xxiii berat 50 kDa, sehingga total berat molekul protein sebesar 150 kDa, seperti
ditunjukkan oleh gambar 3 Koivunen dan Krogsrud 2006.
Gambar 3 Skematik gambaran molekul antibodi Koivunen dan Krogsrud 2006. Imunoglobulin G memiliki komponen terbanyak dari immunoglobulin lain
dalam sirkulasi. Bagian dari imunoglobulin yang paling penting dalam imunohistokimia adalah fragmen Fc. Fragmen Fc ini yang berikatan secara
langsung dengan imunogen untuk melakukan mekanisme netralisasi imunogen.
Antibodi poliklonal merupakan antibodi yang diproduksi oleh limfosit B dengan berbagai tipe kloning karena respon dari ikatan antigen dengan epitop
limfosit B yang berbeda-beda. Metode yang dilakukan adalah dengan menyuntikkan satu jenis protein atau antigen yang kemudian disebut imunogen ke
dalam tubuh hewan, maka IgG yang spesifik terhadap imunogen diproduksi oleh sel limfosit B sebagai respon kekebalan tubuh. Imunoglobulin G akan bersirkulasi
dalam tubuh terutama dalam serum darah. Dengan mengambil serum dari tubuh hewan tersebut, maka dapat diperoleh IgG dalam jumlah yang cukup. Untuk
produksi poliklonal antibodi dari proses imunisasi terhadap hewan umumnya dilakukan pada mamalia. Hewan yang sering digunakan sebagai produksi antibodi
poliklonal diantaranya kambing, kuda, marmut, kelinci, hamster, tikus, domba, dan ayam. Kelinci dan mencit merupakan hewan laboratorium yang paling umum
digunakan sebagai produksi antibodi. Mamalia berukuran besar seperti kambing dan kuda digunakan untuk produksi antibodi dalam jumlah besar. Produksi
antibodi juga sering dilakukan menggunakan ayam karena IgY pada ayam yang merupakan imunoglobulin identik dengan IgG akan ditransfer dalam jumlah besar
ke dalam kuning telur, sehingga koleksi antibodi tidak perlu melalui prosedur koleksi darah. Telur ayam umur satu minggu dapat mengandung sepuluh kali
antibodi daripada antibodi yang berasal dari serum kelinci Koivunen dan Krogsrud 2006.
xxiv
BAB III MATERI DAN METODE
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Bagian patologi ini membawahi Laboratorium Diagnostik Patologi, Laboratorium Histopatologi, Laboratorium Kultur Jaringan, dan Laboratorium Riset. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laboratorium Diagnostik Patologi dan Laboratorium Histopatologi. Uji konfirmasi antibodi dilakukan di
Laboratorium Imunologi Mochtar Riady Institute for Nanotechnology MRIN, Lippo-Karawaci Tangerang. Uji konfirmasi ini meliputi uji titer antibodi dengan
menggunakan metode Enzym Linked Immunosorbent AssayELISA, Sodium Dedocyl Sulfate-Polyacrilamide Agar Gel Electrophoresis SDS-PAGE, dan
Western Blot.
Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu produksi antibodi, pemurnian antibodi, dan aplikasi antibodi. Produksi
antibodi dilakukan selama 8 minggu, pemurnian antibodi selama 4 minggu dan aplikasi antibodi dilakukan selama 12 minggu. Agenda penelitian dengan berbagai
kegiatan terlihat pada gambar 4.
Gambar 4 Skema jadwal penelitian produksi antibodi poliklonal anti-Marek pada kelinci New Zealand White.
B. PROSEDUR PENELITIAN Produksi Antibodi Poliklonal
Produksi antibodi poliklonal anti-Marek dilakukan pada 2 ekor kelinci jantan jenis New Zealand White yang berumur 8 minggu. Alat dan bahan yang
digunakan adalah kandang kelinci tipe kelompok dengan ukuran kandang 1x1x1 meter, pakan kelinci komersial, air minum mineral komersial, Obat-obatan untuk
aklimatisasi massa adaptasi albendazole, metronidazole, ketoconazole, ivermectine
®
, dan multivitamin, Complete Freund’s Adjuvant CFA, incomplete Freund’s Adjuvant IFA, spuit emulgator Syringe double luer lock.
Kelinci ditempatkan pada kandang berukuran dengan lantai berupa jeruji besi sehingga urin dan feses tidak tertampung di lantai tipe kandang panggung.
Pakan dan minum ditempatkan dalam kandang dan diikat pada dinding kandang sehingga tidak menyebabkan pakan mudah tercecer. Pakan dan minum yang
diberikan di panaskan dalam microwave selama 5 menit untuk menghindari kontaminan mikroorganisme dalam pakan dan minum serta pakan dan minum
diberikan secara ad libitum. Komposisi pakan yang diberikan memiliki kadar
xxv protein 14-16 tabel 1. Pencahayaan kandang diatur dengan sistem 12 jam
terang dan 12 jam gelap dengan suhu antara 25±1
o
C dan kelembaban 70-80. Kelinci diadaptasikan selama 8 hari dengan agenda perlakuan berupa; hari
ke-1 dilakukan pemberian albendazole dengan dosis 25mgKgBB secara per-oral yang bertujuan untuk mengeliminasi endoparasit cacing dalam saluran
pencernaan. Hari ke-2 hingga ke-5 diberikan amoxyciline dengan dosis sebesar 25 mgKgBB secara per-oral dengan tujuan mengeliminasi bakteri sistemik yang
akan mengganggu jalannya penelitian. Hari ke-6 diberikan metronidazole dengan dosis 15 mgKgBB secara per-oral yang bertujuan untuk mengeliminasi parasit
protozoa dalam saluran pencernaan. Hari ke-7 diulang kembali pemberian albendazole dengan metode dan dosis yang sama. Hari ke 8 diberikan
Ivermectine
®
untuk mengeliminasi ektoparasit dan beberapa endoparasit dengan dosis 0.02 ml Ivermectin
®
1 secara subkutan. Tabel 1 Komposisi Pakan Kelinci yang diberikan secara ad libitum selama 4
minggu
Komposisi Kadar
Protein Lemak minimal
Serat Kasar
Abu Kadar Air
Vitamin C Aflatoksin
14-16 4
10 14
12
50 ppm 20 ppb
Penyiapan Imunogen
Bahan yang diperlukan dalam kegiatan induksi dan boosting adalah imunogen yang berupa vaksin live Marek dengan strain Herpesvirus of Turkey
HVT, CFA dan IFA. Alat yang diperlukan adalah spuit emulgator untuk membuat emulsi antara imunogen dan adjuvan.
Vaksin Marek dengan jumlah 250 µg0.5 ml dalam Phosphate Buffer Saline PBS ditambahkan dengan CFA pada saat induksi dan IFA pada saat boosting
dengan volume 0.5 ml. Metode emulsifikasi dilakukan dengan spuit emulgator dan dilakukan dalam ruang asam Laminar air flow. Ilustrasi aplikasi spuit
konektor terlihat pada gambar 5. Satu spuit berisi imunogen dan spuit lain berisi adjuvan yang akan ditambahkan. Bahan spuit yang digunakan adalah kaca yang
tahan terhadap lemak dan minyak. Kedua spuit dihubungkan konektor yang mampu mengalirkan cairan dari spuit satu ke spuit lainnya. Pengaliran berulang-
ulang dengan tekanan tersebut dapat membuat emulsi antara imunogen dan adjuvan.