Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Komposisi Kimia Jeroan Ikan Tuna

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai Februari 2010 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Perairan dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan FPIK, serta Laboratorium Biologi Hewan dan Laboratorium Bioteknologi Hewan PAU IPB.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan terdiri dari peralatan penelitian yang meliputi membran ultrafiltrasi poliakrilonitril MWCO 100 kDa, membran UF polisulfon MWCO 50 kDa spesifikasi membran disajikan pada Lampiran 1, membran reverse osmosis, thermostat, nilon ukuran 225 mesh dan 375 mesh, timbangan digital, pH meter, pompa vakum, kertas saring kasar, pengaduk magnetik, pemanas listrik, stopwatch, gelas ukur dan peralatan gelas lainnya. Peralatan untuk pengujian meliputi oven, tanur, desikator, labu Kjeldahl, pembakar destruksi, destilator, soxhlet kondensor dan labu lemak, vortex, sentrifuge, inkubator, neraca analitik, spektrofotometer, slab SDS-PAGE, tabung reaksi dan peralatan gelas lainnya. Bahan-bahan yang digunakan meliputi jeroan ikan tuna, es batu, buffer tris base, HCl, NaN 3 , CaCl 2 , akuades, dan NaOH. Bahan untuk pengujian meliputi selenium, heksana, H 2 SO 4 , NaOH 40, H 3 BO 2, brom cresol green methyl red, HCl 0,1 N, bovine serum albumin BSA, comassie brilliant blue G-250, etanol 95, asam fosfat 85, tirosin, TCA 0,1 M, kasein, buffer tris-Cl pH 8, 0,2 M, akuades steril, Na 2 CO 3 , folin, akrilamid, bis-akrilamid, SDS, ammonium persulfat, glisin, gliserol, 2-mercaptoethanol, bromofenol blue, asam asetat, formalin, akuades bebas ion, Na 2 S 2 O 3 , AgNO 3 , N 2 CO 3 , dan asam asetat glasial.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan yang meliputi preparasi dan analisis proksimat jeroan ikan tuna, pembuatan ekstrak enzim protease dari jeroan ikan tuna dengan penambahan buffer Tris-Cl pH 8,0; 0,02 NaN 3 ; 5 mM CaCl 2 yang mengacu pada Li et al. 2006 dan prefiltrasi dengan menggunakan nilon ukuran 225 mesh dan 375 mesh serta penyaringan vakum menggunakan kertas saring kasar. Tahapan selanjutnya adalah melakukan karakterisasi membran yang meliputi penentuan tingkat permeabilitas dan tahanan membran Uju et al. 2008. Kemudian dilanjutkan dengan proses filtrasi menggunakan membran ultrafiltrasi dan penentuan waktu tunak steady state. Variabel bebas yang diteliti meliputi MWCO membran UF poliakrilonitril MWCO 100 kDa dan UF polisulfon MWCO 50 kDa, tekanan transmembran 28 kPa - 280 kPa dan suhu 30 °C, 35 °C dan 40 °C, sedangkan variabel tak bebas yang diamati meliputi fluks dan rejeksi yang terdiri dari pengukuran kadar protein terlarut dan aktivitas enzim protease. Tahapan selanjutnya adalah pemekatan menggunakan membran reverse osmosis, analisisnya adalah pengukuran kadar protein terlarut Bradford 1976 dan aktivitas enzim protease Walter 1988. Tahapan terakhir adalah analisis kemurnian enzim protease yang dihasilkan menggunakan SDS-PAGE Laemmli 1970. Data yang diperoleh dimodelkan menggunakan Microsoft excel 2007. Tahapan penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 3.

