dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar wilayah di suatu wilayah yang lebih luas.
Dalam analisis ini data yang digunakan adalah PDRB per Kecamatan Tahun 2002. Berdasarkan hasil perhitungan, Kabupaten Purwakarta memiliki nilai
indeks williamson sebesar 1.41. Nilai ini lebih tinggi jika di bandingkan nilai indeks williamson Provinsi Jawa Barat yang hanya mencapai 0.64. Hal ini
menunjukan bahwa pembangunan di Kabupaten Purwakarta masih mengalami disparitas atau kesenjangan antar wilayah kecamatan. Nilai indeks Wiliamson
dapat dilihat pada tabel 27 berikut : Tabel 27 Indeks Wiliamson antar Wilayah Pengembangan Pembangunan WPP
Di Kabupaten Purwakarta
No Kecamatan
PDRB Perkapita
WPP IW
Per WPP IW
Kabupaten IW
Propinsi 1 Bungursari
44.79 I
1.05 1.41 0.64
2 Babakancikao 28.89
I 3 Jatiluhur
20.41 I
4 Campaka 12.46
I 5 Cibatu
6.93 I
6 Purwakarta 3.65
I 7 Pondok
Salam 2.08
I 8 Pasawahan
1.94 I
9 Sukasari
2.48
I 10 Maniis
3.30 II
0.16
11 Plered 2.30
II 12 Tegalwaru
2.22 II
13 Darangdan 2.09
II 14 Sukatani
2.02 II
15 Wanayasa 2.91
III
0.21
16 Kiarapedes 2.54
III 17 Bojong
2.19 III
Sumber : Data diolah Sedangkan jika dianalisa pada tingkat Wilayah Pembangunan WPP di
Kabupaten Purwakarta diperoleh hasil berturut-turut 1.05 untuk WP I, 0.16 untuk WPP II dan 0.21 untuk WPP III. Hal ini menunjukkan bahwa pada Wilayah
Pembangunan I Kecamatan Purwakarta, Babakancikao, Campaka, Bungursari, Cibatu, Jatiluhur, Sukasari, Pasawahan dan Kecamatan pondoksalam disparitas
pembangunan yang terjadi paling besar, hal ini dipahami karena pada WPP ini terdapat Kecamatan dengan tingkat PDRB per kapita tertinggi dan terrendah
dengan selisih PDRB perkapitanya cukup tinggi. Sedangkan untuk WPP II pembangunan hampir merata pada tiap kecamatan.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas pembangunan antar wilayah maka dilakukan analisis regresi berganda antara
variabel-varibel hasil dari analisis PCA terhadap PDRB perkapita maupun.terhadap tingkat perkembangan Kecamatan IPK.
Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui model persamaan yang menjelaskan hubungan antara PDRB perkapita ataupun IPK sebagai varibel tujuan
dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat perkembangan Kecamatan atau PDRB perkapita sebagai variabel penjelas. Varibel-variabel
penduganya adalah varibel-variebel hasil PCA , sebagai berikut : 8
F1 yaitu indikator sarana perkotaan kepadatan penduduk, sarana komu- nikasi, panjang jalan, pelanggan telpon dan lembaga keuangan
9 F2 yaitu indikator keuangan daerah PAD kecamatan, jarak ke Bandung-
Jakarta, Pelanggan PLN 10
F3 yaitu indikator fisik wilayah luas wilayah dengan kelerengan 8-15 dan luas wilayah dengan kelerengan 40
11 F4 yaitu indikator pendidikan, sarana pendidikan dasar dan menengah
12 F5 yaitu indikator aksesibilitas jalan kondisi baik, tempat pelayanan
kesehatan dan jumlah mesjid 13
F6 yaitu indikator kesehatan tenaga kesehatan 14
F7 yaitu indikator pertanian persentase keluarga pertanian Hasil analisis regresi berganda terhadap PDRB perkapita menunjukan
bahwa dari 7 varibel penduga hanya 1 varibel saja yang berpengaruh nyata terhadap varibel tujuan pada tarap nyata
α sebesar = 0.05. Variabel tersebut adalah F2, karena memiliki p-level yang lebih kecil dari tarap nyata
α, sedangkan F1, F3, F4, F5 dan F6 memiliki p-level yang lebih besar dari tarap nyata
α. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Nilai R² dari persamaan tersebut adalah 0.7149 yang artinya bahwa model persamaan tersebut mampu menjelaskan keragaman data sebesar 71.49 .
Persamaan yang dihasilkan dari analisis regresi berganda tersebut adalah sebagai berikut :
Y = 7.77 + 8.44 F2
Dimana : Y = PDRB perkapita F2 = PAD kecamatan dan Jarak ke Bandung-Jakarta
Tabel 28 Variabel yang mempengaruhi PDRB perkapita Varibel Koefisien
p-level Intercept 7.77
0.00 F2 PAD kecamatan, persentase pelanggan PLN, Jarak
ke Bandung dan ke Jakarta 8.44 0.00
Sumber : hasil analisis Berdasarkan hasil analisis di atas maka faktor yang berpengaruh terhadap
PDRB perkapita kecamatan adalah PAD kecamatan, persentase pelanggan PLN dan Jarak ke Bandung-Jakarta. Semakin tinggi pendapatan asli kecamatannya
maka akan semakin tinggi pula PDRB perkapitanya. Demikian juga semakin banyak pelanggan PLN pada kecamatan tersebut dan semakin dekat dengan kota
Jakarta maka akan semakin tinggi pila tingkat PDRB perkapita masyarakat kecamatan tersebut.
Hal ini sangat relevan mengingat PDRB merupakan alat untuk mengukur tingkat perekonomian suatu wilayah melalui perhitungan berbagai indikator
ekonomi, sedangkan varibel-varibel yang dianalisis merupakan semua variabel yang diduga mempengaruhi perkembangan suatu wilayah. Dengan demikian
indikator tingginya PDRB belum cukup mewakili untuk mengukur tingginya tingkat perkembangan suatu wilayah.
