4. Keberhasilan Berkesinambungan KB Proses keberhasilan untuk meningkatkan pendapatan dan
profit bagi organisasi akan terjadi secara terus-menerus, bahkan akan terus diperkuat. Hal ini jelas akan berakibat pada
keberhasilan yang langgeng.
4.4.4. Alternatif Strategi Penerapan Model Kepemimpinan Servant
Leadership di IPB
Alternatif yang dapat dipilih dalam penerapan Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB adalah penerapan Model
Kepemimpinan Servant Leadership secara penuh atau penerapan Kepemimpinan Servant Leadership yang dimodifikasi.
1. Penerapan Model Kepemimpinan Servant Leadership Secara Penuh PN
Penerapan model kepemimpinan servant leadership secara penuh yang dimaksud adalah penerapan model kepemimpinan
sebagaimana teori servant leadership yang ada. 2. Penerapan Model Kepemimpinan Servant Leadership yang
Dimodifikasi PM Penerapan model kepemimpinan servant leadership yang
dimodifikasi yang dimaksudkan adalah penerapan model kepemimpinan servant leadership yang disesuaikan dengan
kondisi yang ada di IPB yang mencakup gaya kepemimpinan, karakteristik kepemimpinan dan ukuran keberhasilan.
4.5. Analisis
Pemilihan Alternatif
Strategi Penerapan
Model Kepemimpinan
Servant Leadership di IPB
Analisis pemilihan alternatif strategi dimulai dengan penyusunan struktur hirarki. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, aktor yang
terlibat serta tujuan yang ingin dicapai maka disusun struktur hirarki yang terdiri dari lima tingkat, dengan tingkat satu adalah fokus ultimate goal,
tingkat dua adalah faktor yang mempengaruhi factor, tingkat tiga adalah aktor yang terlibat actor, tingkat empat adalah tujuan yang ingin dicapai
dalam pemilihan strategi objective dan tingkat kelima adalah alternatif- alternatif yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan yang diharapkan
alternative. Penyusunan hirarki berdasarkan wawancara dengan para pakar,
baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak terlibat secara langsung. Struktur hirarki yang telah terbentuk menjadi dasar pembuatan
kuesioner yang selanjutnya diberikan kepada para pakar untuk menentukan strategi penerapan model kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi IPB.
Kuesioner terlampir pada Lampiran 6. Pengolahan data dilakukan pada setiap tingkat terhadap elemen pada
tingkat di atasnya. Dari hasil pengolahan AHP didapat dua proses pengolahan yaitu pengolahan horizontal yang menunjukkan besarnya tingkat
pengaruh suatu elemen pada satu tingkat terhadap tingkat di atasnya dan pengolahan vertikal yang digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh
setiap elemen tingkat tertentu terhadap sasaran utama.
4.5.1. Pengolahan Horizontal
Pengolahan data secara horizontal akan memperlihatkan tingkat pengaruh antara satu elemen pada satu tingkat terhadap
tingkat di atasnya. Pengolahan horizontal ini dibagi menjadi empat bagian yaitu pengolahan horizontal tingkat dua, tingkat tiga, tingkat
empat dan tingkat lima. Analisis tingkat dua merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan strategi
penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB, analisis tingkat tiga merupakan analisis aktor-aktor yang terlibat, analisis
tingkat empat merupakan analisis tujuan yang ingin dicapai serta analisis tingkat lima adalah analisis alternatif strategi yang dapat
dipilih. 1. Elemen Faktor Pada Model Kepemimpinan Servant Leadership
di IPB Pengolahan pada tingkat dua untuk menganalisis faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap penentuan strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Berdasarkan
pengolahan data dengan AHP dengan menggunakan expert choice 2000 dan microsoft excel 2007 diperoleh bahwa
karakteristik sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB
adalah empati dengan prioritas sebesar 0.382 Tabel 4. Faktor-
faktor yang menjadi prioritas selanjutnya dalam pemilihan strategi adalah membangun komunitas dengan bobot 0.212,
melayani dengan bobot 0.179, persuasif dengan bobot 0.127, dan terakhir adalah menyembuhkan dengan bobot sebesar 0.100.