3.3.1 Preparasi jeroan ikan tuna

Jeroan ikan tuna diambil dari perusahaan tuna loin di PT. Tridaya, Muara Baru, Jakarta. Ikan tersebut telah ditangkap dan disimpan dalam palkah kapal pada suhu -25 ° C selama 40 hari. Ikan tuna ditimbang dan dibekukan kemudian disimpan dalam cold storage perusahaan dengan suhu -25 ° C selama 2 bulan. Setelah 2 bulan ikan tuna dikeluarkan dari cold storage kemudian diproses menjadi loin dengan mesin pemotong sehingga menghasilkan loin dan limbah meliputi kepala, duri dan jeroan. Pengambilan jeroan ikan tuna dilakukan saat jeroan ikan tuna dalam kondisi beku pada suhu berkisar antara -10 ° C sampai -4 ° C. Penyimpanan jeroan ikan tuna dilakukan dengan cara jeroan ikan tuna dibungkus dengan plastik kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam yang ditutup rapat dengan lakban. Kondisi jeroan tersebut berlangsung selama perjalanan Jakarta – Bogor, yang ditempuh selama 4 jam. Setelah sampai di Bogor, suhu jeroan ikan tuna berkisar antara -1,2 ° C sampai -2,4 ° C kemudian dipotong sebesar ± 1 cm 3 dan disimpan dalam freezer pada suhu -13 ° C. Jeroan ikan tuna yang akan digunakan sebagai umpan diambil secukupnya untuk analisis proksimat meliputi kadar air, protein, lemak, dan abu AOAC 2007 sesaat sebelum ekstraksi jeroan ikan tuna. Gambar 3 Tahapan penelitian

3.3.2 Ekstraksi jeroan ikan tuna ekstrak enzim protease kasar

Jeroan ikan tuna dilelehkan thawing dengan air mengalir. Ekstraksi jeroan ikan tuna dilakukan dengan menghomogenkan antara jeroan ikan tuna dan buffer tris-Cl pH 8,0; 0,02 M mengandung 5 mM CaCl 2 dan 0,02 NaN 3 dengan perbandingan 1:3 Li et al. 2006. Ekstrak jeroan ikan tuna yang dibuat adalah sebanyak 15 liter. Buffer tris-Cl pH 8,0; 0,02 M mengandung 5 mM CaCl 2 dan 0,02 NaN 3 dibuat dengan cara mencampurkan 2,41 gram Tris base; 0,56 gram Homogenisasi dan prefiltrasi Karakterisasi membran UF poliakrilonitril MWCO 100 kDa dan polisulfon MWCO 50 kDa UF ekstrak enzim protease kasar MWCO = 100 kDa T = 30 C, 35 C, 40 C TMP = 27,5-275,6 kPa Respon: Fluks, Rejeksi protein dan enzim protease Reverse osmosis Respon: Rejeksi protein Rejeksi protease SDS-PAGE UF ekstrak enzim protease kasar MWCO = 50 kDa T = 30 C, 35 C, 40 C TMP = 27,5-275,6 kPa Respon: Fluks, Rejeksi protein dan enzim protease Jeroan ikan tuna beku Thawing Analisis proksimat CaCl 2 ; dan 0,2 gram NaN 3 ke dalam 800 ml akuades kemudian dilakukan penambahan HCl 0,1 M ke dalam larutan tersebut hingga diperoleh pH 8,0. Ekstrak yang telah homogen diprefiltrasi menggunakan nilon 225 Mesh, dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan nilon 375 Mesh. Hasilnya disaring mengggunakan penyaringan vakum dengan kertas saring kasar. Ekstrak yang diperoleh diambil secukupnya untuk pengukuran kadar protein terlarut Bradford 1976 dan pengujian aktivitas enzim protease Walter 1988. Ekstrak tersebut digunakan sebagai umpan dalam proses UF.

3.3.3 Penentuan permeabilitas dan tahanan membran Uju 2008

Permeabilitas membran dan tahanan membran internal diukur menggunakan air destilasi sebagai umpan. Proses pengukuran dilakukan pada suhu 30 ° C, 35 ° C dan 40 ° C dengan kisaran tekanan transmembran yang digunakan 28 kPa - 280 kPa. Fluks permeat diukur pada setiap suhu dan TMP yang diujikan. Data yang diperoleh dimodelkan regresi menggunakan Microsoft excel 2007. Nilai permeabilitas membran K ditentukan dengan cara menghitung gradien plot grafik antara nilai fluks J w sebagai sumbu Y dan tekanan transmembran ∆P sebagai sumbu X. Penentuan nilai tahanan membran internal R m dilakukan dengan cara membuat plot grafik nilai 1J w sebagai sumbu Y dan 1∆P sebagai sumbu X. Nilai tahanan membran internal diperoleh dengan cara menghitung gradien pada persamaan garis dari nilai plot 1J w d an 1∆P.

