Review of Fixed Income Mutual Funds’ Marketing Strategy Base on Profitability and Efficiency from 2006-2008

(1)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kajian Strategi Pemasaran Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Profitabilitas dan Efisiensi pada periode 2006-2008 adalah merupakan karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2009

HINO PRASETYO NRP. H251070041


(2)

ABSTRACT

HINO PRASETYO. Review of Fixed Income Mutual Funds’ Marketing Strategy Base on Profitability and Efficiency from 2006-2008. Under supervision of H. MUSA HUBEIS and ABDUL KOHAR IRWANTO.

Nowadays, development of the financial industry, measurement and benchmarking the performance of a portfolio are managed professionally, such as mutual funds have become a very important issue for managers and investors. In Indonesia, one of the popular and attractive portfolio management of investors is the fixed income mutual funds. According to that situation, it required a set of measurement both the profitability and efficiency that ranked the best fixed income mutual funds. Therefore this research aims are (1) Identifying the most profitable of fixed income mutual funds from 2006-2008 using the Sharpe, Treynor and Jensen’s methods and it’s efficiency using Data Envelopment Analysis (DEA); (2) Analyzing the profitability and efficiency to get the best rank of fixed income mutual funds in Indonesia; (3) Developing a marketing strategy for the best fixed income mutual funds that have a good economic prospect for investor. The research used data from 134 fixed income mutual funds but only 54 that is available. The profitability was analyzed using Sharpe, Treynor and Jensen Methods and DEA for its efficiency. 17 from 54 mutual funds are efficient such as Schroder Dana Mantap Plus, Danareksa Gebyar Indonesia II, Fortis Prima II, Batavia Obligasi USD, BNI Dana Syariah and Danareksa Melati Dollar (US$). In developing the best marketing strategy, SWOT analysis was used. The results show that there are ten best fixed income mutual funds according to its great profitability and efficiency. Not just come from big margin of return but also their long life fund management. The best marketing strategy for investment management is focusing on investor segmentation base on their risk characterization. There are eight marketing strategy that can be adopted, (1) expanding market based on investor’s segmentation, (2) optimizing the bank rate, (3) increasing promotion for the right consumen, (4) optimizing the online media, (5) developing market position, (6) expanding new products with low cost investment, (7) increasing sosialization and below the line promotion and (8) implementing up-selling process. These strategies should be implemented by mutual fund’s management according to their companies’ condition and vision. Keywords: profitability, efficiency, fixed income mutual funds, data

envelopment analysis, marketing strategy, investment management.


(3)

Berbasis Profitabilitas dan Efisiensi pada periode 2006-2008. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS dan ABDUL KOHAR IRWANTO.

Pembangunan ekonomi dalam mengembangkan kehidupan ekonomi rakyat bertumpu pada mekanisme ekonomi pasar yang seimbang, diarahkan dengan prinsip persaingan sehat, memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan nilai-nilai keadilan. Dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan, maka pemerintah perlu menyediakan pemodalan untuk menunjang tumbuh kembangnya sektor usaha, salah satunya melalui pasar modal.

Berkembangnya pasar saham tentu tidak lepas dari peran investor yang menginvestasikan dananya pada instrumen-instrumen investasi yang diperdagangkan di bursa, antara lain Reksadana. Reksadana memiliki laju pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan produk bank seperti deposito dan tabungan. Dengan kondisi tersebut, maka tidak berlebihan jika Reksadana sangat diminati oleh investor.

Tidak semua Reksadana mampu memberikan laju pengembalian yang tinggi, sehingga investor harus pandai dalam melakukan pilihan terhadap Reksadana yang memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi Reksadana Pendapatan Tetap yang paling menguntungkan di Indonesia periode 2006-2008 dari sisi profitabilitas dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan efisiensinya dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA); (2) Melakukan analisa penggabungan hasil perhitungan profitabilitas dan efisiensi sehingga diperoleh peringkat Reksadana pendapatan tetap terbaik di Indonesia; (3) Menyusun strategi pemasaran untuk produk Reksadana pendapatan tetap yang memiliki prospek ekonomi bagi investor.

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2009, bertempat di BAPEPAM-LK dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan, suku bunga bulanan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan indeks obligasi gabungan yang diperoleh melalui database investor pemegang Reksadana Pendapatan Tetap di Bursa Efek Indonesia, BAPEPAM-LK, idx.com, Yahoo Finance, laporan keuangan dan prospektus masing-masing pengelola Reksadana.

Metode perhitungan profitabilitas menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen dengan software pengolahan Microsoft Excel 2003. Untuk perhitungan efisiensi menggunakan Metode DEA dengan software DEAP 2.1. Sedangkan untuk pengukuran kombinasi pemeringkatan menggunakan dasar pembobotan berdasarkan hasil penelitian Korkeamaki dan Smythe tentang profitabilitas dan Cinca, et al tentang efisiensi Reksadana.

Hasil penelitian menunjukkan Reksadana yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi menunjukkan kinerja baik pada kondisi pasar tidak stabil. Empat Reksadana terbaik yang terbukti tetap memberikan imbal hasil tinggi dengan kombinasi perhitungan Sharpe, Treynor dan Jensen adalah Schroder Dana Mantap Plus, Danareksa Gebyar Indonesia II, Manulife Dana Tetap Pemerintah dan Fortis Prima II. Sedangkan Reksadana dengan tingkat efisiensi tinggi


(4)

menunjukkan kemampuan mengelola keuangan perusahaan dengan baik. Hal ini sangat diperlukan, terutama dalam bertahan di masa krisis, sehingga diharapkan di masa mendatang selalu memberikan hasil optimal bagi investor. Dari 54 Reksadana yang diuji terdapat 17 Reksadana yang efisien, diantaranya Schroder Dana Mantap Plus, Danareksa Gebyar Indonesia II, Fortis Prima II, Batavia Obligasi USD, BNI Dana Syariah dan Danareksa Melati Dollar (US$).

Pemeringkatan Reksadana terbaik dari sisi profitabilitas dan efisiensinya dapat menjadi dasar keputusan investor dalam menempatkan dananya, yaitu besar keuntungan yang diperoleh dan kemampuan perusahaan investasi bertahan di masa depan. Sepuluh Reksadana pendapatan tetap yang masuk kategori terbaik adalah Schroder Dana Mantap, Fortis Prima II, Danareksa Gebyar Indonesia II, Manulife Dana Tetap Pemerintah, Samuel Dana Pasti, Mahanusa Dana Lestari, Danamas Pasti, Danareksa Melati Dollar (US$), Mandiri Investa Dana Utama dan BNI Dana Syariah.

Strategi pemasaran terbaik yang dapat dipertimbangkan oleh pihak pengelola Reksadana adalah fokus pada segmen investor. Untuk pengelola Reksadana bertipe risk averse (Mahanusa Dana Lestari, Danareksa Melati Dollar (US$) dan BNI Dana Syariah) dengan segmen konsumen adalah ibu rumah tangga, PNS/ABRI dan pelajar/mahasiswa, tipe risk moderate (Fortis Prima II, Danareksa Gebyar Indonesia II, Manulife Dana Tetap Pemerintah, Danamas Pasti dan Mandiri Investa Dana Utama) dengan segmen konsumen usahawan dan pegawai swasta; tipe risk lover (Schroder Dana Mantap Plus dan Samuel Dana Pasti) dengan segmen konsumen usahawan skala menengah ke atas. Dengan membidik kelompok konsumen, maka biaya pemasaran yang dikeluarkan menjadi tepat guna dan sasaran. Selain itu ada delapan alternatif strategi berdasarkan analisa Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT), yaitu (1) Melakukan perluasan pasar sesuai dengan segmen investor, (2) Memanfaatkan tingkat suku bunga rendah, (3) Meningkatkan intensitas promosi pada segmen konsumen yang tepat, (4) Memanfaatkan media online, (5) Mempertahankan peringkat, (6) Mengembangkan produk baru dengan biaya investasi rendah, (7) Meningkatkan sosialisasi dan promosi dengan below the line dan (8) Melakukan up selling. Pengelola Reksadana dapat memberikan prioritas utama pada strategi yang dinilai sesuai dengan kondisi dan tujuan perusahaan.


(5)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(6)

KAJIAN STRATEGI PEMASARAN REKSADANA

PENDAPATAN TETAP BERBASIS PROFITABILITAS

DAN EFISIENSI PADA PERIODE 2006-2008

HINO PRASETYO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(7)

Nama Mahasiswa : Hino Prasetyo

No Pokok : H251070041

Program Studi : Ilmu Manajemen

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc. Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Manajemen

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS


(8)

PRAKATA

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga berhasil menyelesaikan penyusunan tesis berjudul “Kajian Strategi Pemasaran Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Profitabilitas dan Efisiensi pada periode 2006-2008”.

Tesis ini dilatarbelakangi oleh minat terhadap produk pasar modal terutama Reksadana dan mencoba menggabungkan konsep manajemen pemasaran dengan perhitungan keuangan, serta hal lainnya sebagai sumber informasi yang berguna bagi investor dalam membuat keputusan investasi dan perumusan strategi pemasaran terbaik bagi para pengelola Reksadana.

Dalam proses penyusunan, tentunya tidak luput dari kesalahan. Oleh sebab itu penulis perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut andil dalam penyelesaian tesis ini :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS., Dipl. Ing., DEA dan Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. selaku ketua dan anggota yang telah memberikan waktu, pikiran, tenaga, motivasi, arahan, nasehat dan kesabarannya, agar penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Widigdo Sukarman, MPA. MBA. sebagai dosen penguji atas saran dan masukan perbaikan yang diberikan.

3. Pegawai dan staf analis BAPEPAM-LK dan BEI atas bantuan dan kerjasama selama penulis melakukan penelitian.

4. Kedua orangtuaku, Bapak Suparlan dan Ibu Peny serta kedua adikku Heny dan Agung yang tak henti-hentinya memberikan doa, semangat dan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

5. Ratih Maria Dhewi, SP., MM., teman dekat dan partner sejati yang selalu memberikan dorongan dan motivasi untuk terus maju.

6. Yani, Rima, Hani dan Dian, selaku teman-teman seperjuangan angkatan pertama PS Ilmu Manajemen atas dukungan dalam menghadapi perkuliahan di Pascasarjana.

7. Seluruh dosen Program Studi S2 Ilmu Manajemen atas pengajaran dan motivasi yang selalu diberikan selama masa perkuliahan.


(9)

8. Seluruh staf Program Studi S2 Ilmu Manajemen atas bantuan dalam proses kelancaran perkuliahan.

9. Djoedjoe, Kobel, Kuyap dan Tulang (RAWAN) atas segala masukan dan dukungan selama proses penyelesaian studi. I love you full...

