumlah Persen 1 Sangat sering 16 13.3 2 Sering 30 25 3 Jarang 21 17,5 4 Sangat jarang 19 15,8 5 Tidak pernah 33 27,5 Total 120 100 Jadi, dinyatakan bahwa persepsi masyarakat tersebut tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, dimana masih banyak yang membuang sampah ke sungai dengan tingkat frekuensi yang berbeda-beda, ada yang sangat sering, sering, jarang dan sangat jarang. Sedangkan responden yang tidak pernah membuang sampah ke sungai hanya sebagian kecil saja dari jumlah seluruh responden. Beberapa responden telah mempunyai tempat sampah sendiri di rumah masing-masing atau tempat pembangunan sampah umum yang telah dibuat oleh aparat pemerintah di lingkungan mereka tinggal. Walaupun demikian masih terdapat juga responden yang membuang sampah ke sungai. Hal ini karena responden berpendapat bahwa membuang sampah ke sungai lebih praktis daripada Universitas Sumatera Utara harus membakarnya atau menggali tanah untuk menimbunnya. Hal ini juga terjadi karena responden mengatakan bahwa tidak adanya larangan dan sanksi yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga mereka tidak khawatir untuk dikenakan sanksi. Peningkatan jumlah dan kesejahteraan penduduk serta peningkatan kegiatan pembangunan ekonomi, disatu pihak menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih yang tergantung pada kualitas air sungai, tetapi dilain pihak menimbulkan potensi peningkatan beban pencemaran ke dalam sungai apabila tidak ada upaya menurunkan beban pencemaran buangan limbah. Dengan masih adanya masyarakat yang membuang sampah ke sungai, kualitas air sungai Deli di sekitar Kota Medan menjadi mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Bapedalda Sumatera Utara bahwa tingkat degradasi kualitas air sungai yang mengalir di Kota Medan berada pada tingkat mengkhawatirkan . hasil penelitian ini menunjukkan air Sungai Deli yang dijadikan sampel tidak layak digunakan untuk mandi dan cuci. Karena masih cukup banyak penduduk yang tinggal di pinggiran sungai, maka diperlukan waktu yang cukup lama merelokasi penduduk di sepanjang aliran sungai untuk mengembalikan kualitas air sungai menjadi bagus. 2. Korelasi antara persepsi responden terhadap kualitas air sungai dengan perilaku responden terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Untuk kualitas air sungai dengan adanya pemukiman dan industri di sekitarnya , para responden banyak yang menyatakan bahwa kualitas air sungai mnejadi buruk bahkan sangat buruk dengan adanya pemukiman dan industri tersebut. Hasil persepsi tersebut dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 19 Persepsi Responden Terhadap Kualitas Air No Persepsi kondisi dan kualitas air sungai Jumlah Persen 1 Sangat buruk 61 50,8 2 Buruk 25 20,8 3 Biasa saja 34 28,3 4 Tidak buruk 5 Sangat tidak buruk Total 120 100 Para responden menyadari bahwa dengan adanya pemukiman dan industri di sekitar sungai kualitas air sungai akan tercemar karena masih banyak masyarakat dan industri yang membuang sampah dan limbahnya ke sungai. Selain dari sudut pandang para responden yang menyatakan hal tersebut, bahkan mereka juga merasakan dampak tersebut secara langsung dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun Perusahaan Air Minum PAM sudah ada, tetapi masih banyak responden yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan MCK nya. Hasil nya dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini : Tabel 20 Responden Yang Memanfaatkan Air Sungai Untuk Kebutuhan MCK No Pemanfaatan air sungai untuk MCK Jumlah Persen 1 Ya 56 46,7 2 Tidak 64 53,3 Total 120 100 Dari hasil diatas diperoleh bahwa masyarakat responden masih ada yang tetap menggunakan air sungai