3.3.4 Proses ulltrafiltrasi

Pengaruh dari MWCO dan kondisi operasi membran dapat ditunjukkan dengan model recycle. Ekstrak protease kasar sebanyak 400 ml digunakan sebagai umpan pada setiap percobaan, ekstrak dimasukkan ke dalam tangki umpan, kemudian dipanaskan pada suhu tertentu. Untuk memanaskan dan mempertahankan umpan pada suhu tertentu, tangki umpan dilengkapi dengan thermostat dan pemanas listrik. Produk hasil proses membran permeat dan retentat diresirkulasikan ke dalam tangki umpan. Pada waktu tertentu dilakukan sampling terhadap permeat untuk pengukuran fluks dan nilai rejeksi. Seluruh aktivitas percobaan dioperasikan pada suhu 30 ° C, 35 ° C dan 40 ° C. Tekanan transmembran yang digunakan berkisar antara 28 kPa - 280 kPa. Produksi permeat dilakukan pada kondisi optimum membran UF yang diperoleh dari percobaan diatas, yakni pada TMP 55 kPa dan suhu 40 ° C untuk membran UF poliakrilonitril 100 kDa, serta pada TMP 55 kPa dan suhu 30 ° C untuk membran UF polisulfon 50 kDa. Produksi permeat dilakukan dengan cara sebagai berikut, ekstrak protease kasar sebanyak 1,5 liter dimasukkan ke dalam tangki umpan kemudian setting suhu dan tekanan. Setelah diperoleh suhu dan tekanan yang stabil maka proses mulai dijalankan dan permeat ditampung, tanpa recycle. Permeat dari filtrasi diambil secukupnya untuk uji kadar protein Bradford 1976 dan aktivitas enzim protease Walter 1988. Diagram alir proses membran dapat dilihat pada Gambar 4. 1 Keterangan: 1. Tangki umpan 7. Pressure gauge 2. Pemanas 8. Membran 3. Pengaduk 9. Tangki permeat 4. Termometer 10. Aliran umpan 5. Valve 11. Aliran permeat 6. Pompa 12. Aliran retentat Gambar 4 Diagram alir proses membran

3.3.5 Proses reverse osmosis untuk pemekatan

Pemekatan dilakukan dengan membran reverse osmosis. Satu liter permeat UF dimasukkan ke dalam tangki umpan, kemudian dipanaskan hingga suhu 30 ° C. Setelah itu proses dijalankan pada TMP 889 kPa untuk permeat UF poliakrilonitril 100 kDa dan pada TMP 820 kPa untuk permeat UF polisulfon 50 kDa. Permeat ditampung, tanpa recycle. Untuk memanaskan dan mempertahankan umpan pada 5 3 4 2 6 8 9 10 11 12 7 7 suhu tertentu, tangki umpan dilengkapi dengan thermostat dan pemanas listrik. Produk hasil proses membran retentat merupakan ekstrak protease murni. Diagram alir proses membran serupa dengan proses ultrafiltrasi Gambar 4, namun membran yang digunakan adalah membran reverse osmosis.

3.4 Karakterisasi dan Analisis

Variabel parameter operasi proses yang diteliti adalah pengaruh tekanan transmembran, suhu, MWCO dan bahan penyusun membran. Indikator kinerja membran dilihat dengan mengukur fluks permeat, sedangkan indikator kualitas produk yang dihasilkan ditentukan dengan mengukur nilai rejeksi membran.