10.Dan seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya, baik langsung maupun tidak langsung. Thank you very much…

Akhir kata, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi investor, pengelola Reksadana dan seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang tertuang di dalamnya.

Bogor, September 2009


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 November 1979, sebagai putra sulung dari tiga bersaudara dengan adik bernama Heny Pusponugroho dan Agung Pamungkas, dari pasangan S.V. Suparlan dan Th. Peny Sulihnani.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Kalibaru III Depok pada tahun 1992. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bogor dan lulus pada tahun 1995, lalu melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Bogor dan lulus pada tahun 1998.

Tahun 1998, penulis diterima di Universitas Indonesia melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 2004. Setelah dua tahun memiliki pengalaman bekerja pada perusahaan multi nasional dan memiliki bisnis pribadi di bidang internet dengan bendera PT. Prastcorp, pada tahun 2007, penulis tertarik untuk mendalami bidang pemasaran dengan melanjutkan kuliah S2 pada Program Pascasarjana Ilmu Manajemen IPB, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... ii

RINGKASAN ... iii

PRAKATA ... viii

RIWAYAT HIDUP ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA... 15

2.1. Tinjauan Teoritis ... 15

2.1.1. Instrumen Investasi ... 15

2.1.2. Profil Reksadana ... 16

2.1.3. Manfaat Reksadana ... 23

2.1.4. Jenis Reksadana ... 24

2.1.5. Konsep Strategi ... 28

2.1.6. Konsep Pemasaran ... 31

2.1.7. Konsep Strategi Pemasaran ... 33

2.1.8. Teori Pengukuran Profitabilitas Reksadana ... 42

2.1.9. Teori Efisiensi ... 44

2.1.10. Matriks SWOT ... 49

2.2. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 51

III. METODE PENELITIAN... 56

3.1. Kerangka Pemikiran... 56

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 61

3.3. Pengumpulan Data ... 61

3.4. Pengolahan dan Analisis Data... 62

3.4.1. Metode pengukuran profitabilitas Reksadana ... 62

3.4.2. Mengukur Efisiensi Reksadana... 65

3.4.3. Perhitungan Pembobotan Reksadana ... 72

3.5. Peubah Penelitian ... 73

3.6. Rancangan Model DEA ... 75

3.6.1. Tujuan Model ... 76

3.6.2. Cleaning Data ... 77


(12)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 79

4.1. Tingkat Profitabilitas Reksadana ... 79

4.1.1. Profitabilitas Menurut Sharpe ... 81

4.1.2. Profitabilitas Menurut Treynor ... 84

4.1.3. Profitabilitas Menurut Jensen ... 88

4.2. Tingkat Efisiensi Reksadana ... 90

4.3. Peringkat Reksadana berdasarkan Profitabilitas dan Efisiensi ... 94

4.4. Kajian Pengelolaan Portofolio Reksadana ... 96

4.5. Pemasaran Reksadana Pendapatan Tetap ... 102

4.6. Strategi Pemasaran berdasarkan Segmentasi Investor ... 104

4.7. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ... 111

4.7.1. Kekuatan ... 111

4.7.2. Kelemahan ... 113

4.7.3. Peluang ... 114

4.7.4. Ancaman ... 115

4.8. Perumusan Alternatif Strategi Pemasaran ... 116

4.9. Implikasi Manajerial ... 123

KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

1. Kesimpulan ... 126

2. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA... ... 129

LAMPIRAN ... 135


(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perbandingan Obligasi pemerintah, Saham, Reksadana dan Deposito ... 2

2. Perkembangan Reksadana di Indonesia ... 4

3. Lima belas perusahaan pengelola Reksadana berdasarkan besarnya dana yang dikelola (Rp Miliar) ... 18

4. Peubah segmentasi pasar bisnis ... 35

5. Studi-studi pengukuran produk investasi dengan metode DEA ... 55

6. Matriks SWOT ... 78

7. Contoh perhitungan Profitabilitas Reksadana pendapatan tetap ... 80

8. Perhitungan Profitabilitas berdasarkan Sharpe ... 81

9. Perhitungan Profitabilitas berdasarkan Treynor ... 86

10.Perhitungan Profitabilitas berdasarkan Jensen ... 89

11.Contoh data input software DEAP ... 91

12.Perhitungan efisiensi Reksadana berdasarkan metode DEA ... 93

13.Contoh perhitungan ranking total Reksadana pendapatan tetap ... 95

14.Sepuluh Reksadana terbaik berdasarkan profitabilitas dan efisiensi ... 95

15.Matriks keputusan taktik portofolio ... 100

16.Tingkat pengembalian berbagai instrumen investasi dan inflasi (%) ... 103

17.Tipe risiko investor ... 105

18.Jenis Reksadana berdasarkan tipe investor ... 106

19.Rekapitulasi hasil penelitian strategi pemasaran Reksadana pendapatan tetap berdasarkan tipe investor ... 111


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Perbandingan instrumen investasi berdasarkan Rate of Return dan

jangka waktu investasi ... 3

2. Grafik persentase kepemilikan Reksadana di Indonesia pada tahun 2006 dan 2008 ... 11

3. Bagan kerangka pemikiran penelitian... 59

4. Kerangka analisis penelitian ... 60

5. Frontier CRS dan VRS ... 71

6. Rancangan Model DEA penelitian... 76

7. Pergerakan NAB Rataan Reksadana pendapatan tetap di Indonesia sepanjang tahun 2008 ... 82

8. Contoh grafik perhitungan nilai Beta ... 85

9. Contoh hasil perhitungan program DEAP 2.1. ... 91

10.Proses pengelolaan investasi ... 97


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Contoh data perhitungan profitabilitas reksadana AAA Bond Fund 2 ... 135

2. Mencari rataan, standar deviasi dan beta reksadana dengan software Excel 2003 ... 136

3. Menghitung indeks Sharpe, Treynor dan Jensen dengan software Excel 2003 ... 137

4. Hasil perhitungan profitabilitas dengan Metode Sharpe ... 138

5. Hasil perhitungan profitabilitas dengan Metode Treynor ... 139

6. Hasil perhitungan profitabilitas dengan Metode Jensen ... 140

7. Hasil perhitungan efisiensi dengan Metode DEA ... 141

8. Skor total pemeringkatan Reksadana berdasarkan profitabilitas dan Efisiensi ... 142

9. Peringkat total Reksadana pendapatan tetap berdasarkan profitabilitas dan efisiensi ... 143

10.Contoh nilai NAB bulanan, indeks obligasi dan SBI ... 144

11.Data input untuk perhitungan DEA ... 145

12.Contoh data mentah laporan bulanan Reksadana Pendapatan Tetap ... 146

13.Hasil keluaran software DEAP ... 147


(16)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi dalam mengembangkan kehidupan ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme ekonomi pasar seimbang diarahkan dengan prinsip persaingan sehat, memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan nilai-nilai keadilan, sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja. Dalam rangka mendukung pembangunan berkelanjutan, maka pemerintah perlu menyediakan pemodalan untuk menunjang tumbuh kembangnya sektor usaha. Dalam hal ini terdapat beberapa mekanisme pemodalan yang dikembangkan, antara lain melalui perbankan dan pasar modal.

Seperti diketahui bahwa sumber pemodalan melalui sektor perbankan sudah berkembang cukup pesat, tetapi tidak diikuti oleh berkembangnya sektor pasar modal. Namun demikian, hal ini menjadi peluang pasar cukup menarik. Perkembangan pasar modal secara nyata baru terjadi di awal tahun 2000 setelah melewati krisis moneter 1998 (www.bapepam.go.id, 2008).

Sumber pemodalan yang mampu disalurkan melalui pasar modal tersebut sangat membantu menggerakkan ekonomi sektor riil, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh, di sektor pertanian pada saat perusahaan perkebunan PT. Astra Agro Lestari melepas Sahamnya ke publik di tahun 2003, mampu menyerap dana 1,3 Trilyun rupiah yang digunakan untuk membuka lahan perkebunan sawit seluas 73.286 Ha, sehingga mampu menyerap tenaga kerja perkebunan 8.300 orang (www.kompascyber.com, 2003).

Secara tidak langsung, pasar modal Indonesia yang terus berkembang tentu menyerap tenaga kerja yang besar. Para pekerja lantai bursa seperti broker,


(17)

pialang Saham, analis, tenaga pemasaran dan auditor terus bertambah jumlahnya setiap tahun. Disamping petugas kebersihan dan petugas keamanan, sehingga menjadi sinyal positif bagi tumbuhnya sektor perekonomian.

Berkembangnya pasar Saham tentu tidak lepas dari peran investor yang menginvestasikan dananya pada instrumen-instrumen investasi yang diperdagangkan di bursa, antara lain Saham, Obligasi/surat hutang dan Reksadana. Jika dibandingkan dengan Deposito, tentunya instrumen investasi tersebut menjadi lebih menarik karena menawarkan tingkat pengembalian lebih tinggi. Pada Tabel 1 disajikan perbandingan beberapa jenis investasi tersebut. Tabel 1. Perbandingan Obligasi Pemerintah, Saham, Reksadana dan Deposito

Kriteria Saham Deposito Reksadana Obligasi

Pemerintah

Jatuh tempo Tidak ada Ada Ada Ada

Kupon bunga Tidak ada Ada Tidak ada Ada, dan di atas tingkat bunga Deposito

Dividen Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Potensi capital gain

Ada Tidak ada Tidak ada Ada

Jaminan Pemerintah

Tidak ada Ada (maks Rp 100 juta dengan syarat

Tidak ada Ada (tanpa batasan dan tanpa syarat)

Setlement T + 3 T + 0 (dengan konfirmasi

sebelumnya)

T + 7 OTC (sesuai

kesepakatan), Bursa (T + 2) Perdagangan

di Pasar Sekunder

Dapat Tidak dapat Tidak dapat Dapat

Keterangan : T = hari kerja; OTC= over the counter (transaksi yang dilakukan broker lewat jaringan internet atau telepon

Investasi pada Saham, Deposito maupun Reksadana memiliki karakter yang sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada jangka waktu, karena Saham dan Reksadana merupakan instrumen investasi jangka panjang, sedangkan Deposito dan produk bank lain seperti Giro dan Tabungan merupakan instrumen


(18)

3

jangka pendek. Mengingat perbedaan jangka waktu tersebut, rate of return (laju pengembalian) dari Saham, Reksadana dan Deposito, serta Tabungan dan Giro juga berbeda. Pada Gambar 1, terlihat bahwa Reksadana memiliki laju pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan produk bank seperti Deposito dan Tabungan. Dengan kondisi tersebut, maka Reksadana sangat diminati oleh investor.

