commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan investasi sumber daya manusia SDM yang memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak lahir,
bahkan sejak dalam kandungan. Zat gizi dari makanan merupakan sumber utama memenuhi kebutuhan anak untuk tumbuh kembang optimal sehingga
dapat mencapai kesehatan yang paripurna kesehatan fisik, mental, dan sosialnya Chaerunnisa, 2008. Indonesia dan negara berkembang lain pada
umumnya masih didominasi oleh empat masalah gizi utama. Masalah tersebut adalah Kurang Energi dan Protein, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium,
Anemia Gizi Besi, dan Kurang Vitamin A Kurniawan dalam Nainggolan dan Kristiani, 2006.
Menurut Sediaoetama 2006, anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah
harus dipantau agar ketidakcukupan gizi bisa dihindari. Bahaya yang pelan- pelan berwujud pada pembentukan karakter konsumerisme anak bangsa dan
pembentukan generasi masa depan yang miskin kreativitas sebagai akibat minimnya asupan gizi yang sehat pada masa kanak-kanaknya Taryadi,
2007. Herry 2009 mengemukakan bahwa dalam ilmu kesehatan masyarakat penyebab langsung malnutrisi adalah ketidakseimbangan antara asupan
makanan.
1
commit to user 2
Menurut Suyitno 2009 dari Data Departemen Kesehatan Tahun 2007, dari 4.7 juta balita yang mengalami malnutrisi, 82 diantaranya
mengalami kurang gizi dan 18 berisiko gizi buruk. Sedangkan Toriola 2000 memperkirakan 4 dari seluruh anak-anak yang dilahirkan di negara-
negara berkembang meninggal dunia akibat malnutrisi sebelum berusia lima tahun.
Menurut Dinkes DKI Jakarta yang dikutip dalam Suara Pembaharuan 2009, menjelaskan bahwa dari hasil penelitian, dari sebanyak 28.4 anak
SD mengalami kurang gizi akut dan 29.3 kurang gizi kronis. Status gizi kurang dan buruk anak usia SD yang dihitung menurut umur dan berat badan
mencapai 28.4 tampak pada fisik yang kurus. Menurut Bardosono yang dikutip dalam Kompas 2008, menjelaskan
bahwa dari penelitian terhadap 220 anak di lima Sekolah di Jakarta, asupan kalori anak-anak umumnya di bawah 100 dari kebutuhan mereka. Dari total
anak yang diteliti, 94.5 mengonsumsi kalori di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan, yakni 1800 kilo kalori. Untuk asupan protein sebanyak
64.5 di bawah batas kecukupan, zat besi sebesar 91.8dan seng sebanyak 98.6 di bawah kebutuhan yang seharusnya.
Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di kota maupun pedesaan di Indonesia, didapatkan kenyataan
bahwa pada umumnya berat dan tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah ukuran normal. Tidak jarang pula pada anak sekolah dasar
commit to user 3
ditemukan tanda-tanda penyakit gangguan gizi, baik dalam bentuk ringan maupun dalam bentuk berat Moehji, 2003.
Dari hasil uji sampel di 7 sekolah dasar di Kabupaten Karanganyar dari 30 sampel jajanan yang diuji 53.3 TMS tidak memenuhi syarat yaitu
mengandung : pemanis buatan sakarin, siklamat, aspartam positif label tidak mencantumkan kandungan pemanis buatan : 15 sampel, sedangkan pewarna
dilarang auramin, methanil yellow, rhodamin B : 1 sampel Suryani, 2008. Moehji 2003 berpendapat bahwa, terlalu sering mengkonsumsi
makanan jajanan akan mempengaruhi status gizi karena makanan jajanan tersebut kebanyakan mengandung tinggi karbohidrat, sehingga membuat
cepat kenyang, selain itu kebersihan dan standar gizi dari makanan jajanan itu sendiri masih diragukan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui tentang hubungan antara asupan energi,
karbohidrat, dan protein dari makanan jajanan dengan status gizi anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.
B. Perumusan Masalah