Sedangkan hasil analisis regresi berganda terhadap perkembangan wilayah IPK menunjukan bahwa dari 7 varibel penduga hanya 4 varibel saja yang
berpengaruh nyata terhadap varibel tujuan pada tarap nyata α sebesar 0.05.
Variabel tersebut adalah F1, F4, F5 dan F6, seperti tampak pada Tabel 27, karena memiliki p-level yang lebih kecil dari tarap nyata
α, sedangkan F2 dan F3 memiliki p-level yang lebih besar dari tarap nyata
α. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Nilai R² dari persamaan tersebut adalah 0.9792 yang artinya bahwa model persamaan tersebut mampu menjelaskan keragaman data sebesar 97.92 .
Persamaan yang dihasilkan dari analisis regresi berganda tersebut adalah sebagai berikut :
Y = 49.52 + 42.53 F1 + 14.01 F4 + 16.07 F5 + 5.54 F6
Dimana : Y = Indeks Perkembangan Kecamatan IPK F1 = Sarana perkotaan
F4 = Sarana pendidikan dasar dan menengah F5 = Aksesibilitas
F6 = Tenaga kesehatan Tabel 29 Variabel yang mempengaruhi IPK
Varibel Koefisien p-level
Intercept 49.52 0.00
F1 = sarana perkotaan 42.53
0.00 F4 = sarana pendidikan dasar dan menengah
14.01 0.00
F5 = aksesibilitas 16.07
0.00 F6 = tenaga kesehatan
5.54 0.04
Sumber : hasil analisis Berdasarkan hasil analisis di atas maka faktor yang paling berpengaruh
terhadap indeks perkembangan kecamatan berturut-turut adalah sarana perkotaan, aksesibilitas, sarana pendidikan dasar dan menengah serta tenaga kesehatan.
Besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi yang dimilikinya, dalam hal ini bertanda positif yang berarti
mempengaruhi secara searah dimana peningkatan IPK dipengaruhi oleh peningkatan faktor-faktor F1, F4, F5 dan F6. Pengaruh faktor-faktor tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut : •
Kepadatan penduduk, sarana komunikasi, panjang jalan, pelanggan telpon dan lembaga keuangan F1.
Varibel ini mempengaruhi IPK secara searah, sehingga kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, sarana komunikasi yang lengkap,
panjang jalan yang memadai, jumlah pelanggan telpon yang banyak dan jumlah lembaga keuangan yang cukup akan mempunyai indek
perkembangan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk akan terkonsentrasi pada wilayah yang memiliki sarana dan prasarana serta
fasilitas pelayanan umum yang lengkap. Varibel ini juga memiliki nilai
koefisien yang paling besar sehingga mempunyai pengaruh yang paling besar dalam meningkatkan nilai indek perkembangan kecamatan.
• Sarana pendidikan dasar dan menengah F4
Varibel sarana pendidikan dasar dan menengah mempunyai korelasi yang positif artinya peningkatan IPK searah dengan peningkatan jumlah sarana
pendidikan dasar dan menengah Jumlah TK, SD, SMP, SMASMK negeri dan swasta. Kecamatan-kecamatan yang lebih berkembang mempunyai
ketersediaan sarana pendidikan yang memadai sehingga wilayah tersebut memiliki kualitas sumberdaya manusia yang lebih baik.
• Aksesibilitas F5
Varibel ini memiliki nilai koefisien yang positif, yang berarti bahwa Kecamatan-kecamatan yang memiliki aksesibitas yang tinggi akan
mempunyai indeks perkembangan kecamatan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan kemudahan penduduk dalam mobilitas dan menjangkau fasilitas
pelayanan yang tersedia, sehingga penduduk akan terkonsenttasi pada daerah yang lebih berkembang.
• Sarana dan prasarana kesehatan F6
Varibel ini memiliki nilai koefisien yang positif, yang berarti bahwa Kecamatan-kecamatan dengan tingkat perkembangan yang tinggi memiliki
ketersediaan sarana kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tempat pelayanan umum yang tinggi. Tingkat perkembangan suatu wilayah yang
tinggi ditandai dengan tinggi kebutuhan penduduk terhadap sarana dan fasilitas pelayanan termasuk pelayanan kesehatan, oleh karena tenaga
kesehatan lebih banyak dijumpai di wilayah yang mempunyai tingkat perkembangan yang lebih tinggi.
Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Purwakarta
Perkembangan suatu wilayah dan kemajuan pembangunan suatu wilayah mempunyai kaitan yang erat dengan perumusan strategi kebijakan pembangunan
yang dilaksanakan oleh wilayah yang bersangkutan. Merumuskan suatu bentuk kebijakan pembangunan yang tepat, yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan wilayah bukanlah hal yang mudah, karena seringkali dihadapkan
pada pilihan-pilihan dan keterbatasan-keterbatasan sumberdaya yang dimiliki sehingga perlu dirumuskan prioritas pembangunan.
Dalam merumuskan strategi kebijakan pembangunan yang tepat, perlu adanya kajian untuk mengetahui potensi daerah, keunggulan daerah, kondisi sosial
ekonomi, infrastruktur yang tersedia dan permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi.
Hasil kajian terhadap perkembangan wilayah dan indikator-indikator pembangunan di Kabupaten Purwakarta, mengemuka hal sebagai berikut :
1. Terjadi pemusatan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum,
pada Kecamatan Purwakarta, hal ini ditandai dengan Nilai Indeks Perkembangan Kecamatan yang sangat mencolok perbedaannya dengan IPK
kecamatan-kecamatan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil-hasil pembangunan berupa sarana prasarana dan fasilitas pelayanan umum yang
dibangun masih belum merata dinikmati seluruh masyarakat Kabupaten Purwakarta.
