Pembahasan Umum Pengaruh Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Jagung (Zea mays. L) Pada Latosol Darmaga.

19 19 diberikan oleh perlakuan BG 2.0 lebih tinggi dibandingkan denga n perlakuan lainnya. Perlakuan standar menghasilkan serapan P tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan BG 1.5 dan BG 2.0 namun lebih tinggi daripad a perlakuan BG 1.0, BG 0.5 dan kontrol.

4.1.4. Sifat Kimia Tanah Setelah Panen

Tanah sebelum perlakuan memiliki pH masam 4.50 dengan kandungan N-total, P-tersedia, dan K-dapat ditukar masing- masing sebesar 0.18 , 11.6 ppm, dan 0.20 me100 g, sedangkan setelah panen pH tanah tidak mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan pH tanah yang tertinggi setelah panen terdapat pada perlakuan BG 0.5 dengan nilai 5.10, dengan tingkat perubahan kurang dari 1 nilai pH. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Pemupukan Terhadap Sifat Kimia Tanah Perlakuan H 2 O pH 1:1 N-total P Ca Mg K Al H .....ppm..... ..........me100g.......... Kontrol 4.50 0.24 8.50 4.39 0.58 0.15 0.57 0.32 BG 0.5 5.10 0.25 16.10 8.07 1.06 0.31 tr 0.24 BG 1.0 4.90 0.24 18.60 8.98 1.20 0.29 0.16 0.26 BG 1.5 4.20 0.25 19.50 4.22 0.53 0.30 0.65 0.31 BG 2.0 4.30 0.26 22.00 4.58 0.66 0.34 0.73 0.34 Standar 4.60 0.25 14.40 6.80 0.92 0.25 0.26 0.28 Kadar P-tersedia dan K-dapat ditukar setelah panen cenderung meningkat pada setiap perlakuan pemupukan baik perlakuan BG maupun perlakuan Standar. Kenaikan kadar P-tersedia dan K-dapat ditukar ini di duga berasal dari pupuk NPK yang diberikan sehingga berpengaruh terhadap kadar P-tersedia dan K-dapat ditukar di dalam tanah.