3.4.1 Fluks Cheryan 1998

Fluks didefinisikan sebagai jumlah volume cairan yang berhasil melewati membran fraksi permeat untuk setiap satuan luasan membran dan satuan waktu. Nilai fluks J dihitung dengan persamaan:

3.4.2 Rejeksi Cheryan 1998

Rejeksi R merupakan kemampuan suatu membran dalam menahan partikel terlarut tertentu. Nilai rejeksi membran dihitung dengan persamaan dibawah ini: Keterangan: R = Persentasi rejeksi C umpan = Konsentrasi partikel dalam umpan C permeat = Konsentrasi partikel dalam permeat

3.4.3 Kadar air AOAC 2007

Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat sampel sebelum dan sesudah dikeringkan. Mula-mula cawan kosong dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 ° C selama 15 menit atau sampai diperoleh berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak ± 1 gram lalu dimasukkan ke dalam cawan kemudian dikeringkan dalam Fluks = Volume permeat Liter Luas membran meter 2 × Waktu jam R = 1 − C permeat C umpan × 100 oven pada suhu 105 ° C selama 8 jam. Cawan didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang kembali. Persentase kadar air berat basah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: B = Berat sampel gram B1 = Berat sampel + cawan sebelum dikeringkan B2 = Berat sampel + cawan setelah dikeringkan

3.4.4 Kadar lemak AOAC 2007

Metode yang digunakan dalam analisis lemak adalah metode ektraksi soxhlet. Mula-mula labu lemak dikeringkan di dalam oven, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Dua gram sampel disebar di atas kapas yang beralas kertas saring dioven selama 1 jam sehingga diperoleh sampel kering kemudian digulung membentuk thimble, lalu dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Alat kondensor diletakkan diatasnya dan labu lemak diletakkan dibawahnya. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam labu lemak secukupnya ± 150 ml. Selanjutnya dilakukan refluks selama minimal 1,5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada dalam labu lemak didestilasi sehingga semua pelarut lemak menguap dan ditampung kembali. Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 100 ° C hingga mencapai berat tetap ± 1 jam dan setelah itu didinginkan dalam desikator. Labu beserta lemak didalamnya ditimbang dan berat lemak dapat diketahui. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus: Keterangan: Berat lemak = berat labu+ lemak – berat labu

3.4.5 Kadar abu AOAC 2007

Cawan dibersihkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ° C, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. Sampel sebanyak ± 2 gram dimasukkan ke dalam cawan kemudian dioven hingga diperoleh sampel kering. Sampel kering tersebut dibakar destruksi sampai tidak berasap. Kemudian diabukan dalam tanur bersuhu 550 ° C - 600 ° C hingga diperoleh sampel Lemak = Berat lemak gram Berat sampel gram × 100 Kadar air = B1 − B2 B × 100 berwarna putih ± 1,5 jam. Setelah itu cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: A = Berat abu gram B = Berat contoh gram

3.4.6 Kadar protein AOAC 2007

Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml, ditambahkan 0,25 gram selenium dan 3 ml H 2 SO 4 pekat. Sampel didestruksi pemanasan dalam keadaan mendidih sampai terbentuk larutan bening selama 1 jam. Kemudian dibiarkan sampai dingin, setelah dingin ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40 bv lalu didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml H 3 BO 3 2 dan 2 tetes indikator Brom Cresol Green-Methyl Red berwarna merah muda. Setelah volume hasil tampungan destilat menjadi 10 ml dan berwarna hijau kebiruan, destilasi diihentikan dan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna merah muda. Larutan blanko dianalisis seperti sampel. Kadar protein dapat dihitung dengan rumus:

3.4.7 Kadar protein Bradford 1976

Konsentrasi protein diukur menggunakan standar protein Bovine Serum Albumin BSA. Persiapan pereaksi Bradford dilakukan dengan melarutkan 100 mg comassie brilliant blue G-250 dalam 50 ml etanol 95 , lalu ditambahkan dengan 100 ml asam fosfat 85 wv. Jika sudah larut dengan sempurna, lalu ditambahkan akuades hingga mencapai 1 liter dan disaring dengan kertas saring. Langkah awal untuk menentukan konsentrasi protein sampel adalah membuat serial konsentrasi standar protein Bovine Serum Albumin BSA dari 0-0,01 mg ml. Masing-masing konsentrasi protein diambil sebanyak 100 µl dan ditempatkan pada tabung rekasi. Lalu pada masing-masing tabung tersebut ditambahkan 5 ml pereaksi Bradford. Campuran ini dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37 ° C selama 5 menit kemudian diukur absorbansinya dengan Kadar abu = A B × 100 Kadar protein = ml HCl − ml blanko × N HCl × 14,007 × 100 mg sampel × 6,25 spektrofotometer pada λ = 595 nm. Konsentrasi protein sampel diukur dengan cara yang sama. Tabel komposisi volume larutan dalam pembuatan larutan standar konsentrasi 0-0,01 mgml dari larutan stok BSA konsentrasi 2 mgml disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pembuatan larutan standar BSA konsentrasi 0-0,01 mgml Konsentrasi BSA mgml Volume BSA ml Volume akuades ml 0,000 0,400 0.02 0,080 0,320 0,04 0,160 0,240 0,06 0,240 0,160 0,08 0,320 0,080 0,01 0,400 0,000

