commit to user 15
dilakukan dibeberapa sekolah ternyata tercemar mikrobiologis dan kimiawi, yang umum ditemukan adalah penggunaan bahan tambahan
pangan BTP ilegal seperti borax pengempal yang mengandung logam berat, formalin pengawet yang digunakan untuk mayat, methanil
yellow pewarna kuning pada tekstil, rhodamin B pewarna merah pada tekstil dan lain-lain Februhartanty dan Iswarawanti, 2004.
e. Syarat Makanan Jajanan Yang Baik
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat 2001, mengemukakan makanan jajanan yang baik meliputi : makanan
yang sehat yaitu makanan yang memenuhi triguna makanan; makanan yang bersih yaitu makanan yang bebas dari lalat, debu, dan serangga;
makanan yang aman yaitu makanan yang tidak mengandung bahan berbahaya yang dilarang untuk makanan, seperti zat pewarna dan zat
pengawet yang diperuntukkan bukan untuk makanan dan tidak tercemar oleh bahan kimia yang membahayakan manusia; makanan yang halal
yaitu makanan yang tidak bertentangan dengan agama yang dianut oleh siswa.
Adapun ciri-ciri makanan yang tidak layak dikonsumsi adalah sebagai berikut : makanan bau basi, makanan yang berubah warna;
makanan yang kadaluarsa; makanan yang berjamur; makanan yang mengerasmengering; makanan yang berulatmengandung benda asing,
makanan yang sudah lembek, berlendir, atau berbusa; makanan dengan
commit to user 16
kemasan yang rusak; dan makanan yang rasanya sudah berubah Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001.
Pola makan seseorang berkaitan erat dengan budaya. Faktor- faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih makanannya
Hartono, 2006 : 1 Kesenangan food like
2 Kebiasaan food habit 3 Daya beli serta ketersediaan makanan purchasing power and food
avaibility 4 Kepercayaan
5 Aktualisasi diri 6 Faktor agama serta psikologis
7 Pertimbangan gizi serta kesehatan
f. Gangguan Kesehatan Akibat Makanan Jajanan
Adanya cemaran mikrobia patogen dan bahan-bahan kimia berbahaya pada makanan jajanan anak di sekolah akan menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan pada anak. Gejala terganggunya kesehatan biasanya dapat segera diketahui dengan terjadinya gangguan
pencernaan seperti mual, muntah, dan diare. Sedangkan gangguan kesehatan yang bersifat kumulatif, akan terkumpul dalam tubuh dan
dapat memicu penyakit kanker serta gangguan pada ginjal jika dikonsumsi dalam jangka panjang Maherawati, 2006.
commit to user 17
Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering
dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok.
Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirup merah
positif mengandung rhodamin B. Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka
panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia Judarwanto, 2008.
Belakangan juga terungkap bahwa reaksi dampak dari makanan tertentu ternyata dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk gangguan
perilaku pada anak sekolah. Gangguan perilaku tersebut meliputi gangguan tidur, gangguan konsentrasi, gangguan emosi, hiperaktif dan
memperberat gejala pada penderita autism. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum
seperti pusing, mual, muntah, diare atau bahkan kesulitan buang air besar. Joint Expert Committee on Food Additives JECFA dari WHO
yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh
Badan POM dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes no. 722MenkesPerIX1998 Judarwanto, 2008.
commit to user 18
2. Status Gizi a. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran
gizi tertentu Soekirman, 2000. Sedangkan menurut Almatsier 2004 status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.
b. Faktor-faktor yang menentukan Status Gizi
Menurut Gumala 2002, faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua :
1 Faktor Internal adalah faktor dalam tubuh manusia sendiri yang berpengaruh terhadap status gizi, seperti kemampuan tubuh untuk
menyerap makanan yang masuk utilisasi makanan , genetik alergi, penyakit infeksi.
2 Faktor Eksternal meliputi : Tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua, budaya, kebersihan
lingkungan tempat tinggal. Walaupun pada dasarnya faktor-faktor tersebut di atas tidak
berpengaruh secara langsung terhadap status gizi, tetapi berpengaruh langsung terhadap konsumsi makanan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi Gumala, 2002.
commit to user 19
c. Akibat Gangguan Gizi terhadap Fungsi Tubuh