2. Selama kurun waktu tahun 2003-2006, wilayah-wilayah di Kabupaten
Purwakarta memiliki struktur hirarki yang relatif tidak berubah, dimana IPK tertinggi tetap dimiliki Kecamatan Purwakarta, IPK terendah dimiliki
Kecamatan Sukasari. Hal ini mengisyaratkan bahwa belum ada perubahan dalam strategi pengembangan wilayah dalam menyikapi kondisi dan
permasalahan yang dihadapi masing-masing wilayah, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dilakukan secara seragam antar wilayah
dan cenderung monoton dari tahun ke tahun. 3.
Selama kurun waktu tahun 2002-2006, secara umum komposisi perkembangan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Purwakarta kurang
mengalami perkembangan. Pada kurun waktu tersebut sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan memberikan kontribusi indeks terbesar,
kemudian sektor pertanian sedangkan sektor-sektor lain relatif kecil. Hal ini menggambarkan bahwa kebijakan pembangunan di bidang ekonomi oleh
pemerintah daerah belum memiliki prioritas dalam mengembangkan sektor perekonomian tertentu.
4. Sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Purwakarta yang dapat
dikembangkan antara lain: sektor pertanian, sektor angkutan dan sektor jasa, meskipun kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB kecil
namun sektor-sektor tersebut hampir merata di semua kecamatan dan sektor- sektor tersebut menjadi sektor unggulan di beberapa kecamatan. Sedangkan
sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan meskipun memiliki kontribusi terhadap PDRB besar namun hanya terjadi di beberapa kecamatan
saja, misalnya sektor industri pengolahan dominan di Kecamatan Jatiluhur, Babakancikao dan Kecamatan Bungursari dan sektor perdagangan hanya
dominan di Kecamatan Jatiluhur dan Bungursari. 5.
Berdasarkan hasil PCA diperoleh kaitan yang erat antara perkembangan wilayah dengan kepadatan penduduk, sarana komunikasi, sarana pendidikan,
sarana dan prasarana kesehatan, prasarana jalan, lembaga keuangan, jumlah keluarga pertanian, luas wilayah perbukitan, pendapatan asli daerah,
ketersediaan PLN dan aksesibilitas ke luar wilayah Purwakarta. 6.
Penciri utama dari tipologi wilayah di Kabupaten Purwakarta antara lain : Pendapatan asli tiap kecamatan, jarak tiap kecamatan ke Bandung, jarak
tiap kecamatan ke Jakarta dan keluarga yang berlangganan PLN; Persentase luas wilayah dengan kelerengan 8-15 dan persentase luas areal dengan
lereng 40; Jalan dengan kondisi baik, tempat pelayanan kesehatan dan rasio jumlah mesjid serta persentase keluarga pertanian.
7. Persentase ketepatan pengklasifikasian terhadap pengelompokan wilayah
berdasarkan Wilayah Pengembangan Pembangunan paling rendah dibandingkan persentase ketepatan pengklasifikasian berdasarkan wilayah
hasil analisis cluster dan wilayah hasil analisis skalogram. Hal ini menunjukan bahwa pengelompokan wilayah pengembangan pembangunan
belum berdasarkan potensi dan keadaan wilayah yang bersangkutan. Strategi pengembangan wilayah yang perlu dilakukan adalah :
• Untuk memajukan perkembangan wilayah Kabupaten Purwakarta perlu
dibangun sarana dan prasarana pelayanan umum dan infrastruktur yang lebih merata terutama sarana pendidikan, kesehatan, komunikasi dan lembaga
keuangan.
• Kecamatan Purwakarta yang menjadi pusat pertumbuhan di Kabupaten
Purwakarta dan telah berkembang menjadi wilayah perkotaan, perlu penanganan secara khusus, diantaranya dengan peningkatan pelayanan dan
pengadaan sarana perkotaan seperti: fasilitas pemakaman umum, fasilitas taman kota dan pelayanan kebersihan lingkungan, fasilitas rekreasi keluarga,
fasilitas pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat, fasilitas angkutan perkotaan, fasilitas perbelanjaan modern dilengkapi sarana perparkiran yang
memadai dan lain-lain. •
Sektor-sektor perekonomian yang berpotensi dikembangkan antara lain: sektor pertanian, sektor angkutan dan sektor jasa, karena ketiga sektor
tersebut hampir merata di semua kecamatan dan menjadi sektor unggulan di beberapa kecamatan. Sedangkan sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan meskipun memiliki kontribusi yang terhadap besar PDRB namun hanya terjadi di beberapa kecamatan, dengan demikian yang
diperlukan adalah dikembangkannya industri hasil pertanian. •
Keberadaan sumberdaya listrik yang besar yang dihasilkan oleh dua waduk yang ada yaitu PLTA Ir. H. Juanda di Kecamatan Jatiluhur dan Kecamatan
Sukasari serta PLTA Cirata di Kecamatan Maniis, belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan perkembangan wilayah. Hal ini terlihat
bahwa sektor listrik, gas dan air minum belum memberikan kontribusi terhadap perkembangan perekonomian wilayah ketiga kecamatan tersebut.
Padahal energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas kehidupan.
• Keterkaitan yang kuat antara berbagai ketersediaan sarana prasarana
pelayanan umum dengan peningkatan perkembangan suatu wilayah dan perkembangan dengan wilayah lain, mengisyaratkan bahwa pembangunan
sarana dan prasarana pelayanan umum yang dibangun harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan harus diperhitungkan kapasitas atau
besarnya jangkauan dari sarana dan prasarana tersebut. •
Perkembangan wilayah juga terkait erat dengan tingkat aksesibilitas wilayah, sehingga perlu ditingkatkan aksesibilitas wilayah untuk
mempermudah keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan fasilitas
umum dan meningkatkan perekonomian wilayah. Wilayah-wilayah di Kecamatan Sukasari, Maniis dan Kecamatan Bojong perlu terus
ditingkatkan aksesibilitasnya baik dengan pembuatan jalan-jalan baru maupun perbaikan terhadap jalan-jalan yang kondisinya kurang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Terdapat struktur hirarki wilayah yang jelas dimana Kecamatan Purwakarta
sebagai pusat pertumbuhan dan terjadi pemusatan fasilitas pelayanan. 2.