3.4.8 Penentuan aktivitas enzim Walter 1988

Aktivitas enzim diukur menggunakan metode Walter 1988 dimodifikasi. Metode analisis aktivitas enzim protease dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Metode analisis aktivitas enzim protease Pereaksi Contoh µl Blanko µl Standar µl Buffer Tris-Cl pH 8, 0,2 M 250 250 250 Kasein 1 250 250 250 Enzim 50 - - H 2 O steril - 50 - Tirosin standar 5 mM 50 - 50 Inkubasi selama 10 menit pada suhu 37 ° C TCA 0,1 mol l 500 500 500 Enzim - 50 50 H 2 0 steril 50 - - Inkubasi selama 10 menit pada suhu 37 ° C dan dilanjutkan dengan sentrifugasi pada 4000 rpm selama 10 menit Filtrat 375 375 375 Na 2 CO 3 0,5 mol l 1250 1250 1250 Pereaksi folin 250 250 250 Inkubasi selama 20 menit pada suhu 37 ° C, kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 578 nm Sumber: Walter 1988 Unit aktivitas enzim adalah jumlah enzim yang menghasilkan produk yang setara dengan 1 µmol tirosin per menit pada suhu 37 ° C dan pH 8. Cara menghitung unit aktivitas enzim adalah sebagai berikut, setiap yang akan dihitung unit aktivitasnya mempunyai nilai absorban untuk contoh, blanko, dan standar masing-masing, dengan menggunakan rumus dibawah ini dapat dihitung unit aktivitas dari enzim. U = A sp − A bl A st − A bl × P × 1 T Dimana: U = Unit aktivitas protease per ml per menit U ml -1 menit -1 A sp = Nilai absorbansi contoh A st = Nilai absorbansi standard A bl = Nilai absorbansi blanko P = Faktor pengenceran T = waktu inkubasi menit

