26
3 = agak tidak suka 6 = suka
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa penambahan gula pada serbuk bayam sebanyak 30 bb maupun 40 bb tidak memberikan perbedaan penerimaan yang terlihat dengan jelas. Hasil
uji Anova dengan taraf kepercayaan 95 juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai overall dan keasaman produk berdasarkan jumlah asam sitrat yang
ditambahkan baik pada serbuk dengan penambahan gula 30 maupun 40. Oleh karena itu pada tahap selanjutnya penambahan asam sitrat akan diuji coba pada jumlah yang lebih rendah. Uji
Anova untuk penambahan gula pada serbuk minuman sayuran juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada nilai kemanisan produk terhadap jumlah penambahan gula
yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa pada formulasi produk di tahap selanjutnya tidak diperlukan adanya penambahan bahan pemanis dalam jumlah lebih tinggi dari yang telah diuji
cobakan, bahkan penggunaanya dapat ditekan pada jumlah yang minimal.
3. Formulasi Produk
Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses formulasi serbuk dimana dilakukan pencampuran antara bahan baku berupa serbuk minuman sayuran dengan bahan tambahan yang
sesuai untuk selanjutnya diuji organoleptik kembali. Formulasi produk dilakukan sesuai dengan rancangan formula yang dihasilkan oleh program Design Expert. Rancangan formulasi produk
yang dipilih disesuaikan dengan data yang diperoleh pada beberapa tahap sebelumnya sehingga tidak semua rancangan formula produk perlu diuji cobakan. Rancangan formula yang diuji
cobakan dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4 dan hasil uji organoleptik dari 10 rancangan formula tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. Data hasil uji organoleptik terhadap 10 rancangan
formula yang telah diolah secara statitistik secara rinci dapat dilihat pada lembar Lampiran 6.
Gambar 7 . Histogram penerimaan konsumen terhadap rancangan formula produk. A Minuman
sayuran formula F1 - F5. B Minuman sayuran formula F6 – F10. Pada histogram dapat dilihat bahwa panelis lebih menyukai formula F3 dan F8 dibandingkan
formula lainnya. Dalam hal rasio campuran jus sampel F3 dan F8 merupakan sampel jus dari formula yang sama dan dibedakan hanya dari jumlah asam sitrat yang ditambahkan. Hasil uji
Anova dengan taraf kepercayaan 95 pada formula F1 - F5 menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata terhadap penerimaan konsumen antar formula minuman sayuran. Uji lanjut dengan metode
Duncan menunjukkan bahwa formula F5 yang memiliki nilai penerimaan tertinggi tidak berbeda nyata dengan formula F2 dan F4. Hal ini disebabkan karena formula F2 dan F4 merupakan
formula dengan campuran serbuk wortel yang tinggi, yaitu 52,5 mendekati formula F3 yang mengandung campuran serbuk wortel sebanyak 60. Melalui uji penerimaan ini terlihat bahwa
3.8
b
4.2
ab
4.5
a
4.1
ab
3.7
b
1 2
3 4
5
F1 F2
F3 F4
F5 S
k al
a P e
n e
ri m
aan
Rancangan Formula Serbuk Minuman Sayuran
4.1
bc
4.4
ab
4.5
a
4.1
bc
3.7
c
1 2
3 4
5
F6 F7
F8 F9
F10 S
k al
a P e
n e
ri m
aan
Rancangan Formula Serbuk Minuman Sayuran
27
konsumen lebih menyukai minuman sayuran yang mengandung lebih banyak kandungan wortel. Hal ini telah ditunjukan juga sebelumnya pada uji organoleptik masing-masing basis serbuk
dimana diperoleh nilai penerimaan konsumen yang tertinggi pada serbuk wortel. Pada formula F6 - F10 diperoleh hasil yang serupa, hasil uji Anova dengan taraf kepercayaan 95 menunjukan
bahwa ada perbedaan nyata terhadap penerimaan konsumen untuk masing-masing rancangan formula yang diujikan. Uji lanjut dengan metode Duncan menunjukan bahwa formula F8 yang
memiliki nilai penerimaan konsumen tertinggi tidak memiliki perbedaan nyata dengan formula F7. Formula F7 adalah formula dengan campuran basis serbuk yang sama dengan formula F2 pada
rancangan F1 - F5, yang dibedakan hanya pada konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan. Oleh karena itu tidak terdapat perbedaan nyata terhadap penerimaan konsumen antara formula F8 dan
F7.
Nilai penerimaan konsumen tertinggi yang terdapat pada formula F3 dan F8 juga menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai rancangan formula serbuk minuman yang
mengandung lebih sedikit basis brokoli dan mengandung lebih banyak basis wortel. Karakter khas brokoli berupa aroma yang langu dan rasa yang gurih berpengaruh besar terhadap penurunan nilai
penerimaan konsumen terhadap formula yang banyak mengandung basis serbuk brokoli. Sebaliknya karakter khas wortel yang segar, manis, dan sedikit pahit berpengaruh besar terhadap
meningkatnnya penerimaan formula yang banyak mengandung basis serbuk wortel.
Pada historgram dapat terlihat perbedaan tingkat penerimaan panelis terhadap masing- masing formula produk, namun hasil pengolahan statistik lanjut menunjukkan bahwa tidak semua
atribut sensori yang diujikan menunjukkan perbedaan yang nyata. Berdasarkan uji anova, perbedaan nyata antara formula F3 yang memiliki penerimaan tertinggi dibandingkan formula
lainnya hanya terlihat pada atribut aroma dari produk, sedangkan pada atribut rasa dan keseluruhan overall produk formula F3 tidak berbeda nyata dengan formula F2 dan F4. Pada atribut warna
tidak terlihat perbedaan yang nyata antar formula. Hasil olah statistik yang diperoleh pada rangkaian formula F6-F10 juga tidak jauh berbeda, formula F8 hanya berbeda nyata pada beberapa
atribut sensori saja. Formula F8 terlihat memiliki penerimaan tertinggi yang berbeda nyata dengan formula lainnya pada atribut warna dan keseluruhan produk, namun tidak berbeda nyata pada
atribut rasa dan aroma dari formula tersebut. Walaupun tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan pada seluruh atribut sensori yang diujikan, formula F3 dan F8 tetap menjadi formula
serbuk minuman yang terpilih karena secara keseluruhan memiliki nilai penerimaan konsumen yang lebih tinggi dibandingkan rancangan formula lainnya. Formula F3 dan F8 juga merupakan
formula dengan campuran basis serbuk wortel tertinggi, dimana telah ditunjukkan pada uji organoleptik masing-masing serbuk bahwa serbuk wortel akan meningkatkan nilai penerimaan
konsumen.
4. Analisis Produk Akhir