commit to user 3
ditemukan tanda-tanda penyakit gangguan gizi, baik dalam bentuk ringan maupun dalam bentuk berat Moehji, 2003.
Dari hasil uji sampel di 7 sekolah dasar di Kabupaten Karanganyar dari 30 sampel jajanan yang diuji 53.3 TMS tidak memenuhi syarat yaitu
mengandung : pemanis buatan sakarin, siklamat, aspartam positif label tidak mencantumkan kandungan pemanis buatan : 15 sampel, sedangkan pewarna
dilarang auramin, methanil yellow, rhodamin B : 1 sampel Suryani, 2008. Moehji 2003 berpendapat bahwa, terlalu sering mengkonsumsi
makanan jajanan akan mempengaruhi status gizi karena makanan jajanan tersebut kebanyakan mengandung tinggi karbohidrat, sehingga membuat
cepat kenyang, selain itu kebersihan dan standar gizi dari makanan jajanan itu sendiri masih diragukan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui tentang hubungan antara asupan energi,
karbohidrat, dan protein dari makanan jajanan dengan status gizi anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara asupan energi, karbohidrat, dan protein dari
makanan jajanan dengan status gizi anak sekolah dasar usia 9-12 tahun?
commit to user 4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, karbohidrat, dan
protein dari makanan jajanan dengan status gizi anak sekolah dasar usia 9- 12 tahun.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui asupan energi, karbohidrat, dan protein pada anak sekolah
dasar usia 9-12 tahun.
b. Mengukur status gizi pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara
asupan energi, karbohidrat, dan protein dari makanan jajanan dengan status gizi, khususnya anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.
2. Manfaat Praktis Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi orang tuamasyarakat,
petugas kesehatan dan gurupenanggung jawab sekolah untuk
meningkatkan peran serta mereka dalam memantau pemilihan makanan jajanan anak yang lebih bergizi terutama yang mengandung energi,
karbohidrat dan protein agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal.
commit to user 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA 1.
Makanan Jajanan a.
Definisi
Makanan Jajanan adalah kue atau panganan yang dijajakan Depdikbud, 1999. Makanan jajanan merupakan campuran dari
berbagai bahan makanan yang dianalisis secara bersamaan dalam bentuk olahan Supariasa dkk, 2002.
Menurut FAO dalam Februhartanty dan Iswarawanti 2004, makanan jajanan street food didefinisikan sebagai makanan dan
minuman yang disajikan dalam wadahsarana penjualan yang terlebih dahulu sudah dipersiapkandimasak di tempat produksidirumah
ditempat berjualan yang dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau
dikonsumsi tanpa persiapan atau pengolahan lebih lanjut.
b. Fungsi dan Jenis Makanan Jajanan
Kebutuhan zat gizi berbeda-beda menurut umur, kecepatan pertumbuhan, banyaknya aktivitas fisik, efisiensi penyerapan dan
utilisasi makanannya. Pertumbuhan dan perkembangan yang sehat tergantung pada masukan makanannya Pudjiadi, 2003. Makanan yang
mengandung gizi cukup dan seimbang diartikan sebagai makanan yang
5
commit to user 6
menyediakan semua zat gizi dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Tirtawinata, 2006.
Menurut Prasetyo 2007, secara umum jajanan anak sekolah sangat membantu sekali dalam pemenuhan kalori dalam sehari, dimana
selama berada di sekolah, sumbangsih kalori dari jajanan di sekolah berperan penting sekitar 30 dari total kalori.
Fungsi makanan secara umum : 1 Sebagai sumber energi atau tenaga
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini
menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktivitas Almatsier, 2004. Selain itu energi diperlukan juga untuk
aktifitas internal tubuhkegiatan organ-organ misalnya detak jantung, pernafasan, pengaliran darah, pengaturan suhu badan dan pencernaan
Tirtawinata, 2006. 2 Menyokong pertumbuhan badan dan memelihara jaringan tubuh
Zat gizi berperan dalam pembentukan sel baru atau bagian- bagiannya. Pada pertumbuhan dibentuk sel-sel baru yang
ditambahkan kepada sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel lama yang telah rusak atau aus terpakai Almatsier, 2004. Protein,
mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan
mengganti sel-sel yang rusak Sediaoetama, 2006.
commit to user 7
3 Mengatur Proses tubuh Makanan berfungsi dalam pembentukan enzim dan hormon
yang mengatur berbagai proses kimiawi dalam tubuh, berperan sebagai pembentuk sistem kekebalan tubuh yang disebut antibodi
atau imunitas Tirtawinata, 2006. Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur
proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh
dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh.
Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses- proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta proses lain
termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan- bahan di dalam tubuh, seperti di dalam darah, cairan pencernaan,
jaringan dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisaekskresi serta proses tubuh lain Sediaoetama, 2006.
Sedangkan menurut Depdikbud 1993, makanan jajanan ditinjau dari fungsinya :
1 Makanan jajanan sebagai pengganti makanan utama. Makanan yang dimaksud adalah makanan yang dalam keadaan
tertentu bepergian, bekerja dapat menggantikan saat makan utama.
commit to user 8
2 Makanan jajanan sebagai makanan. Makanan yang dimaksud adalah makanan jajanan yang memiliki zat-
zat yang diperlukan tubuh yang tidak ditemukan pada makanan sehari-hari, karena makanan jajanan tersebut mungkin tidak pernah
disediakan di rumah. 3 Makanan jajanan sebagai hiburan.
Makanan yang dimaksud adalah semua jenis makanan yang berfungsi sebagai hiburan. Untuk makanan yang berfungsi sebagai
hiburan ini sebagian besar biasanya berupa makanan kecilmakanan ringan, sebab dapat dipakai sebagai teman santai bersama keluarga.
Jenis makanan jajanan menurut Winarno dalam Mulyati 2003, dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1 Makanan utama seperti nasi rames, nasi pecel, mie ayam, bubur ayam, dan sebagainya.
2 Snack atau panganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan sebagainya.
3 Golongan minuman seperti es krim, es cendol, es teler, es buah, es teh, dan sebagainya.
4 Buah-buahan segar. Sedangkan menurut Muktamar 2008, mengklasifikasikan jenis
makanan jajanan dalam 3 kelompok makanan berdasarkan sumber produksinya yaitu :
commit to user 9
1 Makanan dan minuman kemasan pabrik 2 Makanan dan minuman pedagang lokal
3 Makanan dan minuman yang dijual para pedagang keliling
c. Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan 1 EnergiKalori
Makanan seorang anak harus mengandung protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral. Energi untuk
metabolisme, dihitung dalam kilokalori kkal, berasal dari protein 4 kkalgr, karbohidrat 4 kkalgr, dan lemak 9 kkalgr. Khusus
untuk anak
sekolah, kecukupan
energinya antara
80-90 kkalkgBBhari dan kecukupan proteinnya 1 grkgBBhari,
sedangkan untuk distribusi kalori makanan dengan gizi seimbang didapat dari 9-15 protein, 35-45 lemak dan 45-55 karbohidrat
Judarwanto, 2008. Asupan kandungan nutrisi tersebut harus mempertimbangkan porsi atau varian makanan yang dikonsumsi
Suyitno, 2009. Muatan energi di dalam makanan bergantung terutama pada
kandungan karbohidrat, protein, lemak dan alkoholnya. Jumlah energi dalam makanan atau zat gizi, dapat ditentukan dengan jalan
membakar makanan tersebut di dalam bom kalorimeter. Panas yang kemudian dihasilkan diukur. Tiap jenis makanan akan mengeluarkan
sejumlah energi tertentu jika dibakar atau dimetabolisasi oleh tubuh.
commit to user 10
Jumlah kalori yang kemudian dihasilkan bergantung pada komposisi makanan tersebut protein, karbohidrat, dan lemak Arisman, 2004.
a Karbohidrat Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, disamping
membantu pengaturan
metabolisme protein.