tersebut untuk mencuci dan mandi. Hal ini dikarenakan sulitnya untuk mendapatkan air bersih, walaupun ada, mereka harus mengeluarkan dana untuk mendapatkannya, sementara pendapatan mereka hanya cukup untuk kebutuhan yang lain. Ini dijumpai pada lokasi Kelurahan Labuhan Deli. Untuk kelurahan lain sudah banyak yang tidak menggunakan air sungai. Dari hasil penelitian Bapedalda Sumut menyatakan bahwa kualitas air Sungai Deli tidak mungkin lagi dipakai untuk mandi dan cuci. Memang kualitas air ini berfluktuasi, dipengaruhi debit air sungai. Tingkat ancaman bagi penduduk yang tinggal di pinggiran Sungai Deli sangat tinggi. Universitas Sumatera Utara Dalam rangka mengurangi dan menanggulangi dampak pencemaran lingkungan, perlu diadakan pengaturan dan pengawasan atas segala kegiatan yang ada di sekitar sungai. Pengaturan dan pengawasan ini dimaksudkan agar segala persyaratan keselamatan lingkungan sungai dapat dipenuhi dengan baik sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan sungai dapat ditekan sekecil- kecilnya. 3. Korelasi antara persepsi dan perilaku responden terhadap pemanfaatan jasa lingkungan sungai. Adapun korelasi atau hubungan antara persepsi dan perilaku responden tersebut diatas dapat dilihat pada tabel 21 berikut ini : Tabel 21 Persepsi Responden Terhadap Sungai Dijadikan Tempat Rekreasi Ekowisata dan Irigasi Pengairan. No Persepsi Responden Jumlah Persen 1 Sangat tidak setuju 6 5 2 Tidak setuju 1 0,8 3 Ragu-ragu 2 1,7 4 Setuju 45 37,5 5 Sangat setuju 66 55 Total 120 100 Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa sangat banyak responden yang menyatakan sangat setuju jika sungai dijadikan sebagai tempat rekreasi ekowisata dan irigasi pengairan, mereka tahu bahwa jika sungai dijadikan untuk kegiatan tersebut diatas maka kelestarian dan keseimbangan lingkungan sungai akan terjaga, karena untuk menjadikan sungai sebagai tempat ekowisata maka sungai tersebut harus memiliki nilai estetika yang tinggi, baik dari segia fisik sungai maupun dari segi kualitas lingkungannya. Begitu juga hal nya dengan kegiatan irigasi pengairan, harus dipenuhi kualitas air yang baik untuk dijadikan bahan pengairan pada lahan masyarakat dan tidak terkontaminasi dengan adanya pencemaran air sungai, ataupun kegiatan lain yang menjadikan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat tetapi tidak menjaga keseimbangannya. Dari perilaku yang dinyatakan oleh para responden, ternyata banyak responden yang tidak begitu memanfaatkan sungai untuk mengambil material yang ada di sungai tersebut. Hal ini merupakan suatu tindakan yang ikut menjaga Universitas Sumatera Utara kelestarian sungai, supaya tidak merusak kondisi fisik sungai tersebut. Berikut disajikan tabel dari perilaku responden terhadap pemanfaatan sungai sebagai sumber perekonomian masyarakat : Tabel 22 Perilaku Masyarakat yang Memanfaatkan Sungai Sebagai Sumber Perekonomian Masyarakat Pengambilan Pasir dan Batu No Perilaku responden Jumlah Persen 1 Sangat sering 2 1,67 2 Sering 3 Jarang 27 22,5 4 Sangat jarang 37 30,83 5 Tidak pernah 54 45 Total 120 100 Dari hasil tersebut diatas diperoleh bahwa hubungan antara persepsi dan perilaku responden tersebut memiliki hubungan yang positif, dimana responden sudah banyak yang memahami bahwa kegiatan yang menjadikan sungai itu sebagai temapat yang memiliki nilai estetika yang tinggi sangat besar manfaatnya bagi kehidupan masyarakat pada umumnya, oleh karena itu mereka khususnya responden juga tidak terlalu mengeksploitasi sumberdaya yang ada di sekitar sungai sebagai sumber perekoniman mereka. Karena jika mereka tidak menjaga daya dukung lingkungan sungai tersebut maka akan terjadi kerusakan