3.4.9 Penentuan tingkat kemurnian enzim protease dengan sodium dodecyl

sulphate-poly acrylamide gel electrophoresis SDS-PAGE Laemmli 1970 Berat molekul protease hasil pemurnian dianalisis meenggunakan SDS-page Laemmli 1970. Marker yang digunakan adalah β-galactosidase 116 kDa, BSA 66,2 kDa, Ovalbumin 45 kDa, Lactate dehydrogenase 35 kDa, REas Bsp981 25 kDa, β-lactoglobulin 18,4 kDa, dan Lysozime 14,4 kDa. Tahapan kerja yang dilakukan dalam analisis SDS-PAGE meliputi penyiapan gel pemisah dan penahan, penyiapan sampel dan loading, kondisi running, pewarnaan gel, dan pelunturan warna. Tahapan awal SDS-PAGE adalah adalah penyiapan gel pemisah dan penahan. Komposisi bahan untuk membuat gel pemisah maupun gel penahan tertera pada Lampiran 2. Pada proses ini digunakan gel pemisah 10 dan gel penahan 4, komposisi gel SDS-PAGE dapat dilihat pada Tabel 4. Selanjutnya adalah tahapan preparasi sampel dan loading. Sampel protein yang akan dianalisis dan molecular weight marker, dicampur dengan buffer sampel dengan perbandingan 1:1. Campuran ini dipanaskan dalam air mendidiih selama 3-5 menit kemudian dimasukkan ke dalam sumur gel elektroforesis dengan volume tertentu. Agar terbentuk band yang baik, maka volume sampel yang dimasukkan ke dalam sumur diusahakan sama banyak. Setelah sampel dimasukkan maka perangkat elektroforesis dijalankan. Kondisi running yang digunakan adalah pada arus 24 mA - 10 mA dan voltage konstan 70 Volt selama empat jam. Elektroforesis diakhiri ketika pewarna sampel mencapai batas 0,5 cm hingga 1 cm dari bagian bawah gel. Setelah elektroforesis berakhir, gel diwarnai menggunakan pewarnaan silver sehingga diperoleh pita protein berwarna cokelat dengan latar bening. Tabel 4 Komposisi gel SDS-PAGE Bahan Separating gel 10 Stacking gel 4 Larutan A Larutan B Larutan C Akuabides APS 10 TEMED 2,7 ml 2,5 ml - 4,8 ml 50 µl 5,0 µl 0,67 ml - 1,25 ml 3,0 ml 50 µl 5,0 µl Keterangan: Larutan A terdiri dari : 29,2 gram akrilamid, dan 0,8 gram bis-akrilamid Larutan B terdiri dari : 75 ml Tris HCl 2 M pH 8,8, dan 4 ml SDS 10 Larutan C terdiri dari : 50 ml Tris HCl 1 M pH 6,8, dan 4 ml SDS 10 Tahapan pewarnaan dilakukan dengan cara, mula-mula gel direndam selama semalam pada suhu ruang di dalam larutan fiksasi sambil diagitasi pelan-pelan. Setelah itu gel dicuci dengan larutan pencuci selama 20 detik, proses ini diulang sebanyak tiga kali. Gel yang telah dicuci kemudian dibilas dengan akuades bebas ion selama 10 detik lalu gel direndam dalam larutan sensitizen Na 2 S 2 O 3 0,001 M selama satu menit. Gel dibilas dengan akuades bebas ion selama 20 detik, proses ini diulang sebanyak tiga kali. Kemudian gel diinkubasi di lemari es dengan 0,1 AgNO 3 selama 20 menit. Setelah diinkubasi, gel dicuci dengan akuades bebas ion selama 20 detik sebanyak dua kali. Gel dipindahkan ke wadah yang lain kemudian dicuci dengan akuades bebas ion selama 10 detik. Gel direndam ke dalam larutan developing gel terdiri dari 6 gram N 2 CO 3 , 50 ml formalin dan 2 ml Na 2 S 2 O 3 hingga pewarnaan cukup. Setelah pewarnaan cukup, ditambahkan larutan stop solution asam asetat glasial 12 ke dalam wadah dan gel dibiarkan terendam selama lima menit. Kemudian gel dicuci dengan akuades bebas ion selama 5 menit. Komposisi bahan dan cara membuat larutan yang digunakan untuk proses pewarnaan silver dapat dilihat pada Lampiran 3. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komposisi Kimia Jeroan Ikan Tuna

Komposisi kimia jeroan ikan tuna yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi kimia jeroan tuna Parameter Analisis Nilai Kadar air bb 75,42 ± 0,35 Kadar abu bb 1,44 ± 0,06 Kadar protein bb 17,11 ± 0,18 Kadar lemak bb 1,63 ± 0,30 Hasil dari proses ekstraksi jeroan ikan tuna dengan penambahan buffer tris-Cl pH 8,0; 0,02 NaN 3 ; 5 mM CaCl 2 memperlihatkan hasil ekstrak enzim protease yang masih keruh dan banyak bahan pengotor lainnya, seperti remah daging dan lemak. Proses prefiltrasi dengan nilon ukuran 225 mesh dan 375 mesh menghasilkan ekstrak enzim protease yang lebih bersih dari bahan pengotor tersebut, sedangkan hasil proses penyaringan vakum memperlihatkan bahwa ekstrak enzim protease yang dihasilkan makin terlihat lebih jernih. Hasil ekstrak kasar enzim protease dan ekstrak enzim protease hasil prefiltrasi disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 A Ekstrak kasar enzim protease, B ekstrak enzim protease hasil penyaringan menggunakan nilon ukuran 225 mesh dan 375 mesh, dan C ekstrak enzim protease hasil penyaringan menggunakan nilon ukuran 225 mesh dan 375 mesh serta penyaringan vakum

4.2 Permeabilitas dan Tahanan Membran