1.41 0.64 Pengembangan Sarana dan Prasarana Wilayah,

dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar wilayah di suatu wilayah yang lebih luas. Dalam analisis ini data yang digunakan adalah PDRB per Kecamatan Tahun 2002. Berdasarkan hasil perhitungan, Kabupaten Purwakarta memiliki nilai indeks williamson sebesar 1.41. Nilai ini lebih tinggi jika di bandingkan nilai indeks williamson Provinsi Jawa Barat yang hanya mencapai 0.64. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan di Kabupaten Purwakarta masih mengalami disparitas atau kesenjangan antar wilayah kecamatan. Nilai indeks Wiliamson dapat dilihat pada tabel 27 berikut : Tabel 27 Indeks Wiliamson antar Wilayah Pengembangan Pembangunan WPP Di Kabupaten Purwakarta No Kecamatan PDRB Perkapita WPP IW Per WPP IW Kabupaten IW Propinsi 1 Bungursari 44.79 I

1.05 1.41 0.64

2 Babakancikao 28.89 I 3 Jatiluhur 20.41 I 4 Campaka 12.46 I 5 Cibatu 6.93 I 6 Purwakarta 3.65 I 7 Pondok Salam 2.08 I 8 Pasawahan 1.94 I 9 Sukasari 2.48 I 10 Maniis 3.30 II 0.16 11 Plered 2.30 II 12 Tegalwaru 2.22 II 13 Darangdan 2.09 II 14 Sukatani 2.02 II 15 Wanayasa 2.91 III 0.21 16 Kiarapedes 2.54 III 17 Bojong 2.19 III Sumber : Data diolah Sedangkan jika dianalisa pada tingkat Wilayah Pembangunan WPP di Kabupaten Purwakarta diperoleh hasil berturut-turut 1.05 untuk WP I, 0.16 untuk WPP II dan 0.21 untuk WPP III. Hal ini menunjukkan bahwa pada Wilayah Pembangunan I Kecamatan Purwakarta, Babakancikao, Campaka, Bungursari, Cibatu, Jatiluhur, Sukasari, Pasawahan dan Kecamatan pondoksalam disparitas pembangunan yang terjadi paling besar, hal ini dipahami karena pada WPP ini terdapat Kecamatan dengan tingkat PDRB per kapita tertinggi dan terrendah dengan selisih PDRB perkapitanya cukup tinggi. Sedangkan untuk WPP II pembangunan hampir merata pada tiap kecamatan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas pembangunan antar wilayah maka dilakukan analisis regresi berganda antara variabel-varibel hasil dari analisis PCA terhadap PDRB perkapita maupun.terhadap tingkat perkembangan Kecamatan IPK. Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui model persamaan yang menjelaskan hubungan antara PDRB perkapita ataupun IPK sebagai varibel tujuan dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat perkembangan Kecamatan atau PDRB perkapita sebagai variabel penjelas. Varibel-variabel penduganya adalah varibel-variebel hasil PCA , sebagai berikut : 8 F1 yaitu indikator sarana perkotaan kepadatan penduduk, sarana komu- nikasi, panjang jalan, pelanggan telpon dan lembaga keuangan 9 F2 yaitu indikator keuangan daerah PAD kecamatan, jarak ke Bandung- Jakarta, Pelanggan PLN 10 F3 yaitu indikator fisik wilayah luas wilayah dengan kelerengan 8-15 dan luas wilayah dengan kelerengan 40 11 F4 yaitu indikator pendidikan, sarana pendidikan dasar dan menengah 12 F5 yaitu indikator aksesibilitas jalan kondisi baik, tempat pelayanan kesehatan dan jumlah mesjid 13 F6 yaitu indikator kesehatan tenaga kesehatan 14 F7 yaitu indikator pertanian persentase keluarga pertanian Hasil analisis regresi berganda terhadap PDRB perkapita menunjukan bahwa dari 7 varibel penduga hanya 1 varibel saja yang berpengaruh nyata terhadap varibel tujuan pada tarap nyata α sebesar = 0.05. Variabel tersebut adalah F2, karena memiliki p-level yang lebih kecil dari tarap nyata α, sedangkan F1, F3, F4, F5 dan F6 memiliki p-level yang lebih besar dari tarap nyata α. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai R² dari persamaan tersebut adalah 0.7149 yang artinya bahwa model persamaan tersebut mampu menjelaskan keragaman data sebesar 71.49 . Persamaan yang dihasilkan dari analisis regresi berganda tersebut adalah sebagai berikut : Y = 7.77 + 8.44 F2 Dimana : Y = PDRB perkapita F2 = PAD kecamatan dan Jarak ke Bandung-Jakarta Tabel 28 Variabel yang mempengaruhi PDRB perkapita Varibel Koefisien p-level Intercept 7.77 0.00 F2 PAD kecamatan, persentase pelanggan PLN, Jarak ke Bandung dan ke Jakarta 8.44 0.00 Sumber : hasil analisis Berdasarkan hasil analisis di atas maka faktor yang berpengaruh terhadap PDRB perkapita kecamatan adalah PAD kecamatan, persentase pelanggan PLN dan Jarak ke Bandung-Jakarta. Semakin tinggi pendapatan asli kecamatannya maka akan semakin tinggi pula PDRB perkapitanya. Demikian juga semakin banyak pelanggan PLN pada kecamatan tersebut dan semakin dekat dengan kota Jakarta maka akan semakin tinggi pila tingkat PDRB perkapita masyarakat kecamatan tersebut. Hal ini sangat relevan mengingat PDRB merupakan alat untuk mengukur tingkat perekonomian suatu wilayah melalui perhitungan berbagai indikator ekonomi, sedangkan varibel-varibel yang dianalisis merupakan semua variabel yang diduga mempengaruhi perkembangan suatu wilayah. Dengan demikian indikator tingginya PDRB belum cukup mewakili untuk mengukur tingginya tingkat perkembangan suatu wilayah. Sedangkan hasil analisis regresi berganda terhadap perkembangan wilayah IPK menunjukan bahwa dari 7 varibel penduga hanya 4 varibel saja yang berpengaruh nyata terhadap varibel tujuan pada tarap nyata α sebesar 0.05. Variabel tersebut adalah F1, F4, F5 dan F6, seperti tampak pada Tabel 27, karena memiliki p-level yang lebih kecil dari tarap nyata α, sedangkan F2 dan F3 memiliki p-level yang lebih besar dari tarap nyata α. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai R² dari persamaan tersebut adalah 0.9792 yang artinya bahwa model persamaan tersebut mampu menjelaskan keragaman data sebesar 97.92 . Persamaan yang dihasilkan dari analisis regresi berganda tersebut adalah sebagai berikut : Y = 49.52 + 42.53 F1 + 14.01 F4 + 16.07 F5 + 5.54 F6 Dimana : Y = Indeks Perkembangan Kecamatan IPK F1 = Sarana perkotaan F4 = Sarana pendidikan dasar dan menengah F5 = Aksesibilitas F6 = Tenaga kesehatan Tabel 29 Variabel yang mempengaruhi IPK Varibel Koefisien p-level Intercept 49.52 0.00 F1 = sarana perkotaan 42.53 0.00 F4 = sarana pendidikan dasar dan menengah 14.01 0.00 F5 = aksesibilitas 16.07 0.00 F6 = tenaga kesehatan 5.54 0.04 Sumber : hasil analisis Berdasarkan hasil analisis di atas maka faktor yang paling berpengaruh terhadap indeks perkembangan kecamatan berturut-turut adalah sarana perkotaan, aksesibilitas, sarana pendidikan dasar dan menengah serta tenaga kesehatan. Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi yang dimilikinya, dalam hal ini bertanda positif yang berarti mempengaruhi secara searah dimana peningkatan IPK dipengaruhi oleh peningkatan faktor-faktor F1, F4, F5 dan F6. Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : • Kepadatan penduduk, sarana komunikasi, panjang jalan, pelanggan telpon dan lembaga keuangan F1. Varibel ini mempengaruhi IPK secara searah, sehingga kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, sarana komunikasi yang lengkap, panjang jalan yang memadai, jumlah pelanggan telpon yang banyak dan jumlah lembaga keuangan yang cukup akan mempunyai indek perkembangan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk akan terkonsentrasi pada wilayah yang memiliki sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum yang lengkap. Varibel ini juga memiliki nilai koefisien yang paling besar sehingga mempunyai pengaruh yang paling besar dalam meningkatkan nilai indek perkembangan kecamatan. • Sarana pendidikan dasar dan menengah F4 Varibel sarana pendidikan dasar dan menengah mempunyai korelasi yang positif artinya peningkatan IPK searah dengan peningkatan jumlah sarana pendidikan dasar dan menengah Jumlah TK, SD, SMP, SMASMK negeri dan swasta. Kecamatan-kecamatan yang lebih berkembang mempunyai ketersediaan sarana pendidikan yang memadai sehingga wilayah tersebut memiliki kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik. • Aksesibilitas F5 Varibel ini memiliki nilai koefisien yang positif, yang berarti bahwa Kecamatan-kecamatan yang memiliki aksesibitas yang tinggi akan mempunyai indeks perkembangan kecamatan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan kemudahan penduduk dalam mobilitas dan menjangkau fasilitas pelayanan yang tersedia, sehingga penduduk akan terkonsenttasi pada daerah yang lebih berkembang. • Sarana dan prasarana kesehatan F6 Varibel ini memiliki nilai koefisien yang positif, yang berarti bahwa Kecamatan-kecamatan dengan tingkat perkembangan yang tinggi memiliki ketersediaan sarana kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tempat pelayanan umum yang tinggi. Tingkat perkembangan suatu wilayah yang tinggi ditandai dengan tinggi kebutuhan penduduk terhadap sarana dan fasilitas pelayanan termasuk pelayanan kesehatan, oleh karena tenaga kesehatan lebih banyak dijumpai di wilayah yang mempunyai tingkat perkembangan yang lebih tinggi. Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Purwakarta Perkembangan suatu wilayah dan kemajuan pembangunan suatu wilayah mempunyai kaitan yang erat dengan perumusan strategi kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh wilayah yang bersangkutan. Merumuskan suatu bentuk kebijakan pembangunan yang tepat, yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan wilayah bukanlah hal yang mudah, karena seringkali dihadapkan pada pilihan-pilihan dan keterbatasan-keterbatasan sumberdaya yang dimiliki sehingga perlu dirumuskan prioritas pembangunan. Dalam merumuskan strategi kebijakan pembangunan yang tepat, perlu adanya kajian untuk mengetahui potensi daerah, keunggulan daerah, kondisi sosial ekonomi, infrastruktur yang tersedia dan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Hasil kajian terhadap perkembangan wilayah dan indikator-indikator pembangunan di Kabupaten Purwakarta, mengemuka hal sebagai berikut : 1. Terjadi pemusatan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum, pada Kecamatan Purwakarta, hal ini ditandai dengan Nilai Indeks Perkembangan Kecamatan yang sangat mencolok perbedaannya dengan IPK kecamatan-kecamatan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil-hasil pembangunan berupa sarana prasarana dan fasilitas pelayanan umum yang dibangun masih belum merata dinikmati seluruh masyarakat Kabupaten Purwakarta. 