IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Institut Pertanian Bogor
4.1.1. Sejarah Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor adalah lembaga pendidikan tinggi pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-
lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum perang
dunia II lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouw School, Middelbare Bosbouw
School dan Nederlansch Indische Veerartsen School. Pada tahun 1940, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan
Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian di Bogor dengan nama Landbouw Hogeschool yang kemudian pada tanggal 31 Oktober
1941 dinamakan Landbowkundige Faculteit. Namun ditutup pada masa pendudukan Jepang 1942-1945, sedangkan Nederlandsch
Indische Veeartsenschool sekolah Kedokteran Hewan tetap berjalan. Hanya saja namanya diubah menjadi Bogor Zui Gakku
Sekolah Dokter Hewan Bogor. Sejalan dengan masa kemerdekaan tahun 1946, Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia
meningkatkan Sekolah Dokter Hewan di Bogor menjadi: Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan PTKH.
Pada tahun 1947 Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian, Landbowkundige Faculteit dibuka kembali dengan nama Faculteit
Voor Landbouw-Wetenschappen yang mempunyai jurusan Pertanian dan Kehutanan. Sedangkan PTKH pada tahun 1948 dijadikan
Faculteit voor Dierge neeskunde di bawah Universiteit van Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Indonesia.
Pada tahun 1950 Faculteit voor Landbouw-wetenschappen berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia
dengan tiga jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan serta pada tahun 1957 dibentuk jurusan Perikanan Darat.
Adapun Faculteit voor Dieergeneeskunde berubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Indonesia yang pada tahun 1960
berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Selanjutnya pada tahun 1962 menjadi Fakultas Kedokteran Hewan,
Peternakan Universitas Indonesia. Pada tanggal 1 September 1963 IPB berdiri berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan
Ilmu Pengetahuan PTIP No. 921963 yang kemudian disyahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 2791965. Pada
awalnya, dua fakultas di Bogor yang berada dalam naungan UI berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas
Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir Fakultas Teknologi dan
Mekanisasi Pertanian. Pada tahun 1978, IPB mengembangkan kerjasama tahap pertama 1979-1983 dengan University Wiscouncin
di bidang peningkatan kemampuan tanaga pengajar, khususnya di bidang ilmu-ilmu lingkungan dan ilmu gizi, sehingga pada tahun
1981 lahir Fakultas Politeknik Pertanian. Sejalan
dengan perluasan
kesempatan belajar
pada pendidikan tingkat tinggi dan menghadapi ledakan populasi pemuda
usia 18 tahun ke atas, IPB menyesuaikan rencana induk pengembangan tahun 1971-1979 dengan menyusun rencana
pengembangan akademik dan rencana pengembangan fisik kampus Darmaga berdasarkan proyeksi permasalahan yang akan dihadapi
tahun 2000, seperti: 1 masalah penyediaan pangan dan pemeliharan gizi masyarakat, 2 masalah pengelolaan sistem penunjang
kehidupan manusia di dalam lingkungan, 3 masalah pengadaan energi dari berbagai sumber energi dan konvensional, dan 4
masalah pengumpulan pengelolaan dan penyebaran informasi di dalam populasi besar dengan tujuan meningkatkan ketahanan
nasional. Pemahaman terhadap masalah ini, telah menempa IPB untuk memperkuat kompetensinya di bidang pertanian dalam arti
yang seluas-luasnya dan menjadi lembaga pendidikan tinggi pertanian terkemuka di Indonesia.
Tahun 1992, di kampus Darmaga telah dibangun gedung Fakultas Teknologi Pertanian, gedung Pusat Penelitian Lingkungan
Hidup PPLH, Lembaga Sumberdaya Informasi, Laboratorium Analisa dan Produksi Benih, Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga GMSK Faperta IPB, dan Gedung Pusat antar Universitas PAU yang terdiri dari PAU Hayati, PAU Bioteknologi
dan PAU Pangan dan Gizi. Sampai pada tahun 1996 telah dibangun gedung Rektorat IPB dan bangunan Fakultas Peternakan serta
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sampai dengan tahun 2000 telah dibangun Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan dan
Rumah Sakit Hewan Pendidikan. Peraturan Pemerintah 154 tahun 2000 menjadikan IPB
sebagai salah satu dari empat perguruan tinggi nasional berbasis Badan Hukum Milik Negara. Penyusunan Renstra IPB menjadi
Universitas 2020 kemudian diakomodasikan dalam implementasi Otonomi IPB dengan masa transisi kelembagaan selama 5 tahun
sampai 2005 dan masa transisi kepegawaian selama 10 tahun 2010, hingga mampu menghasilkan lulusan dengan budaya-mutu
yang siap menghadapi globalisasi. Dalam perjalanan tersebut, berdiri beberapa unit kerja, seperti jurusan Ilmu Komputer, Kantor Haki dan
Alih Teknologi, Program Internasioanal, Fakultas Ekonomi dan Manajemen 2001, serta asrama mahasiswa TPB dengan
menekankan pada pembinaan akademik dan multi-budaya. Pada masa ini terbentuk Majelis Wali Amanat MWA sebagai badan
tertinggi yang menentukan arah pengembangan IPB termasuk memilih Rektor periode 2002-2007.
