xxxiv banyak  karena  lumen  ventrikel  jantung  yang  luas  dan  tekanan  aliran  darah  yang
cukup tinggi. Pengambilan darah dilakukan pada dua ekor kelinci yaitu kelinci A dan kelinci B yang merupakan ulangan pada produksi antibodi anti-Marek dimana
kelinci-kelinci  ini  telah  diinduksi  imunogen  asal  vaksin  Marek.  Hasil  yang diperoleh pada kelinci A sejumlah 35 mL dan kelinci B sejumlah 37 mL. jumlah
tersebut  merupakan  jumlah  optimal  pengambilan  darah  terakhir  pada  kelinci dengan rataan berat badan sebesar 3.7 Kg.
Gambar 8  Gambar  hasil  koleksi  darah  dengan  teknik  pengambilan  intracardial yang  ditempatkan  pada  tissue  culture  flash  dengan  tujuan  agar
permukaan darah luas sehingga didapatkan serum dengan jumlah yang maksimal.
Darah yang telah diambil dilakukan pemisahan serum dan didapatkan total dari  kedua  kelinci  diperoleh  serum  sejumlah  28.7  mL  serum.  Serum  tersebut
disimpan pada suhu -20
o
C menunggu untuk dilakukan purifikasi antibodi. Serum merupakan  komponen  darah  yang  didalamnya  mengandung  imunoglobulin  yang
merupakan tanggap kebal dari semua perlakuan yang kita berikan. Sebelum  dilakukan  pemrosesan  lebih  lanjut,  perlu  dilakukan  pengujian
kesesuaian  protein  imunoglobulin  yang  dihasilkan  dengan  immunogen  yang diberikan.  Metode  yang  dilakukan  untuk  menguji  kompatibilitas  adalah  dengan
Western Blot. Prinsip dari Western Blot adalah manakala antibodi yang dihasilkan memiliki kesesuaian dengan imunogen yang diberikan dengan akan terjadi adanya
ikatan  antigen  dan  antibodi  dari  serum  yang  dihasilkan,  selanjutnya  kromogen akan  mengikat  komplek  antigen-antibodi  tersebut.  Gambaran  hasil  Western  Blot
Gambar 9 menunjukkan adanya warna yang terbentuk sehingga dapat dipastikan bahwa  serum  tersebut  mengandung  antibodi  yang  mampu  mengikat  imunogen
yang diinfeksikan.
xxxv Gambar 9  Gambaran  Western  Blot  dari  serum  row  material  kelinci  yang
digunakan  dalam  produksi  antibodi  poliklonal  anti-Marek.  Warna cokelat  yang  dihasilkan  menunjukkan  bahwa  ada  kesesuaian  antara
antibodi yang dihasilkan dengan imunogen yang diberikan, sedangkan warna  biru  merupakan  marker  yang  digunakan  untuk  menentukan
berat molekul.
Western  Blot  merupakan  model  untuk  penerapan  ikatan  antigen-antibodi yang  dilakukan  secara  in  vitro.  Metode  ini  digunakan  untuk  memastikan  adanya
kecocokan  antara  antibodi  yang  telah  diproduksi  dengan  imunogen  yang diberikan.  Tidak  ada  faktor  lain  yang  menganggu  aktivitas  ikatan  komplek
antigen-antibodi  yang  terjadi.  Warna  cokelat  yang  dihasilkan  akibat  penggunaan kromogen dengan jenis diaminobenzidine DAB yang merupakan pewarna umum
dalam metode Western Blot.
E. PURIFIKASI ANTIBODI
Pemurnian antibodi dilakukan dengan dua tahap utama, yaitu presipitasi dan Fast Protein Liquid Chromatography FPLC. Tahap presipitasi dilakukan dengan
menggunakan ammonium sulfat yang berfungsi sebagai pengikat IgG. Hasil yang diperoleh  dari  28.7  mL  serum  diperoleh  konsentrat  IgG  dan  ammonium  sulfat
sejumlah  13.8  mL.  Serum  sejumlah  2  mL  dari  hasil  presipitasi  dilakukan pemurnian  dengan  FPLC  dengan  kolom  pemisah  menggunakan  sepharos  G,
dimana bahan ini berfungsi spesifik untuk isolasi IgG. Hasil FPLC yang diperoleh dari 2 ml serum post presipitasi didapatkan 159 µL antibodi poliklonal murni.
Perbandingan  kemurnian  antibodi  dengan  proses  Presipitasi  dan  FPLC terlihat  pada  gambar  10.  Hasil  presipitasi  menunjukkan  beberapa  band  angka
berat  molekul  protein  yang  dominan  sehingga  masih  dimungkinkan  protein  lain masih terkandung dalam larutan. Sedangkan hasil FPLC menunjukkan satu band
dominan  pada  berat  molekul  100  kDa.  Beberapa  band  yang  muncul  akan meningkatkan  kemungkinan  reaksi  silang  sehingga  menghasilkan  positif  palsu
yang  tinggi.  Namun  beberapa  band  yang  dominan  tersebut  memiliki  sensitivitas yang lebih tinggi.
xxxvi Gambar 10  Hasil  SDS-PAGE  antibodi  poliklonal  anti-MD  pasca  presipitasi  1,
2, 3 dan pasca FPLC 4, 5, 6. Hasil presipitasi belum menunjukkan berat  molekul  yang  spesifik  ditandai  dengan  banyaknya  band  yang
terlihat  sedangkan  hasil  purifikasi  post  FPLC  telah  menunjukkan  1 band dominan.
Antibodi  poliklonal  yang  diperoleh  diaplikasikan  untuk  imunohistokimia dengan pengenceran 1 : 500 hingga 1000. Setiap potongan jaringan yang diwarnai
dibutuhkan  antibodi  yang  telah  diencerkan  sebanyak  250  µL.  Jadi  dari  159  µL antibodi murni tersebut dapat digunakan untuk mewarnai lebih dari 200 potongan
jaringan. Tabel proses produksi antibodi dapat dilihat dari tabel 5.
Tabel 5  Data  hasil  produksi  antibodi  poliklonal  anti-Marek  pada  Kelinci  New Zealand White.
Hewan Rataan uji
penapisan titer antibodi
Terminal Bleeding
mL Row
Material Serum
mL Presipitasi
mL FPLC
µL
I II
2 ekor Kelinci
A 3.571
4.165 35
14.3 6.7
159 µL 2 mL
B 3.660
4.159 37
14.5 7.1
Total volume 72
28.8 13.8
159 µL
Analogi hasil produksi antibodi yang dilakukan pada kelinci New Zealand White  ini  menunjukkan  bahwa  dari  2  mL  serum  hasil  presipitasi  menghasilkan
159µL  serum  murni  post  FPLC.  Apabila  13.8  mL  serum  hasil  presipitasi  ini dilakukan  pemurnian  tahap  FPLC  maka  akan  dihasilkan  13.82  x  159  µL  =
1097.1  µL.  Pengenceran  yang  digunakan  dalam  aplikasi  antibodi  adalah  1:1000 dengan  asumsi  1  potongan  jaringan  memerlukan  250  µL  antibodi,  sehingga
apabila  antibodi  ini  digunakan  dalam  metode  imunohistokimia  akan  dapat digunakan sebanyak 1097.1 x 1000  250 = 4388.4 potongan jaringan. Angka ini
cukup ekonomis dibandingkan dengan membeli produk komersial.
F. APLIKASI ANTIBODI POLIKLONAL PADA IMUNOHISTOKIMIA
Sampel  yang  digunakan  adalah  jaringan  yang  telah  didiagnosa  oleh  bagian Patologi -Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, FKH-IPB- sebagai unggas
yang  terinfeksi  penyakit  Marek  baik  yang  derajat  infeksi  ringan,  sedang,  hingga berat  dengan  metode  pewarnaan  umum  Hematoksilin  dan  Eosin.  Sampel  yang
digunakan  sebanyak  37  jaringan  yang  berasal  dari  37  ekor  ayam  yang  berbeda. Sampel  tersebut  digunakan  sebagai  uji  keberhasilan  produksi  antibodi  poliklonal
anti-Marek  dengan  metode  imunohistokimia  IHK.  Tipe  prosedur  yang