4.2. Pembahasan Umum

Latosol di Indonesia memiliki tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, kandungan bahan organik sedang hingga rendah dan bereaksi agak masam hingga netral Subagyo dalam Syafrudin et al, 2006. Latosol Darmaga termasuk tanah yang memiliki pH masam, yaitu 4.5 dengan KTK, N-total dan basa-basa yang rendah Tabel 2 sehingga kurang baik bagi 20 20 pertumbuhan tanaman semusim seperti jagung. Dengan kondisi tanah yang demikian maka proses pertumbuhan dan produksi tanaman akan terhambat, sehingga untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang optimum, faktor pembatas tersebut harus dapat diatasi salah satunya dengan pemupukan. Tinggi tanaman merupakan salah satu ukuran peubah tanaman yang sering diamati dalam suatu percobaan, karena tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan tanaman. Hal tersebut berdasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman adalah ukuran peubah pertumbuhan tanaman yang paling mudah dilihat, sebagai pengukur peubah pertumbuhan. Hasil percobaan menunjukan bahwa, pemberian pupuk BG dan pupuk standar berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada usia 6 MST. Tinggi tanaman terendah dihasilkan oleh perlakuan kontrol 40.53 cm dan tertinggi dihasilkan oleh perlakuan standar 83.86 cm, sedangkan pada perlakuan BG, tinggi tanaman terendah dihasilkan oleh perlakuan BG 0.5 65.20 cm dan tertinggi dihasilkan oleh perlakuan BG 2.0 77.63 cm meskipun secara statistik tinggi tanaman pada perlakuan BG 2.0 tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan standar. Perbedaan tinggi tanaman pada perlakuan BG maupun standar terhadap perlakuan kontrol disebabkan oleh meningkatnya serapan N, P dan K tanaman yang dipengaruhi oleh kelarutan pupuk yang diberikan ke dalam tanah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi tanaman adalah peningkatan serapan N tanaman yang dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman Ismunadji, 1976 dalam Dirjendikti, 1991. Tabel 4 menunjukan bahwa serapan N terendah terdapat pada perlakuan kontrol, sehingga menyebabkan perlakuan kontrol memilik tinggi tanaman yang paling rendah dibandingkankan perlakuan BG maupun Standar. Dengan demikian, maka serapan hara N berbanding lurus terhadap peningkatan tinggi tanaman. Selain meningkatkan tinggi tanaman, pemupukan juga meningkatkan bobot tongkol per petak, bobot tongkol contoh dan bobo t pipilan per petak. Perlakuan standar menghasilkan bobot tongkol per petak dan bobot tongkol contoh terbesar yaitu 7.62 kgpetak dan 1.53 kg. Namun pada bobot pipilan per 21 21 petak nilai terbesar dihasilkan oleh perlakuan BG 0.5 yaitu 4.23 kgpetak. Hal ini diduga karena unsur hara yang tersedia di dalam tanah yang diserap oleh tanaman lebih mempengaruhi pertumbuhan biji. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa ketersediaan P dan K di dalam tanah pada perlakuan BG 0.5 lebih tinggi daripada perlakuan standar. Soepardi 1983 menyatakan bahwa K adalah unsur yang diperlukan oleh tanaman serelia sewaktu pengisisan bulir atau biji, sedangkan P berperan penting dalam pembentukan bunga, buah dan biji. Dengan tersedianya unsur P dan K yang cukup di dalam tanah maka akan berepangaruh juga terhadap proses pembentukan biji, dimana biji akan lebih bernas sehingga berpengaruh terhadap bobot pipilan jagung. Secara umum berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan standar dan BG mampu meningkatkan nilai dari ke empat variabel yang dia mati. Meskipun nilai perlakuan standar cenderung lebih tinggi dari BG namun pupuk standar relatif tidak berbeda dibandingkan pupuk BG. Berdasarkan hasil tersebut pupuk majemuk BG efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung, terutama BG 0.5 relatif lebih tinggi dari Standar pada produksi bobot pipilan. Unsur hara adalah zat yang diserap tanaman yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hara yang diserap oleh tanaman dapat diserap dalam bentuk molekul dan ion. Unsur yang diserap dalam bentuk molekul diantara nya C, H, O dan unsur yang diserap dalam bentuk ion diantaranya N, P, K, Ca, Mg Leiwakabessy, 2004. Unsur hara N, P dan K digunakan untuk membangun bagian tanaman, sehingga serapan hara dari ketiga unsur ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Serapan hara N, P dan K Tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan BG dan standar memiliki serapan hara yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Serapan hara N tertinggi terdapat pada perlakuan BG 2.0, sedangkan serapan hara P dan K tertingi terdapat pada perlakuan standar. Kenaikan dosis BG dan perlakuan standar mampu meningkatkan serapan N, P, dan K tanaman. Hal ini terjadi karena dengan adanya penambahan pupuk maka ketersediaan hara di dalam tanah juga ikut meningkat. Dengan adanya peningkatan kadar maka serapan hara juga ikut meningkat. 22 22 Pemberian pupuk majemuk NPK dan pupuk standar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pH tanah. Perubahan pH tanah yang tertinggi setelah panen terdapat pada perlakuan BG 0.5 yaitu sebesar 5.10 tetapi dengan tingkat perubahan kurang dari 1 nilai pH, sedangkan Kadar P-tersedia dan K-dapat ditukar setelah panen cenderung meningkat pada setiap perlakuan pemupukan baik perlakuan BG maupun perlakuan standar. Kadar N-total, P-tersedia dan K- dapat ditukar tertinggi terdapat pada perlakuan BG 2.0 masing- masing sebesar 0.26 , 22 ppm dan 0.34 me100 g. Kenaikan kadar P-tersedia dan K-dapat ditukar ini diduga berasal dari pupuk NPK yang diberikan sehingga berpengaruh terhadap kadar P-tersedia dan K-dapat ditukar di dalam tanah. . 23 23

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian pupuk majemuk NPK dan pupuk standar berpengaruh meningkatkan tinggi tanaman jagung, bobot tongkol per petak, bobot tongkol contoh dan bobot pipilan per petak. 2. Serapan hara N, P, K dan semua perlakuan pemupukan tersebut nyata lebih tinggi daripada perlakuan kontrol. 3. Pemberian pupuk majemuk NPK dan pupuk standar meningkatkan ketersediaan P dan K dalam tanah. 4. Perlakuan BG 0.5 pada variabel bobot pipilan per petak cenderung lebih tinggi daripada perlakuan standar meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. 5. Perlakuan BG menimbulkan pengaruh residu pada kadar P tersedia dan K dapat ditukar yang cenderung meningkat setelah percobaan.

5.2. Saran