Kecukupan karbohidrat di dalam diet akan mencegah penggunaan protein
sebagai sumber energi. Dengan demikian, fungsi protein sebagai bahan pembentuk jaringan dapat terlaksana. Inilah yang dimaksud
dengan “sparing effect”. Karbohidrat terhadap protein Arisman, 2004. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam
sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera. Dimana sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan
jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk disimpan sebagai cadangan energi dalam jaringan lemak Almatsier, 2004.
b Lemak Lemak juga bertindak sebagai sumber energi, namun
fungsi pokoknya adalah memasok asam-asam lemak esensial. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh membutuhkan lemak
sebanyak maksimal 30 dari kebutuhan energi total Arisman, 2004.
c Protein Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat
digantikan oleh zat tubuh lain, yaitu membangun serta
commit to user 11
memelihara sel-sel dan jaringan tubuh Almatsier, 2004. Protein tidak dapat langsung dimetabolisme, tapi harus diubah dahulu
menjadi karbohidrat atau lemak. Dengan demikian protein tidak dapat diandalkan sebagai sumber energi dalam keadaan mendadak
akut Arisman, 2004. Defisiensi protein hampir selalu, atau praktis selalu bergandengan dengan defisiensi kalori. Asosiasi
kedua penyakit ini dapat dipahami melalui berbagai hubungan antara protein dan energi Sediaoetama, 2006.
Hubungan metabolisme terdapat antara energi dan protein, yaitu bahwa protein merupakan salah satu penghasil energi. Jadi bila
energi kurang cukup di suatu hidangan, maka protein lebih banyak dikatabolisme menjadi energi. Ini berarti semakin kurang protein
yang tersedia untuk keperluan lain, termasuk untuk sintesis protein tubuh Sediaoetama, 2006.
Suplai energi bagi pemeliharaan sel lebih diutamakan daripada suplai protein bagi pertumbuhan. Maka bilamana jumlah
energi dalam makanan sehari-hari tidak cukup, sebagian masukan protein makanan akan dipergunakan sebagai energi, hingga
mengurangi bagian yang diperlukan bagi pertumbuhan. Bahkan jika masukan energi dan protein jauh dari cukup, proses katabolisme
akan terjadi terhadap otot-otot untuk menyediakan glukosa bagi energi dan asam-asam untuk sintesis protein yang sangat esensial
Pudjiadi, 2003.
commit to user 12
Energi yang digunakan oleh tubuh dibedakan oleh 2 hal yaitu : a Energi untuk kebutuhan fisiologis tubuh dalam keadaan
basalmetabolisme basal. Metabolisme basal adalah energi minimal yang diperlukan untuk
melakukan proses biologis tanpa melakukan kerja luar. Energi ini digunakan untuk denyut jantung, gerak alat-alat pencernaan,
gerak alat pernapasan, alat urogenital, sekresi kelenjar-kelenjar, biolistrik syaraf dan sejenisnya. Sedangkan seseorang dikatakan
dalam kondisi basal jika tidak dalam keadaan tidur, tetapi secara rileks terlentang tidak melakukan aktifitas Asfuah S. dan
Proverawati A., 2009 b Energi untuk melakukan kerja luar
Adalah energi yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan kerja luar yang merupakan tambahan terhadap energi basal. Energi ini
pada dasarnya juga berasal dari energi pokok yang dapat diukur dengan kalorimetrik langsung misalnya dengan kantung dauglas
dan spirometer kofrany michaelis Asfuah S. dan Proverawati A., 2009.
2 Vitamin
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak
dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan bagi tubuh. Vitamin berperan dalam
commit to user 13
beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh dan pada umumnya sebagai koenzim atau
sebagai bagian dari enzim. Vitamin dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu vitamin larut lemak vitamin A, D, E, dan K dan vitamin larut
air yaitu vitamin C dan vitamin B thiamin, riboflavin, niacin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, Kobalamin, dan folat Almatsier,
2004.
3 Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat
sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme,
terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro natrium, klorida, kalium,
kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur dan mineral mikro besi, seng, iodium, selenium, tembaga, mangan, fluor, khrom, molibden,
arsen, nikel, silikon, dan boron Almatsier, 2004.
d. Kandungan Zat Kimia Makanan Jajanan
Menurut Intisari 1996 yang dikutip dalam Khomsan 2004, menyebutkan jajanan khususnya yang dijual di pinggir jalan rentan
terhadap polusi debu maupun asap knalpot. Sering kali makanan tersebut tidak disiapkan secara higienis atau juga mempergunakan
bahan-bahan yang berbahaya seperti zat pewarna karena alasan murah.
commit to user 14
Sedangkan menurut Environment Nutrition dalam Sitorus 2009, bahan makanan tambahan pada makanan adalah setiap substansi, selain dari
makanan itu sendiri sebagai pokok yang menjadi bagian dari makanan itu sebagai hasil proses olahan, pembungkusan atau penyimpanan.