Pada umumnya sektor pertanian menjadi sektor unggulan di tiap kecamatan, namun sektor industri masih mendominasi perekonomian Kabupaten
Purwakarta. 3.
Tipologi wilayah di Kabupaten Purwakarta, memiliki faktor penciri utama yaitu pendapatan asli daerah tiap kecamatan, persentase pelanggan PLN, Jarak
ke Bandung – Jakarta, luas wilayah dengan kelerengan 8-15 dan 40 , panjang jalan dengan kondisi baik, jumlah mesjid, jumlah tempat pelayanan
kesehatan dan persentase keluarga pertanian. Perbedaan karakteristik wilayah ini mengelompokkan wilayah Kabupaten Purwakarta pada tipologi wilayah
transisi dari perdesaan ke perkotaan berbasis pertanian, tipologi wilayah transisi dari perdesaan ke perkotaan berbasis industri dan tipologi wilayah
pedesaan berbasis pertanian. 4.
Disparitas pembangunan antar wilayah paling tinggi terjadi di Wilayah Pengembangan Pembangunan I, dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
antara lain adalah sarana komunikasi, sarana pendidikan dasar dan menengah, tenaga kesehatan dan aksesibilitas.
Saran dan Rekomendasi Saran
• Perlu evaluasi kembali efektifitas pembentukan Wilayah Pengembangan
Pembangunan dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Purwakarta. •
Perlu dikaji pengaruh aksesibilitas dengan dibukanya tol Cipularang terhadap perkembangan wilayah di Kabupaten Purwakarta, sehingga
Pemerintah Daerah dapat menyusun langkah-langkah antisipatif terkait perkembangan wilayah yang telah ada.
Rekomendasi
• Dalam rangka memperkecil disparitas pembangunan antar wilayah di
Kabupaten Purwakarta, Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta perlu merumuskan strategi pengembangan wilayah yang memperhatikan aspek-
aspek berikut : 1.
Mengupayakan penyediaan sarana prasarana dan pelayanan yang lebih berimbang terutama sarana pendidikan, kesehatan, sarana komunikasi
dan meningkatkan aksesibilitas wilayah serta lebih mengoptimalkan potensi di sektor pertanian dengan meningkatkan kegiatan industri
yang berbasis pertanian. 2.
Mengoptimalkan potensi daerah di sektor listrik, gas dan air bersih, untuk meningkatkan perkembangan wilayah terutama di Kecamatan
Sukasari dan Kecamatan Maniis. 3.
Meningkatkan aksesibilitas wilayah untuk mempermudah keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan fasilitas umum dan
meningkatkan perekonomian wilayah terutama di Kecamatan Sukasari, Maniis dan Kecamatan Bojong.
• Strategi pengembangan wilayah Kabupaten Purwakarta diarahkan untuk
mengembangkan sektor pertanian, sektor angkutan, keuangan dan sektor jasa pada tipologi wilayah transisi berbasis pertanian dan mengembangan
sektor pertanian pada tipologi wilayah pedesaan dan mengembangkan sektor industri pengolahan dan perdagangan terutama pengembangan
industri yang berbasis pertanian pada tipologi wilayah transisi berbasis industri.
• Kecamatan Purwakarta yang merupakan pusat pertumbuhan di Kabupaten
Purwakarta dan telah berkembang menjadi wilayah perkotaan, perlu penanganan secara khusus, diantaranya dengan peningkatan sarana
prasarana dan fasilitas pelayanan umum perkotaan seperti: fasilitas pemakaman umum, fasilitas taman kota dan pelayanan kebersihan
lingkungan, fasilitas rekreasi keluarga, fasilitas pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat, fasilitas angkutan perkotaan, fasilitas perbelanjaan
modern dilengkapi sarana perparkiran yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A dan E. Rustiadi. 1999. Desentralisasi Spasial Melalui Pembangunan Agropolitan, dengan Mereplikasi Kota-Kota Menengah-Kecil di Wilayah
Pedesaan. Makalah Lokakarya Pendayagunaan Sumberdaya Pembangunan Wilayah di Propinsi Riau, Pekanbaru.
Anwar, A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Tinjauan Kritis. P4W Press Bogor.
Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta : PT. BPFE .
[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2003. Purwakarta Dalam Angka 2002. Purwakarta: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Purwakarta
dengan BPS Kabupaten Purwakarta. [BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2007. Purwakarta Dalam
Angka 2006. Purwakarta: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Purwakarta dengan BPS Kabupaten Purwakarta.
[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2003. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kecamatan Kabupaten Purwakarta tahun 2002.
Purwakarta: Kerjasama BAPEDA Kabupaten Purwakarta dengan BPS Kabupaten Purwakarta.
[BAPEDA] Badan Perencana Daerah Kabupaten Purwakarta. 2002. RTRW Kabupaten Purwakarta 2002-2012. Purwakarta: Kerjasama BAPEDA
Kabupaten Purwakarta dengan BPS Kabupaten Purwakarta Lorenzo-Alvarez, M. 2002. Regional Disparities in Developing East Asia:
Challeges for The Future. Seminar Globalisation. Nugroho, T. 2004. Disparitas Pembangunan Wilayah Pesisir Utara dan Selatan
Jawa Barat. Studi Kasus di Kabupaten Karawang Subang – Garut Ciamis. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Rustiadi E. 2001. Perencanaan Wilayah di dalam Mengatasi Kerusakan Lingkungan dan Disparitas antar Wilayah di Era Otonomi Daerah. Materi
disampaikan pada Serial Diskusi Program Certification Environment Justice and Natural Asset yang diselenggarakan oleh Lembaga Alam
Tropika Indonesia pada tanggal 27 Juli 2001 di Pendidikan Latihan, Situ Gede. Bogor.
