41 Resiliensi Nafkah Rumahtangga Petani Hortikultura Di Kawasan Bencana Letusan Gunung Sinabung

RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI HORTIKULTURA Resiliensi mengacu pada besarnya gangguan yang dapat diserap dan kemampuan untuk kembali kedalam keadaan normal. Resiliensi merupakan kebalikan dari kerentanan vulnerability. Kerentanan adalah keterbukaan sekelompok orang atau individu terhadap stress yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan ataupun keadaan krisis Adger 2000. Konsep resiliensi merupakan konsep yang luas, didalamnya termasuk kapasitas dan kemampuan merespon dalam situasi krisisikonflikdarurat. Pada bab ini akan membahas mengenai cara-cara penyesuaian yang dilakukan rumahtangga pada saat krisis dan faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi tersebut. Indikator yang digunakan untuk mengukur resiliensi pada penelitian ini adalah berdasarkan waktu recovery yang dibutuhkan rumahtangga untuk kembali kedalam keadaan normal dan jumlah cara penyesuaian pada saat krisis. Cara Penyesuaian Rumahtangga Pada Saat Terjadi Krisis Penggunaan Tabungan Rata-rata rumahtangga petani hortikultura menggunakan tabungan sebagai alternatif pada saat terjadi krisis. Mayoritas setiap rumahtangga memiliki tabungan dalam jumlah yang berbeda-beda. Biasanya Rumahtangga yang memiliki pekerjaan tetap seperti PNS memiliki tabungan yang lebih besar karena setiap bulannya mereka mendapatkan penghasilan yang tetap. Berbeda dengan rumahtangga yang hanya mengandalkan hasil dari lahan pertanian saja karena harga yang tidak menentu dan ancaman letusan Gunung Sinabung yang bisa menurunkan produktivitas pertanian mereka sehingga mempengaruhi tabungan yang disimpan juga tidak menentu jumlahnya. “Ya namanya kalau ke ladang kan ga menentu. Kadang kena harga kita bisa menyisihkan uang dalam jumlah besar, tapi kalau tidak kena harga ya sedikit l ah yang bisa disisihkan”Ibu FES 38 Tahun Penjualan Barang Berharga Penjualan barang berharga juga banyak dilakukan oleh rumahtangga. Contoh barang tersebut adalah emas. Biasanya emas ini memang dijadikan tabungan oleh rumahtangga yang dapat dijual pada saat terjadi krisis atau pada saat kebutuhan mendadak. Hal ini dikarenakan harga emas memiliki nilai jual yang terus naik sehingga menguntungkan rumahtangga. Selain itu, barang berharga lainnya yang dijual adalah kendaraan. Penjualan kendaraan ini pada umumnya dilakukan oleh rumahtangga yang sudah terancam ekonomi nya pada saat terjadi krisis. Hewan Ternak Sebagai Asset Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sebagian rumahtangga menggunakan hewan ternak sebagai asset. Pemilihan hewan ternak dirasa cukup menguntungkan karena dapat dimanfaatkan kotorannya. Selain itu pemeliharaan ternak biasanya balik modal ketika dijual karena harga nya yang termasuk mahal Penjualan ternak ini dilakukan apabila umur ternak sudah mencukupi sehinggga digantikan dengan membeli ternak baru yang umurnya lebih muda dengan harga yang lebih murah. Berdagang di Penatapan Gunung Sinabung Berdagang menjadi salah satu alternatif yang dilakukan oleh sebagian besar rumahtangga di Desa Perteguhen karena Desa Perteguhen merupakan tempat terakhir yang aman, membuat banyak orang dari luar desa mengunjungi desa ini. Hal ini dimanfaatkan rumahtangga petani untuk membuka lapak tempat berdagang. Alternatif ini termasuk sangat menguntungkan rumahtangga petani yang terhambat pekerjaannya ke ladang. Berikut pemaparan Ibu ERS 36 tahun: “Jadi karena desa ini sangat banyak dikunjungi orang untuk melihat Gunung Sinabung, maka beberapa masyarakat disini membuka lapak untuk berdagang termasuk saya salah satunya. Untungnya lumayan, saya aja dapat Rp7 000 000 selama 2 bulan berdagang .” Menjadi Aron Buruh Tani di Kota atau di Desa Lain Strategi ini banyak dilakukan oleh rumahtangga Desa Jeraya. Lahan pertanian yang rusak parah membuat mereka harus mengungsi. Selama mengungsi, rumahtangga memanfaatkan kesempatan menjadi aron di kota atau desa lain sesuai dengan kebutuhan. Pekerjaan yang dilakukan juga beragam mulai dari penanaman, pemeliharaan atau panen hasil pertanian. Biasanya mereka yang mau bekerja akan dikumpulakan di suatu tempat dan dijemput oleh majikan yang memiliki lahan pertanian. Pemanfaatan Pengungsian Strategi ini juga hanya dilakukan oleh rumahtangga petani di Desa Jeraya. Hal ini dikarenakan kewajiban mereka untuk mengungsi karena kondisi Desa yang tekena lahar letusan Gunung Sinabung. Namun yang unik adalah rumahtangga hanya memanfaatkan pengungsian pada saat malam hari saja, sehingga bantuan tetap diterima oleh masing-masing rumahtangga, sedangkan pada siang hari rumahtangga bekerja sebagai aron atau pulang ke Desa Jeraya untuk mengerjakan lahan yang masih bisa dikerjakan. Pemanfaatan Pinjaman Seperti yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, rumahtangga di kedua desa memanfaatkan pinjaman untuk tetap bertahan hidup. Hal ini dapat dilihat bahwa kebanyakan rumahtangga memanfaatkan pinjaman baik ke bank,