Sitorus 2009, mengemukakan tujuan pemakaian bahan tambahan food additives adalah :
1 Mengawetkan makanan itu sehingga tidak cepat rusak 2 Meningkatkan kadar gizinya
3 Membantu dalam mengolah dan menyiapkannya, antara lain : Mengontrol kadar keasamannya, menjaga kelembaban, mencegah
agar tidak terjadi terlalu encer atau terlalu kentaldan menstabilkan makanan.
4 Untuk maksud-maksud kosmetik atau penampilan makanan tersebut, seperti : warnanya, aromanya, dan peningkatan rasanya.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila warna dari sesuatu makanan sudah berubah dari yang sebenarnya, maka makanan itu sudah
berkurang mutunya atau bahkan sudah rusak. Berdasarkan kenyataan inilah sering penjual bahan makanan, yang tidak bertanggung jawab
melakukan tindakan untuk menyiasati pembeli dengan cara membubuhi zat tertentu pada makanan yang dijualnya agar kelihatan segar dan
bagus, yang sebenarnya tidak demikian Sitorus, 2009. Keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun
kimiawi masih dipertanyakan. Pada penelitian jajanan sekolah yang
commit to user 15
dilakukan dibeberapa sekolah ternyata tercemar mikrobiologis dan kimiawi, yang umum ditemukan adalah penggunaan bahan tambahan
pangan BTP ilegal seperti borax pengempal yang mengandung logam berat, formalin pengawet yang digunakan untuk mayat, methanil
yellow pewarna kuning pada tekstil, rhodamin B pewarna merah pada tekstil dan lain-lain Februhartanty dan Iswarawanti, 2004.
e. Syarat Makanan Jajanan Yang Baik
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat 2001, mengemukakan makanan jajanan yang baik meliputi : makanan
yang sehat yaitu makanan yang memenuhi triguna makanan; makanan yang bersih yaitu makanan yang bebas dari lalat, debu, dan serangga;
makanan yang aman yaitu makanan yang tidak mengandung bahan berbahaya yang dilarang untuk makanan, seperti zat pewarna dan zat
pengawet yang diperuntukkan bukan untuk makanan dan tidak tercemar oleh bahan kimia yang membahayakan manusia; makanan yang halal
yaitu makanan yang tidak bertentangan dengan agama yang dianut oleh siswa.
Adapun ciri-ciri makanan yang tidak layak dikonsumsi adalah sebagai berikut : makanan bau basi, makanan yang berubah warna;
makanan yang kadaluarsa; makanan yang berjamur; makanan yang mengerasmengering; makanan yang berulatmengandung benda asing,
makanan yang sudah lembek, berlendir, atau berbusa; makanan dengan
commit to user 16
kemasan yang rusak; dan makanan yang rasanya sudah berubah Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001.
Pola makan seseorang berkaitan erat dengan budaya. Faktor- faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih makanannya
Hartono, 2006 : 1 Kesenangan food like
2 Kebiasaan food habit 3 Daya beli serta ketersediaan makanan purchasing power and food
avaibility 4 Kepercayaan
5 Aktualisasi diri 6 Faktor agama serta psikologis
7 Pertimbangan gizi serta kesehatan
f. Gangguan Kesehatan Akibat Makanan Jajanan
Adanya cemaran mikrobia patogen dan bahan-bahan kimia berbahaya pada makanan jajanan anak di sekolah akan menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan pada anak. Gejala terganggunya kesehatan biasanya dapat segera diketahui dengan terjadinya gangguan
pencernaan seperti mual, muntah, dan diare. Sedangkan gangguan kesehatan yang bersifat kumulatif, akan terkumpul dalam tubuh dan
dapat memicu penyakit kanker serta gangguan pada ginjal jika dikonsumsi dalam jangka panjang Maherawati, 2006.
commit to user 17
Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering
dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok.
Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirup merah
positif mengandung rhodamin B. Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka
panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia Judarwanto, 2008.