Gambar 1. Perbandingan Instrumen Investasi berdasarkan Rate of Return dan jangka waktu investasi (Bapepam, 2008).

Perkembangan Reksadana

Reksadana mulai diperkenalkan di Indonesia ketika PT. Danareksa didirikan pada tahun 1976, dimana perusahaan ini dapat menerbitkan sertifikat yang dikenal dengan Sertifikat Danareksa 1 dan II. Setiap hari, harga dari unit Danareksa diumumkan dan didengar melalui siaran radio bersamaan dengan harga sembilan bahan pokok. Hal ini berlanjut dengan berdirinya sebuah Reksadana tertutup pada tahun 1995, yaitu PT BDNI Reksadana dengan menawarkan 600 juta Saham dengan nilai satu Saham Rp 500, sehingga total dana yang terkumpul Rp 300 miliar.


(19)

Berdirinya Reksadana ini merupakan cikal bakal semaraknya Reksadana di Indonesia. Pendirian Reksadana terus berkembang, dimana pada tahun 1996 berdiri 25 Reksadana terbuka dan 25 Reksadana ini dikelola oleh 12 manajer investasi. Menteri Keuangan memberikan Award kepada 12 manajer investasi tersebut atas pendirian Reksadana pada tahun 1996. Total Asset Reksadana yang dikenal dengan total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Rp 2,8 triliun. Kemudian, total nilai aktiva bersih meningkat menjadi Rp 8 triliun pada Juni 1997. Peningkatan tersebut dikarenakan Reksadana mulai dikenal dan masyarakat merasakan tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan dengan instrumen lainnya (Tabel 2). Tabel 2. Perkembangan Reksadana di Indonesia

Periode

Jumlah Reksadana Penyertaan

Pemegang Unit

NAB (Rp juta)

Jumlah Unit Penyertaan

1996 25 2.441 2.782.323 2.942.232.211

1997 77 20.234 4.916.605 6.007.373.759

1998 81 15.482 2.992.171 3.680.892.097

1999 81 24.127 4.974.105 4.349.952.951

2000 94 39.487 5.515.954 5.006.049.770

2001 108 51.723 7.942.206 7.246.205.820

2002 131 125.820 46.613.833 41.665.523.049

2003 186 171.712 69.477.720 60.020.745.573

2004 246 299.063 104.037.824 84.700.701.703

2005 331 251.132 29.415.787 21.262.143.380

2006 355 202.991 50.869.193 38.242.502.919

2007 408 245.222 59.602.645 41.700.904.667

Sumber : Bapepam, 2008 (Rekapitulasi data).

Krisis keuangan yang melanda Thailand, kemudian diikuti Indonesia dan dipicu kebijakan pemerintah yang memperbesar rentang bond dollar menjadi 12% pada tanggal 14 Agustus 1997, serta tingkat bunga mengalami kenaikan, sehingga masyarakat menarik dananya dari Reksadana dan di akhir tahun 1997 total NAB turun menjadi Rp 4,9 triliun. Tingkat bunga mengalami peningkatan sampai pada level 70% dan nilai tukar Dollar terhadap Rupiah juga meningkat sampai pada


(20)

5

level Rp 15.000, sehingga masyarakat melihat adanya kesempatan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada Deposito dan total NAB mengalami penurunan Rp 3 triliun pada akhir tahun 1998.

Reksadana mengalami pertumbuhan yang normal sampai pada akhir tahun 2001 dengan total NAB sebesar Rp 8 triliun dan jumlah Reksadana sebanyak 108 Reksadana. Perkembangan Reksadana terus bertambah dengan berbagai inovasi yang dilakukan manajer investasi. Para manajer investasi melakukan kerjasama dengan perbankan untuk menjual Reksadana, sehingga totalnya mengalami peningkatkan yang cukup tajam menjadi Rp 46,6 trillin pada akhir tahun 2002 dengan jumlah Reksadana sebanyak 131 Reksadana.

Bila diperhatikan total aset Reksadana secara saksama, maka pada tahun 2002 terjadi peningkatan yang tajam dari Rp 7,9 triliun menjadi Rp 46,7 triliun. Peningkatan ini disebabkan terjadi penurunan tingkat bunga dari leve1 17,5% ke level 12%. Tingkat bunga terus mengalami penurunan membuat investor terus melakukan perubahan investasi, sehingga total NAB Reksadana mengalami peningkatan sampai Rp 104 triliun di akhir 2004. Pemerintah kembali menaikkan tingkat bunga, sehingga total NAB Reksadana mengalami penurunan sampai Rp 29 triliun. Penurunanan ini tidak terlepas juga terhadap rumor pajak dan Marked to Market harga Obligasi yang ada di Reksadana. Tetapi NAB kembali mengalami kenaikan karena penurunan tingkat bunga, sehingga NAB mencapai Rp 591 triliun.

Tidak semua Reksadana mampu memberikan laju pengembalian yang tinggi, sehingga investor harus pandai dalam melakukan pilihan terhadap Reksadana yang akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang.


(21)

Berdasarkan pada hal tersebut maka para akademisi dan praktisi pasar modal mencoba untuk melakukan pengukuran kinerja investasi Reksadana dan tipe-tipe portfolio lainnya yang dikelola secara profesional. Sebagaimana diketahui, dalam tahun-tahun pertama ilmu keuangan, konsentrasi para investor hanya tertuju pada pengukuran laju pengembalian suatu investasi sebagai indikasi seberapa baiknya investasi dilakukan. Pada tahun 1950-an hasil studi Markowitz (1952) dan Tobin (1958) menyediakan alat bagi para investor untuk mengukur risiko dengan menggunakan variabilitas return.

Pada tahun 1960-an dan 1970-an para peneliti mengajukan beberapa alternatif pengukuran kinerja portfolio dengan berdasarkan pada Capital Asset Pricing Model (CAPM). Ukuran-ukuran baru yang ditawarkan meliputi dua faktor yang mempengaruhi kinerja, memasukkan komponen tingkat pengembalian (return) investasi dan juga tingkat risiko (risk) yang tepat. Diantara ukuran yang terkenal dan telah sangat umum digunakan dalam mengukur kinerja portfolio adalah indeks Sharpe (Sharpe, 1966), indeks Treynor (Treynor, 1965) dan Alpha Jensen (Jensen, 1968). Ukuran-ukuran kinerja tersebut secara mendasar sebenarnya mencoba untuk menentukan apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para profesional manajer dana telah memberikan tingkat pengembalian (return) tambahan terhadap dana yang dikelolanya dibandingkan dengan benchmark yang pasif atau portofolio yang menjadi benchmark yang tidak dikelola secara aktif. Ukuran-ukuran tradisional tersebut telah terbukti sangat berguna, namun sesungguhnya menghadapi permasalahan dalam menentukan hal-hal yang menjadi faktor utama dalam mengukur kinerja portofolio seperti dalam hal identifikasi benchmark yang tepat dan jika memasukkan faktor biaya-biaya.


(22)

7

Jika diamati perkembangan industri keuangan saat ini, pengukuran dan pembandingan kinerja portofolio yang dikelola secara profesional seperti Reksadana, telah menjadi isu yang sangat penting bagi para manajer dan investor. Hal demikian telah memberikan tekanan yang besar akan pentingnya suatu ukuran kredibel dalam upaya untuk mengukur dan memeringkatkan kinerja portofolio yang dikelola tersebut. Dengan demikian, evaluasi kinerja Reksadana dapat digunakan sebagai landasan bagi keputusan investasi investor atau menjadi benchmark bagi posisi kinerja Reksadana yang satu dengan yang lainnya.

Jika ditelaah lebih lanjut, perkembangan Reksadana di Indonesia memiliki tren meningkat, baik dilihat dari jumlah Reksadana yang ada, jumlah investor, jumlah unit/Saham yang beredar dan NAB. Sebagai informasi, Reksadana sebagai bentuk portofolio yang dikelola secara profesional dan populer, serta diminati oleh masyarakat, sehingga penting untuk dilakukan studi tentang kinerja Reksadana di Indonesia. Ukuran kinerja Reksadana yang biasa digunakan atau disebut sebagai ukuran tradisional terkait dengan validitas, terutama dalam hal asumsi dasar CAPM. Selain itu, faktor yang diikutsertakan dalam ukuran tradisional hanya mencakup tingkat risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return), maka masuk akal jika faktor-faktor lain juga dilibatkan, misalnya faktor biaya transaksi dan biaya informasi. Salah satu ukuran yang telah dikembangkan oleh para peneliti untuk mengatasi hal tersebut adalah ukuran dengan menggunakan data envelopement analysis (DEA) yang secara mendasar berusaha untuk mengukur tingkat efisiensi Reksadana.

Sejak diperkenalkannya pertama kali oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978, para peneliti dalam sejumlah bidang secara cepat menerima metode


(23)

tersebut dengan melihat keunggulan dan kemudahan metodologi yang digunakan (Greogoriou, 2003). DEA merupakan metodologi non-parametrik yang didasarkan pada linear programming dan digunakan untuk menganalisis fungsi produksi melalui suatu pemetaan frontier produksi (Andersen and Petersen, 1993). DEA telah banyak digunakan untuk dalam berbagai bidang dimana metode ini berakar dari bidang manajemen operasi yang digunakan untuk memberikan ukuran relatif efisiensi (Andersen and Petersen, 1993). DEA tidak membutuhkan model teoritik seperti CAPM atau model Arbitrage Pricing Theory (APT) sebagai benchmark dan mengukur kinerja relatif suatu Reksadana terhadap Reksadana yang optimal atau paling efisien dalam contoh.

DEA memperbolehkan hubungan antara multiple inputs dan outputs yang digambarkan dalam kombinasi paling efisien dari input untuk menghasilkan output tertentu dan dapat dapat digunakan dalam menaksir kinerja relatif setiap unit yang membuat keputusan untuk mempengaruhi kinerja atau efisiensi. Pembuat keputusan biasanya disebut sebagai decision making units (DMU). DEA dapat digunakan untuk membantu investor dan manajer dalam proses pembuatan keputusan. Input dan output dapat memiliki unit ukuran yang sama tanpa membutuhkan a priori tradeoff antara keduanya (Rouse, 1995). Secara mendasar, DEA membangun suatu efficient frontrier yang terdiri dari kombinasi liniar Reksadana yang efisien dari contoh yang digunakan dan menentukan penyimpangan dari efficient frontier, yang merepresentasikan ketidakefisienan kinerja. Penyimpangan dari efficient frontier menunjukkan ketidakefisienan manajerial atau lainnya yang merupakan fungsi dari kegagalan untuk meminimalisasi input dan atau memaksimalkan output.