Rustiadi E., Saefulhakim, S., Panuju DR. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Rustiadi, E. dan Hadi, S. 2007. Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan dan Pembangunan Berimbang.
http:www.pu.go.idditjen-miskinagroberitapengemb-agro.asp 1Mei
2007. Saefulhakim, S. 2005. Permodelan. Modul Analisis Kuantitatif Sosial Ekonomi
Wilayah. Bogor. PS Perencanaan Wilayah Institut Pertanian Bogor. Suhyanto, O. 2005. Disparitas Tingkat Kehidupan Masyarakat antar Wilayah di
Jawa Barat dan Strategi Penanggulangannya. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sukirno, Sadono. 1982. Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta: LP FE UI.
Syahidin, A. 2006. Studi Kebijakan Pembangunan Berbasis Sektor Unggulan : Kasus Di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. [Tesis]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Tukiyat, 2002. Pengantar Pengembangan Ekonomi Wilayah. Di dalam : Urbanus
M. Ambardi dan Socia Prihawantoro. Editor. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Jakarta : Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengambangan Wilayah BPPT.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kepadatan penduduk per desa di Kabupaten Purwakarta.
No Kecamatan Nama Desa
Jumlah Penduduk
org Luas Desa
Kelurahan ha
Kepadatan Orgha
1 Jatiluhur Jatimekar
2966 2,595
1 2 Jatiluhur
Cikaobandung 4425
508 9
3 Jatiluhur Jatiluhur
2969 311
10 4 Jatiluhur
Cilegong 3705
326 11
5 Jatiluhur Kembangkuning
8196 478
17 6 Jatiluhur
Cibinong 3729
472 8
7 Jatiluhur Parakanlima
4386 542
8 8 Jatiluhur
Cisalada 4628
255 18
9 Jatiluhur Mekargalih
6070 225
27 10 Jatiluhur
Bunder 8844
475 19
11 Sukasari Parungbanteng
2256 1,642
1 12 Sukasari
Sukasari 2746
959 3
13 Sukasari Ciririp
2889 1,568
2 14 Sukasari
Kertamanah 2218
2,040 1
15 Sukasari Kutamanah
2679 299
9 16 Maniis
Tegaldatar 3976
209 19
17 Maniis Sinargalih
4664 299
16 18 Maniis
Citamiang 3163
325 10
19 Maniis Cijati
1859 411
5 20 Maniis
Gunungkarung 3812
470 8
21 Maniis Pasirjambu
2875 266
11 22 Maniis
Ciramahilir 2860
328 9
23 Maniis Sukamukti
2668 350
8 24 Tegalwaru
Sukahaji 2331
192 12
25 Tegalwaru Karoya
3782 430
9 26 Tegalwaru
Cadassari 2265
183 12
27 Tegalwaru Cadasmekar
2638 125
21 28 Tegalwaru
Citalang 4119
455 9
29 Tegalwaru Batutumpang
3667 455
8 30 Tegalwaru
Tegalwaru 2219
218 10
31 Tegalwaru Tegalsari
2196 200
11 32 Tegalwaru
Warungjeruk 3844
361 11
33 Tegalwaru Galumpit
2155 599
4 34 Tegalwaru
Cisarua 3744
807 5
35 Tegalwaru Sukamulya
4601 720
6 36 Tegalwaru
Pasanggrahan 2464
649 4
37 Plered Rawasari
2242 128
18 38 Plered
Gandasoli 2662
247 11
39 Plered Gandamekar
2429 131
19 40 Plered
Cibogohilir 4943
204 24
Lampiran 1 Lanjutan.
No Kecamatan Nama Desa
Jumlah Penduduk
org Luas Desa
Kelurahan ha
Kepadatan Orgha
41 Plered Palinggihan
3728 97
39 42 Plered
Babakansari 2227
39 58
43 Plered Plered
4625 48
96 44 Plered
Sindangsari 4328
142 31
45 Plered Citeko
3953 222
18 46 Plered
Citeko Kaler
2830 119
24 47 Plered
Linggarsari 3242
187 17
48 Plered Pamoyanan
4707 449
10 49 Plered
Liunggunung 4414
297 15
50 Plered Anjun
3803 84
45 51 Plered
Cibogogirang 5785
262 22
52 Plered Sempur
4569 182
25 53 Sukatani
Cianting 5366
370 15
54 Sukatani Pasirmunjul
2866 405
7 55 Sukatani
Cibodas 2959
138 21
56 Sukatani Cianting
Utara 2354
134 18
57 Sukatani Sukatani
9636 524
18 58 Sukatani
Malangnengah 3829
247 15
59 Sukatani Cilalawi
3375 178
19 60 Sukatani
Sukamaju 2533
279 9
61 Sukatani Cipicung
2649 270
10 62 Sukatani
Tajursindang 4447
2,272 2
63 Sukatani Sindanglaya
3127 833
4 64 Sukatani
Panyindangan 4819
1,716 3
65 Sukatani Sukajaya
3552 518
7 66 Sukatani
Cijantung 3370
410 8
67 Darangdan Pasirangin
4739 447
11 68 Darangdan
Nangewer 5006
548 9
69 Darangdan Neglasari
3246 338
10 70 Darangdan
Linggasari 3467
275 13
71 Darangdan Sawit
16954 262
65 72 Darangdan
Sirnamanah 1675
212 8
73 Darangdan Depok
5134 406
13 74 Darangdan
Legoksari 2017
139 15
75 Darangdan Mekarsari
3659 428
9 76 Darangdan
Gununghejo 2496
325 8
77 Darangdan Darangdan
4972 331
15 78 Darangdan
Sadarkarya 2438
532 5
79 Darangdan Linggamukti
2701 294
9 80 Darangdan
Cilingga 3624
374 10
81 Darangdan Nagrak
5034 398
13
Lampiran 1 lanjutan
No Kecamatan Nama
Desa Jumlah
Penduduk org
LuasDesa Kelurahan
ha Kepadatan
Orgha 82 Bojong
Cibingbin 3641
292 12
83 Bojong Bojong
Timur 3004
356 8
84 Bojong Pasanggrahan
1827 223
8 85 Bojong
Cihanjawar 2170
260 8
86 Bojong Cikeris
2179 249
