6
6 Nitrogen dalam tanah dapat hilang melalui proses volatilisasi, penguraian,
hidrolisis, denitrifikasi dan pencucian ataupun diserap oleh tanaman. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat dan ion ammonium Tisdale dan Nelso n,
1975. Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat karena karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan tanah dan
mudah terserap oleh akar. Karena selalu berada dalam larutan tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air. Sebaliknya, ion ammonium bemuatan positif
sehingga terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses pertukaran kation. Karena bermuatan postif, ion amonium
tidak mudah hilang oleh proses pencucian Novizan, 2002. Tanaman yang kurang nitrogen tumbuh kerdil dengan sistem perakaran
terbatas. Daun menjadi kuning atau hijau kekuning-kuningan dan cenderung cepat rontok. Kerugian yang disebabkan pemberian nitrogen berlebihan ialah: 1
memperlambat pematangan dangan membantu pertumbuhan vegetatif, yang tetap hijau walaupun masa masak sudah waktunya, 2 melunakan jerami dan
menyebabkan tanaman mudah rebah, 3 menurunkan kualitas, 4 dalam beberapa hal dapat melemahkan tanaman terhadap serangan penyakit dan hama
Soepardi, 1983.
2.4. Fosfor Dalam Tanah dan Tanaman
Fosfor merupakan unsur hara kedua yang diperlukan banyak oleh tumbuhan setelah nitrogen. Unsur ini sering juga disebut sebagai kunci kehidupan
karena fungsinya yang sangat sentral dalam proses kehidupan Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Fosfor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Hal ini disebabkan P banyak terdapat di dalam nukleotida yang merupakan suatu ikatan yang mengandung P sebagai penyusun
RNA, dan DNA yang berperan dalam perkembangan sel tanaman. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi P dalam metabolisme sel dan sebagai aktivator
beberapa enzim Tisdale dan Nelson, 1975. Unsur tersebut juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan prod uksi buah dan biji.
7
7 Tanaman umumnya menyerap unsur ini dalam bentuk ion monofosfat atau fosfat
primer H
2
PO
4 -
dan sekunder HPO
4 -
Leiwakabessy dan Sutandi, 2004. Fosfor dalam tanah dibedakan atas P-organik dan P-anorganik. Jumlah
dari kedua bentuk ini disebut P-total Leiwakabessy, 1988. Bentuk P-organik terdiri dari fosfat inositol, fosfolipid, asam nukleat, dan senyawa-senyawa ester
yang lain. Senyawa fosfat inositol, fosfolipid, dan asam nukleat merupakan bentuk P-organik yang paling dominan Tisdale et al., 1985. Ketersediaan P-organik
bagi tanaman
sangat bergantung
pada aktivitas
jasad renik
untuk memineralisasinya. Namun, seringkali hasil mineralisasi ini segera bersenyawa
dengan bagian-bagian anorganik dan membentuk senyawa yang relatif sukar larut Leiwakabessy, 1988.
Sebagian besar P tanah bersumber dari pelapukan batuan dan mineral- mineral yang mengandung P yang terdapat pada kerak bumi. Mineral utama yang
mempunyai kadar P tinggi adalah apatit. Mineral ini merupakan persenyawaan karbonat, fluor, klor atau hidroksi apatit yang mempunyai kadar P
2
O
5
antara 15-30 dan tidak larut dalam air. Dengan adanya proses pelapukan, mineral apatit akan
mengalami perubahan yang kemudian akan membebaskan P dalam ikatan Ca-P. Selanjutnya akan diperolah bentuk-bentuk Al-P dan Fe-P dalam tanah, yang
jumlahnya tergantung dari tingkat hancuran iklim Leiwakabessy dan Sutandi, 1998.
Sanchez 1992 menyatakan bahwa P-anorganik terdiri dari dua bentuk yaitu aktif dan tidak aktif. P-anorganik aktif adalah Ca-P, Al-P, dan Fe-P,
sedangkan P-anorganik tidak aktif terdapat dalam bentuk terserap dan dalam bentuk larut dalam pereduksi. Kelarutan fosfat anorganik dipengaruhi oleh pH
tanah. Lingkungan alkali menyebabkan kalsium fosfat menjadi tidak larut, sedangkan Fe dan Al fosfat tidak larut dalam keadaan asam. Ketersediaan fosfor
dalam tanah mencapai maksimum pada pH 6.0-6.5 Ismunadji et al., 1991.
8
8
2.5. Kalium Dalam Tanah dan Tanaman