2. Selama kurun waktu tahun 2003-2006, wilayah-wilayah di Kabupaten Purwakarta memiliki struktur hirarki yang relatif tidak berubah, dimana IPK tertinggi tetap dimiliki Kecamatan Purwakarta, IPK terendah dimiliki Kecamatan Sukasari. Hal ini mengisyaratkan bahwa belum ada perubahan dalam strategi pengembangan wilayah dalam menyikapi kondisi dan permasalahan yang dihadapi masing-masing wilayah, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dilakukan secara seragam antar wilayah dan cenderung monoton dari tahun ke tahun. 3. Selama kurun waktu tahun 2002-2006, secara umum komposisi perkembangan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Purwakarta kurang mengalami perkembangan. Pada kurun waktu tersebut sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan memberikan kontribusi indeks terbesar, kemudian sektor pertanian sedangkan sektor-sektor lain relatif kecil. Hal ini menggambarkan bahwa kebijakan pembangunan di bidang ekonomi oleh pemerintah daerah belum memiliki prioritas dalam mengembangkan sektor perekonomian tertentu. 4. Sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Purwakarta yang dapat dikembangkan antara lain: sektor pertanian, sektor angkutan dan sektor jasa, meskipun kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB kecil namun sektor-sektor tersebut hampir merata di semua kecamatan dan sektor- sektor tersebut menjadi sektor unggulan di beberapa kecamatan. Sedangkan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan meskipun memiliki kontribusi terhadap PDRB besar namun hanya terjadi di beberapa kecamatan saja, misalnya sektor industri pengolahan dominan di Kecamatan Jatiluhur, Babakancikao dan Kecamatan Bungursari dan sektor perdagangan hanya dominan di Kecamatan Jatiluhur dan Bungursari. 5. Berdasarkan hasil PCA diperoleh kaitan yang erat antara perkembangan wilayah dengan kepadatan penduduk, sarana komunikasi, sarana pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, prasarana jalan, lembaga keuangan, jumlah keluarga pertanian, luas wilayah perbukitan, pendapatan asli daerah, ketersediaan PLN dan aksesibilitas ke luar wilayah Purwakarta. 6. Penciri utama dari tipologi wilayah di Kabupaten Purwakarta antara lain : Pendapatan asli tiap kecamatan, jarak tiap kecamatan ke Bandung, jarak tiap kecamatan ke Jakarta dan keluarga yang berlangganan PLN; Persentase luas wilayah dengan kelerengan 8-15 dan persentase luas areal dengan lereng 40; Jalan dengan kondisi baik, tempat pelayanan kesehatan dan rasio jumlah mesjid serta persentase keluarga pertanian. 7. Persentase ketepatan pengklasifikasian terhadap pengelompokan wilayah berdasarkan Wilayah Pengembangan Pembangunan paling rendah dibandingkan persentase ketepatan pengklasifikasian berdasarkan wilayah hasil analisis cluster dan wilayah hasil analisis skalogram. Hal ini menunjukan bahwa pengelompokan wilayah pengembangan pembangunan belum berdasarkan potensi dan keadaan wilayah yang bersangkutan. Strategi pengembangan wilayah yang perlu dilakukan adalah : • Untuk memajukan perkembangan wilayah Kabupaten Purwakarta perlu dibangun sarana dan prasarana pelayanan umum dan infrastruktur yang lebih merata terutama sarana pendidikan, kesehatan, komunikasi dan lembaga keuangan. • Kecamatan Purwakarta yang menjadi pusat pertumbuhan di Kabupaten Purwakarta dan telah berkembang menjadi wilayah perkotaan, perlu penanganan secara khusus, diantaranya dengan peningkatan pelayanan dan pengadaan sarana perkotaan seperti: fasilitas pemakaman umum, fasilitas taman kota dan pelayanan kebersihan lingkungan, fasilitas rekreasi keluarga, fasilitas pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat, fasilitas angkutan perkotaan, fasilitas perbelanjaan modern dilengkapi sarana perparkiran yang memadai dan lain-lain. • Sektor-sektor perekonomian yang berpotensi dikembangkan antara lain: sektor pertanian, sektor angkutan dan sektor jasa, karena ketiga sektor tersebut hampir merata di semua kecamatan dan menjadi sektor unggulan di beberapa kecamatan. Sedangkan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan meskipun memiliki kontribusi yang terhadap besar PDRB namun hanya terjadi di beberapa kecamatan, dengan demikian yang diperlukan adalah dikembangkannya industri hasil pertanian. • Keberadaan sumberdaya listrik yang besar yang dihasilkan oleh dua waduk yang ada yaitu PLTA Ir. H. Juanda di Kecamatan Jatiluhur dan Kecamatan Sukasari serta PLTA Cirata di Kecamatan Maniis, belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan perkembangan wilayah. Hal ini terlihat bahwa sektor listrik, gas dan air minum belum memberikan kontribusi terhadap perkembangan perekonomian wilayah ketiga kecamatan tersebut. Padahal energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas kehidupan. • Keterkaitan yang kuat antara berbagai ketersediaan sarana prasarana pelayanan umum dengan peningkatan perkembangan suatu wilayah dan perkembangan dengan wilayah lain, mengisyaratkan bahwa pembangunan sarana dan prasarana pelayanan umum yang dibangun harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan harus diperhitungkan kapasitas atau besarnya jangkauan dari sarana dan prasarana tersebut. • Perkembangan wilayah juga terkait erat dengan tingkat aksesibilitas wilayah, sehingga perlu ditingkatkan aksesibilitas wilayah untuk mempermudah keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan fasilitas umum dan meningkatkan perekonomian wilayah. Wilayah-wilayah di Kecamatan Sukasari, Maniis dan Kecamatan Bojong perlu terus ditingkatkan aksesibilitasnya baik dengan pembuatan jalan-jalan baru maupun perbaikan terhadap jalan-jalan yang kondisinya kurang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Terdapat struktur hirarki wilayah yang jelas dimana Kecamatan Purwakarta sebagai pusat pertumbuhan dan terjadi pemusatan fasilitas pelayanan. 