dengan cara resorpsi tulang pada permukaan luar dan permukaan dalam oleh osteoklas, bersamaan dengan terjadinya pengendapan tulang yang terus menerus
pada kedua permukaan tulang Leeson et al. 1996; Junqueira dan Carneiro 2005. b.
Osifikasi endokondral Semua sel tulang lainnya di dalam tubuh dibentuk melalui proses osifikasi
endokondral. Proses ini terjadi secara tidak langsung yaitu melalui pembentukan model tulang rawan terlebih dahulu dan kemudian mengalami penggantian
menjadi tulang dewasa. Ossifikasi endokondral dapat dilihat pada proses pertumbuhan tulang panjang. Pada proses pertumbuhan tulang panjang akan
terbentuk pusat osifikasi primer dimana penulangan pertama kali terjadi yaitu proses dimana kartilago memanjang dan meluas melalui proliferasi kondrosit dan
deposisi matriks kartilago. Setelah pembentukan tersebut, kondrosit di daerah sentral kartilago mengalami proses pemasakan menuju hypertropic kondrosit
Leeson et al. 1996; Junqueira dan Carneiro 2005. Setelah pusat osifikasi primer terbentuk maka rongga sumsum mulai meluas ke arah epifise. Perluasan rongga
sumsum menuju ke ujung-ujung epifisis tulang rawan dan kondrosit tersusun dalam kolom-kolom memanjang pada tulang dan tahapan berikutnya pada
osifikasi endokondral berlangsung pada zona-zona pada tulang secara berurutan Leeson et al. 1996; Junqueira dan Carneiro 2005.
2.1.2 Struktur Sel Tulang Osteoblas
Osteoblas terbentuk dari sel osteoprogenitor yang telah berdiferensiasi. Dalam penelitian Reid 1996 ditemukan bahwa di dalam osteoblas terdapat
reseptor dari estrogen dan juga kalsitriol. Osteoblas memiliki diameter antara 20- 30 µm dan terlihat sangat jelas pada sekitar lapisan osteoid dimana tulang baru
terbentuk. Membran plasma osteoblas memiliki sifat khas yakni kaya akan enzim alkali fostatase, yang konsentrasinya dalam serum digunakan sebagai indeks dari
adanya pembentukan tulang. Sel osteoblas yang telah matang memiliki banyak aparatus golgi yang berkembang dengan baik yang berfungsi sebagai sel sekretori,
sitoplasma yang basofilik, dan banyak sekali retikulum endopasma. Osteoblas Gambar 1 merupakan sel yang berbentuk kubus atau kolumnar dalam keadaan
aktif sedangkan dalam keadaan tidak aktif osteoblas akan berbentuk pipih Einhorn 1996; Kierszenbaum 2002. Osteoblas berasal dari sel pluripoten
mesenkim dan menyimpan osteoid, yakni matriks organik yang tidak termineralisasi pada tulang. Osteoblas berfungsi untuk menginisiasi dan
mengontrol proses mineralisasi osteoid Kierszenbaum 2002. Osteoblas menghasilkan faktor pertumbuhan bersama dengan protein tulang
morfogenetik. Osteoblas berperan dalam sintesis protein, glikosilasi, dan sekresi menghasilkan kolagen tipe I 90 dari total protein, osteocalcin, protein yang
bukan kolagen diantaranya osteonectin, osteopontin, sialoprotein tulang, faktor pertumbuhan tulang, sitokin, dan tentunya reseptor dari hormon-hormon
Kierszenbaum 2002. Osteocalcin merupakan protein sekretori spesifik yang timbul hanya pada akhir diferensiasi osteoblas di bawah pengaruh Cbfa1 core-
binding factor Kierszenbaum 2002. Osteocalcin banyak terdapat pada protein nonkolagen berfungsi meregulasi kristal apetit pertumbuhan dan mengikat
hidroksiapatit. Osteonectin merupakan polipeptida rantai tunggal yang terdapat pada beberapa jaringan karena ada saat awal perkembangan tulang. Osteonectin
terbentuk karena adesi osteoblas yang mengikat hidroksiapatit. Sialoprotein tulang merupakan polipeptida rantai tunggal pada tulang dan jaringan ikat
termineralisasi berfungsi mengikat sel melalui ikatan integrin dan hidroksiapatit Meyer dan Wiesmann 2006.