daya dukung lingkungan itu sendiri, dimana kerusakan yang timbul karena penurunan daya dukung lingkungan sungai tidak lagi mendatangkan kenyamanan hidup, namun sebaliknya yaitu menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia. Kerusakan daya dukung lingkungan sungai pada umumnya disebabkan karena adanya kegiatan industri yang mencemari lingkungan seperti limbah industri yang dibiang ke sungai, eksploitasi sumberdaya air yang tidak melakukan pemulihan sebagaimana mestinya, limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai. Universitas Sumatera Utara 4. Korelasi antara persepsi responden terhadap hubungan tingkat kebersihan sungai dan kesehatan masyarakat dengan perilaku responden membuang sampah ke sungai. Masayarakat khususnya responden menyadari bahwa kebersihan sungai sangat berpengaruh dan penting untuk kesehatan masyarakat di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang telah diperoleh. Jumlah responden yang menyatakan bahwa kebersihan sungai sangat penting dan sangat berpengaruh bagi kesehatan masyarakat adalah sebanyak 70 responden 58,3 sedangkan selebihnya hanya menyatakan berpengaruh dan penting saja. Akan tetapi tidak ada responden yang menyatakan bahwa antara kebersihan sungai tidak berpengaruh dan penting bagi kesehatan masyarakat. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini : Tabel 23 Persepsi tentang pengaruh kebersihan sungai terhadap kesehatan No Persepsi kebersihan sungai terhadap kesehatan Jumlah Persen 1 Sangat tidak setuju 2 Tidak setuju 3 Ragu-ragu 4 Setuju 50 41,7 5 Sangat setuju 70 58,3 Total 120 100 Akan tetapi, jika kita lihat perilaku masyarakat khususnya perilaku responden masih banyak yang membuang sampah ke sungai. Dengan masih banyaknya masyarakat khususnya responden yang membuang sampah ke sungai, tingkat degradasi kualitas air sungai yang mengalir di Kota Medan berada pada tingkat mengkhawatirkan. Sesuai dengan pendapat Sunu 2001, menyatakan bahwa air sungai yang telah tercemar oleh organisme pathogen seperti bakteri atau virus dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Untuk itu maka sumber air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air minum harus dicegah dari pencemaran yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Sesuai dengan Penetapan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416MENKESPERIX1990 tanggal 3 September 1990 tentang persyaratan kualitas air minum, dimaksudkan agar kualitas air minumbagi masyarakat dapat dijamin kualitasnya agar tidak terjadi keracunan maupun kemungkinan terjadinya wabah penyakit melalui air minum. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa pandangan masyarakat pada umumnya dan responden pada khususnya dinyatakan positif dengan pernyataan yang mengungkapkan bahwa dengan adanya kerusakan hutan maka akan dapat berdampak negatif pada ekosistem sungai, terutama dapat mengakibatkan banjir. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pernyatan responden yang “sangat setuju” dengan pernyataan diatas yaitu sebanyak 66 responden 55 . Dengan demikian diketahui bahwa masyarakat memang telah menyadari dan memahami akan arti pentingnya kelestarian hutan terhadap keseimbangan ekosistem sungai. Banyak responden yang menyatakan bahwa sosialisasi dari Pemerintah dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya sungai masih kurang. Tetapi kehidupan sehari-hari dan pengetahuan yang didapat dari hidup bersosialisai satu sama lain yang mengajarkan masyarakat untuk memahami batapa erat dan kuatnya hubungan kelestarian dan keseimbangan hutan terhadap baiknya kondisi sungai. Sedangakan masyarakat yang menyatakan “ sangat setuju” tentang pemeliharaan dan pelestaian sungai sangat mendominasi dibanding dengan yang “tidak setuju”. Hal ini dapat dilihat dari tabel dimana responden yang sangat setuju sebanyak 68 responden 56,6 . 