4.1.2. Visi, misi, tujuan dan moto IPB
Visi IPB adalah menjadi perguruan tinggi berbasis riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian tropika dan biosains serta
berkarakter kewirausahaan.
Misi IPB, yaitu: 1.
Menyelenggarakan pendidikan tinggi bermutu tinggi dan pembinaan kemahasiswaan yang komprehensif dalam rangka
meningkatkan daya saing bangsa. 2.
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan masyarakat agraris dan bahari pada
masa sekarang dan kecenderungan pada masa yang akan datang yang semakin kompetitif.
3. Membangun sistem manajemen perguruan tinggi yang
berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
4. Mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan
kebenaran dan hak asasi manusia. IPB memeiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menghasilkan
lulusan yang
bermutu yang
mampu mengembangkan dan menerapkan IPTEKS serta mempunyai
jiwa kewirausahaan. 2.
Memberikan inovasi IPTEKS ramah lingkungan untuk mendukung pembangunan nasional melalui perwujudan negara
agraris dan bahari dan memperbaiki kesejahteraan umat manusia.
3. Menjadikan IPB sebagai lembaga perguruan tinggi yang siap
menghadapi tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan yang berubah dengan cepat secara nasional dan global.
4. Menjadikan IPB sebagai kekuatan moral dalam masyarakat
madani Indonesia.
Moto IPB adalah mencari dan memberi yang terbaik. 4.2.
Analisis SWOT Kualitatif
Matriks SWOT merupakan ringkasan analisis SWOT yang dipergunakan untuk menyusun rumusan strategi. Analisis SWOT ini
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam
kepemimpinan ditinjau dari sudut eksternal dan internal sebagai peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan beberapa pakar yang telah dilakukan, kekuatan kepemimpinan adalah kepemimpinan
manajerial yang tanggap, dinamis, terbuka, komunikatif, melayani, memahami kondisi, kecerdasan emosional EQ dan kecerdasan spritual
SQ yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah adanya masalah pendelegasian wewenang, kesimpangsiuran dalam hal tanggungjawab,
kekurangtegasan pemimpin dan usia kepemimpinan yang masih baru. Faktor eksternal kepemimpinan terbagi atas peluang dan ancaman.
Peluang kepemimpinan adalah kondisi lingkungan yang kooperatif, interaktif, adanya hubungan baik dengan mahasiswa, dan adanya media
teknologi informasi yang dimiliki organisasi. Sementara ancaman yang dihadapi adalah persaingan yang semakin ketat, makin banyaknya tuntutan
dari berbagai pihak, dan semakin meningkatnya permintaan untuk fokus terhadap detail. Matriks SWOT kepemimpinan IPB dapat dilihat pada
Gambar 6. Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang telah diperoleh, dapat
dirumuskan beberapa strategi kepemimpinan yang meliputi: 1. Strategi S-O; mempertahankan harmonisasi organisasi, mempertahankan
sistem reward, melakukan kerjasama dengan pihak luar, memperkuat internal organisasi, memanfaatkan TI agar komunikasi efektif dan
efisien.
2. Strategi W-O; memperjelas pernyataan misi organisasi, mempertegas kekuatan posisi pemimpin, menyamakan persepsi karyawan, taat asas
dan sistem, staffing berdasarkan profesionalisme karyawan.
3. Strategi S-T; mempertajam perkiraan-pekiraan organisasi kedepan untuk meningkatkan
penerimaan umpan
balik dari
karyawan, internasionalisasi, memperkuat pelapisan manajemen.
4. Strategi W-T; membangun grup goal-setting dan mempertajam pencapaian kerja, empowerring, inovasi sistem kerja organisasi, lebih
fokus terhadap detail.
INTERNAL
EKSTERNAL KEKUATAN
Strenghts
1. kepemimpinan manajerial yang tanggap
2. dinamis 3. terbuka
4. komunikatif 5. melayani
6. memahami kondisi 7. kecerdasan emosional
EQ dan kecerdasan spritual SQ yang kuat
KELEMAHAN
Weakness
1. adanya masalah
pendelegasian wewenang 2. kesimpangsiuran
dalam hal tanggungjawab
3. kekurangtegasan pemimpin
4. usia kepemimpinan yang masih baru.