Belakangan juga terungkap bahwa reaksi dampak dari makanan tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan
perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan
memperberat gejala pada penderita autism. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum
seperti pusing, mual, muntah, diare atau bahkan kesulitan buang air besar. Joint Expert Committee on Food Additives JECFA dari WHO
yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh
Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes no. 722MenkesPerIX1998 Judarwanto, 2008.
commit to user 18
2. Status Gizi a. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran
gizi tertentu Soekirman, 2000. Sedangkan menurut Almatsier 2004 status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.
b. Faktor-faktor yang menentukan Status Gizi
Menurut Gumala 2002, faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua :
1 Faktor Internal adalah faktor dalam tubuh manusia sendiri yang berpengaruh terhadap status gizi, seperti kemampuan tubuh untuk
menyerap makanan yang masuk utilisasi makanan , genetik alergi, penyakit infeksi.
2 Faktor Eksternal meliputi : Tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua, budaya, kebersihan
lingkungan tempat tinggal. Walaupun pada dasarnya faktor-faktor tersebut di atas tidak
berpengaruh secara langsung terhadap status gizi, tetapi berpengaruh langsung terhadap konsumsi makanan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi Gumala, 2002.
commit to user 19
c. Akibat Gangguan Gizi terhadap Fungsi Tubuh
1 Akibat gizi kurang pada proses tubuh
Kekurangan gizi secara umum makanan kurang dalam kuantitas maupun kualitas menyebabkan gangguan proses :
a Pertumbuhan Anak-anak membutuhkan zat gizi untuk menunjang pertumbuhan
tubuhnya. Protein sebagai salah satu unsur zat gizi berguna dalam pemeliharaan
proses tubuh,
untuk pertumbuhan
dan perkembangan, Kekurangan protein mengakibatkan rambut
rontok dan lemahnya jaringan otot Almatsier, 2004. b Produksi Tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan
melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah dan produktivitas kerja menurun Almatsier, 2004.
c Pertahanan Tubuh Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas
dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat
membawa kematian Almatsier, 2004. d Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Otak mencapai
commit to user 20
bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen Almatsier,
2004. e Perilaku
Baik anak-anak maupuan orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah tersinggung, cengeng
dan apatis Almatsier, 2004.
2 Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh
Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai
penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, jantung koroner, hati dan kandung empedu Almatsier, 2004.
d. Penilaian Status Gizi
Masalah kekurangan nutrisi bukan semata-mata kekurangan makanan sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak,
akan tetapi juga karena perubahan paradigma yang lebih mendorong pola pertumbuhan dan status gizi anak sebagai salah satu indikator
kesejahteraan Chaerunnisa, 2008. Penilaian status gizi dibedakan menjadi penilaian secara
langsung dan tidak langsung yang antara lain : Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian
status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian secara tidak
commit to user 21
langsung dibagi tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Faktor yang dipertimbangkan dalam memilih metode
penilaian status gizi adalah tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dan peralatan, tenaga,
waktu, serta dana. Metode yang paling cocok untuk mengukur status gizi masyarakat adalah antropometri gizi Supariasa dkk, 2002.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri
Supariasa dkk, 2002. Indeks antropometri yang sering digunakan :
1 Berat badan menurut umur BBU
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak namun sangat labil, sehingga indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
Kelebihan indeks BBU yaitu a Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat.
b Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis. c Berat badan dapat berfluktuasi.
d Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil. Selain kelebihan diatas, dengan Growth monitoring, pengukuran
yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau
commit to user 22
KEP, serta dapat mendeteksi kegemukan overweight Supariasa dkk, 2002.
Sedangkan kelemahan indeks BBU yaitu a Mengakibatkan interprestasi status gizi yang salah bila terdapat
edema maupun acites. b Umur sulit ditaksir dengan baik untuk masyarakat yang masih
terpencil dan tradisional. c Kesalahan pengukuran sering terjadi Supariasa dkk, 2002.
2 Tinggi badan menurut umur TBU
Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks tinggi badan menggambarkan status gizi masa
lalu, dan lebih berkaitan dengan status sosial-ekonomi. Kelebihan indeks TBU yaitu
a Baik untuk melihat status gizi di masa lampau. b Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
Sedangkan kelemahan indeks TBU yaitu a Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
b Pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak, maka dilakukan oleh dua orang pengukur.
c Ketepatan umur sulit ditentukan Supariasa dkk, 2002.
commit to user 23
3 Berat badan menurut tinggi badan BBTB
Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menilai
status gizi saat ini dan merupakan indeks yang independen terhadap umur. Kelebihan indeks BBTB yaitu
a Tidak memerlukan data umur. b Dapat membedakan proporsi badan.