(24)

9

Menurut Reichheld and Teal (1996), DEA merupakan teknik yang superior jika dibandingkan dengan teknik lain seperti regresi, karena yang diukur oleh DEA adalah kinerja relatif bukan kinerja rataan dan tidak dipengaruhi oleh permasalahan multikolinieritas yang berhubungan dengan model-model regresi berganda. Dengan menggunakan DEA dapat dilakukan pemeringkatan suatu set Reksadana dari yang paling efesien hingga paling tidak efisien dan menentukan bagaimana kinerja Reksadana terhadap basis relatifnya. Hal ini dapat memberikan informasi Reksadana mana yang paling baik jika dibandingkan dengan kelompok yang digunakan. Hal lainnya, DEA dapat memberikan informasi faktor-faktor apakah yang menyebabkan ketidakefisienan Reksadana. Dengan demikian, hal tersebut dapat digunakan oleh manajer Reksadana untuk memperbaiki ketidakefisienan Reksadana atau berusaha untuk menandingi Reksadana yang efisien, sehingga Reksadana yang dimaksud menjadi efisien.

Data yang diperoleh menurut tingkat profitabilitas maupun efisiensi dari Reksadana tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan, baik bagi investor maupun pengelola Reksadana. Bagi investor dapat menjadi landasan dalam menentukan prioritas investasinya sedangkan pengelola Reksadana mampu menentukan strategi terbaik dalam hal pemasaran produknya, karena dengan strategi pemasaran yang jitu, suatu produk investasi yang ditawarkan dapat menarik perhatian investor lebih banyak.

1.2. Perumusan Masalah

Model-model penilaian profitabilitas Reksadana tradisional memiliki beberapa keterbatasan utama dalam aplikasinya, diantaranya penggunaan peubah


(25)

proksi atau benchmark dari portofolio pasar teoritis yang tidak tepat, pengukuran profitabilitas Reksadana lebih untuk periode jangka panjang daripada jangka pendek, validitas teori CAPM dan adanya Reksadana yang memiliki profitabilitas secara persisten dalam jangka panjang. Selain itu, penilaian profitabilitas Reksadana hanya mengikutsertakan satu ukuran risiko atau mengasumsikan fungsi hubungan tertentu untuk berbagai macam ukuran Reksadana.

Diantara ukuran-ukuran profitabilitas tradisional, tidak jelas mana yang merepresentasikan ukuran profitabilitas yang terbaik, sehingga belum ada konsensus selama ini, maka masing-masing ukuran tersebut dikatakan sahih dalam beberapa asumsi, tetapi juga diungguli oleh indikator lain dalam konteks berbeda, atau untuk investor berbeda.

Model penilaian profitabilitas didasarkan pada metode parametrik seperti penilaian dengan analisis regresi yang mengaproksimasi efisiensi relatif terhadap profitabilitas rataan. Selain itu, analisis regresi tidak mampu mengidentifikasi tiap-tiap Reksadana, selain apakah titik yang diamati berada di atas atau di bawah nilai regresi dan hasil-hasil yang diperoleh dari analisis regresi tidak dapat memberikan masukan kepada manajer investasi tentang suatu pengetahuan bagaimana meningkatkan profitabilitasnya.

Hal lain yang utama dalam studi profitabilitas Reksadana adalah ukuran profitabilitas tradisional hanya mempertimbangkan komponen risk-return, tidak mempertimbangkan komponen lainnya, seperti biaya-biaya yang dibutuhkan oleh suatu kegiatan investasi di Reksadana dan bahkan sesungguhnya keseluruhan return investasi dipengaruhi oleh biaya-biaya tersebut. Hal inilah yang mendorong diperlukannnya suatu ukuran yang dapat memperhitungkan pengaruh dari


(26)

biaya-11

biaya tersebut. Secara teori, kelemahan itu dapat ditutup dengan melakukan perhitungan efisiensi dari pengelolaan Reksadana yang dimaksud. Dengan menghitung efisiensi, diperoleh suatu ukuran komprehensif dalam menduga Reksadana apa yang menghasilkan keuntungan jangka panjang.

Namun demikian perbedaan karakter dari masing-masin Reksadana perlu diidentifikasi. Tidak semua Reksadana dapat memperoleh perlakuan yang sama, artinya dalam mengukur tingkat profitabilitas dan efisiensinya harus didasarkan pada patokan dari jenis investasi yang diambil. Mengingat pertumbuhan Reksadana di Indonesia yang begitu cepat, maka diperlukan pengujian tingkat profitabilitas dan efisien pada jenis Reksadana yang paling diminati untuk dijadikan benchmark.

Gambar 2. Grafik persentase kepemilikan Reksadana di Indonesia pada tahun 2006 dan 2008 (Bapepam, 2008).

Berdasarkan Gambar 2, terlihat grafik persentase kepemilikan Reksadana pendapatan tetap di Indonesia pada tahun 2006 dan tahun 2008 berturut-turut 47% dan 41%. Dapat disimpulkan bahwa Reksadana yang paling diminati di Indonesia sepanjang tahun 2006 - 2008 adalah Reksadana pendapatan tetap (Fixed Income Fund). Dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang telah diuraikan sebelumnya, maka timbul pertanyaan :


(27)

1. Reksadana pendapatan tetap apakah yang mampu menghasilkan tingkat return tinggi dengan risiko sesuai dan tetap menguntungkan dalam jangka panjang ?

Namun jika hasil pengukuran tersebut telah diperoleh, tetap akan membingungkan investor maupun pengelola Reksadana, karena pengukuran tingkat profitabilitas dan efisiensi adalah dua ukuran berbeda. Profitabilitas lebih ditujukan untuk mengukur sejauhmana Reksadana tersebut menghasilkan keuntungan, sedangkan efisiensi adalah sejauhmana pengelolaan Reksadana tersebut mampu mereduksi biaya-biaya yang tidak diperlukan sehingga dapat berjalan dengan baik dan efisien. Jika kedua hal tersebut dikombinasikan, maka diperoleh Reksadana superior, sehingga pertanyaannya sebagai berikut :

2. Apakah dapat dilakukan sebuah penggabungan hasil perhitungan profitabilitas maupun efisiensi Reksadana pendapatan tetap di Indonesia, sehingga diperoleh peringkat Reksadana terbaik ?

Apabila pertanyaan tersebut dapat dijawab, tentunya hasil ini sangat membantu investor agar tidak kebingungan dalam menentukan Reksadana pendapatan tetap apa yang layak untuk diinvestasikan. Sedangkan bagi pengelola Reksadana menjadi ukuran kesuksesan dalam mengelola produknya. Namun demikian, hal ini tidak dapat menjadi jaminan kesuksesan dari segi pemasarannya. Kesalahan yang umum dilakukan adalah ketidaktepatan dalam membidik calon konsumen.

Reksadana adalah produk yang unik dan berpotensi dalam menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari Deposito yang ditawarkan


(28)

13

bank. Tetapi tidak semua calon investor mengetahui hal ini. Kurangnya informasi dan kekhawatiran investor terhadap risiko yang ditanggung telah menjadi persoalan yang harus dihadapi pengelola Reksadana. Hal tersebut dapat disiasati dengan menerapkan strategi pemasaran yang tepat, sehingga pertanyaan yang harus dijawab adalah :

3. Apakah dapat disusun suatu strategi pemasaran yang tepat bagi Reksadana pendapatan tetap yang memiliki prospek ekonomi di masa depan berdasarkan data profitabilitas dan efisiensinya ?

Berdasarkan ketiga pertanyaan tersebut, maka tesis ini dilatarbelakangi oleh minat terhadap produk pasar modal terutama Reksadana dan mencoba menggabungkan konsep manajemen pemasaran dengan perhitungan keuangan, serta hal lainnya sebagai sumber informasi yang berguna bagi investor dalam membuat keputusan investasi dan perumusan strategi pemasaran terbaik bagi para pengelola Reksadana.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tiga pertanyaan utama yang diajukan untuk memberikan alternatif metode pengukuran kinerja yang berhubungan dengan tingkat profitabilitas dan efisiensi Reksadana pendapatan tetap di Indonesia menjadi sumber informasi bagi investor maupun bagi pengelola Reksadana untuk menetapkan strategi pemasaran yang terbaik bagi produk investasinya. Dari hal tersebut dapat disusun tujuan penelitian berikut :

1. Mengidentifikasi Reksadana Pendapatan Tetap yang paling menguntungkan di Indonesia pada periode 2006-2008 dari sisi


(29)

profitabilitas dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen dan efisiensinya dengan Metode DEA.

2. Melakukan analisa penggabungan hasil perhitungan profitabilitas dan efisiensi untuk menentukan peringkat Reksadana pendapatan tetap terbaik di Indonesia.

3. Menyusun strategi pemasaran produk Reksadana pendapatan tetap, terutama yang memiliki prospek ekonomi bagi investor.


(30)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Instrumen Investasi

Investasi merupakan suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (Accretion wealth) melaui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen dan uang sewa) untuk apresiasi nilai investasi atau untuk mendapat manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Persediaan dan aktiva tetap bukan merupakan investasi (Webster, 1992).

Investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanamkan modal, baik langsung maupun tidak langsung, dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut (Gummesson, 1993)

Investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada sebuah atau sekumpulan aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi (Gronroos, 1994). Pengertian investasi tersebut menunjukkan bahwa tujuan investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun di masa datang.

Banyak jenis-jenis instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar modal. Beberapa jenis instrumen investasi pasar modal yang paling dikenal saat ini adalah Obligasi, Saham dan Reksadana. Selain tiga instrumen utama itu, ada juga instrumen-instrumen alternatif, seperti opsi, kontrak berjangka dan valuta asing (valas).


(31)

2.1.2. Profil Reksadana a. Definisi Reksadana

Awalnya, mutual fund atau dikenal dengan Reksadana berasal dari kata fund, dimana Giles et. al. (2003) menyatakan “ Fund is a pool of money contributed by a range of investors who may be individuals or companies or other organizations, which is managed and invested as a whole, on behalf of those investors.”

Dalam kamus keuangan rekasadana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual Saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya (“diversified portfolio of securities, registered as an opened investment company, which sells shares to the public at an offering price and redeems them on demand at net asset value”).

Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal menyebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Pozen (1998) menyatakan bahwa “A mutual fund is an investment company that pools money from shareholders and invests in a diversified of securities.”

b. Karakteristik Reksadana

Definisi yang diuraikan sebelumnya secara jelas disebutkan bahwa Reksadana tersebut mempunyai beberapa karakteristik (Manurung, 2008), yaitu pertama, kumpulan dana dan pemilik, dimana pemilik Reksadana


(32)

17

adalah berbagai pihak yang menginvestasikan atau memasukkan dananya ke Reksadana dengan berbagai variasi. Artinya, investor dari Reksadana dapat perorangan dan lembaga dimana pihak tersebut melakukan investasi ke Reksadana sesuai dengan tujuan investor tersebut.

Bila diperhatikan beberapa Reksadana yang ada saat ini, maka setiap investor mempunyai minimum investasi Rp 100.000 (seratus ribu rupiah). Reksadana yang menerima investasi Rp 100.000 pada saat ini adalah Reksadana Nikko Saham Nusantara dan Reksadana yang mempunyai investasi awal Rp 100 juta dan kelihatan Reksadana ini mempunyai target kepada investor yang mempunyai investasi besar atau sering disebut dengan High Networth Investor. Investor tersebut biasanya dijaring pada perbankan yang dikenal dengan Priority Banking.

Kedua, diinvestasikan kepada efek yang dikenal dengan instrumen investasi. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut diinvestasikan ke dalam instrumen investasi seperti rekening koran, deposito, surat utang jangka pendek yang dikenal dengan Repurchase Agreement (REPO), Commercial Paper (CP)/Premissery Notes (PN); Surat hutang jangka panjang seperti Medium Term Notes (MTN); Obligasi dan Obligasi Konversi; dan efek Saham maupun ke efek yang berisiko tinggi seperti opsi, future dan sebagainya. Manajer investasi melakukan investasi pada masing-masing instrumen tersebut mempunyai besaran (alokasi aset) yang berbeda-beda sesuai dengan perhitungan manajer investasi, untuk mencapai tujuan investasi, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan.


(33)

Ketiga, Reksadana tersebut dikelola olah manajer investasi. Manajer investasi ini dapat diperhatikan dari dua sisi, yaitu sebagai lembaga dan sebagai perorangan. Sebagai lembaga harus mempunyai izin perusahaan untuk mengelola dana, dimana izin tersebut diperoleh dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) bagi perusahaan yang bergerak dan berusaha di Indonesia. Perusahaan tersebut dapat mempunyai izin mengelola Reksadana, bila mempunyai orang yang telah bersertifikat pengelola Reksadana. Tabel 3 memperlihatkan 15 perusahaan pengelola Reksadana menurut dana kelolaan. Terlihat bahwa 3 pengelola Reksadana (fund manager) teratas dipegang oleh perusahaan investasi asing dengan total dana kelolaan di atas 10%.

Tabel 3. Lima belas perusahaan pengelola Reksadana berdasarkan besarnya dana yang dikelola (Rp Miliar)

No. Fund Manager Des

2006

May 2007

Perubahan (%)

1. Schroder Inv. Mgt. Ind 11,74 15,58 24,88

2. Fortis Investment 5,17 7,99 12,77

3. Manulife Asset Mgt. Ind 4,86 6,61 10,55

4. NISP Sekuritas 1,80 2,88 4,61

5. Bahana TCW IM 3,15 2,56 4,08

6. Trimegah Securities 2,05 2,45 3,92

7. Panin Sekuritas 2,06 2,38 3,80

8. Batavia Prosperindo 1,12 2,25 3,60

9. Mandiri Mgt. Investasi 2,57 2,13 3,40

10. Sinarmas Sekuritas 2,26 2,08 3,33

11. Nicco Securities Indonesia 1,50 1,68 2,68

12. Danareksa IM 1,84 1,67 2,67

13. Mahanusa Investment Mgt. 1,19 1,42 2,27

14. Optima Kharya Capital Mgt. 1,48 1,35 2,16

15. First State Investment Ind. 0,87 1,22 1,95

50,87 62,62

Sumber: Bapepam, 2008 (Rekapitulasi data).

Keempat, Reksadana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang. Karakteristik keempat ini merupakan karakteristik


(34)

19

yang tersirat dari konsep tersebut. Jangka menengah dan panjang merupakan refleksi dari investasi Reksadana tersebut, karena umumnya Reksadana melakukan investasi pada instrumen investasi jangka panjang seperti Obligasi dan Saham. Dengan konsep karakteristik tersirat ini, maka Reksadana tidak dapat diangap sebagai saingan dari deposito. Reksadana dianggap produk komplemen dari produk yang ditawarkan perbankan. Bank-bank yang sudah maju atau sudah memiliki produk Priority Banking akan menawarkan Reksadana sebagai produk investasi jangka panjang.

Kelima, Reksadana merupakan produk investasi berisiko. Berisikonya Reksadana dikarenakan harga instrumennya berubah setiap waktu. Bila Reksadana tersebut berisikan Obligasi, maka kebijakan pemerintah melalui Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga, sehingga harga Obligasi mengalami penurunan. Manajer investasi yang mengelola portofolio juga dapat membuat Reksadana tersebut berisiko dengan tindakan disengaja atau tidak disengaja, misalnya dana tunai yang masuk ke Reksadana dan manajer investasinya sedang rapat seharian, sehingga lupa melakukan penempatan dana yang berakibat tingkat pengembalian Reksadana tersebut turun.

c. Perkembangan Reksadana

Reksadana pertama kali hadir di Indonesia sejak tahun 1977 yang dipelopori oleh PT. Danareksa dengan menerbitkan suatu instrumen yang disebut sertifikat Reksadana. Namun perkembangannya relatif lambat. Sampai 1996, setelah diberlakukan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yang memberikan peluang cukup besar bagi


(35)

pertumbuhan industri Reksadana. Ada tiga hal penting yang tercakup dalam UU pasar modal tersebut mengenai Reksadana yang membuka peluang tumbuhnya Reksadana. Pertama, dimungkinkannya pembentukan Reksadana terbuka yang pada peraturan sebelumnya hanya memperbolehkan pembentukan Reksadana tertutup. Kedua, adanya pengecualian terhadap UU Perseroan Terbatas bagi Reksadana Perseroan, misalnya dalam hal pembelian kembali Saham Reksadana tanpa melalui keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), sehingga membuat operasional Reksadana menjadi fleksibel. Ketiga, diperkenalkan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

Secara definitif, UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mengartikan Reksadana sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio dan menjanjikan imbal hasil bagi pemodal dalam bentuk dividen, atau dan capital gain. Dengan karakter seperti itu, Reksadana bisa menjadi alat dalam pemerataan kesempatan berinvestasi di pasal modal, terutama bagi para pemodal yang memiliki dana terbatas, karena dengan modal yang relatif kecil, seorang pemodal sudah dapat ikut berinvestasi melalui berbagai efek di pasar modal, meskipun tidak secara langsung.

Reksadana didirikan dengan menggunakan bentuk Perseroan atau KIK, dimana sifatnya dapat terbuka (open end fund) dan tertutup (closed end fund). Reksadana berbentuk KIK dapat memiliki sifat terbuka, sedangkan Reksadana berbentuk perseroan yang biasanya bersifat tertutup.


(36)

21

Reksadana terbuka adalah Reksadana yang dapat menawarkan dan membeli kembali (redemption) Saham atau unit penyertaan yang telah dikeluarkan. Reksadana dapat menerbitkan unit penyertaan terus-menerus sampai batas jumlah unit penyertaan yang tercantum dalam kontrak. Jumlah unit penyertaan dapat bertambah dan berkurang tergantung pada kondisi permintaan pemodal. Harga unit penyertaan ditentukan pada NAB Reksadana tersebut yang merupakan nilai aktiva Reksadana per unit penyertaan setelah dikurangi biaya-biaya. Sedangkan Reksadana tertutup adalah Reksadana yang hanya menawarkan Saham atau unit penyertaannya tanpa dapat menariknya kembali. Saham Reksadana tertutup dapat dicatatkan di bursa efek untuk diperdagangkan, sehingga memberikan jaminan likuiditas sesuai dengan mekanisme pasar.

Sebagai bentuk suatu perseroan, Reksadana perseroan merupakan Reksadana berbadan hukum yang persyaratan pendiriannya mengikuti ketentuan pendirian sebuah perusahaan persero. Reksadana berbentuk perseroan terlebih dahulu harus mendirikan sebuah Perusahaan Terbuka (PT) yang usahanya khusus sebagai Reksadana, dimana pengesahan PT ini diperoleh dari Menteri Kehakiman. Setelah itu, Reksadana perseroan dapat melakukan penawaran umum dengan syarat harus mendapat ijin usaha dari Bapepam dan menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam. Satu-satunya Reksadana di Indonesia yang menggunakan bentuk perseroan adalah PT. BDNI Reksadana.

Lebih sederhana apabila dibandingkan dengan proses pendirian Reksadana perseroan, Reksadana berbentuk KIK dapat didirikan oleh


(37)

perusahaan efek yang telah memperoleh ijin sebagai manajer investasi dengan mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam sebagai otoritas pengawas pasar modal dalam rangka penawaran umum. Pengelolaan Reksadana yang berbentuk KIK diserahkan kepada manajer investasi yang melibatkan Bank Kustodian sebagai tempat penitipan dana, dimana keduanya diikat dalam suatu kontrak yang disebut KIK. KIK adalah kontrak antara manajer investasi dan Bank Kustodian yang mengikat setiap pemegang unit penyertaan, dimana manajer investasi diberikan kewenangan untuk mengelola portofolio investasi kolektif, sedangkan Bank Kustodian diberikan wewenang melaksanakan penitipan kolektif.

Bank Kustodian adalah bank umum yang mendapat persetujuan dari Bapepam untuk memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek, serta jasa lain termasuk menerima dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Secara luas ada tiga fungsi utama Bank Kustodian (Rahardjo, 2004) dalam suatu Reksadana, yaitu :

1.) Fungsi sebagai jasa pelaksana penyimpanan (custodial service) yang mencakup penyimpanan seluruh aset Reksadana, menyelesaikan transaksi penilaian portofolio, manajemen kas dan melakukan tagihan-tagihan atas pendapatan Reksadana.

2.) Fungsi sebagai administrator dana (fund administration), berupa tugas pembukuan yang mencatat seluruh transaksi Reksadana, menetapkan nilai aset, menghitung net asset value dana dan memastikan bahwa


(38)

23

semua laporan yang diperlukan disampaikan kepada pihak yang berwenang, serta memastikan bahwa pengelolaan dana telah sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku.