Tabel 4. Prioritas elemen faktor penyusun strategi penerapan model kepemimpinan
servant leadership di IPB.
Elemen Faktor Bobot
Empati EM 0.382
Menyembuhkan MY 0.100
Persuasif PS 0.127
Melayani ML 0.179
Membangun Komunitas MK 0.212
Sifat empati menjadi prioritas utama karena karakter tersebut berdasarkan hasil wawancara pakar dan studi literatur
sangat diperlukan bagi seorang pemimpin. Kepekaan dan rasa empati mereka terhadap karyawan menjadi hal penting dalam
pemberdayaan para karyawannya. Pemimpin yang memiliki rasa empati akan mengerti dan memahami bagaimana menempatkan
posisi mereka pada kondisi tertentu yang sedang dihadapi karyawan, sehingga diharapkan efektivitas kepemimpinannya
akan semakin meningkat. Membangun komunitas menjadi prioritas yang penting
juga bagi pemimpin, karena hal ini menyangkut bagaimana seorang pemimpin dapat menciptakan suasana kekeluargaan
dalam organisasi mereka. Kondisi ini selanjutnya akan mengarah pada kekeluargaan dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas,
dan diharapkan akan diperolehnya banyak jaringan oleh pemimpin tersebut yang berarti akan semakin meluas dirasakan
kepemimpinannya. Sifat melayani seorang pemimpin memperoleh peringkat
ketiga dari lima karakteristik tersebut di atas. Pelayanan dari seorang pemimpin mempengaruhi usaha pemimpin dalam
memberdayakan para karyawannya agar setiap karyawan dapat memainkan peran penting mereka. Ini juga merupakan suatu
bentuk penghargaan seorang pemimpin terhadap kemampuan dan keunikan setiap individu dalam organisasi.
Salah satu bentuk kepemimpinan yang memberdayakan karyawannya adalah sifat persuasif pemimpin yang berarti
mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan organisasi meskipun keputusan akhir tetap berada di tangan
pemimpin. Pemimpin melakukan komunikasi dua arah untuk mengumpulkan berbagai informasi dari seluruh anggota
organisasi baik berupa kritikan, masukan, ataupun berupa dukungan terhadap pemimpin. Sifat menyembuhkan seorang
pemimpin juga
mempengaruhi gaya
kepemimpinannya, pemimpin dengan jiwa servant leadership berusaha untuk ikut
serta berperan memberikan kesembuhan emosional bagi karyawan mereka. Mereka merasa ikut bertanggungjawab atas
apa yang dialami oleh karyawannya. 2. Elemen Aktor Pada Model Kepemimpinan Servant Leadership di
IPB Berdasar pada pengolahan data tingkat tiga diperoleh
bobot dari setiap elemen aktor terhadap masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap model kepemimpinan servant
leadership di IPB. Aktor yang paling berpengaruh dalam karakteristik empati adalah rektor dengan bobot 0.636. Rektor
merupakan pucuk pimpinan yang memang seharusnya lebih memiliki rasa empati karena dengan demikian rektor akan
memahami kondisi karyawan dalam organisasi secara umum. Aktor kedua yang berpengaruh adalah dekan dan ketua
departemen yang sama-sama memiliki bobot 0.182. Kedua aktor ini secara struktur lebih dekat hubungannya dengan karyawan
dan mereka juga lebih mengetahui kondisi operasional lingkungan kerja, sehingga dalam rutinitasnya sangat diperlukan
rasa empati yang tinggi agar dapat membaca situasi dan kondisi kerja karyawan.
Tabel 5. Prioritas elemen aktor yang berperan dalam penerapan
model kepemimpinan
servant leadership di IPB.