Sedangkan kelemahan indeks BBTB yaitu a Tidak memberikan gambaran, anak tersebut pendek, cukup tinggi,
atau jangkung karena faktor umur tidak diperhitungkan. b Membutuhkan dua macam alat ukur dan dua orang pengukur.
c Pengukuran lebih lama Supariasa dkk, 2002.
3. Hubungan antara asupan energi, karbohidrat, dan protein dengan status gizi anak
Asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan anak sekolah, supaya mereka memiliki pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan
intelektual yang lebih baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul Kompas, 2008. Nutrisi dan kesehatan sangat mempengaruhi
perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif.
Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak Massofa, 2008.
commit to user 24
Suara Karya 1992 yang dikutip dalam Khomsan 2004, menyebutkan bahwa pertumbuhan seseorang mencangkup pertambahan
fisik tubuh. Sedangkan perkembangan lebih mengarah pada diferensiasi dan pematangan sel sehingga sistem organ tubuh seseorang bisa melakukan
fungsi yang lebih kompleks. Pertumbuhan dan perkembangan ini dipengaruhi oleh genetik, hormonal, lingkungan dan faktor perilaku.
Menurut Soekirman, 2000, lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam mendukung tumbuh kembang anak. Pada keluarga yang
menyandang masalah gizi, baik gizi lebih maupun gizi kurang akan kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas karena perkembangan
kecerdasan anak-anak mereka tidak optimal. Pada usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah dimana anak-anak
mulai masuk ke dalam dunia baru, berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana baru dalam kehidupannya.
Hal ini tentu saja akan banyak mempengaruhi kebiasaan makan mereka Moehji, 2003. Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus,
mengerjakan pekerjaan rumah PR dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang
dengan intake pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas Khomsan, 2004.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan
commit to user 25
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan,
sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan Almatsier, 2004. Ketidakseimbangan
antara asupan
dan keluaran
energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia
anak cenderung berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif seperti
penyakit kardiovaskuler, diabetes militus, artritis, penyakit kantong empedu, kanker, gangguan fungsi pernapasan, dan berbagai gangguan kulit
Arisman, 2004. Intisari 1997 yang dikutip dalam Khomsan 2004 menyebutkan
bahwa intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal, dimana pertumbuhan badan yang optimal
mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang. Dampak akhir dari konsumsi gizi yang baik dan seimbang adalah
meningkatnya kualitas sumber daya manusia.
commit to user 26
A. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan : : Diukur
: Tidak diukur
C. Hipotesis
Ada hubungan antara asupan energi, karbohidrat, dan protein dari makanan jajanan dengan status gizi anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.
Status Gizi Umur, aktifitas fisik,
tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua,
Budaya, Kebersihan lingkungan tempat
tinggal, Alergi, Penyakit Kesenangan; kebiasaan;
daya beli serta ketersediaan makanan;
kepercayaan; aktualisasi diri; faktor agama serta
psikologis; pertimbangan gizi serta kesehatan
Pola Konsumsi Makanan Jajanan
Asupan Energi, Karbohidrat, dan Protein
dari Makanan Jajanan Sumber Bahan
Makanan Jajanan
commit to user 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Survey cross sectional merupakan penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko berupa asupan energi, karbohidrat, dan protein dengan efek berupa status gizi dengan model
pendekatan atau observasi sekaligus pada suatu saat Praktiknya, 2001.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangjiwan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
C. Subjek Penelitian
Populasi penelitian adalah siswa SD Negeri 1 Malangjiwan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
Adapun kriteria subjek ditentukan sebagai berikut : 1. Siswa kelas 4-6
2. Usia 9-12 tahun 3. Dalam keadaan sehat
Penentuan subjek dengan usia 9-12 tahun yaitu karena daya ingat anak sudah baik dan dapat diajak koordinasi dengan mudah dalam menjawab
kuesioner dan mengingat serta mencatat konsumsi makanan dalam lembar konsumsi pangan 24 jam yang lalu 24-hour food recall.
27
commit to user 28
D. Teknik Sampling