2. Pada umumnya sektor pertanian menjadi sektor unggulan di tiap kecamatan, namun sektor industri masih mendominasi perekonomian Kabupaten Purwakarta. 3. Tipologi wilayah di Kabupaten Purwakarta, memiliki faktor penciri utama yaitu pendapatan asli daerah tiap kecamatan, persentase pelanggan PLN, Jarak ke Bandung – Jakarta, luas wilayah dengan kelerengan 8-15 dan 40 , panjang jalan dengan kondisi baik, jumlah mesjid, jumlah tempat pelayanan kesehatan dan persentase keluarga pertanian. Perbedaan karakteristik wilayah ini mengelompokkan wilayah Kabupaten Purwakarta pada tipologi wilayah transisi dari perdesaan ke perkotaan berbasis pertanian, tipologi wilayah transisi dari perdesaan ke perkotaan berbasis industri dan tipologi wilayah pedesaan berbasis pertanian. 4. Disparitas pembangunan antar wilayah paling tinggi terjadi di Wilayah Pengembangan Pembangunan I, dengan faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah sarana komunikasi, sarana pendidikan dasar dan menengah, tenaga kesehatan dan aksesibilitas. Saran dan Rekomendasi Saran • Perlu evaluasi kembali efektifitas pembentukan Wilayah Pengembangan Pembangunan dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Purwakarta. • Perlu dikaji pengaruh aksesibilitas dengan dibukanya tol Cipularang terhadap perkembangan wilayah di Kabupaten Purwakarta, sehingga Pemerintah Daerah dapat menyusun langkah-langkah antisipatif terkait perkembangan wilayah yang telah ada. Rekomendasi • Dalam rangka memperkecil disparitas pembangunan antar wilayah di Kabupaten Purwakarta, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta perlu merumuskan strategi pengembangan wilayah yang memperhatikan aspek- aspek berikut : 1. Mengupayakan penyediaan sarana prasarana dan pelayanan yang lebih berimbang terutama sarana pendidikan, kesehatan, sarana komunikasi dan meningkatkan aksesibilitas wilayah serta lebih mengoptimalkan potensi di sektor pertanian dengan meningkatkan kegiatan industri yang berbasis pertanian. 2. Mengoptimalkan potensi daerah di sektor listrik, gas dan air bersih, untuk meningkatkan perkembangan wilayah terutama di Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Maniis. 3. Meningkatkan aksesibilitas wilayah untuk mempermudah keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan fasilitas umum dan meningkatkan perekonomian wilayah terutama di Kecamatan Sukasari, Maniis dan Kecamatan Bojong. • Strategi pengembangan wilayah Kabupaten Purwakarta diarahkan untuk mengembangkan sektor pertanian, sektor angkutan, keuangan dan sektor jasa pada tipologi wilayah transisi berbasis pertanian dan mengembangan sektor pertanian pada tipologi wilayah pedesaan dan mengembangkan sektor industri pengolahan dan perdagangan terutama pengembangan industri yang berbasis pertanian pada tipologi wilayah transisi berbasis industri. • Kecamatan Purwakarta yang merupakan pusat pertumbuhan di Kabupaten Purwakarta dan telah berkembang menjadi wilayah perkotaan, perlu penanganan secara khusus, diantaranya dengan peningkatan sarana prasarana dan fasilitas pelayanan umum perkotaan seperti: fasilitas pemakaman umum, fasilitas taman kota dan pelayanan kebersihan lingkungan, fasilitas rekreasi keluarga, fasilitas pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat, fasilitas angkutan perkotaan, fasilitas perbelanjaan modern dilengkapi sarana perparkiran yang memadai. DAFTAR PUSTAKA Anwar, A dan E. Rustiadi. 1999. Desentralisasi Spasial Melalui Pembangunan Agropolitan, dengan Mereplikasi Kota-Kota Menengah-Kecil di Wilayah Pedesaan. Makalah Lokakarya Pendayagunaan Sumberdaya Pembangunan Wilayah di Propinsi Riau, Pekanbaru. Anwar, A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Tinjauan Kritis. P4W Press Bogor. Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta : PT. BPFE . [BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2003. Purwakarta Dalam Angka 2002. Purwakarta: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Purwakarta dengan BPS Kabupaten Purwakarta. [BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2007. Purwakarta Dalam Angka 2006. Purwakarta: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Purwakarta dengan BPS Kabupaten Purwakarta. [BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2003. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kecamatan Kabupaten Purwakarta tahun 2002. Purwakarta: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Purwakarta dengan BPS Kabupaten Purwakarta. [BAPEDA] Badan Perencana Daerah Kabupaten Purwakarta. 2002. RTRW Kabupaten Purwakarta 2002-2012. Purwakarta: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Purwakarta dengan BPS Kabupaten Purwakarta Lorenzo-Alvarez, M. 2002. Regional Disparities in Developing East Asia: Challeges for The Future. Seminar Globalisation. Nugroho, T. 2004. Disparitas Pembangunan Wilayah Pesisir Utara dan Selatan Jawa Barat. Studi Kasus di Kabupaten Karawang Subang – Garut Ciamis. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Rustiadi E. 2001. Perencanaan Wilayah di dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan dan Disparitas antar Wilayah di Era Otonomi Daerah. Materi disampaikan pada Serial Diskusi Program Certification Environment Justice and Natural Asset yang diselenggarakan oleh Lembaga Alam Tropika Indonesia pada tanggal 27 Juli 2001 di Pendidikan Latihan, Situ Gede. Bogor. Rustiadi E., Saefulhakim, S., Panuju DR. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rustiadi, E. dan Hadi, S. 2007. Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan dan Pembangunan Berimbang. http:www.pu.go.idditjen-miskinagroberitapengemb-agro.asp 1Mei 2007. Saefulhakim, S. 2005. Permodelan. Modul Analisis Kuantitatif Sosial Ekonomi Wilayah. Bogor. PS Perencanaan Wilayah Institut Pertanian Bogor. Suhyanto, O. 2005. Disparitas Tingkat Kehidupan Masyarakat antar Wilayah di Jawa Barat dan Strategi Penanggulangannya. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sukirno, Sadono. 1982. Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta: LP FE UI. Syahidin, A. 2006. Studi Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan : Kasus Di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Tukiyat, 2002. Pengantar Pengembangan Ekonomi Wilayah. Di dalam : Urbanus M. Ambardi dan Socia Prihawantoro. Editor. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Jakarta : Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengambangan Wilayah BPPT. LAMPIRAN Lampiran 1 Kepadatan penduduk per desa di Kabupaten Purwakarta. No Kecamatan Nama Desa Jumlah Penduduk org Luas Desa Kelurahan ha Kepadatan Orgha 1 Jatiluhur Jatimekar 2966 2,595 1 2 Jatiluhur Cikaobandung 4425 508 9 3 Jatiluhur Jatiluhur 2969 311 10 4 Jatiluhur Cilegong 3705 326 11 5 Jatiluhur Kembangkuning 8196 478 17 6 Jatiluhur Cibinong 3729 472 8 7 Jatiluhur Parakanlima 4386 542 8 8 Jatiluhur Cisalada 4628 255 18 9 Jatiluhur Mekargalih 6070 225 27 10 Jatiluhur Bunder 8844 475 19 11 Sukasari Parungbanteng 2256 1,642 1 12 Sukasari Sukasari 2746 959 3 13 Sukasari Ciririp 2889 1,568 2 14 Sukasari Kertamanah 2218 2,040 1 15 Sukasari Kutamanah 2679 299 9 16 Maniis Tegaldatar 3976 209 19 17 Maniis Sinargalih 4664 299 16 18 Maniis Citamiang 3163 325 10 19 Maniis Cijati 1859 411 5 20 Maniis Gunungkarung 3812 470 8 21 Maniis Pasirjambu 2875 266 11 22 Maniis Ciramahilir 2860 328 9 23 Maniis Sukamukti 2668 350 8 24 Tegalwaru Sukahaji 2331 192 12 25 Tegalwaru Karoya 3782 430 9 26 Tegalwaru Cadassari 2265 183 12 27 Tegalwaru Cadasmekar 2638 125 21 28 Tegalwaru Citalang 4119 455 9 29 Tegalwaru Batutumpang 3667 455 8 30 Tegalwaru Tegalwaru 2219 218 10 31 Tegalwaru Tegalsari 2196 200 11 32 Tegalwaru Warungjeruk 3844 361 11 33 Tegalwaru Galumpit 2155 599 4 34 Tegalwaru Cisarua 3744 807 5 35 Tegalwaru Sukamulya 4601 720 6 36 Tegalwaru Pasanggrahan 2464 649 4 37 Plered Rawasari 2242 128 18 38 Plered Gandasoli 2662 247 11 39 Plered Gandamekar 2429 131 19 40 Plered Cibogohilir 4943 204 24 Lampiran 1 Lanjutan. No Kecamatan Nama Desa Jumlah Penduduk org Luas Desa Kelurahan ha Kepadatan Orgha 41 Plered Palinggihan 3728 97 39 42 Plered Babakansari 2227 39 58 43 Plered Plered 4625 48 96 44 Plered Sindangsari 4328 142 31 45 Plered Citeko 3953 222 18 46 Plered Citeko Kaler 2830 119 24 47 Plered Linggarsari 3242 187 17 48 Plered Pamoyanan 4707 449 10 49 Plered Liunggunung 4414 297 15 50 Plered Anjun 3803 84 45 51 Plered Cibogogirang 5785 262 22 52 Plered Sempur 4569 182 25 53 Sukatani Cianting 5366 370 15 54 Sukatani Pasirmunjul 2866 405 7 55 Sukatani Cibodas 2959 138 21 56 Sukatani Cianting Utara 2354 134 18 57 Sukatani Sukatani 9636 524 18 58 Sukatani Malangnengah 3829 247 15 59 Sukatani Cilalawi 3375 178 19 60 Sukatani Sukamaju 2533 279 9 61 Sukatani Cipicung 2649 270 10 62 Sukatani Tajursindang 4447 2,272 2 63 Sukatani Sindanglaya 3127 833 4 64 Sukatani Panyindangan 4819 1,716 3 65 Sukatani Sukajaya 3552 518 7 66 Sukatani Cijantung 3370 410 8 67 Darangdan Pasirangin 4739 447 11 68 Darangdan Nangewer 5006 548 9 69 Darangdan Neglasari 3246 338 10 70 Darangdan Linggasari 3467 275 13 71 Darangdan Sawit 16954 262 65 72 Darangdan Sirnamanah 1675 212 8 73 Darangdan Depok 5134 406 13 74 Darangdan Legoksari 2017 139 15 75 Darangdan Mekarsari 3659 428 9 76 Darangdan Gununghejo 2496 325 8 77 Darangdan Darangdan 4972 331 15 78 Darangdan Sadarkarya 2438 532 5 79 Darangdan Linggamukti 2701 294 9 80 Darangdan Cilingga 3624 374 10 81 Darangdan Nagrak 5034 398 13 Lampiran 1 lanjutan No Kecamatan Nama Desa Jumlah Penduduk org LuasDesa Kelurahan ha Kepadatan Orgha 82 Bojong Cibingbin 3641 292 12 83 Bojong Bojong Timur 3004 356 8 84 Bojong Pasanggrahan 1827 223 8 85 Bojong Cihanjawar 2170 260 8 86 Bojong Cikeris 2179 249 9 87 Bojong Bojong Barat 2746 125 22 88 Bojong Pangkalan 1839 183 10 89 Bojong Sukamanah 2075 241 9 90 Bojong Pawenang 2270 220 10 91 Bojong Sindangsari 2714 294 9 92 Bojong Sindangpanon 4722 778 6 93 Bojong Cipeundeuy 2803 512 5 94 