Elemen Faktor Elemen Aktor
Rektor Dekan
Kadep
Empati EM 0.636
0.182 0.182
Menyembuhkan MY 0.318
0.310 0.372
Persuasif PS 0.198
0.287 0.515
Melayani ML 0.163
0.292 0.545
Membangun Komunitas MK 0.410
0.245 0.345
Sifat menyembuhkan, menjadi prioritas utama bagi ketua departemen dengan bobot 0.372. Dengan kenyataan bahwa ketua
departemen yang secara langsung intens berhubungan dengan karyawan maka seorang ketua departemen harus memiliki
kemampuan menyembuhkan agar menjadi tempat penyelesaian masalah pertama bagi karyawan. Kemudian aktor kedua adalah
rektor yang merupakan aktor yang berperan dalam penyembuhan karyawan. Seorang rektor tidak terlalu bayak berperan dalam hal-
hal teknis tetapi lebih banyak berperan pada hal-hal yang bersifat konseptual tetapi juga dalam hal emosional, rasa menyembuhkan
seorang rektor diperlukan untuk mengetahui tingkat kematangan para karyawannya dalam organisasi. Selanjutnya dekan yang
juga berkecimpung langsung dengan kegiatan dalam organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung akan ikut dalam
penyembuhan kondisi emosional karyawan. Ketua departemen menjadi aktor dengan prioritas
tertinggi dalam hal persuasif dengan bobotnya sebesar 0.515. Kondisi kerja ketua departemen yang secara langsung
berhubungan dengan karyawan dapat menjadi tempat pertama yang akan mendapatkan kritikan, masukan dan setiap informasi
lainnya yang berasal dari karyawan untuk selanjutnya dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan organisasi.
Kemudian sesuai dengan strukturnya dekan dengan bobot 0.287 akan menjadi aktor berikutnya yang akan menampung segala
informasi yang
kemudian disaring
dalam pengambilan
keputusan. Dan terakhir rektor dengan bobot 0.198 menjadi aktor
yang akan menentukan bagaimana suatu keputusan akan diambil dengan mempertimbangkan semua informasi yang ada. Inilah
yang menjadi arti dan tujuan dari sifat persuasif dalam kepemimpinan.
Ketua departemen menjadi aktor yang berperan sebagai aktor utama dengan bobot 0.545 untuk karakter melayani.
Pelayanan yang diberikan oleh seorang ketua departemen juga dipengaruhi oleh jarak hubungannya dengan karyawan. Karena
secara teknis dalam setiap rutinitasnya ketua departemen beradaptasi secara langsung dengan karyawan. Sementara dekan
menjadi aktor selanjutnya dengan bobot 0.292, sebagai aktor yang memberikan pelayan kepada karyawan mereka. Ini
merupakan salah satu bentuk upaya untuk memberikan kepercayaan kepada karyawan dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Rektor menjadi aktor terakhir yang memberikan pelayanan dengn bobot 0.163. Dalam rutinitasnya karyawan tidak
langsung berhubungan dengan rektor, sehingga sifat melayani dari seorang rektor menjadi prioritas terakhir namun juga tetap
mempengaruhi efektivitas kepemimpinan. Rektor menjadi penentu dalam terciptanya hubungan
kekeluargaan organisasi seperti terlihat pada bobot yang diperolehnya sebesar 0.410. Karena suasana kekeluargaan itu
selanjutnya akan mengarah pada terbentuknya kekeluargaan dalam masyarakat yang lebih luas sehingga pengaruh
kepemimpinan rektor akan memiliki peran penting dalam membuka jaringan organisasi keluar. Membangun komunitas
tentu juga dipengaruhi oleh ketua departemen dengan bobotnya sebesar 0.345.
Membentuk sebuah keluarga dengan anggota organisasi juga sangat ditentukan oleh hubungan ketua departemen dengan
karyawan. Hubungan yang
harmonis akan
mendukung terciptanya hubungan baik dalam organisasi. Karena berkaitan
juga dengan sifat seorang ketua departemen terhadap karyawan yang dapat langsung mereka rasakan dalam menjalankan
rutinitasnya. Dekan juga ikut membantu terciptanya lingkungan kerja yang kondusif dengan bobot 0.245, sehingga kenyamanan
kerja akan dirasakan para karyawannya dalam setiap tingkatan dan akan mendukung terbentuknya komnitas berdasarakan
kekeluargaan dalam organisasi. 3. Elemen Tujuan Pada Model Kepemimpinan Servant Leadership
di IPB Pengolahan
horizontal pada
tingkat empat
menggambarkan besarnya bobot dari tiap elemen tujuan terhadap masing-masing aktor yang terlibat dalam model kepemimpinan
servant leadership di IPB. Bagi rektor, tujuan terpenting yang ingin dicapai adalah keberhasilan berkesinambungan dengan
bobot 0.397, karena ini merupakan sasaran jangka panjang yang penting bagi keberadaan organisasi selanjutnya, dan sebagai
bukti atas keberhasilan pada kepemimpinan yang sedang dijalankan saat ini. Kemudian secara berurutan diikuti oleh
tujuan untuk meningkatkan nilai tambah, pengembangan karyawan dan kepuasan mahasiswa.
Tabel 6. Prioritas elemen tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan model kepemimpinan
servant leadership di IPB.
Elemen Aktor Elemen Tujuan
PK NT
KP KB
Rektor RK 0.199
0.223 0.181
0.397
Dekan DK 0.233
0.178 0.192
0.396
Ketua departemen KD 0.280
0.125 0.175
0.420
Keterangan : PK : Pengembangan Karyawan
NT : Nilai Tambah bagi Mahasiswa KP : Kepuasan Mahasiswa
KB : Keberhasilan Berkesinambungan
Dekan sangat
memperhatikan keberhasilan
berkesinambungan sebagai tujuan utama yang ingin dicapai dengan bobot yang tidak jauh berbeda yaitu sebesar 0.396,
kemudian diiringi
dengan tujuan
untuk meningkatkan
pengembangan karyawan, kepuasan mahasiswa, nilai tambah bagi mahasiswa.
Ketua departemen memiliki pandangan yang sama bahwa keberhasilan berkesinambungan merupakan tujuan terpenting
yang harus dicapai dengan bobot 0.420. Selanjutnya tujuan lain seperti pengembangan karyawan menjadi fokus kedua karena
ketua departemen secara langsung akan memberdayakan karyawan yang merupakan usaha dalam pencapaian sasaran
utama. Kepuasan mahasiswa dan nilai tambah bagi mahasiswa akan menjadi tujuan selanjutnya yang ikut mendukung
pencapaian sasaran utama. 4. Elemen Alternatif Strategi Penerapan Model Kepemimpinan
Servant Leadership di IPB Hasil
pengolahan horizontal
pada tingkat
lima menunjukkan bobot untuk masing-masing elemen alternatif
terhadap setiap tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Terdapat dua alternatif
strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB yaitu penerapan model kepemimpinan servant leadership
secara penuh yang berarti bahwa penerapan servant leadership disesuaikan dengan teori yang seharusnya dan penerapan servant
leadership yang dimodifikasi yang artinya adalah penerapan model kepemimpinan servant leadership disesuaikan dengan
kondisi yang ada di IPB.
Tabel 7. Prioritas elemen alternatif yang dapat dipilih dalam penyusunan
strategi penerapan
model kepemimpinan
servant leadership di IPB.
Elemen Tujuan Elemen Alternatif
PN PM
Pengembangan karyawan PK 0.380
0.620
Nilai Tambah bagi Mahasiswa NT 0.394
0.606
Kepuasan Mahasiswa KP 0.394
0.606
Keberhasilan Berkesinambungan KB 0.213
0.787
Keterangan : PN : Penerapan secara penuh
PM : Penerapan yang dimodifikasi Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa semua tujuan dalam
penerapan model kepemimpinan servant leadership akan lebih dapat diterapkan dengan memilih alternatif strategi penerapan
yang dimodikasi. Artinya perlu adanya penyesuaian dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Hal
ini dilatarbelakangi oleh kondisi organisasi yang tidak sepenuhnya sama dengan teori yang ada pada servant leadership
yang dipelajari pada studi literatur. Penerapan yang dimodifikasi menyangkut gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam upaya
pencapaian tujuan seperti upaya pengembangan karyawan, peningkatan nilai tambah bagi mahasiswa, kepuasan mahasiswa
serta keberhasilan berkesinambungan.
4.5.2. Pengolahan Vertikal
Analisis pengolahan vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap
ultimate goal sasaran utama. Pengolahan vertikal akan menunjukkan alternatif strategi penerapan model kepemimpinan
servant leadership di IPB yang dapat dipilih dan bobot yang dikandung masing-masing elemen hirarki.
1. Elemen Aktor Terhadap Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB
Hasil pengolahan vertikal menunjukkan bahwa aktor yang paling terlibat dalam penerapan model kepemimpinan
servant leadership di IPB adalah rektor dengan bobot sebesar
0.416. Servant leadership memposisikan pemimpin di bagian dasar hirarki organisasi artinya pemimpin menjadi pelayan bagi
organisasi. Sebagai pimpinan utama dalam organisasi, rektor menjadi pihak penentu dan juga menjadi pihak yang sangat erat
kaitannya dengan penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Bagaimana penerapan model kepemimpinan
ini dalam organisasi di IPB merupakan hal yang menjadi keputusan rektor.
Dekan dan ketua departemen menjadi aktor selanjutnya yang berperan dalam penerapan model kepemimpinan servant
leadership di IPB dengan bobotnya secara berurutan adalah 0.241 dan 0.343. Dekan dan kadep akan menjadi penentu
diterapkannya model kepemimpinan servant leadership di IPB dalam kondisi kerja nyata mereka.
2. Elemen Tujuan Terhadap Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB
Pengolahan vertikal berikutnya berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan model kepemimpinan
servant leadership di IPB. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai keberhasilan berkesinambungan memiliki prioritas tertinggi
dengan bobot 0.405 karena keberhasilan kepemimpinan dalam memimpin organisasi saat ini akan menentukan keberhasilan
organisasi selanjutnya yang dapat dilihat pada kemampuan organisasi untuk dapat terus bertahan dan berhasil. Tujuan
selanjutnya adalah pengembangan karyawan dengan bobot 0.235. Untuk dapat mencapai sasaran jangka panjang organisasi,
pemimpin harus mampu memberdayakan karyawan mereka agar efektivitas kerja tercipta dan peningkatan kualitas akan semakin
terlihat yang selanjutnya akan tercipta kepuasan mahasiswa dengan bobot 0.182 dan nilai tambah bagi mahasiswa dengan
bobot 0.179 akibat adanya peningkatan performansi kerja dari karyawan yang sangat dirasakan oleh mahasiswa.
ULTIMATE GOAL
FACTORS
ACTORS
OBJECTIVES
SCENARIO
Gambar 8. Bobot hirarki pemilihan strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB MODEL KEPEMIMPINAN SERVANT LEADERSHIP di IPB
EM
0.382
KD 0.343
DK 0.241
RK 0.416
KB
0.405
KP 0.182
NT 0.179
PK 0.235
PM
0.615
PN 0.385
ML 0.179
MY 0.100
PS 0.127
MK 0.212
3. Elemen Alternatif
Strategi Pada
Penerapan Model
Kepemimpinan Servant Leadership di IPB Hasil pengolahan vertikal menunjukkan bobot untuk
masing-masing elemen alternatif terhadap strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Alternatif
dengan penerapan secara modifikasi dirasa lebih tepat untuk dipilih dalam menerapkan model kepemimpinan servant
leadership di IPB. Hal ini berdasarkan pada perolehan bobotnya sebesar 0.615 dan juga dilatarbelakangi oleh perbedaan kondisi
setiap organisasi dimana kondisi IPB tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi yang ada pada teori servant leaderhip.
4.6. Rekomendasi Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB