Hasil Analisis Diskriminan Pengembangan Sarana dan Prasarana Wilayah,

80 ditambah lagi keberadaan lembaga keuangan masyarakat yang minim. Namun pada tipologi wilayah ini memiliki tingkat pendidikan penduduknya relatif tinggi. Dengan demikian tingkat perekonomian pada tipologi wilayah ini masih rendah. Cluster ini merupakan wilayah perbukitan dan sebagian besar berada pada kemiringan lereng 40 dan terletak relatif jauh dari pusat Kabupaten Purwakarta. Dengan demikian cluster ini mencirikan tipologi wilayah pedesaan berbasis pertanian.. Peta tipologi wilayah Kabupaten Purwakarta berdasarkan analisis cluster dapat dilihat pada Gambar 11.

c. Hasil Analisis Diskriminan

Setelah dilakukan analisis gerombol maka dilanjutkan dengan analisis diskriminan yang berfungsi untuk menentukan faktor-faktor yang paling mencirikan tipologi wilayah hasil analisis gerombol atau faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap masing-masing tipologi wilayah tersebut. Selain itu analisis diskriminan juga dilakukan terhadap kelompok wilayah hasil pengelompokan yang lain, yaitu pengelompokan berdasarkan hasil analisis skalogram dan pengelompokan berdasarkan Wilayah Pengembangan Pembangunan yang dibentuk Bapeda Kabupaten Purwakarta. Hal ini untuk mengetahui ketepatan pengelompokan yang dilakukan oleh metode pengelompokan tersebut. Dalam analisis diskriminan ini data yang digunakan data hasil analisis komponen utama yaitu tujuh faktor utama. Hasil analisis diskriminan memperlihatkan bahwa ketepatan pengelompokan berbagai kelompok menghasilkan ketepatan klasifikasi yang berberbeda. Persentase ketepatan yang paling tinggi terjadi pada pengelompokan hasil analisis cluster yaitu mencapai 100, sedangkan paling rendah terjadi pada pengelompokan secara alami hasil pembentukan oleh Bapeda Kabupaten Purwakarta yaitu pengelompokan wilayah pembangunan yang hanya mencapai 82.35 . Pada pengelompokan wilayah berdasarkan hasil analisis cluster yang mengelompokan wilayah Kabupaten Purwakarta menjadi tiga cluster, ternyata terklasifikasi dengan tepat karena persentase ketepatanya telah mencapai 100, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 23. 81 Gambar 11. Peta Tipologi Wilayah Kabupaten Purwakarta Tabel 23 Hasil Dugaan Klasifikasi Kelompok Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Cluster, Hirarki dan WP Persentase Ketepatan G_1:1 G_2:2 G_3:3 Cluster Hasil Klasifikasi p=.58824 p=.23529 p=.17647 G_1:1 100.00 10 0 0 G_2:2 100.00 0 4 0 G_3:3 100.00 0 0 3 Total 100.00 10 4 3 Persentase Ketepatan G_1:1 G_2:2 G_3:3 Hirarki Hasil Klasifikasi p=.11765 p=.41176 p=.47059 G_1:1 100.00 2 0 0 G_2:2 85.71 0 6 1 G_3:3 100.00 0 0 8 Total 94.12 2 6 9 Persentase Ketepatan G_1:1 G_2:2 G_3:3 WPP Hasil Klasifikasi p=.17647 p=.35294 p=.47059 G_1:1 88.89 8 1 G_2:2 80.00 0 4 1 G_3:3 66.67 1 0 2 Total 82.35 9 5 3 Sumber : Hasil Analisa Untuk pengelompokan berdasarkan hasil analisis skalogram ketepatan pengelompokan adalah 94.12 dimana hirarki 1 dan 3 terklasifikasi dengan tepat 100 dan hirarki 2 hanya 85.71 terklasifikasi dengan tepat, sehingga sekitar 14.29 1 kecamatan terklasifikasi tidak tepat yaitu kecamatan Tegalwaru. Kecamatan ini termasuk hirarki 2 seharusnya masuk ke hirarki 3, hal ini mungkin disebabkan secara kuantitas ketersediaan sarana dan prasarana lebih mirip hirarki 2, namun secara rasio terhadap penduduk atau luas wilayah lebih mirip hirarki 3. Sedangkan pengelompokan berdasarkan Wilayah Pengembangan Pembangunan WPP ketepatan pengelompokan adalah 82.35 dimana WPP 1 hanya 88.89 terklasifikasi dengan tepat, WPP 2 hanya 80.00 terklasifikasi dengan tepat dan WPP 3 hanya 66.67 terklasifikasi dengan tepat. Sekitar 17.65 3 kecamatan terklasifikasi tidak tepat yaitu kecamatan Maniis yang termasuk WPP 2 tetapi lebih mirip karakteristik WPP 3, Kiarapedes termasuk 3 tetapi lebih mirip karakteristik WPP1 dan demikian juga dengan Kecamatan Pondoksalam yang termasuk WPP 1 tetapi lebih mirip karakteristik WPP 2. Dalam hal ini karena disebabkan pengelompokan berdasarkan WPP hanya tidak mempertimbangkan penyebaran sarana dan prasarana pelayanan umum atau kebutuhan masyarakat, akan tetapi ditetapkan hanya secara kedekatan spasial atau bahkan hanya kelompok kumpulan kecamatan-kecamatan saja. Analisis diskriminan juga dapat menduga fungsi diskriminan lain untuk membedakan antar kelompok satu dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan analisis kanonikal yang akan menghasilkan fungsi diskriminan yang jumlahnya sama dengan kelompok dikurangi satu. Untuk pembagian kelompok berdasarkan hasil cluster diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 24. Koefisien Hasil Standarisasi untuk pembeda antar kelompok Varibel Akar 1 Akar 2 F1 -0.80 -0.75 F2 1.81 0.75 F3

1.20 -1.10