Bojong Cileunca 2947 394 7 95 Bojong Kertasari 3462 1,202 3 96 Wanayasa Nangerang 1592 180 9 97 Wanayasa Simpang 1462 180 8 98 Wanayasa Sakambang 1210 210 6 99 Wanayasa Nagrog 2068 187 11 100 Wanayasa Cibuntu 1120 150 7 101 Wanayasa Sumurugul 1563 168 9 102 Wanayasa Raharja 1151 148 8 103 Wanayasa Wanayasa 4158 608 7 104 Wanayasa Babakan 3118 323 10 105 Wanayasa Wanasari 2824 350 8 106 Wanayasa Legokhuni 1843 232 8 107 Wanayasa Ciawi 2449 144 17 108 Wanayasa Sukadami 2892 119 24 109 Wanayasa Taringgul Tonggoh 2800 328 9 110 Wanayasa Taringgul Tengah 2575 239 11 111 Kiarapedes Pusakamulya 3579 343 10 112 Kiarapedes Parakan Garokgek 2853 499 6 113 Kiarapedes Ciracas 2261 343 7 114 Kiarapedes Kiarapedes 2738 332 8 115 Kiarapedes Cibeber 1726 227 8 116 Kiarapedes Sumbersari 1521 166 9 117 Kiarapedes Mekarjaya 2366 221 11 118 Kiarapedes Margaluyu 2208 266 8 119 Kiarapedes Gardu 1865 121 15 120 Kiarapedes Taringgul Landeuh 1835 185 10 Lampiran 1 lanjutan No Kecamatan Nama Desa Jumlah Penduduk org LuasDesa Kelurahan ha Kepadatan Orgha 121 Pasawahan Ciherang 3286 121 27 122 Pasawahan Cidahu 1263 80 16 123 Pasawahan Pasawahananyar 1464 78 19 124 Pasawahan Pasawahan Kidul 2809 165 17 125 Pasawahan Sawah Kulon 3685 154 24 126 Pasawahan Kertajaya 3335 153 22 127 Pasawahan Lebak Anyar 3949 83 48 128 Pasawahan Cihuni 2646 86 31 129 Pasawahan Warung Kadu 1750 115 15 130 Pasawahan Selaawi 3710 379 10 131 Pasawahan Margasari 2873 360 8 132 Pasawahan Pasawahan 3923 370 11 133 Pondoksalam Bungurjaya 1500 173 9 134 Pondoksalam Pondokbungur 2625 218 12 135 Pondoksalam Salem 2539 181 14 136 Pondoksalam Galudra 1086 183 6 137 Pondoksalam Sukajadi 2243 501 4 138 Pondoksalam Tanjung Sari 3705 435 9 139 Pondoksalam Salamjaya 2195 117 19 140 Pondoksalam Situ 1796 224 8 141 Pondoksalam Parakansalam 1484 264 6 142 Pondoksalam Salammulya 2463 272 9 143 Pondoksalam Gurudug 2067 156 13 144 Purwakarta Sindangkasih 16704 170 98 145 Purwakarta Nagrikidul 14008 224 63 146 Purwakarta Nagritengah 10133 197 51 147 Purwakarta Cipaisan 11510 155 74 148 Purwakarta Nagrikaler 20490 180 114 149 Purwakarta Tegalmunjul 9852 190 52 150 Purwakarta Citalang 5459 353 15 151 Purwakarta Munjuljaya 9915 357 28 152 Purwakarta Ciseureuh 25057 389 64 153 Purwakarta Purwamekar 8158 231 35 154 Babakancikao Maracang 4290 259 17 155 Babakancikao Ciwareng 4838 338 14 156 Babakancikao Mulyamekar 4163 305 14 157 Babakancikao Cigelam 3323 616 5 158 Babakancikao Babakancikao 3152 299 11 159 Babakancikao Kadumekar 1321 299 4 160 Babakancikao Hegarmanah 2631 377 7 Lampiran 1 lanjutan No Kecamatan Nama Desa Jumlah Penduduk org LuasDesa Kelurahan ha Kepadatan Orgha 161 Babakancikao Cicadas 4144 551 8 162 Babakancikao Cilangkap 4967 460 11 163 Campaka Cirende 1498 462 3 164 Campaka Benteng 2073 385 5 165 Campaka Campaka 2343 191 12 166 Campaka Campakasari 3853 194 20 167 Campaka Cijunti 4104 455 9 168 Campaka Cisaat 3080 354 9 169 Campaka Cimahi 3852 381 10 170 Campaka Cikumpay 4213 469 9 171 Campaka Cijaya 2924 596 5 172 Campaka Kertamukti 2674 248 11 173 Cibatu Wanawali 1437 516 3 174 Cibatu Cikadu 1884 373 5 175 Cibatu Cibukamanah 1803 896 2 176 Cibatu Cirangkong 2704 636 4 177 Cibatu Cipancur 1473 348 4 178 Cibatu Cipinang 3178 264 12 179 Cibatu Ciparungsari 2260 355 6 180 Cibatu Karyamekar 2335 379 6 181 Cibatu Cibatu 3024 403 8 182 Cibatu Cilandak 3742 537 7 183 Bungursari Ciwangi 9380 345 27 184 Bungursari Cibening 5843 430 14 185 Bungursari Bungursari 2560 448 6 186 Bungursari Cibungur 2810 319 9 187 Bungursari Dangdeur 1603 938 2 188 Bungursari Wanakerta 2815 543 5 189 Bungursari Cinangka 2545 192 13 190 Bungursari Cikopo 4452 420 11 191 Bungursari Karangmukti 2031 265 8 192 Bungursari Cibodas 3930 382 10 Lampiran 2. Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Purwakarta Hingga Tahun 2012 Tujuan Strategi Meningkatkan peran Kabupaten Purwakarta dalam Konstelasi Nasional Kabupaten Purwakarta terletak diantara Pusat Kegiatan Nasional DKI Jakarta – Bandung – Cirebon 1. Meningkatkan aksesibilitas Kabupaten Purwakarta ke PKN DKI Jakarta, Bandung dan Cirebon dengan meningkatkan peran jalan arteri primer dan pembuatan jalan toll dan peningkatan angkutan umum.. 2. Strategi meningkatkan peran Jatiluhur, dengan meningkatkan peran waduk sebagai pembangkit listrik, penyedia air minum, penyedia air untuk irigasi teknis wilayah Pantura, sebagai produsen hasil perikanan darat, dan penyedia kegiatan wisata air dan penelitian aqua culture. Meningkatkan peran Kabupaten Purwakarta dalam Konstelasi Regional Jawa Barat Strategi Pengembangan Cikopo sebagai Pusat Kegiatan Wilayah yang melayani Kabupaten Karawang, Subang, Purwakarta. Pengembangan PKW Cikopo-Cikampek Cikopek perlu didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana : – Pengembangan Pasar Induk yang melayani pemasaran hasil produksi pertanian seluruh wilayah Kabupaten Purwakarta. – Pengembangan Pendidikan Tinggi – Pengembangan Rumah Sakit Umum Tipe B – Pengembangan Dry Port peti kemas Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Dalam rangka menunjang pengembangan 45 wilayah Propinsi Jawa Barat sebagai kawasan lindung, strategi pemantapan kawasan lindung : 1. Mempertahankan luas kawasan lindung yang telah ada dengan menjaga agar tidak terjadi alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya. 2. Terjaganya kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis agar terjaminnya ketersediaan sumberdaya air. 3. Mengalih fungsikan hutan produksi yang berada di kawasan lindung menjadi fungsi lindung, dan memantapkan hutan produksi yang berada di luar kawasan lindung. 4. Mengendalikan kawasan lindung dengan mengembangkan kawasan penyanggabuffer zone di sekitar hutan lindung. Pengembangan sistem kota-kota dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dalam mendorong memberikan spread Effect perkembangan kota-kota dan kecamatan dalam wilayah Kabupaten Purwakarta. 1. Menata dan mengarahkan perkembangan kota-kota pusat kecamatan, khususnya kecamatan-kecamatan yang baru terbentuk untuk mendorong perkembangan desa-desa di sekitarnya. 2. Menata distribusi kota-kota pusat pertumbuhan wilayah kabupaten, yaitu : a. Strategi pengembangan Sadang sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan di wilayah utara. b. Strategi pengembangan Kota Purwakarta sebagai pusat pertumbuhan wilayah tengah. c. Strategi pengembangan Wanayasa sebagai pusat pertumbuhan wilayah bagian Timur. d. Strategi pengembangan Plered sebagai pusat pertumbuhan wilayah bagian Barat. Lampiran 2. Lanjutan Tujuan Strategi Mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan memberdaya- kan pengusaha kecil. menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan mengoptimalkan sumber- daya daerah yang bertitik berat pada penguatan basis pertanian dan industri serta mengembang- kan mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat. 1. Strategi untuk percepatan laju pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. 2. Strategi pemerataan ekonomi dan pemerataan pembangunan antar daerah. 3. Pengembangan ekonomi dengan basis kegiatan ekonomi lokal. 4. Pengembangan sektor pertanian dan industri sebagai sektor andalan. 5. Pengembangan mekanisme pasar yang berkeadilan. Mendorong pertumbuhan ekonomi kabupaten melalui pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi Kabupaten Purwakarta, terutama sektor pertanian, industri, pariwisata dan pertambangan Pengembangan Sektor Pertanian , dengan : 1. Meningkatkan penguatan basis pertanian yang mengarah pada sistem agribisnis dengan mengembangkan sub sistem hulu, tengah pertanian dalam arti luas dan hilir dengan didukung pembangunan pasar induk untuk membantu pemasaran hasil produksi. 2. Mempertahankan dan melindungi lahan pertanian dari kemungkinan terjadinya perubahan fungsi lahan dan kerusakan lingkungan. 3. Meningkatkan program pengembangan pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan melalui intensifikasi, diversifikasi dan pemberdayaan usaha pertanian rakyat serta upaya lain yang dapat menunjang kinerja produksi pertanian di daerah. Pengembangan sektor Industri , dengan : 1. Pengembangan industri kecil, khususnya yang berorientasi ekspor, baik industri manufaktur maupun agroindustri. 2. Mendorong berkembangnya industri yang mengolah hasil pertanian termasuk kegiatan perdagangannya. 3. Mendorong berkembangnya industri yang menghasilkan input bagi pertanian dan penanganan pasca panen, seperti industri agro-otomotif, agro-kimia, pembibitan pembenihan, industri makanan sejenisnya 4. Mengembangkan industri kerajinan rakyat yang Menggunakan bahan baku lokal serta mendayagunakan potensi tenaga kerja setempat. Pengembangan Sektor Pariwisata , dengan : 1. Mengembangkan potensi obyek wisata unggulan. 2. Menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional sebagai wahana bagi pengembangan pariwisata. 3. Mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, argonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. Pengembangan Sektor Pertambangan , dengan : 1. Mengendalikan perkembangan kegiatan pertambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan. 2. Memberdayakanmemfungsikan lahan-lahan bekas penambangan untuk menghindari kerusakan lahan, banjir dan erosi reklamasi. Lampiran 2. Lanjutan Tujuan Strategi Pengembangan Sistem Pemerintahan yang baik Good Governance untuk meningkatkan kapasitas pelayanan pembangunan. Untuk meningkatkan kapasitas pelayanan pembangunan sesuai dengan Undang-undang otonomi daerah, yaitu dengan strategi : – Optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan danpelayanan kepada masyarakat di kecamatan dengan lebih memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan. – Memberikan kewenangan kepada kecamatan sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Peningkatan Sumberdaya Manusia sebagai modal utama dan sebagai pelaku pembangunan dan pengguna hasil pembangunan. 1. Meningkatkan pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai. 2. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi. 3. Mewujudkan sistem dan iklim pendidikan yang demokratis dan bermutu guna memperteguh ahlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia. Pengembangan Sistem Transportasi sebagai prasarana dasar untuk mendorong perkembangan perekonomian dan melayani pergerakan penduduk dan barang antar wilayah.

A. Pengembangan Jalan Toll

Pengembangan jalan toll untuk meningkatkan aksesibilitas Kabupaten Purwakarta ke PKN Jakarta, Bandung dan Cirebon

B. Pengembangan Jalan Arteri Primer

Jalan arteri yang menghubungkan antara kota Jakarta- Bandung yang melalui Kabupaten Purwakarta yaitu ruas jalan Cikopo-Kota Purwakarta-Darangdan.

C. Pengembangan Jalan Arteri Sekunder

– Lingkar Luar Timur yang menghubungkan Cikopo- Cibatu-Wanayasa-Sawit. – Lingkar Dalam Timur yang menghubungkan Kota Campaka dengan Kota Purwakarta. – Lingkar Luar Barat yang menghubungkan Cibungur Cikaobandung Kutamanah – Kertamanah- Sirna Galih - Perbatasan Cianjur dan Darangdan – Cilangkap - Perbatasan ke Rajamandala. – Lingkar Dalam Barat yang menghubungkan Kota Plered dengan interchange toll Cipularang. Ruas-ruas lain pusat-pusat utama di Kabupaten Purwakarta dengan pusat-pusat sekunder di luar wilayah kabupaten, diantaranya : 1. Ruas Purwakarta-Curug 2. Ruas Jatiluhur-Cikaobandung 3. Ruas Sadang-Subang. 4. Ruas Purwakarta-Jalan Cagak 5. Ruas Purwakarta-Jatiluhur-Kabupaten Karawang. 6. Ruas Cilangkap-Rajamandala Lampiran 2. Lanjutan Tujuan Strategi

D. Pengembangan Jalan Kolektor Primer 1.

Pengembangan Lingkar Timur yang berfungsi sebagai jalan pengalih untuk arus lalu lintas dari arah Jakarta dan atau Subang menuju Bandung dan sebaliknya agar tidak melewati pusat Kota Purwakarta. 2. Pengembangan Ruas Cipetir – Cilangkap yang berfungsi sebagai jalan alternatif dari arah Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya serta menuju arah Rajamandala. 3. Pengembangan Ruas Citeko-Ciakar-Warungieruk- Cidahu yang berfungsi sebagai jalan alternatif ke jalan Lingkar Barat dan ke Cikalong Kulon. Pengembangan Ruas Cianting – Naggeleng berfungsl sebagai jalan alternatif yang menghubungkan Jakarta ke Bandung dan sebaliknya bila jalan pada ruas Cianting - Sawit terjadi kemacetan yang diakibatkan oleh kejadian luar biasa seperti kecelakaan lalu lintas. Pengembangan sarana dan Prasarana Wilayah untuk mendorong perkembangan perekonomian dan kegiatan sosial budaya penduduk Kabupaten Purwakarta

1. Sarana dan prasarana lingkungan permukiman

Menyediakan sarana dan prasarana lingkungan permukiman sesuai dengan standar pelayanan lingkungan permukiman

2. Sistem Prasarana Energi

Mengembangkan potensi energi dari Waduk Jatiluhur untuk memenuhi kebutuhan dan untuk menunjang pengembangan zona industri di bagian tengah.

3. Sistem Prasarana Pos dan Telekomunikasi

a. Mengembangkan sistem pelayanan pos dan telekomunikasi untuk menunjang laju pembangunan khususnya dalam hal percepatan arus informasi. b. Terbangunnya fasilitas telekomunikasi berupa pengembangan telekomunikasi perdesaan melalui pengadaan alat komunikasi PASTI Pasang Telepon Sendiri. c. Terbangunnya sistem jaringan telekomunikasi di seluruh ibukota kecamatan dan desa.

4. Sistem Pengairan

Mengembangkan sistem pengairan untuk memenuhi kebutuhan pertanian maupun non pertanian.

5. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Meningkatkan pengelolaan limbah industri, limbah domestik dan sampah yang sesuai dengan lingkungan. Pengembangan Kawasan Perdesaan, Perkotaan dan Tertentu yang seimbang dan berkelanjutan. Strategi pengembangan Kawasan perdesaan adalah : 1. Pengembangan kawasan pertanian diarahkan pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi kesesuaian lahan serta memungkinkan adanya dukungan pengembangan prasarana pengairan. 2. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan diarahkan pada wilayah-wilayah yang memiliki kesesuaian lahan permukiman. Strategi pengembangan kawasan perkotaan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan melalui pengembangan permukiman skala besar untuk mendukung perkembangan kawasan yang tumbuh dengan cepat;