5. Korelasi Antara Kesediaan Membayar Willingness to Pay dengan Kesediaan Menerima Willingness to Accept. Dari penelitian yang dilakukanSetelah dilakukan diperoleh hasil bahwa kebersediaan responden untuk membayar jasa lingkungan sungai jika ada kegiatan yang menjaga kebersihan dan kelestarian hutan di daerah hulu agar kondisi sungai menjadi lebih baik tidak terjadi banjir, air aman untuk dikonsumsi, bersih dan lain-lain adalah Rp 1.285.200,- tahun. Nilai nominal ini merupakan nilai rata- rata dari jumlah seluruh responden, dan nilai ini merupakan nilai tertinggi yang bersedia mereka keluarkan. Hal ini dikarenakan oleh keadaan ekonomi kebanyakan responden adalah menengah kebawah sehingga mereka agak sulit untuk mengeluarkan dana tersebut. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa pendapatan mereka kadang Universitas Sumatera Utara tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, jadi nilai nominal dana yang bisa mereka keluarkan per tahunnya tidak begitu besar. Sedangkan kebersediaan responden untuk menerima dana kompensasi jika ada program dari Pemerintah atau pihak lainnya yang mengharuskan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai untuk pindah ke lokasi yang aman, karena sungai tersebut sudah tercemar dan airnya tidak layak lagi untuk dimanfaatkan, adalah rata-rata Rp 12.511.250,- tahun. Nilai nominal ini merupakan nilai minimum yang rata-rata responden bersedia terima. Jika dibandingkan dengan nilai nominal yang bersedia mereka keluarkan sangat tidak seimbang, karena perbedaan nilai nominalnya sangat jauh. Hal ini disebabkan karena memang sudah menjadi hal umum di masyarakat bahwa kesediaan membayar akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan kesediaan dibayar. Pandangan Hidup dan Kehidupan Masyarakat Bantaran Sungai Deli Setelah diadakan penelitian, ternyata banyak responden yang menyatakan bahwa faktor yang melatarbelakangi mereka untuk tinggal atau bermukim di bantaran sungai adalah mereka banyak memiliki tingkat ekonomi yang menengah ke bawah, ini menyebabkan mereka kurang mampu menyewa atau membeli tanah di lokasi lain yang bukan daerah pinggiran sungai atau sebagian bahkan untuk menyewa rumah pun mereka kurang mampu. Hal ini karena harga jual atau sewa tanah dan rumah di daerah sekitar kota Medan cukup tinggi. Jadi mereka lebih memilih tinggal di bantaran atau pinggiran sungai karena harga jual atau sewa tanah dan rumah di daerah itu lebih murah. Akan tetapi sebagian dari mereka menyatakan bahwa alasan atau faktor yang melatarbelakangi mereka untuk tinggal di bantaran sungai adalah karena sejak mereka lahir mereka sudah tinggal di bantaran sungai, dan ada juga yang dikarenakan oleh adanya saudara atau kerabat mereka yang juga tinggal di bantaran sungai. Para responden juga menyatakan bahwa dengan tinggal di bantaran sungai pasti akan memiliki dampak positif manfaat dan dampak negatif kerugian. Responden menyebutkan bahwa dampak positif manfaatyang mereka peroleh Universitas Sumatera Utara seperti suasana lingkungan yang penduduknya satu sama lain saling berbaur, mudah untuk mendapatkan air , suasana kekeluargaan yang lebih erat, biaya hidup yang lebih murah dan lain-lain. Tetapi disamping manfaat yang mereka peroleh, ada juga kerugian yang harus mereka rasakan seperti terkena banjir, sulit mendapatkan air bersih, banyak nyamuk, banyak wabah penyakit dan lain sebagainya. Manfaat dan dampak negatif yang dirasakan masyarakat, khususnya responden yang tinggal di bantaran sungai tersebut tergantung dan berkaitan erat dengan kondisi baik buruknya sungai tersebut. Jika kondisi lingkungan sungai bersih, otomatis masyarakat akan merasakan beberapa manfaat dari segi ekologinya, begitu juga sebaliknya jika kondisi lingkungan sungai kotor, maka masyarakat akan merasakan beberapa dampak negatif seperti yang disebutkan diatas. Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai masih ada yang memanfaatkan air sungai untuk kegiatan MCK nya sehari-hari. Dalam penelitian ini, khususnya responden yang paling banyak memanfaatkan air sungai adalah responden di Kelurahan Labuhan Deli, semua responden memanfaatkan air Sungai Deli untuk kehidupan sehari-harinya. Sedangkan di tiga kelurahan lainnya hanya sebagian kecil saja yang masih menggunakan air sungai tersebut. Perilaku mereka yang masih menggunakan air sungai tersebut disebabkan karena dengan memanfaatkan air sungai tidak harus mengeluarakan biaya gratis dan juga karena dekat dengan lokasi tempat tinggal mereka. Untuk kegiatan rehabilitasi lahan atau penghijauan lahan, beberapa responden menyatakan kegiatan tersebut ada dilakukan di lokasi pinggiran sungai tempat mereka tinggal, tetapi sebagian lagi menyatakan tidak ada kegiatan tersebut. Adanya kegiatan tersebut terkadang datang dari keinginan masayarakat sendiri dengan menanam pepohonan di sekitar sungai dan ada juga karena memang diadakan kegiatan penghijauan lahan dari pemerintah. Mereka juga menyatakan bahwa dengan adanya kegiatan penghijauan lahan maka akan membawa dampak positif terhadap ekosistem sungai. Oleh karena itu, sebagian besar atau bahkan 95 dari jumlah seluruh responden menyatakan bersedia bahkan sangat bersedia untuk berperan serta jika diadakan kegiatan tersebut. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Peraturan Daerah Tingkat II Medan Nomor 6 tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Yang Bernilai Sejarah Arsitektur Serta Penghijauan Dalam Daerah Kota Medan, menyatakan bahwa untuk menjaga pelestarian lingkungan dan keindahan kota perlu diatur tentang penghijauan dan atau penebangan pohon baik yang berada di taman-taman, pinggir sungai maupun di pinggir jalan. Menurut Peraturan Daerah tersebut, penghijauan adalah suatu usaha untuk menutupi areal lahan yang terbuka dengan tanaman. Sedangkan jalur hijau adalah suatu ruangan terbuka yang diatas arealnya hanya dapat dipergunakan untuk penghijauan. Beberapa dari responden pada keempat lokasi penelitian ini masih memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pemanfaatan air sungai tersebut dapat berupa untuk mandi, mencuci, memasak dan lain-lain. Selain itu masyarakat juga memanfaatkan sungai untuk memancing, bahkan ada juga yang memanfaatkan sungai untuk tempat mengambil pasir dan batu. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa jika masyarakat responden mengetahui air sungai di sekitar tempat tinggal mereka telah tercemar, masih ada yang tetap menggunakan air sungai tersebut untuk mencuci dan mandi. Hal ini dikarenakan sulitnya untuk mendapatkan air bersih, walaupun ada, mereka harus mengeluarkan dana untuk mendapatkannya, sementara pendapatan mereka hanya cukup untuk kebutuhan yang lain. Ini dijumpai pada lokasi Kelurahan Labuhan Deli. Beberapa responden menyatakan tidak akan menggunakan air yang sudah tercemar tersebut untuk sementara waktu sebelum air sungai tersebut bersih kembali. Sebagian ada yang berinisiatif untuk mengadakan kegiatan gotong royong membersihkan sungai supaya airnya bisa dimanfaatkan kembali, tetapi ada juga yang menyatakan tidak tahu harus berbuat apa, sehingga mereka hanya bisa menunggu kebijakan dari pemerintah untuk membersihkan sungai tersebut. Universitas Sumatera Utara Analisis Kelembagaan 1. Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 66 tahun 2002 pasal 3 tentang tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, bahwa tugas dari dinas tersebut adalah melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang tata kota dan tata bangunan, antara lain menyusun, mengembangkan dan mengendalikan rencana tata ruang kota, pengurusan perizinan dan pembinaan terhadap pembangunan fisik kota yang sehat dan terarah sesuai dengan rencana tata ruang kota dan pola kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya. Dinas ini terdiri dari beberapa Sub Dinas, dua diantaranya adalah Sub Dinas Tata Kota dan Sub Dinas Tata Bangunan. Masing-masing mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berbeda-beda. Tugas dari Sub Dinas Tata Kota pasal 25 adalah dalam hal penataan kota, sedangkan fungsinya pasal 26 yang cukup signifikan dengan penataan pemukiman masyarakat, khususnya masyarakat bantaran sungai adalah dengan melaksanakan penelitian terhadap lokasi permohonan Izin Mendirikan Bangunan IMB agar sesuai dengan rencana tata ruang kota. Adapun untuk Sub Dinas Tata Bangunan pasal 31 memiliki tugas di bidang tata bangunan. Sementara fungsi pasal 32 penting terhadap masyarakat adalah memberikan bimbingan kepada masyarakat tentang rancangan bangunan, fasilitas bangunan dan kontruksi bangunan. Dari hasil wawancara dengan Kepala Bagian Umum – Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan DTKTB Kota Medan diperoleh informasi bahwa untuk penataan pemukiman dan industri di sekitar sungai, peran Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan tidak begitu terfokus pada kegiatan tersebut, karena yang lebih memiliki wewenang dalam penataan pemukiman tersebut adalah Dinas Perumahan dan Pemukiman. Dalam hal ini DTKTB Kota Medan lebih memfokuskan kegiatannya pada pemberian izin untuk mendirikan bangunan. DTKTB bisa mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan IMB jika sudah ada surat rekomendasi dan persetujuan dari Dinas Pekerjaan Umum PU Pengairan Tingkat I Propinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Kendala yang sering dialami oleh DTKTB Medan adalah bahwa banyak sekali masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli adalah penduduk illegal yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan IMB. Mereka merupakan penduduk liar yang sering membuat tatanan kota menjadi tidak teratur, karena mereka sesuka hati membangun tempat tinggalnya tanpa harus memperhatikan jalur dan batas mana yang memang diperuntukkan untuk pemukiman. Rata-rata pemukiman yang ada di bantaran sungai adalah pemukiman kumuh, sehingga dapat merusak tatanan ruang Kota Medan. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya dana pemerintah untuk pemberian ganti rugi kepada masyarakat tersebut, oleh sebab itu hingga saat ini masih banyak dijumpai pemukiman yang berada di kawasan jalur hijau. Perencanaan kawasan pemukiman dan industri dimaksudkan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan sungai dari kegiatan yang ada sehingga dapat dipantau dengan mudah dan cepat sehingga penanggulangannya dapat dilakukan secara terpadu dan daya dukung alam lingkungan sungai sekitar tetap terejamin bagi kelangsungan hidup manusia. Melalui perencanaan kawasan yang baik, maka keseimbangan kebutuhan antara keperluan untuk pemukiman dengan kegiatan industri dapat diatur tanpa merugikan salah satu pihak. Melalui perencanaan kawasan yang baik maka tidak mungkin izin kegiatan industri dan pendirian bangunan diberikan secara sembarangan.

2. Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan