menggunakan nilon ukuran 225 mesh dan 375 mesh serta penyaringan vakum menggunakan kertas saring kasar. Tahapan selanjutnya adalah melakukan
karakterisasi membran yang meliputi penentuan tingkat permeabilitas dan tahanan membran Uju et al. 2008. Kemudian dilanjutkan dengan proses filtrasi
menggunakan membran ultrafiltrasi dan penentuan waktu tunak steady state. Variabel bebas yang diteliti meliputi MWCO membran UF poliakrilonitril
MWCO 100 kDa dan UF polisulfon MWCO 50 kDa, tekanan transmembran 28 kPa - 280 kPa dan suhu 30 °C, 35 °C dan 40 °C, sedangkan variabel tak bebas
yang diamati meliputi fluks dan rejeksi yang terdiri dari pengukuran kadar protein terlarut dan aktivitas enzim protease. Tahapan selanjutnya adalah pemekatan
menggunakan membran reverse osmosis, analisisnya adalah pengukuran kadar protein terlarut Bradford 1976 dan aktivitas enzim protease Walter 1988.
Tahapan terakhir adalah analisis kemurnian enzim protease yang dihasilkan menggunakan SDS-PAGE Laemmli 1970. Data yang diperoleh dimodelkan
menggunakan Microsoft excel 2007. Tahapan penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 3.
3.3.1 Preparasi jeroan ikan tuna
Jeroan ikan tuna diambil dari perusahaan tuna loin di PT. Tridaya, Muara Baru, Jakarta. Ikan tersebut telah ditangkap dan disimpan dalam palkah kapal
pada suhu -25
°
C selama 40 hari. Ikan tuna ditimbang dan dibekukan kemudian disimpan dalam cold storage perusahaan dengan suhu -25
°
C selama 2 bulan. Setelah 2 bulan ikan tuna dikeluarkan dari cold storage kemudian diproses
menjadi loin dengan mesin pemotong sehingga menghasilkan loin dan limbah meliputi kepala, duri dan jeroan. Pengambilan jeroan ikan tuna dilakukan saat
jeroan ikan tuna dalam kondisi beku pada suhu berkisar antara -10
°
C sampai -4
°
C. Penyimpanan jeroan ikan tuna dilakukan dengan cara jeroan ikan tuna dibungkus dengan plastik kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam yang ditutup
rapat dengan lakban. Kondisi jeroan tersebut berlangsung selama perjalanan Jakarta
– Bogor, yang ditempuh selama 4 jam. Setelah sampai di Bogor, suhu jeroan ikan tuna berkisar antara -1,2
°
C sampai -2,4
°
C kemudian dipotong sebesar ± 1 cm
3
dan disimpan dalam freezer pada suhu -13
°
C. Jeroan ikan tuna yang akan digunakan sebagai umpan diambil secukupnya untuk analisis proksimat
meliputi kadar air, protein, lemak, dan abu AOAC 2007 sesaat sebelum ekstraksi jeroan ikan tuna.
Gambar 3 Tahapan penelitian
3.3.2 Ekstraksi jeroan ikan tuna ekstrak enzim protease kasar
Jeroan ikan tuna dilelehkan thawing dengan air mengalir. Ekstraksi jeroan ikan tuna dilakukan dengan menghomogenkan antara jeroan ikan tuna dan buffer
tris-Cl pH 8,0; 0,02 M mengandung 5 mM CaCl
2
dan 0,02 NaN
3
dengan perbandingan 1:3 Li et al. 2006. Ekstrak jeroan ikan tuna yang dibuat adalah
sebanyak 15 liter. Buffer tris-Cl pH 8,0; 0,02 M mengandung 5 mM CaCl
2
dan 0,02 NaN
3
dibuat dengan cara mencampurkan 2,41 gram Tris base; 0,56 gram Homogenisasi dan prefiltrasi
Karakterisasi membran UF poliakrilonitril MWCO 100 kDa
dan polisulfon MWCO 50 kDa
UF ekstrak enzim protease kasar MWCO = 100 kDa
T = 30 C, 35
C, 40 C
TMP = 27,5-275,6 kPa Respon: Fluks, Rejeksi protein
dan enzim protease
Reverse osmosis Respon: Rejeksi protein
Rejeksi protease
SDS-PAGE
UF ekstrak enzim protease kasar MWCO = 50 kDa
T = 30 C, 35
C, 40 C
TMP = 27,5-275,6 kPa Respon: Fluks, Rejeksi protein
dan enzim protease
Jeroan ikan tuna beku
Thawing Analisis proksimat
CaCl
2
; dan 0,2 gram NaN
3
ke dalam 800 ml akuades kemudian dilakukan
penambahan HCl 0,1 M ke dalam larutan tersebut hingga diperoleh pH 8,0.
Ekstrak yang telah homogen diprefiltrasi menggunakan nilon 225 Mesh, dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan nilon 375 Mesh. Hasilnya disaring
mengggunakan penyaringan vakum dengan kertas saring kasar. Ekstrak yang diperoleh diambil secukupnya untuk pengukuran kadar protein terlarut
Bradford 1976 dan pengujian aktivitas enzim protease Walter 1988. Ekstrak tersebut digunakan sebagai umpan dalam proses UF.
3.3.3 Penentuan permeabilitas dan tahanan membran Uju 2008