9 87 Bojong
Bojong Barat
2746 125
22 88 Bojong
Pangkalan 1839
183 10
89 Bojong Sukamanah
2075 241
9 90 Bojong
Pawenang 2270
220 10
91 Bojong Sindangsari
2714 294
9 92 Bojong
Sindangpanon 4722
778 6
93 Bojong Cipeundeuy
2803 512
5 94 Bojong
Cileunca 2947
394 7
95 Bojong Kertasari
3462 1,202
3 96 Wanayasa Nangerang
1592 180
9 97 Wanayasa Simpang
1462 180
8 98 Wanayasa Sakambang
1210 210
6 99 Wanayasa Nagrog
2068 187
11 100 Wanayasa Cibuntu
1120 150
7 101 Wanayasa Sumurugul
1563 168
9 102 Wanayasa Raharja
1151 148
8 103 Wanayasa Wanayasa
4158 608
7 104 Wanayasa Babakan
3118 323
10 105 Wanayasa Wanasari
2824 350
8 106 Wanayasa Legokhuni
1843 232
8 107 Wanayasa Ciawi
2449 144
17 108 Wanayasa Sukadami
2892 119
24 109 Wanayasa Taringgul
Tonggoh 2800
328 9
110 Wanayasa Taringgul Tengah
2575 239
11 111 Kiarapedes Pusakamulya
3579 343
10 112 Kiarapedes Parakan
Garokgek 2853
499 6
113 Kiarapedes Ciracas 2261
343 7
114 Kiarapedes Kiarapedes 2738
332 8
115 Kiarapedes Cibeber 1726
227 8
116 Kiarapedes Sumbersari 1521
166 9
117 Kiarapedes Mekarjaya 2366
221 11
118 Kiarapedes Margaluyu 2208
266 8
119 Kiarapedes Gardu 1865
121 15
120 Kiarapedes Taringgul Landeuh
1835 185
10
Lampiran 1 lanjutan
No Kecamatan Nama
Desa Jumlah
Penduduk org
LuasDesa Kelurahan
ha Kepadatan
Orgha 121 Pasawahan
Ciherang 3286
121 27
122 Pasawahan Cidahu
1263 80
16 123 Pasawahan
Pasawahananyar 1464
78 19
124 Pasawahan Pasawahan
Kidul 2809
165 17
125 Pasawahan Sawah
Kulon 3685
154 24
126 Pasawahan Kertajaya
3335 153
22 127 Pasawahan
Lebak Anyar
3949 83
48 128 Pasawahan
Cihuni 2646
86 31
129 Pasawahan Warung
Kadu 1750
115 15
130 Pasawahan Selaawi
3710 379
10 131 Pasawahan
Margasari 2873
360 8
132 Pasawahan Pasawahan
3923 370
11 133 Pondoksalam Bungurjaya
1500 173
9 134 Pondoksalam Pondokbungur
2625 218
12 135 Pondoksalam Salem
2539 181
14 136 Pondoksalam Galudra
1086 183
6 137 Pondoksalam Sukajadi
2243 501
4 138 Pondoksalam Tanjung
Sari 3705
435 9
139 Pondoksalam Salamjaya 2195
117 19
140 Pondoksalam Situ 1796
224 8
141 Pondoksalam Parakansalam 1484
264 6
142 Pondoksalam Salammulya 2463
272 9
143 Pondoksalam Gurudug 2067
156 13
144 Purwakarta Sindangkasih
16704 170
98 145 Purwakarta
Nagrikidul 14008
224 63
146 Purwakarta Nagritengah
10133 197
51 147 Purwakarta
Cipaisan 11510
155 74
148 Purwakarta Nagrikaler
20490 180
114 149 Purwakarta
Tegalmunjul 9852
190 52
150 Purwakarta Citalang
5459 353
15 151 Purwakarta
Munjuljaya 9915
357 28
152 Purwakarta Ciseureuh
25057 389
64 153 Purwakarta
Purwamekar 8158
231 35
154 Babakancikao Maracang 4290
259 17
155 Babakancikao Ciwareng 4838
338 14
156 Babakancikao Mulyamekar 4163
305 14
157 Babakancikao Cigelam 3323
616 5
158 Babakancikao Babakancikao 3152
299 11
159 Babakancikao Kadumekar 1321
299 4
160 Babakancikao Hegarmanah 2631
377 7
Lampiran 1 lanjutan
No Kecamatan Nama Desa
Jumlah Penduduk
org LuasDesa
Kelurahan ha
Kepadatan Orgha
161 Babakancikao Cicadas 4144
551 8
162 Babakancikao Cilangkap 4967
460 11
163 Campaka Cirende
1498 462
3 164 Campaka
Benteng 2073
385 5
165 Campaka Campaka
2343 191
12 166 Campaka
Campakasari 3853
194 20
167 Campaka Cijunti
4104 455
9 168 Campaka
Cisaat 3080
354 9
169 Campaka Cimahi
3852 381
10 170 Campaka
Cikumpay 4213
469 9
171 Campaka Cijaya
2924 596
5 172 Campaka
Kertamukti 2674
248 11
173 Cibatu Wanawali
1437 516
3 174 Cibatu
Cikadu 1884
373 5
175 Cibatu Cibukamanah
1803 896
2 176 Cibatu
Cirangkong 2704
636 4
177 Cibatu Cipancur
1473 348
4 178 Cibatu
Cipinang 3178
264 12
179 Cibatu Ciparungsari
2260 355
6 180 Cibatu
Karyamekar 2335
379 6
181 Cibatu Cibatu
3024 403
8 182 Cibatu
Cilandak 3742
537 7
183 Bungursari Ciwangi
9380 345
27 184 Bungursari
Cibening 5843
430 14
185 Bungursari Bungursari
2560 448
6 186 Bungursari
Cibungur 2810
319 9
187 Bungursari Dangdeur
1603 938
2 188 Bungursari
Wanakerta 2815
543 5
189 Bungursari Cinangka
2545 192
13 190 Bungursari
Cikopo 4452
420 11
191 Bungursari Karangmukti
2031 265
8 192 Bungursari
Cibodas 3930
382 10
Lampiran 2. Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Purwakarta Hingga Tahun 2012
Tujuan Strategi
Meningkatkan peran Kabupaten Purwakarta dalam Konstelasi
Nasional Kabupaten Purwakarta terletak diantara Pusat Kegiatan
Nasional DKI Jakarta – Bandung – Cirebon
1. Meningkatkan aksesibilitas Kabupaten Purwakarta ke
PKN DKI Jakarta, Bandung dan Cirebon dengan meningkatkan peran jalan arteri primer dan pembuatan
jalan toll dan peningkatan angkutan umum.. 2.