Osteosit Osteosit merupakan sel tulang yang telah dewasa dan sel utama pada tulang
yang berperan dalam mengatur metabolisme seperti pertukaran nutrisi dan kotoran dengan darah. Osteosit berasal dari osteoblas yang berdeferensiasi dan terdapat di
dalam lacuna yang terletak diantara lamela-lamela matriks pada saat pembentukan lapisan permukaan tulang berlangsung. Jumlahnya 20.000 – 30.000
per mm
3
dan sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut sehingga osteosit lebih
penting saat perbaikan tulang daripada pembentukan tulang baru Junqueira dan Carneiro 2005; Tortora dan Derrickson 2009.
Setelah pembentukan tulang selesai, sebagian kecil 10-20 dari osteoblas melekat ke dalam bentuk baru dari matriks ekstraseluler dan kemudian menjadi
osteosit Junqueira dan Carneiro 2005; Lian dan Stein 1996. Kanalikuli merupakan suatu kanal dimana terdapat pembuluh darah yang berfungsi sebagai
penyalur nutrisi dan pertukaran gas yang akan digunakan oleh osteosit Lian dan Stein 1996. Osteosit lebih kecil dari osteoblas dan osteosit telah kehilangan
banyak organel pada sitoplasmanya. Osteosit muda lebih menyerupai osteoblas tetapi merupakan sel dewasa yang memiliki aparatus golgi dan retikulum
endoplasma kasar yang sedikit lebih jelas tetapi memiliki jumlah lisosom yang lebih banyak. Osteosit Gambar 1 dapat berhubungan satu sama lain melalui
penjuluran sitoplasma yang melewati kanalikuli yang berperan dalam membantu koordinasi respon tulang terhadap stres atau deformasi Stevenson dan Marsh
1992.
Osteoklas Osteoklas Gambar 1 adalah sel raksasa hasil peleburan monosit jenis sel
darah putih yang terkonsentrasi di endosteum dan melepaskan enzim lisosom untuk memecah protein dan mineral di matriks ekstraseluler. Osteoklas memiliki
progenitor yang berbeda dari sel tulang lainnya karena tidak berasal dari sel mesenkim, melainkan dari jaringan mieloid yaitu monosit atau makrofag pada
sumsum tulang Smith 1993; Ott 2002. Osteoklas bersifat mirip dengan sel fagositik lainnya dan berperan aktif dalam proses resorbsi tulang. Osteoklas
merupakan sel fusi dari beberapa monosit sehingga bersifat multinukleus 10-20 nuklei dengan ukuran besar dan berada di tulang kortikal atau tulang trabekular
Marcus et al. 1996. Osteoklas berfungsi dalam mekanisme osteoklastogenesis, aktivasi resorpsi kalsium tulang, dan kartilago, dan merespon hormonal yang
dapat menurunkan struktur dan fungsi tulang Boyle et al. 2003. Osteoklas dalam proses resorpsi tulang mensekresi enzim kolagenase dan proteinase lainnya, asam
laktat, serta asam sitrat yang dapat melarutkan matriks tulang. Enzim-enzim ini memecah atau melarutkan matriks organik tulang sedangkan asam akan
melarutkan garam-garam tulang Telford dan Bridgman 1995. Melalui proses resorpsi tulang, osteoklas ikut mempengaruhi sejumlah proses dalam tubuh yaitu
dalam mempertahankan keseimbangan kalsium darah, pertumbuhan dan perkembangan tulang serta perbaikan tulang setelah mengalami fraktur Derek et
al. 2007. Aktifitas osteoklas dipengaruhi oleh hormon sitokinin. Osteoklas
memiliki reseptor untuk kalsitokinin, yakni suatu hormon tiroid. Akan tetapi osteoblas memiliki reseptor untuk hormon paratiroid dan begitu teraktivasi oleh
hormon ini, osteoblas akan memperoduksi suatu sitokin yang disebut faktor perangsang osteoklas. Osteoklas bersama hormon parathyroid berperan dalam
pengaturan kadar kalsium darah sehingga dijadikan target pengobatan osteoporosis Junqueira dan Carneiro 2005; Tortora dan Derrickson 2009.
Gambar 1 Gambaran sel osteogenik, osteoblas, osteosit, dan osteoklas dimodifikasi dari Leeson et al. 1996.
2.2 Tanaman Sipatah-patah Cissus quadrangula Salisb.