3.) Fungsi sebagai agen transfer (transfer agent), mencakup penyelesaian berbagai transaksi pemindahbukuan atau pemindah kepemilikan sesuai dengan yang diinginkan pemilik rekening.

Selain Manajemen Investasi dan Bank Kustodian, mekanisme kerja Reksadana juga melibatkan pihak-pihak lain seperti perantara efek (pialang) sebagai perantara dalam transaksi efek dan Bapepam sebagai pengawas.

2.1.3. Manfaat Reksadana

Dilihat dari sisi pemodal, Reksadana memberikan beberapa manfaat, antara lain :

1. Pengelolaan dana dilakukan secara profesional oleh manajer investasi. 2. Terdapat diversifikasi untuk penyebaran risiko

3. Kekayaan atau aset Reksadana disimpan secara aman oleh bank kustodian karena dipisahkan dengan aset bank kustodian itu sendiri.

4. Reksadana terbuka memberikan jaminan likuiditas kepada para pemodal, karena manajer investasi wajib membeli kembali Saham atau unit penyertaan yang dikeluarkan.

5. Terdapat pilihan jenis investasi sesuai dengan kehendak dari para investor, misalnya dalam bentuk growth funds, balance funds, balance fixed, fixed income funds, money market funds dan lain-lain.


(39)

2.1.4. Jenis Reksadana

Beragamnya karakteristik, preferensi dan keinginan pemodal dalam melakukan investasi, mendorong produk Reksadana yang lebih spesifik lagi, terutama dalam alokasi investasinya. Berbagai produk Reksadana yang mengkhususkan diri pada suatu instrumen tertentu, dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan pemodal tersebut. Ditinjau dari tujuan investasi, terdapat sembilan jenis Reksadana (Manurung, 2008), yaitu :

a. Money Market Fund merupakan Reksadana yang melakukan alokasi investasi pada instrumen pasar uang yang likuid dan berjangka waktu pendek seperti sertifikat deposito, treasury bill dan surat utang jangka pendek lainnya. Tujuan dari investasi ini adalah untuk mendapatkan pendapatan yang stabil dengan risiko kecil.

b. Income Fund merupakan investasi yang bertujuan menghasilkan pendapatan yang besar sebagai kompensasi dari risiko yang ditanggung. Contoh dari instrumen ini adalah bond funds atau Obligasi.

c. Growth and Income Fund merupakan investasi yang mengkombinasikan tujuan antara pertumbuhan dana (capital growth) dan penghasilan sekarang (current income). Time horizon investasi ini merupakan jangka panjang dengan mengalokasikan investasi pada instrumen-instrumen yang menawarkan potensi untuk berkembang atau yang mampu menawarkan dividen di atas rataan. Risiko yang ditanggung lebih moderat, bila dibandingkan growth fund. Biasanya jenis Reksadana ini mengalokasikan investasinya ke bond funds (Obligasi) dan stock funds (Saham).


(40)

25

d. Balanced Fund merupakan investasi yang mengkombinasikan berbagai jenis instrumen investasi yang ada, seperti Saham sebagai instrumen ekuitas dan Obligasi sebagai instrumen hutang. Tujuan dari investasi ini adalah kombinasi antara pendapatan saat ini (current income) dan pertumbuhan (growth). Jenis Reksadana ini mempunyai keterbatasan terhadap kenaikan harga (limited price rise), namun agar lebih aman (higher safety) dan memiliki potensi untuk menghasilkan pendapatan lebih tinggi (moderate high income potential).

e. Growth Fund merupakan investasi yang bertujuan untuk pertumbuhan jangka panjang. Jenis ini sangat cocok untuk investor yang ingin mengakumulasikan modalnya daripada mendapatkan penghasilan saat ini. Bentuk investasi dari jenis Reksadana ini berupa Saham (stock funds). f. Index Fund merupakan investasi yang alokasi investasinya mengikuti

portofolio indeks pasar tertentu seperti indeks S&P 500 Indeks dan Dow Jones Industrial Avarage (DJIA). Tujuan dari investasi tersebut adalah untuk menghasilkan imbal hasil yang mengikuti perkembangan indeks pasar.

g. Sector fund merupakan investasi yang alokasi investasinya dikhususkan pada suatu sektor tertentu, seperti sektor telekomunikasi, sektor pertambangan, sektor teknologi informasi, atau sektor lainnya.

h. Specialized Fund merupakan investasi yang mengalokasikan dananya pada suatu surat berharga atau efek tertentu, misalnya Reksadana berbasis Saham atau Obligasi atau produk Future, Opsi, dan lain sebagainya.


(41)

i. International Fund merupakan investasi yang mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi diberbagai negara.

Di Indonesia, Reksadana dibagi kedalam 5 kelompok (Manurung, 2008), yaitu :

a. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds)

Reksadana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.

b. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income)

Reksadana jenis ini melakukan investasi sedikitnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat hutang. Reksadana ini memiliki risiko yang relatif lebih tinggi dari Reksadana Pasar Uang, tetapi lebih rendah daripada Reksadana Saham. Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. c. Reksadana Saham (Equity Funds)

Reksadana ini merupakan rekasadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas atau Saham. Investasinya dilakukan pada Saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis Reksadana sebelumnya, namun menghasilkan pengembalian tinggi. d. Reksadana Campuran (Mixed Funds)

Reksadana ini merupakan Reksadana dari berbagai macam efek. Alokasi aktiva didistribusikan pada investasi Saham untuk tujuan pertumbuhan, Obligasi untuk pendapatan, pasar uang untuk tunai dan stabilitas.

Dipicu oleh terjadinya redemption besar-besaran pada tahun 2005 akibat kenaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan tren kenaikan suku


(42)

27

bunga global, Bapepam telah menerbitkan tiga Reksadana baru dalam Reksadana terstruktur (www.bapepam.go.id, 2008). Reksadana baru yang diterbitkan Bapepam adalah

a. Reksadana Penjaminan (Guaranteed Fund)

Reksadana yang memberikan jaminan atas nilai investasi awal sesuai dengan kontrak antara manajer investasi, bank kustodian dan institusi penjamin. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimum 80% dari nilai aktiva bersih pada instrumen Obligasi dengan peringkat layak investasi. Penerbitan Reksadana penjaminan membutuhkan pihak yang bersedia dan diijinkan bertindak sebagai penjamin. Akibatnya, biaya pembuatan Reksadana jenis ini lebih tinggi, karena membutuhkan biaya penjaminan.

b. Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund)

Reksadana yang memberikan proteksi atas investasi awal investor melalui mekanisme pengelolaan portofolionya. Manajer investasi menginvestasikan sebagian dana yang dikelolanya pada efek bersifat hutang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment grade). Dalam hal ini ditentukan pula bahwa Manajer Investasi dapat membeli Efek luar negeri sebanyak-banyaknya 30% dari NAB. Reksadana ini yang paling memungkinkan untuk berkembang lebih cepat, karena memberikan keuntungan cukup besar dengan struktur tidak begitu kompleks dibandingkan dengan Reksadana penjaminan.

c. Reksadana Indeks (Index Fund)

Reksadana yang bertujuan untuk mengikuti kinerja indeks. Struktur dan keuntungannnya tidak berbeda dengan Reksadana konvensional yang sudah


(43)

ada. Indeks yang dapat dijadikan underlying adalah indeks LQ-45* futures, namun tingkat likuiditasnya masih kecil, sehingga naik turunnya betul-betul mengikuti pergerakan indeks.

2.1.5. Konsep Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani strategeia, yang berarti kepemimpinan dalam ketentaraan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat dan terus menerus), serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.

Menurut Supriyono (1998), strategi adalah suatu kesatuan rencana perusahaan yang komprehensif dan terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Marrus dalam Umar (2005), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Hamel dan Prahald dalam Umar (2005) mendefinisikan strategi lebih khusus sebagai kompetensi inti suatu perusahaan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang dihadapkan pada para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies), sehingga setiap perusahaan perlu mencari kompetensi inti dari bisnis yang dilakukan.


(44)

29

Menurut David (2005), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Gaspersz (2003) mengemukakan strategi sebagai sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan.

Menurut Mulyadi (2001), strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi, melalui misi. Dengan tindakan berpola, perusahaan dapat mengerahkan dan mengarahkan seluruh sumber daya secara efektif ke perwujudan visi organisasi.

Berdasarkan pada konsep dasar strategi, maka dikembangkan suatu rumusan manajemen strategi terpadu untuk membantu perusahaan dalam membuat perencanaan di masa depan. Beberapa definisi dari manajemen strategi yang disarikan dari beberapa sumber adalah manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut (Siagian, 2003). David (2005), mendefinisikan manajemen strategi sebagai seni dan ilmu tentang perumusan, pelaksanaan dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana tersirat dalam definisi tersebut, fokus manajemen strategi terletak pada pengintegrasian manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai kesuksesan organisasi.


(45)

Menurut Dirgantoro (2004), manajemen strategi adalah suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahan-perubahan dalam lingkungannya baik bersifat internal maupun eksternal.

Mulyadi (2007) mendefinisikan manajemen strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh manajer dan karyawan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk mewujudkan visi perusahaan. Pada dasarnya manajemen strategi adalah suatu upaya manajemen dan karyawan untuk membangun masa depan perusahaan. Dari definisi tersebut terdapat empat frasa penting yang dapat diambil, yaitu :

a. Manajemen strategi merupakan suatu proses.

b. Proses digunakan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi. c. Strategi digunakan dalam menyediakan customer value terbaik untuk

mewujudkan visi peusahaan.

d. Manajer dan karyawan adalah pelaku manajemen strategi

Menurut David (2005), proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Penyusunan strategi ditentukan oleh misi yang komprehensif dan tegas, keberhati-hatian dalam menilai lingkungan eksternal, serta keterbukaan organisasi dalam menyadari kekuatan dan kelemahannya (Hubeis dan Nadjib,


(46)

31

2008). Implementasi strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya, sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan strategi mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi.

Tahap terakhir manajemen strategi adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi mencapai tiga tahapan pokok (David, 2005), yaitu :

a. Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan.

b. Mengukur kinerja.

c. Melakukan tindakan-tindakan korektif.

2.1.6. Konsep Pemasaran

Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan. Dalam dunia persaingan yang semakin ketat, perusahaan dituntut agar tetap bertahan hidup dan berkembang. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang akan digunakan. Pelaksanaan strategi yang tepat, akan membawa perusahaan pada posisi yang kuat dalam menghadapi persaingan.

Banyak para ahli yang mendefinisikan arti pemasaran. Pemasaran sebagai suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, promosi, hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa-jasa, untuk


(47)

melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan lembaga-lembaganya (Kasali, 1998).

Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swastha dan Handoko, 2000).

Menurut Umar (2003), pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan membeli, baik yang aktual maupun yang potensial.

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002).

Anaroga (1997) mendefinisikan pemasaran sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan rencana penetapan harga, promosi dan distribusi ide-ide, barang-barang dan jasa-jasa untuk menciptakan suatu pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individual dan organisasional. Pemasaran sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan produk, menetapakan harga, mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Sumarni dan Soeprihanto, 1993).


(48)

33

Menurut Rangkuti (2005), pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Menurut Swastha dan Handoko (2000), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa.

Dalam Boyd, Walker dan Larréché (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui pertukaran dengan pihak lain, serta mengembangkan hubungan pertukaran. Pengertian pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Untuk definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai “seni menjual produk” (Kotler, 2005).

2.1.7. Konsep Strategi Pemasaran

Pemasaran memerankan permainan yang penting dalam perkembangan strategi. Tjiptono (2002) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar


(49)

yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Strategi pemasaran menurut Kotler (2005) adalah suatu logika pemasaran, sehingga perusahaan diharapkan mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran terdiri dari strategi spesifik untuk pasar sasaran, penentuan posisi produk, bauran pemasaran dan tingkat pengeluaran pemasaran. Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran suatu perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan, serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan keadaan persaingan yang selalu berubah.

Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan peubah-peubah seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, dan elemen bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian dari strategi bisnis yang memberikan arah pada fungsi manajemen pada fungsi organisasi.

Aspek pemasaran yang harus diperhatikan adalah Segmenting, Targeting, Positioning (STP) dan marketing mix (bauran pemasaran), yaitu produk, harga, distribusi dan promosi.

a. STP

Produsen pada dasarnya melakukan penciptaan nilai sekaligus penyerahan nilai. Menurut Kasali (1998), menggabungkan proses penciptaan dan penyampaian nilai kepada konsumen dalam bentuk STP berikut :


(50)

35

1.) Segmenting

Segmentasi pasar adalah proses di mana pasar dibagi menjadi para pelanggan yang terdiri atas orang-orang dengan kebutuhan dan karakteristik yang sama, mengarahkan untuk merespon tawaran produk/jasa dan program pemasaran strategik tertentu dalam cara yang sama (Boyd, dkk, 2000).

Berdasarkan definisi itu, segmentasi adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompok-kelompokkan konsumen ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan kebutuhan dan atau kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya. Segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar.

Segmentasi untuk pasar bisnis dapat dibedakan atas beberapa peubah yang masing-masing memiliki definisi dan dibagi menurut segmentasi dari pasar yang dituju atau dibidik. Segmentasi pasar bisnis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Peubah segmentasi pasar bisnis

Peubah Pembagian Khusus

Demografis Industri, ukuran perusahaan dan lokasi. Peubah

Operasi

Teknologi, status pemakai atau bukan pemakai dan kemampuan pelanggan.

Pendekatan Pembelian

Organisasi fungsi pembelian, struktur kekuatan, sifat hubungan alami yang ada, kebijakan pembelian umum dan kriteria pembelian.

Faktor Situasi Tingkat kepentingan, penawaran khusus dan ukuran pesanan.

Karakteristik Pribadi

Kesamaan pembeli-penjual, sikap terhadap risiko dan kesetiaan.


(51)

2.) Targeting

Penetapan pasar sasaran (targeting) adalah suatu proses di mana perusahaan mengidentifikasi peluang-peluang segmen pasarnya, mengevaluasi beragam segmen dan memutuskan berapa banyak dan segmen mana yang akan dibidik (Kotler, 2005). Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki (Rangkuti, 2005). Kriteria utama dalam Targeting adalah besarnya ukuran pasar, besarnya pertumbuhan pasar dan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan, serta situasi persaingan yang dihadapi perusahaan (Kertajaya, 2000). Targeting atau menetapkan target pasar adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran. Targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar untuk menjaring konsumen yang tepat.

3.) Positioning

Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan positioning. Penetapan posisi (positioning) menurut Kotler (2005) adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan, sehingga menempati posisi yang khas (di antara pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Positioning adalah salah satu strategi untuk memposisikan suatu produk sedemikian rupa, sehingga dalam pemikiran calon pelanggan, produk itulah yang terbaik baginya dan kalau membutuhkan produk itu akan selalu mempertimbangkannya terlebih dahulu (Tjiptono,


(1)

144

Lampiran 10. Contoh nilai NAB bulanan, indeks Obligasi dan SBI

Tahun Bulan Index Obligasi

Gabungan SBI AAA Bond Fund 2 Bahana Dana Arjuna 2005 December 1,836.52 0.0600 1,004.36 1,001.45

January 1,780.88 0.0600 1,025.16 1,002.36 February 1,754.29 0.0625 1,099.18 1,002.30 March 1,808.57 0.0650 1,067.28 1,004.52 April 1,765.52 0.0650 1,058.39 1,003.25 May 1,761.29 0.0675 1,083.29 1,005.28 June 1,727.36 0.0675 1,039.27 1,008.73 July 1,806.48 0.0700 1,035.25 1,011.37 August 1,764.01 0.0700 1,038.24 1,012.29 September 1,732.44 0.0700 1,064.65 1,028.29 October 1,797.40 0.0725 1,037.67 1,163.85 November 1,775.42 0.0725 1,023.42 1,172.74

2006

December 1,819.66 0.0750 1,003.00 1,294.39 January 1,894.58 0.0750 1,007.13 1,283.27 February 1,925.47 0.0725 1,086.64 1,309.38 March 1,965.44 0.0725 1,073.29 1,373.64 April 1,981.57 0.0725 1,038.00 1,372.44 May 2,001.18 0.0725 1,098.24 1,428.39 June 2,022.79 0.0725 1,077.26 1,497.38 July 2,037.78 0.0750 1,067.38 1,473.39 August 2,078.75 0.0750 1,048.53 1,502.48 September 2,058.74 0.0775 1,099.11 1,539.29 October 2,093.11 0.0775 1,097.12 1,527.04 November 2,108.58 0.0800 1,103.87 1,529.39

2007

December 2,142.19 0.0825 1,103.25 1,430.28 January 2,153.54 0.0825 1,124.76 1,509.39 February 2,189.12 0.0850 1,087.18 1,520.49 March 2,282.38 0.0850 1,027.25 1,421.27 April 2,301.34 0.0825 1,042.47 1,432.93 May 2,401.14 0.0825 1,029.18 1,328.39 June 2,348.67 0.0825 1,085.12 1,302.43 July 2,174.07 0.0800 1,064.12 1,273.94 August 2,168.64 0.0775 1,025.26 1,203.48 September 1,993.01 0.0750 1,003.24 1,247.21 October 1,876.61 0.0750 1,054.62 1,200.39 November 1,729.12 0.0725 1,034.23 1,202.49

2008


(2)

145

Lampiran 11. Data input untuk perhitungan DEA

Ann. Return Ann. Stdev Beban

investasi Kas pd bank Perputaran port. No. Nama Reksadana

Output Input Input Input Input 1 AAA Bond Fund 2 0.09432960 0.00854026 0.01133888 0.01497429 0.540 2 Bahana Dana Arjuna 0.08392847 0.00298476 0.02432537 0.04816048 0.410 3 Bahana Investasi Abadi 0.09521381 0.00215480 0.01364353 0.00000449 14.620 4 Batavia Obligasi USD 0.07975767 0.02313404 0.02543032 0.02142315 2.190 5 BIG Dana Likuid Satu 0.12236406 0.01014641 0.00986727 0.01509694 0.300 6 BNI Dana Syariah 0.10403034 0.00244525 0.01606734 0.03437753 1.110 7 CIMB Principal Income Fund A 0.11348950 0.00444676 0.02372848 0.03284909 0.723 8 Dana Obligasi Stabil 0.13925440 0.00263938 0.01045654 0.00403642 0.630

9 Dana Pasti 0.14590298 0.00427898 0.02739876 0.00578392 0.739

10 Dana Premier 0.10661233 0.00214103 0.00819620 0.00181139 0.910 11 Danamas Pasti 0.13498298 0.00428949 0.00719389 0.00283929 0.922 12 Danamas Stabil 0.09842336 0.00246752 0.00522575 0.20353474 2.000 13 Danareksa Gebyar Indonesia II 0.08827918 0.00392874 0.00628911 0.21378480 1.978 14 Danareksa JS Optima 0.07020548 0.00226976 0.03399943 0.48284796 5.830 15 Danareksa Melati Dollar (US$) 0.08298378 0.00173983 0.04829095 0.49820949 5.739 16 Danareksa Melati Premium Dollar (Rp) 0.12635279 0.00691340 0.02070161 0.02442690 0.240 17 Fortis Prima 0.13298740 0.00719821 0.02894894 0.02891848 0.258 18 Fortis Prima II 0.07531721 0.04019973 0.01717171 0.00718302 0.720 19 Fortis Rupiah Plus 0.08289309 0.05198278 0.01829172 0.00752988 0.712 20 GMT Dana Obligasi Plus 0.05026896 0.01085474 0.05929526 1.02488716 1.470 21 Investa Dana Dollar Mandiri 0.05035413 0.03092810 0.03708544 0.33316211 2.570 22 Jatim Treasury Fund 0.07605649 0.02218289 0.03843053 0.07362697 1.770 23 Lauthandana Fixed Income 0.11222980 0.00232897 0.00535636 0.05343155 2.860 24 Mahanusa Dana Lestari 0.08827715 0.00280015 0.00554218 0.00399638 2.730 25 Mandiri Investa Dana Utama 0.08519030 0.00398272 0.00572981 0.00428938 2.689 26 Manulife Dana Tetap Pemerintah 0.09689109 0.00764080 0.01018578 0.10799839 1.170 27 Manulife Obligasi Unggulan 0.11943966 0.00638082 0.01166787 0.00613810 0.890 28 Mr Dollar (USD) 0.12390298 0.01378298 0.01128931 0.01693093 2.500 29 MRS Bond Kresna 0.11007380 0.01287410 0.01074206 0.01707695 2.490 30 Nikko Kalbar Fund 0.06764578 0.00727048 0.01967812 0.00912875 2.730 31 NISP Dana Mantab 0.06528990 0.00728310 0.02893785 0.00829719 2.722 32 NISP Dana Tetap Likuid 0.11349488 0.00226110 0.01201491 0.06306541 2.060 33 Optima Dollar (Rp) 0.10419556 0.00653925 0.02550101 0.14592155 1.660 34 Optima Obligasi 0.11098290 0.00662892 0.02563879 0.15782904 1.671 35 Optima Stabil 0.04469439 0.01751651 1.02446404 0.13947335 0.500 36 Panin Dana Utama Plus 2 0.10665604 0.00350722 0.00993647 0.07401747 0.840 37 Prospera Obligasi Plus 0.11389410 0.00428959 0.00982190 0.08298309 0.853 38 Pundi Reksa Dollar (Rp) 0.11317468 0.00356402 0.01495006 0.00157566 2.880 39 RD Bahana Makara Abadi 0.07313984 0.02245034 0.02133978 0.01384014 1.610 40 RD Mega Dana Pendapatan tetap 0.11274805 0.01376958 0.02415658 0.00144372 3.000 41 RD Millenium Prima 0.10449440 0.00370816 0.01446626 0.00249020 1.170 42 Reksadana CIMB-Principal Bond 0.08524711 0.01668380 0.00811744 0.02784867 0.380 43 Riau Income Fund 0.08239029 0.01798309 0.00987392 0.02938928 0.429 44 Samuel Dana Pasti 0.08068758 0.03184925 0.01690872 0.00322156 3.720 45 Schroder Dana Mantap Plus 0.08129094 0.04820194 0.01796289 0.00341904 3.811 46 Schroder Dana Mantap Plus II 0.08150346 0.00800489 0.01420975 0.02244813 0.770 47 Schroder Dana Obligasi Ekstra 0.08238194 0.00812302 0.01728938 0.02518941 0.793 48 Schroder USD Bond Fund 0.04956200 0.00353920 0.00158933 0.22067885 7.120 49 Si Dana Batavia Obligasi Prima 0.05779490 0.03212926 0.18927270 10.70624407 11.480 50 Si Dana Obligasi Maxima 0.02085157 0.02364103 0.02078945 0.04275795 2.350 51 Si Dana Obligasi Ultima 0.07501238 0.01197992 0.01765005 0.04358417 3.220 52 Simas Danamas Mantap Plus 0.07439073 0.01982749 0.01829841 0.04920958 3.269 53 Star Fixed Income 0.12583484 0.00753430 0.02374725 0.04099031 0.240 54 Trim Dana Stabil 0.13982094 0.00829848 0.03489921 0.05982092 0.272


(3)

146

Lampiran 12. Contoh data mentah laporan bulanan Reksadana Pendapatan Tetap

Januari 2006 Nilai

Jumlah Saham /

Aktiva Kewajiban Kekayaan

Unit Penyertaan

Reksa Dana Bersih yang beredar

Total (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)

1 MMF 5 1156.835 76.197 1080.638 424338.87

2 Anggrek 294 9377.357 467.471 8909.886 10601001.73 3 Mawar 413 11452.18 502.36 10949.82 14860501.09 4 Melati 777 98826.177 5638.654 93187.523 84509446.26 5 Bahana Dana Abadi 1065 213421.028 4198.128 209222.9 218636996.7 6 Bahana Dana Prima 589 14489.605 427.631 14061.974 12467062.14 7 BNI Berkembang 181 14187.15 481.99 13705.16 19176401.36 8 BNI Berbunga 64 1623.296 65.65 1557.646 733082.864 9 Master Pundi (BIILLIS Superpundi plus) 117 12409.08 54.937 12354.143 13256860.07 10

Master Berimbang (BIILLIS Super

Saham) 44 2684.328 772.259 1912.069 2147020.134

11 Si Dana Saham (Bira Dana Saham) 114 4081.669 35.93 4045.739 1373710.145 12 Si Dana Fleksi (Bira Dana Fleksi) 31 2229.06 22.81 2206.25 1179974.01 13 ABN Amro Ind.Dana Saham 518 18207.018 258.973 17948.045 20217410.23 14 ABN Amro Ind.Dana Obligasi 0 91.239 48.526 42.713 0 15 ABN Amro Ind. Dana Rupiah 1 19.715 14.817 4.898 224.985 16 ABN Amro Ind. Dana Dollar 91 12628.435 27.178 12601.257 5378668.069 17 Garuda Satu 791 52720.134 5232.089 47488.045 17601967.33 18 Dana Unggul Inv.Terpercaya (DUIT) 7831 247607.332 25042.724 222564.608 62083678.96 19 Nikko Inti Nusantara 25 32006.955 120.498 31886.457 34950922.69 20 Indovest Dana Obligasi 45 61954.596 200.025 61754.571 36653203.81 21 BIG Nusantara 226 10292.359 358.448 9933.911 20681870.88 22 Yudistira 30 37949.795 23660.974 14288.821 50907790.33 23 Bima 63 5836.115 1189.902 4646.213 4828097.755 24 Arjuna 100 477.014 40.584 436.43 1377634.955 25 Megah Pendapatan Tetap 75 373.65 43.981 329.669 136704.45 26 Megah Kapital 133 4808.066 33.114 4774.952 8102086.22 27 Megah Kombinasi 22 1733.066 33.238 1699.828 2306928.581 28 BIG Jayakarta 1060 4533.919 119.371 4414.548 4267683.71 29 BIG Palapa 1275 5775.265 355.796 5419.469 10125708.41 30 GTF Hasil Pasti 168 61288.928 245.001 61043.927 51070212.31 31 GTF Sejahtera 43 2192.346 388.595 1803.751 1620632.77 32 Panin Dana Maksima 609 24220.933 331.068 23889.865 9635061.101 33 Panin Dana Optima 10 37535.138 60.216 37474.922 30015588.94 34 Bahana Dana Selaras 383 28627.519 590.482 28037.037 28670543.53 35 Bahana Dana Infrastruktur 479 8218.229 374.853 7843.376 7968711.967 36 ING (Mashill) Reksa Bunga 42 24260.479 35.48 24224.999 14967294 37 Schroder Panin Dana Prestasi 731 38689.129 462.325 38226.804 20268267.14 38 Danareksa Melati II 103 643.578 5.691 637.887 599711.13 39 Danareksa Seruni 273 4461.966 20.336 4441.63 4393647.854 40 Danareksa Syariah 281 8610.915 162.398 8448.517 13152131.53


(4)

147

Lampiran 13. Hasil keluaran

software

DEAP.

Results from DEAP Version 2.1

Instruction file = eff1,ins Data file = eff1,dta

Input orientated DEA

Scale assumption: CRS

Slacks calculated using multi-stage method

EFFICIENCY SUMMARY

firm te 1 1.000 2 1.000 3 1.000 4 1.000 5 1.000 6 1.000 7 1.000 8 1.000 9 1.000 10 1.000 11 1.000 12 1.000 13 1.000 14 1.000 15 1.000 16 1.000 17 1.000 18 0.653 19 0.522 20 0.509 21 0.501 22 0.500 23 0.496 24 0.478 25 0.477 26 0.462 27 0.457 28 0.453 29 0.451 30 0.448 31 0.437 32 0.432 33 0.428 34 0.427 35 0.421 36 0.419 37 0.417 38 0.411 39 0.409 40 0.403 41 0.394 42 0.385 43 0.381 44 0.378 45 0.372 46 0.361


(5)

148

Lanjutan Lampiran 13.

47 0.357 48 0.355 49 0.297 50 0.286 51 0.272 52 0.264 53 0.254 54 0.213

FIRM BY FIRM RESULTS:

Results for firm: 1

Technical efficiency = 1,000 PROJECTION SUMMARY:

Variable original radial slack projected

Value movement movement value

Output 1 1,000 0,000 0,000 1,000

Input 1 2,000 -1,000 0,000 1,000

Input 2 4,000 -2,500 -0,500 2,000

Input 3 5,000 -1,000 -0,250 3,000

Input 4 2,000 -0,500 -0,000 4,000

LISTING OF PEERS :

peer lambda weight

1 0,500

Results for firm: 2

Technical efficiency = 1,000 PROJECTION SUMMARY:

Variable original radial slack projected

Value movement movement value

Output 1 1,000 0,000 0,000 1,000

Input 1 3,000 -1,000 -1,000 1,500

Input 2 4,000 -2,000 0,000 2,000

Input 3 4,000 -1,500 -0,250 3,500

Input 4 2,000 -0,500 -0,000 4,000

LISTING OF PEERS :

peer lambda weight

2 0,600

Results for firm: 3

Technical efficiency = 1,000 PROJECTION SUMMARY:

Variable original radial slack projected

Value movement movement value

Output 1 2,000 0,000 0,000 1,000

Input 1 2,000 0,250 0,300 1,000

Input 2 2,000 2,000 -0,400 2,000

Input 3 5,000 -1,500 -0,200 3,000

Input 4 3,000 -2,500 -0,000 4,000

LISTING OF PEERS :

peer lambda weight


(6)

149

Lanjutan Lampiran 13.

Results for firm: 4

Technical efficiency = 1,000 PROJECTION SUMMARY:

Variable original radial slack projected

Value movement movement value

Output 1 1,000 0,000 0,000 1,000

Input 1 4,000 -1,000 0,700 1,000

Input 2 3,000 -3,000 -0,500 2,000

Input 3 1,000 -1,250 -0,300 3,000

Input 4 2,000 -0,500 0,500 4,000

LISTING OF PEERS :

peer lambda weight

4 0,700

Results for firm: 5

Technical efficiency = 1,000 PROJECTION SUMMARY:

Variable original radial slack projected

Value movement movement value

Output 1 1,000 0,000 0,000 1,000

Input 1 1,000 -1,000 0,500 1,000

Input 2 1,000 2,500 -0,500 2,000

Input 3 2,000 -1,300 -0,200 3,000

Input 4 2,000 0,550 0,500 4,000

LISTING OF PEERS :

peer lambda weight

5 0,800

Results for firm: 6

Technical efficiency = 1,000 PROJECTION SUMMARY:

Variable original radial slack projected

Value movement movement value

Output 1 1,000 0,000 0,000 1,000

Input 1 2,000 1,000 0,000 1,000

Input 2 4,000 -2,000 -0,500 2,000

Input 3 2,000 -1,500 -0,300 3,000

Input 4 2,000 -0,500 -0,400 4,000

LISTING OF PEERS :

peer lambda weight

6 0,550

Results for firm: 7

Technical efficiency = 1,000 PROJECTION SUMMARY:

Variable original radial slack projected

Value movement movement value

Output 1 1,000 0,000 0,000 1,000

Input 1 2,000 -1,000 0,000 1,000

Input 2 5,000 -2,500 0,500 2,000

Input 3 5,000 1,500 0,500 3,000

Input 4 1,000 -0,550 -0,400 4,000

LISTING OF PEERS :

peer lambda weight