Strategi meningkatkan peran Jatiluhur, dengan meningkatkan peran waduk sebagai pembangkit listrik,
penyedia air minum, penyedia air untuk irigasi teknis wilayah Pantura, sebagai produsen hasil perikanan darat,
dan penyedia kegiatan wisata air dan penelitian aqua culture.
Meningkatkan peran Kabupaten Purwakarta dalam Konstelasi
Regional Jawa Barat Strategi Pengembangan Cikopo sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah yang melayani Kabupaten Karawang, Subang, Purwakarta. Pengembangan PKW Cikopo-Cikampek
Cikopek perlu didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana :
– Pengembangan Pasar Induk yang melayani pemasaran
hasil produksi pertanian seluruh wilayah Kabupaten Purwakarta.
– Pengembangan Pendidikan Tinggi – Pengembangan Rumah Sakit Umum Tipe B
– Pengembangan Dry Port peti kemas
Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Dalam rangka menunjang pengembangan 45 wilayah
Propinsi Jawa Barat sebagai kawasan lindung, strategi pemantapan kawasan lindung :
1.
Mempertahankan luas kawasan lindung yang telah ada dengan menjaga agar tidak terjadi alih fungsi kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya. 2.
Terjaganya kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis agar terjaminnya
ketersediaan sumberdaya air. 3.
Mengalih fungsikan hutan produksi yang berada di kawasan lindung menjadi fungsi lindung, dan
memantapkan hutan produksi yang berada di luar kawasan lindung.
4. Mengendalikan kawasan lindung dengan
mengembangkan kawasan penyanggabuffer zone di sekitar hutan lindung.
Pengembangan sistem kota-kota dan pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan dalam mendorong memberikan spread Effect
perkembangan kota-kota dan kecamatan dalam wilayah
Kabupaten Purwakarta. 1.
Menata dan mengarahkan perkembangan kota-kota pusat kecamatan, khususnya kecamatan-kecamatan yang baru
terbentuk untuk mendorong perkembangan desa-desa di sekitarnya.
2. Menata distribusi kota-kota pusat pertumbuhan wilayah
kabupaten, yaitu : a.
Strategi pengembangan Sadang sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan di wilayah utara.
b. Strategi pengembangan Kota Purwakarta sebagai
pusat pertumbuhan wilayah tengah. c.
Strategi pengembangan Wanayasa sebagai pusat pertumbuhan wilayah bagian Timur.
d. Strategi pengembangan Plered sebagai pusat
pertumbuhan wilayah bagian Barat.
Lampiran 2. Lanjutan
Tujuan Strategi
Mengembangkan ekonomi kerakyatan dengan memberdaya-
kan pengusaha kecil. menengah dan koperasi agar lebih efisien,
produktif dan berdaya saing dengan mengoptimalkan sumber-
daya daerah yang bertitik berat pada penguatan basis pertanian
dan industri serta mengembang- kan mekanisme pasar yang
berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat.
1. Strategi untuk percepatan laju pertumbuhan ekonomi
dan kesempatan kerja. 2.
Strategi pemerataan ekonomi dan pemerataan pembangunan antar daerah.
3. Pengembangan ekonomi dengan basis kegiatan ekonomi
lokal. 4.
Pengembangan sektor pertanian dan industri sebagai sektor andalan.
5. Pengembangan mekanisme pasar yang berkeadilan.
Mendorong pertumbuhan ekonomi kabupaten melalui
pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi Kabupaten
Purwakarta, terutama sektor pertanian, industri, pariwisata dan
pertambangan Pengembangan Sektor Pertanian
, dengan : 1.
Meningkatkan penguatan basis pertanian yang mengarah pada sistem agribisnis dengan mengembangkan sub
sistem hulu, tengah pertanian dalam arti luas dan hilir dengan didukung pembangunan pasar induk untuk
membantu pemasaran hasil produksi.
2. Mempertahankan dan melindungi lahan pertanian dari
kemungkinan terjadinya perubahan fungsi lahan dan kerusakan lingkungan.
3. Meningkatkan program pengembangan pertanian
tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan melalui intensifikasi, diversifikasi dan
pemberdayaan usaha pertanian rakyat serta upaya lain yang dapat menunjang kinerja produksi pertanian di
daerah.
Pengembangan sektor Industri , dengan :
1. Pengembangan industri kecil, khususnya yang
berorientasi ekspor, baik industri manufaktur maupun agroindustri.
2. Mendorong berkembangnya industri yang mengolah
hasil pertanian termasuk kegiatan perdagangannya. 3.
Mendorong berkembangnya industri yang menghasilkan input bagi pertanian dan penanganan pasca panen,
seperti industri agro-otomotif, agro-kimia, pembibitan pembenihan, industri makanan sejenisnya
4. Mengembangkan industri kerajinan rakyat yang
Menggunakan bahan baku lokal serta mendayagunakan potensi tenaga kerja setempat.
Pengembangan Sektor Pariwisata , dengan :
1. Mengembangkan potensi obyek wisata unggulan.
2. Menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional
sebagai wahana bagi pengembangan pariwisata. 3.
Mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan
partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, argonomis, sosial budaya, hemat energi,
melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan.