PELUANG
Opportunities
1. kondisi lingkungan yang kooperatif
2. interaktif 3. adanya
hubungan baik
dengan mahasiswa
4. adanya media
teknologi informasi yang
dimiliki organisasi
Strategi SO
1. Mempertahankan harmonisasi organisasi
2. Mempertahankan sistem reward
3. Melakukan kerjasama dengan pihak luar
4. Memperkuat internal
organisasi 5. Memanfaatkan TI agar
komunikasi efektif dan efisiensi
Strategi WO
1. Memperjelas pernyataan
misi organisasi
2. Mempertegas kekuatan
posisi pemimpin
3. Menyamakan persepsi
karyawan 4. Taat asas dan sistem
5. Staffing berdasarkan
profesionalisme karyawan ANCAMAN Threats
1. persaingan yang
semakin ketat 2. makin
banyaknya tuntutan
dari berbagai pihak
3. semakin meningkatnya
permintaan untuk
fokus terhadap
detail
Strategi ST
1. Mempertajam perkiraan-perkiraan
organisasi kedepan
untuk meningkatkan
penerimaan umpan
balik dari karyawan 2. Internasionalisasi
3. Memperkuat pelapisan manajemen
Strategi WT
1. Membangun grup goal- setting dan mempertajam
pencapaian kerja 2.
Empowerring 3. Inovasi
sistem kerja
organisasi 4. Lebih
fokus terhadap
detail
Gambar 6. Matriks SWOT kualitatif kepemimpinan IPB Hasil dari pendapat para pakar yang telah diuraikan dalam analisis
SWOT dapat dikategorikan karakteristik servant leadership yang telah diterapkan di IPB kedalam lima kategori utama yaitu:
1.
Empati Sifat empati dalam kepemimpinan IPB saat ini dilihat dari kepemimpinan
yang memiliki kemampuan manajerial yang tanggap serta memahami kondisi. Kedua kekuatan tersebut adalah bentuk dari adanya empati dari
seorang pemimpin terhadap karyawannya.
2.
Menyembuhkan Terkait dengan pernyataan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa gaya yang dijalankan pemimpin saat ini memiliki kekuatan yaitu kepemimpinan manajerial yang tanggap sehinggga dengan adanya
tanggapan tersebut diharapkan pemimpin akan mampu menjadi penyembuh bagi karyawannya.
3.
Persuasif Kekuatan pemimpin yang dinamis, terbuka dan komunikatif adalah hal
yang menjadi penyebab munculnya karakter persuasif dalam gaya kepemimpinan saat ini. Dengan karakter tersebut, diharapkan dalam
pengambilan keputusan pemimpin melibatkan para karyawan sebagai sumber inspirasi melalui masukan yang diberikan untuk membangun
organisasi.
4.
Melayani Karakter melayani dari pemimpin di IPB saat ini terlihat dari pernyataan
para pakar secara jelas bahwa kekuatan pemimpin saat ini adalah sikap melayani yang ada pada jiwa pemimpin IPB.
5.
Membangun komunitas Dari peluang kepemimpinan yang dijabarkan dalam Gambar 6, terlihat
bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan pakar, kepemimpinan IPB saat ini memiliki beberapa peluang yaitu kondisi lingkungan yang
kooperatif, interaktif, serta adanya hubungan baik dengan mahasiswa. Selain itu, juga terdapat kekuatan dimana kepemimpinan IPB memiliki
EQ dan SQ yang kuat. Hal tersebut mendukung pemimpin untuk menjadikan organisasi sebagai sebuah keluarga bagi anggota organisasi
dan selanjutnya akan mengarah pada masyarakat yang lebih luas. Berdasar pada penjabaran karakteristik tersebut, gaya kepemimpinan
di IPB termasuk ke dalam gaya kepemimpinan Selling. Pada gaya ini, pemimpin memiliki perilaku direktif, tetapi juga suportif untuk memperkuat
kemauan dan antusias karyawan. Gaya ini disebut selling karena pemimpin masih menyediakan hampir seluruh arahan. Tetapi melalui komunikasi dua
arah dan penjelasan, pemimpin berusaha agar secara psikologis karyawan
turut andil dalam perilaku yang diinginkan. Karyawan pada kondisi ini menyetujui suatu keputusan apabila mereka memahami alasan adanya
keputusan itu dan apabila pemimpin juga menawarkan bantuan dan arahan. Dalam gaya ini tercakup perilaku yang tinggi tugas dan tinggi hubungan.
4.4. Proses Hirarki Analitik