Pengembangan Sektor Pertambangan , dengan :
1. Mengendalikan perkembangan kegiatan pertambangan
untuk menjaga kelestarian lingkungan. 2.
Memberdayakanmemfungsikan lahan-lahan bekas penambangan untuk menghindari kerusakan lahan,
banjir dan erosi reklamasi.
Lampiran 2. Lanjutan
Tujuan Strategi
Pengembangan Sistem Pemerintahan yang baik Good
Governance untuk meningkatkan kapasitas pelayanan
pembangunan. Untuk meningkatkan kapasitas pelayanan pembangunan
sesuai dengan Undang-undang otonomi daerah, yaitu dengan strategi :
– Optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan danpelayanan kepada masyarakat di kecamatan dengan lebih memperhatikan aspek
pemerataan dan keadilan. – Memberikan kewenangan kepada kecamatan sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Peningkatan Sumberdaya
Manusia sebagai modal utama dan sebagai pelaku pembangunan dan
pengguna hasil pembangunan. 1.
Meningkatkan pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama
yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai.
2. Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang
berkepribadian, dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.
3. Mewujudkan sistem dan iklim pendidikan yang
demokratis dan bermutu guna memperteguh ahlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangka mengembangkan kualitas manusia.
Pengembangan Sistem Transportasi sebagai prasarana
dasar untuk mendorong perkembangan perekonomian dan
melayani pergerakan penduduk dan barang antar wilayah.
A. Pengembangan Jalan Toll
Pengembangan jalan toll untuk meningkatkan aksesibilitas Kabupaten Purwakarta ke PKN Jakarta,
Bandung dan Cirebon
B. Pengembangan Jalan Arteri Primer
Jalan arteri yang menghubungkan antara kota Jakarta- Bandung yang melalui Kabupaten Purwakarta yaitu ruas
jalan Cikopo-Kota Purwakarta-Darangdan.
C. Pengembangan Jalan Arteri Sekunder
– Lingkar Luar Timur yang menghubungkan Cikopo- Cibatu-Wanayasa-Sawit.
– Lingkar Dalam Timur yang menghubungkan Kota Campaka dengan Kota Purwakarta.
– Lingkar Luar Barat yang menghubungkan Cibungur Cikaobandung Kutamanah – Kertamanah- Sirna Galih
- Perbatasan Cianjur dan Darangdan – Cilangkap - Perbatasan ke Rajamandala.
– Lingkar Dalam Barat yang menghubungkan Kota Plered dengan interchange toll Cipularang.
Ruas-ruas lain pusat-pusat utama di Kabupaten Purwakarta dengan pusat-pusat sekunder di luar wilayah kabupaten,
diantaranya : 1. Ruas Purwakarta-Curug
2. Ruas Jatiluhur-Cikaobandung 3. Ruas Sadang-Subang.
4. Ruas Purwakarta-Jalan Cagak 5. Ruas Purwakarta-Jatiluhur-Kabupaten Karawang.
6. Ruas Cilangkap-Rajamandala
Lampiran 2. Lanjutan
Tujuan Strategi
D. Pengembangan Jalan Kolektor Primer 1.
Pengembangan Lingkar Timur yang berfungsi sebagai jalan pengalih untuk arus lalu lintas dari arah Jakarta dan
atau Subang menuju Bandung dan sebaliknya agar tidak melewati pusat Kota Purwakarta.
2. Pengembangan Ruas Cipetir – Cilangkap yang berfungsi
sebagai jalan alternatif dari arah Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya serta menuju arah
Rajamandala. 3.
Pengembangan Ruas Citeko-Ciakar-Warungieruk- Cidahu yang berfungsi sebagai jalan alternatif ke jalan
Lingkar Barat dan ke Cikalong Kulon. Pengembangan Ruas Cianting – Naggeleng berfungsl
sebagai jalan alternatif yang menghubungkan Jakarta ke Bandung dan sebaliknya bila jalan pada ruas Cianting -
Sawit terjadi kemacetan yang diakibatkan oleh kejadian luar biasa seperti kecelakaan lalu lintas.
Pengembangan sarana dan Prasarana Wilayah untuk
mendorong perkembangan perekonomian dan kegiatan sosial
budaya penduduk Kabupaten Purwakarta
1. Sarana dan prasarana lingkungan permukiman
Menyediakan sarana dan prasarana lingkungan permukiman sesuai dengan standar pelayanan
lingkungan permukiman
2. Sistem Prasarana Energi
Mengembangkan potensi energi dari Waduk Jatiluhur untuk memenuhi kebutuhan dan untuk menunjang
pengembangan zona industri di bagian tengah.
3. Sistem Prasarana Pos dan Telekomunikasi
a. Mengembangkan sistem pelayanan pos dan
telekomunikasi untuk menunjang laju pembangunan khususnya dalam hal percepatan arus informasi.
b. Terbangunnya fasilitas telekomunikasi berupa
pengembangan telekomunikasi perdesaan melalui pengadaan alat komunikasi PASTI Pasang Telepon
Sendiri. c.
Terbangunnya sistem jaringan telekomunikasi di seluruh ibukota kecamatan dan desa.
4. Sistem Pengairan
Mengembangkan sistem pengairan untuk memenuhi kebutuhan pertanian maupun non pertanian.
5. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Meningkatkan pengelolaan limbah industri, limbah domestik dan sampah yang sesuai dengan lingkungan.
Pengembangan Kawasan Perdesaan, Perkotaan dan
Tertentu yang seimbang dan berkelanjutan.
Strategi pengembangan Kawasan perdesaan adalah : 1.
Pengembangan kawasan pertanian diarahkan pada wilayah-wilayah yang memiliki potensi kesesuaian
lahan serta memungkinkan adanya dukungan pengembangan prasarana pengairan.
2. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan
diarahkan pada wilayah-wilayah yang memiliki kesesuaian lahan permukiman.
Strategi pengembangan kawasan perkotaan adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan
diarahkan melalui pengembangan permukiman skala besar untuk mendukung perkembangan kawasan yang
tumbuh dengan cepat;